Anda di halaman 1dari 15

MINI RISET

PERKEMBANGAN HARGA BERAS SECARA NASIONAL


SELAMA MASA NEW NORMAL

Disusun Oleh :
Kelompok 6
1. Agnes Sinaga (7223220019)
2. Farida Hanum (7222520006)
3. Jihan Shafira Sani (7222520005)
4. Liza Dira (7223220020)
5. Tamara Munjihatu Tazkiyah Ashal (7223520009)

Dosen Pengampu : Randeska Simanullang, S.E.,M.Si


Mata Kuliah : Matematika Ekonomi

PROGRAM STUDI AKUNTANSI


FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
2022
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur Penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat dan
rahmat-Nya sehingga Penulis dapat menyelesaikan tugas mata kuliah Matematika Ekonomi
yang merupakan Mini Riset. Tidak lupa kami mengucapkan banyak terima kasih kepada
Dosen mata kuliah Matematika Ekonomi yaitu Bapak Randeska Simanullang, S.E.,M.Si yang
telah membimbing kami dalam penyelesaian tugas ini sehingga Mini Riset ini dapat selesai
dengan tepat waktu.

Tujuan dari penulisan Mini Riset ini adalah untuk pemenuhan tugas mata kuliah
Matematika Ekonomi. Selain itu, diharapkan dengan adanya tugas ini dapat bermanfaat untuk
kita khususnya sebagai pembelajaran bagi mahasiswa dan juga pembaca di masa yang akan
datang.

Penulis juga menyadari bahwa tugas ini masih banyak kekurangan dan masih jauh dari
kata sempurna. Oleh karena itu, kami sebagai penulis meminta maaf jika ada kesalahan
dalam penulisan dan juga mengharapkan kritik dan saran yang membangun agar tugas ini
dapat menjadi lebih sempurna. Akhir kata saya ucapkan terima kasih dan semoga Mini Riset
ini dapat bermanfaat dan bisa menambah pengetahuan bagi pembaca.

Medan, 21 November 2022

Penulis

( Kelompok 6
)

i|Halaman
ABSTRAK

Pandemi Covid-19 telah berdampak pada perekonomian global termasuk


Indonesia. Menyikapi Penyebaran kasus Covid-19, pemerintah Indonesia
memberlakukan pembatasan sosial yang berdampak langsung pada kegiatan ekonomi
masyarakat termasuk sektor pangan. Mengingat beras sebagai produk pangan utama
bagi sebagian besar masyarakat Indonesia, setelah melalui masa sulit disaat covid-19
pemerintah mengambil tindakan untuk memulihkan keadaan ekonomi yang sempat
lumpuh dengan menetapkan kebijakan New Normal. penelitian ini bertujuan untuk
menggambarkan perkembangan harga konsumen beras selama masa pandemi Covid-19
sampai masa New Normal. Perkembangan harga menggambarkan dampak perubahan
harga suatu barang di satu tingkat pasar terhadap perubahan harga barang di tingkat
pasar yang lain. Data yang digunakan adalah sumber data sekunder, dimana sumber data
yang diperoleh dari media perantara (diperoleh dan dicatat oleh pihak lain). Data
sekunder umumnya berupa bukti, catatan atau laporan historis yang telah tersusun
dalam arsip (data dokumenter) yang dipublikasikan dan yang tidak dipublikasikan.
Analisis dengan menggunakan pendekatan pendekatan korelasi, jenis penelitian ini
dipilih agar dapat menentukan apakah ada hubungan antara dua variable atau lebih,
apakah ke arah positif ataupun negatif.

PENDAHULUAN
Coronavirus disease 2019 (Covid-19) merupakan penyakit menular yang disebabkan
oleh virus corona yang baru ditemukan (WHO, 2020). Virus corona merupakan
zoonosis, Virus yang berasal dari hewan dan ditularkan ke manusia. Perkembangan
kasus selanjutnya menunjukkan penularan dapat terjadi human to human (Handayani,
2020). Penyebaran dari manusia ke manusia menjadi sumber penularan utama sehingga
penyebaran menjadi lebih agresif. Penularan tersebut dapat terjadi melalui droplet yang
keluar saat batuk atau bersin, dan kontak erat dengan orang yang terpapar virus (Susilo
et al. 2020).
Berbicara Covid-19, maka hal itu tidak hanya soal medis (kesehatan) saja, dampak
dari pandemi ini juga membuat ekonomi menjadi lesu. Sebab kegiatan perekonomian

ii | H a l a m a n
harus terhenti dan dibatasi sesuai protokol kesehatan yang dianjurkan pemerintah, guna
menghindari penularan Covid-19 agar tidak semakin meluas.

