Oleh Kelompok 1 :
i
DAFTAR ISI
BAB I.......................................................................................................................1
PENDAHULUAN..................................................................................................1
1.3 Tujuan.............................................................................................................3
1.4 Manfaat...........................................................................................................3
BAB II.....................................................................................................................4
TINJAUAN PUSTAKA.........................................................................................4
2.3 Pandemi Covid-19 dan dampaknya terhadap ketahanan pangan dan gizi......5
BAB III....................................................................................................................7
BAB IV..................................................................................................................13
KESIMPULAN....................................................................................................13
4.1 Kesimpulan...................................................................................................13
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................14
i
BAB I
PENDAHULUAN
1
corona saat ini harus didukung oleh semua pihak, khususnya petani dan
penyuluh sebagai ujung tombak dan penggerak sektor pertanian.
Sebagai langkah nyata, Kementerian Pertanian melalui Badan Penyuluhan
dan Pengembangan SDM Pertanian telah merumuskan Metode 4 Cara
Bertindak untuk mencapai ketahanan pangan. Pertama, peningkatan kapasitas
produksi. Kementerian mengajak pelaku pertanian melaksanakan percepatan
tanam padi Musim Tanam II 2020 seluas 6,1 juta ha, pengembangan lahan
rawa di Provinsi Kalimantan Tengah 164.598 ha, termasuk intensifikasi lahan
rawa 85.456 ha dan ekstensifikasi lahan pertanian 79.142 ha. Kedua,
diversifikasi pangan lokal. Kementan akan mengembangkan diversifikasi
pangan lokal berbasis kearifan lokal yang berfokus pada satu komoditas utama.
Ketiga, penguatan cadangan dan sistem logistik pangan dengan cara penguatan
cadangan beras pemerintah provinsi (CBPP), kemudian penguatan cadangan
beras pemerintah kabupaten/kota (CBPK). Keempat, pengembangan pertanian
modern, caranya melalui pengembangan smart farming, pengembangan dan
pemanfaatan screen house untuk meningkatkan produksi komoditas
hortikultura di luar musim tanam, pengembangan food estate untuk
peningkatan produksi pangan utama (beras/jagung). Pandemi Covid-19
berdampak pada ketahanan pangan dan perlu dilakukan langkah lebih lanjut
seperti yang dibahas diatas.
2
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui apa saja dimensi ketahanan pangan.
2. Untuk mnegetahui dampak covid-19 terhadap ketahanan pangan di
Kabupaten Sumbawa.
3. Untuk mengetahui upaya yang dilakukan Kabupaten Sumbawa dalam
menanggulangi permasalahan kerawanan pangan.
4. Untuk mengetahui rekomendasi yang diberikan kepada Kabupaten
Sumbawa dalam menanggulangi permasalahan kerawanan pangan.
1.4 Manfaat
1. Bagi Masyarakat
Memberikan informasi kepada masyarakat umummengenai permasalahan
ketahanan pangan di Indonesia khususnya Kabupaten Sumbawa akibat dari
dampak pandemi Covid-19.
2. Bagi Mahasiswa
Diharapkan ketika mahasiswa membaca makalah ini dapat menambah
pengetahuan serta referensi mengenai permasahan ketahanan pangan di
Indonesia khusunnya Kabupaten Sumbawa.
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
4
terjangkau) untuk memperoleh pangan yang cukup baik kuantitas
ataupun kualitas.
2. Individu atau rumah tangga masyarakat tidak memiliki akses secara
fisik untuk mendapatkan pangan yang cukup baik kuantitas ataupun
kualitas.
Secara teoritis kerawanan dikenal dengan 2 bentuk tingkat rumah tangga
yaitu kerawanan pangan kronis dan kerawanan pangan akut. Kerawanan
pangan kronis adalah kerawanan pangan yang terjadi dan berlangsung
secara terus menerus yang biasa disebabkan karena rendahnya daya beli
dan rendahnya kualitas sumberdaya dan sering terjadi di daerah terisolir
dan gersang, sedangkan kerawanan pangan akut adalah kerawanan pangan
yang terjadi secara mendadak yang disebabkan karena bencana alam,
kegagalan produksi dan kenaikan harga yang menyebabkan masyarakat
tidak mempunyai kemampuan untuk menjangkau pangan (Suryana
2003:94).
2.3 Pandemi Covid-19 dan dampaknya terhadap ketahanan pangan dan gizi
Efek pandemic COVID-19 terhadap ketahanan pangan dan gizi harus
dipandang lebih luas yang menyangkut dampak pandemic terhadap
keseluruhan sistem pangan.Menurut schmidhuber, Pound, dan Qiao (2020:10),
pandemic COVID-19 dapat mempengaruhi sektor pangan dan pertanian
melalui berbagai mekanisme, mulai dari perdagangan inetrnasional hingga
penurunan produksi dalam negeri dan penurunan daya beli masyarakat.
Di Indonesia, COVID-19 telah menimbulkan kekhawatiran akan
pasokan pangan.Menteri Pertanian menyatakan pada Mei 2020 bahwa stok
beras diperkirakan bertahan pada angka 14 juta ton antara April dan Juni.
