Anda di halaman 1dari 16

TUGAS MAKALAH

MATA KULIAH SEMINAR GIZI MUTAKHIR


DAMPAK COVID-19 TERHADAP KETAHANAN PANGAN

Oleh Kelompok 1 :

Agista Zulfatiswada 101811535022


Rinda Istiqumilaily 101811535031
Adinda Nurul Istiqomah 101811133209
Adriana Krispul 101811133205
Elsa Egitha Erny 101711133124

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT


UNIVERSITAS AIRLANGGA
SURABAYA
2021

i
DAFTAR ISI

BAB I.......................................................................................................................1

PENDAHULUAN..................................................................................................1

1.1 Latar Belakang................................................................................................1

1.2 Rumusan Masalah...........................................................................................2

1.3 Tujuan.............................................................................................................3

1.4 Manfaat...........................................................................................................3

BAB II.....................................................................................................................4

TINJAUAN PUSTAKA.........................................................................................4

2.1 Ketahanan Pangan..........................................................................................4

2.2 Kerawanan Pangan....................................................................................4

2.3 Pandemi Covid-19 dan dampaknya terhadap ketahanan pangan dan gizi......5

BAB III....................................................................................................................7

PEMBAHASAN STUDI KASUS..........................................................................7

3.1 Dimensi Ketahanan Pangan............................................................................7

3.2 Issue Dampak Covid-19 Terhadap Ketahanan Pangan di Kabupaten


Sumbawa...............................................................................................................8

3.3 Upaya Penanganan Kerawanan Pangan di Kabupaten Sumbawa................10

3.4 Rekomendasi Penanganan Kerawanan Pangan di Kabupaten Sumbawa.....11

BAB IV..................................................................................................................13

KESIMPULAN....................................................................................................13

4.1 Kesimpulan...................................................................................................13

DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................14

i
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pangan merupakan kebutuhan dasar utama bagi manusia yang harus
dipenuhi setiap saat. Hak untuk memperoleh pangan merupakan salah satu hak
asasi manusia, sebagaimana tersebut dalam pasal 27 UUD 1945 maupun dalam
Deklarasi Roma (1996). Pertimbangan tersebut mendasari terbitnya UU No.
7/1996 tentang Pangan. Sebagai kebutuhan dasar dan salah satu hak asasi
manusia, pangan mempunyai arti dan peran yang sangan penting bagi
kehidupan suatu bangsa. Ketersediaan pangan yang lebih kecil dibandingkan
kebutuhannya dapat menciptakan ketidak stabilan ekonomi. Berbagai gejolak
sosial dan politik dapat juga terjadi jika ketahanan pangan terganggu. Kondisi
pangan yang kritis ini bahkan dapat membahayakan stabilitas ekonomi dan
stabilitas nasional.
Pandemi Covid-19 yang melanda dunia selama beberapa bulan terakhir
memberikan dampak signifikan pada banyak aspek. Salah satunya adalah soal
ketahanan pangan dunia. Ketahanan pangan, tidak lepas dari UU No.18/2012
tentang Pangan. Disebutkan dalam UU tersebut bahwa Ketahanan Pangan
adalah “kondisi terpenuhinya pangan bagi negara sampai dengan perseorangan,
yang tercermin dari tersedianya pangan yang cukup, baik jumlah maupun
mutunya, aman, beragam, bergizi, merata, dan terjangkau serta tidak
bertentangan dengan agama, keyakinan, dan budaya masyarakat, untuk dapat
hidup sehat, aktif, dan produktif secara berkelanjutan”.
Pandemi Covid-19 secara langsung berdampak pada pasok dan permintaan
pangan dunia, sehingga menimbulkan kekhawatiran terjadinya krisis pangan
selain krisis kesehatan yang sudah ada. Pandemi Covid-19 telah menyebabkan
terganggunya kegiatan perekonomian di semua lini usaha, termasuk sector
pertanian. Salah satu dampak yang harus diantisipasi terkait dampak Covid-19
adalah ketersediaan pangan bagi seluruh rakyat. Gerakan Ketahanan Pangan
(GKP) yang diperkenalkan Kementrian Pertanian di tengah ancaman virus