Untuk mencegah atau memimalisir pemerintah membuat kebijakan PSBB. Pada


awal diperlakukannya PSBB pada periode Maret 2020 banyak masyarakat melakukan
panic buying dalam menyikapi kejadian Covid-19. Masyarakat memborong bahan
pangan di pasar ataupun supermarket untuk dijadikan stok dalam memenuhi kebutuhan
selama masa Pembatasan social Berskala Besar tersebut sehingga sering dijumpai
disupermarket rak yang kosong. Fenomena terjadinya panic buying menyebabkan
pasokan bahan pangan di pasar menjadi terbatas, sehingga mendorong harga pangan
pada awalnya naik signifikan di tengah mewabahnya pada periode Maret, April dan Mei
2020.
Mengutip data Kementerian Ketenagakerjaan per tanggal 20 April 2020, sedikitnya
ada 2 juta pekerja yang terkena Pemutusan Hubungan Kerja (PHK). Sebanyak 62 persen
ada di sektor formal dan sisanya yakni 26 persen berada di sektor informal dan UMKM.
Dari data tersebut, masyarakat harus tetap dapat melakukan aktivitasnya dalam
menggerakkan roda perekonomian di tengah pandemi Covid-19 ini. Tentu solusinya
adalah dengan tetap menerapkan disiplin “New Normal” sebagai fase yang sudah mulai
dijalani oleh masyarakat sekarang ini. Dimana arti New normal adalah perubahan
perilaku untuk tetap melakukan aktivitas normal dengan ditambah menerapkan protokol
kesehatan guna mencegah terjadinya penularan Covid-19.
Walaupun diberlakukannya New Normal dan masyarakat sudah mulai melakukan
aktivitas ekonomi. Kemudian muncullah Ancaman Seram Setelah Covid-19 yaitu
Lonjakan Harga Sembako termasuk beras sebagai makanan utama masyarakat
Indonesia. Ancaman kenaikan harga pangan bukan main-main. Hal ini tentu akan
menghambat pemulihan ekonomi dan daya beli rakyat yang sudah hancur lebur
dihantam pandemi virus corona (Coronavirus Disease-2019/Covid-19). Selain itu
penyebab harga beras naik yaitu untuk menjaga petani agar tetap bisa berproduksi
seiring imbas terkereknya harga bahan bakar minyak (BBM), benih, dan juga pupuk.
rangka pemulihan perekonomian pemerintah membuat kebijakan yang dikeluarkan oleh
Pemerintah Pusat adalah kebijakan fiskal dan kebijakan moneter. Kebijakan ini
direalisasikan bersama Pemerintah Daerah dan masyarakat karena keduanya berperan

iii | H a l a m a n
strategis menjalankan kebijakan dengan lancar bertujuan memulihkan perekonomian
Indonesia.
Pemerintah melakukan kebijakan fiskal dengan harapan dapat mengurangi dampak
negatif pada perekonomian Indonesia yang disebabkan oleh pandemi Covid-19.

iv | H a l a m a n
KAJIAN TEORI
A. Ketahanan Pangan
Pangan adalah segala sesuatu yang berasal dari sumber hayati produk pertanian, perkebunan,
kehutanan, perikanan, peternakan, perairan, dan air, baik yang diolah maupun tidak diolah
yang diperuntukkan sebagai makanan atau minuman bagi konsumsi manusia, termasuk bahan
tambahan Pangan, bahan baku Pangan, dan bahan lainnya yang digunakan dalam proses
penyiapan, pengolahan, dan/atau pembuatan makanan atau minuman (UU No. 18 tahun
2012).

Bagi Indonesia, pangan sering diidentikkan dengan beras karena jenis pangan ini merupakan
makanan pokok utama. Pengalaman telah membuktikan kepada kita bahwa gangguan pada
ketahanan pangan seperti meroketnya kenaikan harga beras pada waktu krisis ekonomi
1997/1998, yang berkembang menjadi krisis multidimensi, telah memicu kerawanan sosial
yang membahayakan stabilitas ekonomi dan stabilitas Nasional.