Angka tersebut melebihi estimasi konsumsi masyarakat sebesar 7,6 juta ton
beras dalam tiga bulan tersebut (Rahman, 2020a). Dengan demikian, Indonesia
akan mengalami surplus 6,4 juta ton beras pada Juni 2020.
Menurut estimasi World Food Programme (2020: 24), produksi beras
pada paruh pertama 2020 adalah 13,2% lebih rendah dibanding periode yang
sama pada 2019. Produksi beras mungkin juga turun pada paruh kedua 2020
5
dibanding tahun sebelumnya karena 30% daerah di Indonesia tahun ini
diperkirakan akan menghadapi musim kemarau yang lebih panas dari biasanya
(BMKG, 2020).
6
BAB III
PEMBAHASAN STUDI KASUS
7
kesehatan. Stabiltas pangan atau (food stability) merupakan dimensi waktu
dari ketahanan pangan yang terbagi atas kerawanan pangan kronis (chronic
food insecurity) dan kerawanan pangan sementara (transitory food insecurity).
Kerawanan pangan kronis adalah ketidak mampuan untuk memperoleh
kebutuhan pangan setiap saat, sedangkan kerawanan pangan sementara adalah
kerawanan pangan yang terjadi secara sementara yang diakibatkan kekeringan,
banjir, bencana, maupun konflik sosial dan sebagainya. (Maxwell and
Frankenberger 1992).
8
Hal ini tentu berdampak pada sendi-sendi kehidupan sosial ekonomi
masyarakat terutama dalam pemenuhan kebutuhan hidup khususnya
kebutuhan pangan.
Diberlakukankannya social dan pshycal distancing ,PSBB serta
pembatasan akses transportasi oleh pemerintah tentunya berdampak pada
terjadinya hambatan rantai pasok distribusi bahan pangan antar daerah
termasuk di Kabupaten Sumbawa. Dalam posisi ini Kabupaten Sumbawa
termasuk salah satu daerah yang sangat tergantung dengan pasokan pangan
dari daerah lain.
Selain permasalahan pendistribusian pangan yang terhambat sebagai
akibat dari pemberlakuan kebijakan pemerintah untuk memutus mata rantai
penularan Covid-19, permasalahan rawan pangan di Sumbawa juga
disebabkan oleh masih dominannya masyarakat yang mengkonsumsi pangan
berbahan baku beras saja. Hal ini dapat terjadi karena disebebkan oleh
kurangnya pemahaman serta pengetahuan masyarakat tentang pola makan
yang Beragam, Bergizi, Seimbang dan Aman (B2SA). Hal ini menjadi sangat
riskan mengingat di masa pandemi Covid-19 seperti sekarang ini diperlukan
imunitas yang baik.
Selain kurangnya pemahaman dan pengetahuan masyarakat Sumbawa,
permasalahan akan pengkonsumsi pangan dari bahan baku beras juga
disebabkan oleh tingkat daya beli masyarakat yang rendah akibat dari harga
pangan lokal khususnya non beras yang masih relatif tinggi. Selain
permasalahan mahalnya harga bahan pangan, kerawanan pangan di sumbawa
juga disebabkab oleh rendahnya produksi pangan lokal yang mana kemudian
menciptakan kelangkaan produk pangan lokal. Kurangnya industri pangan
lokal di Sumbawa juga berkontribusi pada terjadinya kerawanan pangan.
Akibat dari kurangnya peredaran (supply) produk pangan olahan yang berasal
dari industri pangan lokal, membuat masyarakat cenderung mencari alternatif
pilihan lain dalampemilihan konsumsi pangan dimana ia lebih memilih untuk
memakan makanan cepat saji. Pemilihan makanan cepat saji ini disebabkan
oleh tersedianya makanan tersebut di lingkungan masyarakat dengan harga
yang murah.
9
Di tengah pandemi Covid-19 saat ini, dari 157 desa di Kabupaten
Sumbawa, terdapat 25 desa berada pada prioritas 1 dengan rasio 0,03447.
Kemudian terdapat 25 desa dengan rasio 0,0449 berada pada prioritas 2 dan
terdapat 33 desa berada pada prioritas 3 dengan rasio 0,0597. Data ini
merepresentasikan bahwa sampai dengan saat ini, masih terdapat 25 desa
prioritas 1 di Kabupaten Sumbawa yang masih sangat timpang rasio jumlah
rumah tangga dengan jumlah sarana prasarana penyedia pangan (pasar,
minimarket, toko, warung, restoran dan lain-lain).
Berdasarkan indikator akses jalan, dari 157 desa di Kabupaten
Sumbawa. Terdapat 8 desa yang tersebar di 3 kecamatan yakni kecamatan
Plampang (3 desa), kecamatan Batulanteh (3 desa) dan Kecamatan Orong Telu
(2 desa) yang mempunyai akses jalan memprihatinkan yaitu tidak beraspa dan
terjal. Masalah lain yang perlu disoroti adalah masih minimnya ketersediaan
air bersih dan masih kurangnya tenaga kesehatan di desa-desa yang mengalami
kerawanan pangan.