1
corona saat ini harus didukung oleh semua pihak, khususnya petani dan
penyuluh sebagai ujung tombak dan penggerak sektor pertanian.
Sebagai langkah nyata, Kementerian Pertanian melalui Badan Penyuluhan
dan Pengembangan SDM Pertanian telah merumuskan Metode 4 Cara
Bertindak untuk mencapai ketahanan pangan. Pertama, peningkatan kapasitas
produksi. Kementerian mengajak pelaku pertanian melaksanakan percepatan
tanam padi Musim Tanam II 2020 seluas 6,1 juta ha, pengembangan lahan
rawa di Provinsi Kalimantan Tengah 164.598 ha, termasuk intensifikasi lahan
rawa 85.456 ha dan ekstensifikasi lahan pertanian 79.142 ha. Kedua,
diversifikasi pangan lokal. Kementan akan mengembangkan diversifikasi
pangan lokal berbasis kearifan lokal yang berfokus pada satu komoditas utama.
Ketiga, penguatan cadangan dan sistem logistik pangan dengan cara penguatan
cadangan beras pemerintah provinsi (CBPP), kemudian penguatan cadangan
beras pemerintah kabupaten/kota (CBPK). Keempat, pengembangan pertanian
modern, caranya melalui pengembangan smart farming, pengembangan dan
pemanfaatan screen house untuk meningkatkan produksi komoditas
hortikultura di luar musim tanam, pengembangan food estate untuk
peningkatan produksi pangan utama (beras/jagung). Pandemi Covid-19
berdampak pada ketahanan pangan dan perlu dilakukan langkah lebih lanjut
seperti yang dibahas diatas.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa sajakah dimensi ketahanan pangan ?
2. Bagaimana issue dampak covid-19 terhadap ketahanan pangan di
Kabupaten Sumbawa ?
3. Bagaimana upaya yang dilakukan Kabupaten Sumbawa dalam
menanggulangi permasalahan kerawanan pangan ?
4. Bagaimana rekomendasi yang diberikan kepada Kabupaten Sumbawa
dalam menanggulangi permasalahan kerawanan pangan ?

2
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui apa saja dimensi ketahanan pangan.
2. Untuk mnegetahui dampak covid-19 terhadap ketahanan pangan di
Kabupaten Sumbawa.
3. Untuk mengetahui upaya yang dilakukan Kabupaten Sumbawa dalam
menanggulangi permasalahan kerawanan pangan.
4. Untuk mengetahui rekomendasi yang diberikan kepada Kabupaten
Sumbawa dalam menanggulangi permasalahan kerawanan pangan.

1.4 Manfaat
1. Bagi Masyarakat
Memberikan informasi kepada masyarakat umummengenai permasalahan
ketahanan pangan di Indonesia khususnya Kabupaten Sumbawa akibat dari
dampak pandemi Covid-19.
2. Bagi Mahasiswa
Diharapkan ketika mahasiswa membaca makalah ini dapat menambah
pengetahuan serta referensi mengenai permasahan ketahanan pangan di
Indonesia khusunnya Kabupaten Sumbawa.

3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Ketahanan Pangan


Menurut Oxfam (2001) ketahanan pangan adalah kondisi ketika “setiap
orang dalam segala waktu memiliki akses dan control atas jumlah pangan yan
cukup dan kualitas yang baik demi hidup yang aktif dan sehat. Dua kandungan
makna tercantum disini yakni: ketersediaan dalam artian kualitas dan
kuantitas ddan akses( hak atas panngan melalui pembelian, pertukarran
maupunn kalim). Menurut chung etal (1997) ketahanan pangan terdiri dari tiga
pilar yaitu ketersediaan (availability), akses (acces), dan pemanfaatan
(utilization). Menurut Bawali (2004) ketahanan pangan rumah tanggga petani
setiap memiliki aksebilitas secara fisik maupun ekonomi terhadap pangan
yang cukup untuk memnui kebutuhannya agar dapat hidup produktif dan
sehat. Sedangkan menurut Smith dalm aminah (2015) penungkatan akses
terhadap rumah tangga melalui: (i) produksi dan pengumpulan pangan, (ii)
membeli pangan di pasar dengan pendapattan tunai, dan (iii) menerima
bantuan pangan dan pemberian pribadi, pemerintah, atau, lembaga
internasional.