Pengertian ketahanan pangan, tidak lepas dari UU No. 18/2012 tentang Pangan. Disebutkan
dalam UU tersebut bahwa Ketahanan Pangan adalah “kondisi terpenuhinya Pangan bagi
negara sampai dengan perseorangan, yang tercermin dari tersedianya pangan yang cukup,
baik jumlah maupun mutunya, aman, beragam, bergizi, merata, dan terjangkau serta tidak
bertentangan dengan agama, keyakinan, dan budaya masyarakat, untuk dapat hidup sehat,
aktif, dan produktif secara berkelanjutan”.

B. Pentingnya Kestabilan Harga terhadap Ekonomi Indonesia

Stabilitas perekonomian menciptakan stabilitas harga. Dengan ekonomi yang stabil maka
biaya yang rendah atau terjangkau bagi masyarakat.Sebaliknya, jika ekonomi tidak stabil
maka biaya yang akan dikeluarkan masyarakat akan tinggi. Sehingga mempersulit masa
depan terkait investasi.

Harga stabil akan menyebabkan inflasi lebih terkendali sehingga kondisi makro ekonomi
sebuah negara akan baik.Laju inflasi dapat memengaruhi kondisi ekonomi dalam negeri dan
nilai tukar rupiah. Bank Indonesia telah membuat program sebagai langkah strategis
pengendalian inflasi, yaitu:

 Keterjangkauan harga
 Ketersediaan pasokan

1|Halaman
 Kelancaran distribusi
 Komunikasi efektif

Kestabilan harga khususnya harga pokok mampu menjaga stabilitas kondisi politik.
Masyarakat tidak akan khawatir dengan naiknya harga dan ketakutan mengenai pasokan
barang.

METODE PENELITIAN
A. Tempat, Waktu dan Objek Penelitian
1) Tempat Penelitian

Lokasi penelitian yang akan dianalisis mengenai “harga beras selama masa new
normal” adalah Negara Indonesia.

2) Waktu Penelitian

Waktu penelitian ini berlangsung mulai tanggal 20 November 2017 sampai dengan 25
November 2017.

3) Objek Penelitian

Yang menjadi objek dalam penelitian ini adalah harga beras di Indonesia selama masa
new normal.

B. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang dilakukan adalah dengan pendekatan korelasi. Jenis penelitian ini
dipilih agar dapat menentukan apakah ada hubungan antara dua variable atau lebih, apakah ke
arah positif ataupun negatif (Sukardi, 2008).

C. Sumber Data

Sumber data yang digunakan penulis untuk menyusun makalah ini adalah sumber data
sekunder, dimana sumber data yang diperoleh oleh penulis berasal dari media perantara
(diperoleh dan dicatat oleh pihak lain). Data sekunder umumnya berupa bukti, catatan atau
laporan historis yang telah tersusun dalam arsip (data dokumenter) yang dipublikasikan dan
yang tidak dipublikasikan.

D. Metode Pengumpulan Data

2|Halaman
Metode pengumpulan data yang digunakan adalah deskriptif analitis yaitu analisis data yang
dilakukan tidak keluar dari lingkup permasalahan dan berdasarkan teori atau konsep yang
bersifat umum sehingga dapat menjawab mengenai isu utama yang sedang dibahas.

E. Sifat Penelitian

Penulisan ini bersifat deskriptif dengan tujuan untuk mendapatkan gambaran tentang
perkembangan keadaan harga barang selama masa new normal.

PEMBAHASAN
A. Perkembangan Harga Dan Kuantitas Permintaan Selama Masa Pandemi Dan New
Normal

Di benua Asia, pangan beras merupakan kebutuhan paling pokok manusia. Benua Asia juga
merupakan rumah bagi petani yang memproduksi sekitar 90% dari total produksi beras
dunia (Clarete, Adriano, & Esteban, 2013).

Kondisi harga seluruh komoditas pangan pada awal masa pandemi Covid-19 mengalami
perubahan di seluruh wilayah Indonesia. Salah satu fenomena yang terjadi sebagai respon
dari peristiwa Covid-19 tersebut adalah terjadinya panic buying di tengah masyarakat,
perilaku ini terjadi disebabkan karena pembatasan sosial sehingga banyak diantara
masyarakat membelanjakan sembako untuk persediaan dalam jangka panjang, dan akibat hal
tersebut terjadi kenaikan permintaan beberapa komoditas pangan (Ardyan et al 2021; Wijaya
et al. 2020).