10
Kemudian terdapat Bantuan Pangan Non Tunai (BPNT) yang merupakan
bantuan pangan dari pemerintah yang diberikan kepada KPM setiap bulannya
melalui mekanisme akun elektronik yang digunakan hanya untuk membeli
pangan di e-Warong KUBE PKH / pedagang bahan pangan yang bekerjasama
dengan Bank HIMBARA (agen BRI). Bertujuan untuk mengurangi beban
pengeluaran serta memberikan nutrisi yang lebih seimbang kepada KPM
secara tepat sasaran dan tepat waktu, bantuan yang diberikan sebesar Rp.
110.000 /KPM /bulan.
Selain terdapat bantuan sosial tersebut, Dinas Ketahanan Pangan
Kabupaten Sumbawa membuat terobosan melalui Program Pekarangan
Pangan Lestari yang telah menjangkaun 40 wilayah desa yang ada di
kabupaten Sumbawa. Program ini dilasanakan sebagai upaya untuk mencetak
generasi yang produktif di mulai dari desa hingga kota.
11
peralatan, pengemasan hingga uji kelayakan produk. Produk yang
dihasilkan merupakan produk pangan lokal yang dapat dikonsumsi oleh
masyarakat sebagai pangan pokok dalam mengurangi konsumsi nasi/beras
(Kementrian Pertanian, 2018).
2. Kedua, dalam rangka penanganan terhadap masalah pola pangan harapan
(PPH) yang sampai saat ini masih berada di bawah provinsi, program yang
dapat diimplementasikan adalah mendorong tumbuhnya industri dan
inovasi pengembangan produk pangan lokal. Oleh karena itu, produksi dan
pengembangan produk pangan domestik menjadi tumpuan utama bagi
daerah termasuk Kabupaten Sumbawa. Guna membantu masyarakat dalam
meningkatkan kinerja produksi, masyarakat membutuhkan adanya fasilitas
dan bantuan. Selain hal tersebut, melihat bahwa saat ini masih dalam
situasi pandemi, maka guna menjamin kualitas dan keamanan pangan
diperlukannya protokol produksi yang dapat menjamin pangan yang
terbebas dari kontaminasi Covid-19.
3. Ketiga, dalam rangka penanganan terhadap kerawanan pangan di
Kabupaten Sumbawa, pemerintah dalam hal Dinas Pangan harus
memastikan fasilitas, infrastruktur dan bantuan di semua lini pangan, mulai
dari produksi hingga konsumsi, berjalan sebagaimana mestinya sebagai
langkah antisipasi dampak Covid-19 terhadap ketersediaan dan stabilitas
harga pangan di Kabupaten Sumbawa. Menegaskan hal tersebut, Permana
(2010) juga menjelaskan bahwa infrastruktur dapat memberikan manfaat
yang besar terhadap peningkatan produktivitas serta nilai tambah dari
semua sektor perekonomian. Adanya pembangunan infrastruktur tersebut,
dapat memberikan beberapat manfaat yakni peningkatan produktivitas
faktor-faktor produksi, mobilitas penduduk, aliran barang dan jasa, serta
proses perdagangan antar daerah
12
BAB IV
KESIMPULAN
4.1 Kesimpulan
Pandemi Covid-19 secara langsung berdampak pada pasok dan permintaan
pangan dunia, sehingga menimbulkan kekhawatiran terjadinya krisis pangan
selain krisis kesehatan yang sudah ada. Di Indonesia, COVID-19 telah
menimbulkan kekhawatiran akan pasokan pangan. Menteri Pertanian menyatakan
pada Mei 2020 bahwa stok beras diperkirakan bertahan pada angka 14 juta ton
antara April dan Juni.
Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB) menjadi salah satu provinsi yang
terkena dampak dari pandemi Covid-19. Per tanggal 20 December 2020 terdapat
sebanyak 3278 terkonfirmasi positif, sebanyak 3111 dinyatakan sembuh dan
sebanyak 146 dinyatakan sembu (Sumbawa tangkal Covid-19). Berdasarkan
permasalahan pangan yang terjadi di kabupaten Sumbawa diperlukan kebijakan
publik untuk intervensi startegis sebagai solusi atas semua permasalahan tersebut
yang harus diprioritaskan oleh Dinas Pangan. Dalam rangka menangani
permasalahan tersebut, terdapat 3 program yang dijalankan. Pertama, Program
dengan meningkatkan promosi dan sosialisasi produk pangan unggulan (non
beras). Kedua, program yang dapat diimplementasikan adalah mendorong
tumbuhnya industri dan inovasi pengembangan produk pangan lokal. Dan ketiga,
dalam rangka penanganan terhadap kerawanan pangan di Kabupaten Sumbawa,
pemerintah dalam hal Dinas Pangan harus memastikan fasilitas, infrastruktur dan
bantuan di semua lini pangan, mulai dari produksi hingga konsumsi, berjalan
sebagaimana mestinya sebagai langkah antisipasi dampak Covid-19 terhadap
ketersediaan dan stabilitas harga pangan di Kabupaten Sumbawa.
13
DAFTAR PUSTAKA
14