2.2 Kerawanan Pangan


Rawan pangan merupakan kondisi suatu daerah, masyarakat, atau rumah
tangga yang tingkat ketersediaan dan keamanan pangannya tidak cukup untuk
memenuhi standar kebutuhan fisiologis bagi pertumbuhan dan kesehatan
sebagian besar masyarakatnya (Dewan Ketahanan Pangan Nasional 2005:8).
Rawan pangan merupakan fenomena kebalikan ketahanan pangan atau food
security. Dala konsep Food and Agriclture Organization of the United nation
(FAO) dan UU No 7 tahun 1996 tentang pangan, bahwa kondisi rawan
pangan memiliki memiliki 2 komponen sebagai berikut
1. Individu atau rumah tangga masyarakat tidak memiliki akses secara
ekonomi (penghasilannya tidak memadai atau harga pangan tak

4
terjangkau) untuk memperoleh pangan yang cukup baik kuantitas
ataupun kualitas.
2. Individu atau rumah tangga masyarakat tidak memiliki akses secara
fisik untuk mendapatkan pangan yang cukup baik kuantitas ataupun
kualitas.
Secara teoritis kerawanan dikenal dengan 2 bentuk tingkat rumah tangga
yaitu kerawanan pangan kronis dan kerawanan pangan akut. Kerawanan
pangan kronis adalah kerawanan pangan yang terjadi dan berlangsung
secara terus menerus yang biasa disebabkan karena rendahnya daya beli
dan rendahnya kualitas sumberdaya dan sering terjadi di daerah terisolir
dan gersang, sedangkan kerawanan pangan akut adalah kerawanan pangan
yang terjadi secara mendadak yang disebabkan karena bencana alam,
kegagalan produksi dan kenaikan harga yang menyebabkan masyarakat
tidak mempunyai kemampuan untuk menjangkau pangan (Suryana
2003:94).

2.3 Pandemi Covid-19 dan dampaknya terhadap ketahanan pangan dan gizi
Efek pandemic COVID-19 terhadap ketahanan pangan dan gizi harus
dipandang lebih luas yang menyangkut dampak pandemic terhadap
keseluruhan sistem pangan.Menurut schmidhuber, Pound, dan Qiao (2020:10),
pandemic COVID-19 dapat mempengaruhi sektor pangan dan pertanian
melalui berbagai mekanisme, mulai dari perdagangan inetrnasional hingga
penurunan produksi dalam negeri dan penurunan daya beli masyarakat.
Di Indonesia, COVID-19 telah menimbulkan kekhawatiran akan
pasokan pangan.Menteri Pertanian menyatakan pada Mei 2020 bahwa stok
beras diperkirakan bertahan pada angka 14 juta ton antara April dan Juni.
Angka tersebut melebihi estimasi konsumsi masyarakat sebesar 7,6 juta ton
beras dalam tiga bulan tersebut (Rahman, 2020a). Dengan demikian, Indonesia
akan mengalami surplus 6,4 juta ton beras pada Juni 2020.
Menurut estimasi World Food Programme (2020: 24), produksi beras
pada paruh pertama 2020 adalah 13,2% lebih rendah dibanding periode yang
sama pada 2019. Produksi beras mungkin juga turun pada paruh kedua 2020

5
dibanding tahun sebelumnya karena 30% daerah di Indonesia tahun ini
diperkirakan akan menghadapi musim kemarau yang lebih panas dari biasanya
(BMKG, 2020).

6
BAB III
PEMBAHASAN STUDI KASUS

3.1 Dimensi Ketahanan Pangan


Menurut Undang-Undang No. 18 Tahun 2012 tentang pangan,
Ketahanan Pangan merupakan suatu kondisi terpenuhinya Pangan bagi negara
sampai dengan perseorangan, yang tercermin dari tersedianya pangan yang
cukup, baik dari jumlah maupun mutunya yang aman, beragam, bergizi,
merata, dan terjangkau serta tidak bertentangan dengan agama, keyakinan, dan
budaya masyarakat untuk dapat hidup sehat, aktif, dan produktif secara
berkelanjutan. Menurut Food and Agriculture Organization atau FAO
ketahanan pangan memiliki empat dimensi, empat dimensi tersebut yaitu
ketersediaan yang cukup (availability), akses terhadap pangan (access),
pemanfaatan pangan yang tepat (utilization), serta stabilitas stok dan harga
pangan (stability).
Ketersediaan pangan atau (food availability)merupakan ketersediaan
pangan dalam jumlah yang cukup aman dan bergizi bagi semua orang dalam
suatu negara, baik yang berasal dari produksi sendiri, impor, cadangan pangan
ataupun bantuan pangan. Ketersediaan pangan ini harus mampu mencukupi
kebutuhan jumlah kalori yang dibutuhkan oleh setiap individu. Akses pangan
atau (food access)merupakan suatu kemampuan rumah tangga dan individu
untuk memperoleh atau mendapatkan pangan yang cukup guna memenuhi
kebutuhan gizinya. Pangan yang diperoleh dapat berupa pangan hasil dari
produksi sendiri, pembelian ataupun melalui bantuan pangan. Akses rumah
tangga dan individu terdiri dari akses ekonomi, fisik dan sosial. Akses
ekonomi tergantung pada pendapatan, kesempatan kerja dan harga. Akses fisik
menyangkut tingkat isolasi daerah (sarana dan prasarana distribusi), sedangkan
akses sosial menyangkut tentang preferensi pangan.
Penyerapan pangan atau(food utilization)merupakan kemampuan
dalam penggunaan makanan untuk memenuhi kebutuhan energi dan gizi.
Efektifitas dari penyerapan pangan ini bergantung pada pengetahuan
rumahtangga/individu, sanitasi , ketersediaan air, fasilitas dan layanan