Harga beras pada Januari-Desember 2020 relatif stabil dengan koefesien keragaman (KK)
harga bulanan sebesar 0,71% pada level harga yang masih tinggi yaitu rata-rata sebesar Rp
10.642/kg. Pergerakan harga beras ini terlihat lebih stabil dari tahun-tahun sebelumnya.
Namun, harga beras tampak jauh lebih tinggi dari tahun 2019. Harga beras pada April 2020
sebesar Rp 10.800/kg naik sebanyak 2,8% dari April 2019 dan naik sebesar 1,85% bila
dibandingkan Maret 2020. Kenaikan harga beras dikarenakan masa pandemi Covid-19 yang
tengah melanda Indonesia sejak pertengahan Maret 2020 yang berakibat pada pemberlakuan
kebijakan lockdown sejumlah daerah.

Berdasarkan data statistik sebagaimana dilaporkan oleh Badan Pusat Statistik (2020),
preferensi masyarakat di Indonesia untuk mengkonsumsi beras lebih tinggi dibandingkan
dengan komoditas pangan lain dengan rata-rata konsumsi mencapai 2.047 kilogram per
3|Halaman
kapita per minggu. Menurut data BPS tahun 2019, tercatat bahwa sebesar 6,977 kg
presentasi dari konsumsi beras per kapita per bulan terjadi pada bulan September 2015.
Sedangkan, pada bulan September 2019 merupakan angka terkecil jika dibandingkan dari
tahun 2015-2019. Tercatat sebesar 6,412 kg per kapita sebulan. Hal ini berarti perkembangan
rata-rata konsumsi beras dari tahun 2015-2019 secara keseluruhan mengalami penurunan.
Dengan demikian variabel ini tidak mempengaruhi terhadap meningkatnya permintaan beras
di Indonesia. Namun, tetap tidak bisa dipungkiri jika beras tetap menjadi makanan pokok
orang Indonesia yang pasti akan dikonsumsi setiap harinya. Dikarenakan meskipun
mengalami penurunan, konsumsi beras per kapita di Indonesia masih jauh diatas rata-rata
konsumsi beras per kapita dunia.

Kondisi total produksi beras ketika pandemi COVID-19 sudah masuk di Indonesia produksi
beras sangat fluktuatif. Pada tahun 2019 hingga tahun 2020 masih mengalami penurunan.
Seiring dengan berjalannya waktu pada tahun 2021 sudah mengalami kenaikkan walaupun
memang masih belum signifikan kenaikkannya.

 Faktor Yang Mempengaruhi Perkembangan Harga Dan Kuantitas Permintaan


Selama Masa Pandemi Dan New Normal

Faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan harga beras adalah sebagai berikut :

1. Proses distribusi yang terhalang


Penyebab perkembangan harga ini dikarenakan proses distribusi yang sempat terhalang
akibat adanya Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) dan berbagai kebijakan
pembatasan lainnya sehingga provinsi-provinsi yang bukan merupakan penghasil utama
dari komoditas beras tersebut mengalami kenaikan harga.
2. Panic buying
Di tengah kondisi panic buying, masyarakat cenderung membeli barang lebih dari yang
dibutuhkan. Jika hal ini dilakukan oleh banyak orang, maka akibatnya adalah terjadi
kelangkaan barang yang disebabkan ketidakseimbangan antara demand dan supply.
Kelangkaan akibat tidak seimbangnya permintaan dan penawaran ini berujung pada
kenaikan harga.
3. Naiknya permintaan terhadap beras

Secara umum faktor-faktor yang mempengaruhi konsumsi beras adalah sebagai berikut :

1. Tingkat Pendapatan
4|Halaman
Semakin tinggi pendapatan seseorang, maka semakin tinggi pula daya belinya.
Pendapatan rumah tangga sangat besar pengaruhnya terhadap tingkat konsumsi.
Biasanya makin baik (tinggi) tingkat pendapatan, tingkat konsumsi semakin tinggi.
2. Jumlah Anggota Keluarga
Besar kecilnya jumlah anggota keluarga akan berpengaruh pada konsumsi suatu
keluarga. Suatu rumah tangga yang mempunyai jumlah anggota keluarga yang lebih
banyak akan mengkonsumsi lebih besar dari pada rumah tangga yang memiliki jumlah
anggota keluarga yang lebih sedikit dengan tingkat pendapatan yang sama.
3. Tingkat Pendidikan
Dalam memilih menu makan yang mempunyai kandungan energi dan protein yang
memadai serta pemilihan komposisi jenis makanan yang tepat, diperlukan tingkat
pengetahuan yang relatif tinggi, terutama tingkat pengetahuan kepala keluarga dan istri
yang berperan sangat tinggi dalam menentukan keputusan konsumsi rumah tangga.
4. Usia
Memahami umur konsumen adalah penting, karena konsumen yang berbeda umur akan
mengkonsumsi produk dan jasa yang berbeda. Perbedaan umur juga akan
mengakibatkan perbedaan selera dan kesukaan terhadap merek produk dan jasa.

B. Perkembangan Harga Dan Kuantitas Penawaran Selama Masa Pandemi Dan


New Normal

Dari pandemi ini banyak sekali orang yang kekurangan hasil pendapatan dari hasil kerjanya.
Tidak hanya itu penjual-penjual terutama penjual beras menaikkan harga penjualan berasnya
dikarenakan masa sulit pandemi saat ini dan sering mengalami gagal panen akibat hama, itu
yang menyebabkan harga beras saat ini menjadi mahal.

Saat itu, Indonesia sudah memasuki panen raya beras di beberapa wilayah, salah satunya
Nusa Tenggara Barat (NTB). Panen raya ini diprediksi berlangsung hingga bulan Mei
mendatang. Untuk di bulan April ini, BPS memprediksi panen beras mencapai 9,2 juta ton,
dan 6,7 juta ton di bulan Mei.

Harga beras di tingkat konsumen mengalami kenaikan. Menurut Pusat Informasi Harga
Pangan Strategis Nasional, harga beras medium rata-rata nasional pada Rabu (15/4) berada di

5|Halaman
level Rp 11.750-12.000/kg. Sedangkan, beras premium atau super berada di level Rp 12.650-
13.200/kg.

6|Halaman
"Lalu ini tren harga beras di tingkat konsumen memang melandai turun, tapi masih di atas
HET. Untuk beras medium kita masih di atas Rp 10.000/kg, sementara HET Rp 9.450/kg,"
kata Direktur Operasional dan Pelayanan Publik Perum Bulog Tri Wahyudi Saleh dalam
Webinar Keterjangkauan Beras Bagi Masyarakat Prasejahtera Selama Pandemi COVID-19
(CIPS), Rabu (15/4/2020).

 Faktor Yang Mempengaruhi Perkembangan Harga Dan Kuantitas Penawaran


Selama Masa Pandemi Dan New Normal
1. Biaya Produksi

Biaya produksi mengalami kenaikan, maka harga barang akan cenderung naik.
Diseebabkan karena produsen cenderung mengurangi jumlah produksi, akibatnya jumlah
penawaran pun akan berkurang. Begitu pula sebaliknya.
2. Kebijakan pemerintah

Hal ini berkaitan dengan pajak dan subsidi pemerintah. Semakin besar pajak, jumlah
barang yang ditawarkan akan menurun, begitu pula sebaliknya. Sementara itu, semakin besar
subsidi, jumlah barang yang ditawarkan akan bertambah.

Secara umum faktor-faktor yang mempengaruhi konsumsi beras adalah sebagai berikut :

1. Faktor pemengaruh penawaran adalah harga barang itu sendiri

Faktor yang mempengaruhi penawaran adalah sama dengan permitaan, yaitu harga
barang tersebut. Produsen atau perusahaan akan menawarkan lebih banyak barang jika harga
naik. Begitupun berlaku sebaliknya.

2. Faktor pemengaruh penawaran adalah harga barang lain yang berkaitan

Seorang petani memiliki lahan yang dapat ditanami jagung atau kacang-kacangan. Ketika
harga jagung naik, petani akan mengurangi penanaman kacang dan menggantinya dengan
jagung karena lebih menguntungkan.

3. Faktor pemengaruh penawaran adalah penggunaan teknologi

Penggunaan teknologi tinggi dapat meningkatkan hasil produksinya dengan cepat dan
akan menyebabkan biaya produksi semakin murah. Hal ini tentunya akan menyebabkan
jumlah barang yang ditawarkan semakin banyak pada tingkat harga tertentu.

7|Halaman
8|Halaman
KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan
Salah satu fenomena yang terjadi sebagai respon dari peristiwa Covid-19
tersebut adalah terjadinya panic buying di tengah masyarakat, perilaku ini terjadi
disebabkan karena pembatasan sosial sehingga banyak diantara masyarakat
membelanjakan sembako untuk persediaan dalam jangka panjang, dan akibat hal
tersebut terjadi kenaikan permintaan beberapa komoditas pangan (Ardyan et al 2021;
Wijaya et al. 2020).

Harga beras pada Januari-Desember 2020 relatif stabil dengan koefesien


keragaman (KK) harga bulanan sebesar 0,71% pada level harga yang masih tinggi
yaitu rata-rata sebesar Rp 10.642/kg. Kenaikan harga beras dikarenakan masa
pandemi Covid-19 yang tengah melanda Indonesia sejak pertengahan Maret 2020
yang berakibat pada pemberlakuan kebijakan lockdown sejumlah daerah.

Dari pandemi ini banyak sekali orang yang kekurangan hasil pendapatan dari
hasil kerjanya. Tidak hanya itu penjual-penjual terutama penjual beras menaikkan
harga penjualan berasnya dikarenakan masa sulit pandemi saat ini dan sering
mengalami gagal panen akibat hama, itu yang menyebabkan harga beras saat ini
menjadi mahal.

Faktor pemengaruh penawaran adalah harga barang itu sendiri Faktor yang
mempengaruhi penawaran adalah sama dengan permitaan, yaitu harga barang
tersebut. Hal ini tentunya akan menyebabkan jumlah barang yang ditawarkan semakin
banyak pada tingkat harga tertentu.

B. Saran
Adapun saran yang dapat kami sampaikan adalah agar mahasiswa lebih banyak
membaca, seperti pepatah mengatakan ‘membaca adalah jembatan ilmu’. Tak lepas
dari itu semua, Kami sebagai pembuat Projek ini juga mengharapkan saran, kritik dan
masukan dari pembaca sekalian guna membangun hasil yang lebih baik.

9|Halaman
DAFTAR PUSTAKA
Asrin Putri Utami(10 Mei 2022) Transmisi harga beras di Indonesia pada masa pandemi covid-19.
https://jurnal.ipb.ac.id/index.php/jagbi/article/view/37473/23643

Ivan Sari(24 April 2021) Potret Perbandingan Kebijakan Harga Pangan dengan Realita Harga Beras, Gula dan
Kedelai di Tahun Pertama Pandemi Covid-19, Indonesia. https://www.opscitech.com/journal/article/view/11/14

Isnawati, Lestari Jati(2022) Analisis Permintaan Bahan Pokok Beras Pada Saat Pandemi Covid-19 Di Indonesia.
https://journal.inspirasi.or.id/nomicpedia/article/view/142/54

Faulino(2021) Tingkat konsumsi dan pola konsumsi beras masyarakat pada masa pandemi covid-19 (studi
kasus:kelurahan amplas, kecamatan medan amplas, kota Medan, Sumatera Utara).
http://repository.umsu.ac.id/bitstream/handle/123456789/16829/SKRIPSI%20PDF.pdf?
sequence=1&isAllowed=y

Niken(2021) Faktor yang menyebabkan harga sembako naik. https://ajaib.co.id/faktor-yang-menyebabkan-


harga-sembako-naik/#:~:text=Faktor%20yang%20Menyebabkan%20Harga%20Sembako%20Naik
%201%201.,yang%20panjang%20...%205%205.%20Permainan%20kartel%20

Artikel "Panic Buying dan Dampaknya Terhadap Ekonomi", https://tirto.id/panic-buying-dan-dampaknya-


terhadap-ekonomi-eDDT

(2020)Dampak pandemi covid-19, Harga Pangan Berpotensi Naik pada 2021,


https://analisadaily.com/berita/baca/2020/11/21/1012190/dampak-pandemi-covid-19-harga-pangan-berpotensi-
naik-pada-2021

10 | H a l a m a n

Anda mungkin juga menyukai