7
kesehatan. Stabiltas pangan atau (food stability) merupakan dimensi waktu
dari ketahanan pangan yang terbagi atas kerawanan pangan kronis (chronic
food insecurity) dan kerawanan pangan sementara (transitory food insecurity).
Kerawanan pangan kronis adalah ketidak mampuan untuk memperoleh
kebutuhan pangan setiap saat, sedangkan kerawanan pangan sementara adalah
kerawanan pangan yang terjadi secara sementara yang diakibatkan kekeringan,
banjir, bencana, maupun konflik sosial dan sebagainya. (Maxwell and
Frankenberger 1992).

3.2 Issue Dampak Covid-19 Terhadap Ketahanan Pangan di Kabupaten


Sumbawa
Kabupaten Sumbawa merupakan salah satu dari sepuluh
kabupaten/kota yang berada di wilayah Propinsi Nusa Tenggara Barat yang
terletak di ujung barat Pulau Sumbawa, pada posisi 116" 42' sampai dengan
118" 22' Bujur Timur dan 8" 8' sampai dengan 9" 7' Lintang Selatan serta
memiliki luas wilayah 6.643,98 Km2. Bila dilihat dari segi topografinya,
permukaan tanah di wilayah Kabupaten Sumbawa tidak rata atau cenderung
berbukit-bukit dengan ketinggian berkisar antara 0 hingga 1.730 meter diatas
permukaan air laut, dimana sebagian besar diantaranya yaitu seluas 355.108 ha
atau 41,81 persen berada pada ketinggian 100 hingga 500 meter. Sementara itu
ketinggian kota-kota kecamatan di Kabupaten Sumbawa berkisar antara 10
sampai 650 meter diatas permukaan air laut. Jarak tempuh dari ibu kota
kabupaten ke kota-kota kecamatan rata-rata berjarak 45 km.
Pandemi Covid-19 mulai masuk ke Indonesia pada tanggal 2 Maret
2020. Covid-19 menyebar hampir di seluruh wilayah Indonesia. Provinsi Nusa
Tenggara Barat (NTB) menjadi salah satu provinsi yang terkena dampak dari
pandemi Covid-19. Per tanggal 20 December 2020 terdapat sebanyak 3278
terkonfirmasi positif, sebanyak 3111 dinyatakan sembuh dan sebanyak 146
dinyatakan sembu (Sumbawa tangkal Covid-19). Dalam rangka memutuskan
mata rantai penularan Covid-19 pemerintah telah membuat beberapa
kebijakan diantaranya meliputi Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) dan
pembatasan semantara beroperasinya sarana ransportasi darat, laut dan udara.

8
Hal ini tentu berdampak pada sendi-sendi kehidupan sosial ekonomi
masyarakat terutama dalam pemenuhan kebutuhan hidup khususnya
kebutuhan pangan.
Diberlakukankannya social dan pshycal distancing ,PSBB serta
pembatasan akses transportasi oleh pemerintah tentunya berdampak pada
terjadinya hambatan rantai pasok distribusi bahan pangan antar daerah
termasuk di Kabupaten Sumbawa. Dalam posisi ini Kabupaten Sumbawa
termasuk salah satu daerah yang sangat tergantung dengan pasokan pangan
dari daerah lain.
Selain permasalahan pendistribusian pangan yang terhambat sebagai
akibat dari pemberlakuan kebijakan pemerintah untuk memutus mata rantai
penularan Covid-19, permasalahan rawan pangan di Sumbawa juga
disebabkan oleh masih dominannya masyarakat yang mengkonsumsi pangan
berbahan baku beras saja. Hal ini dapat terjadi karena disebebkan oleh
kurangnya pemahaman serta pengetahuan masyarakat tentang pola makan
yang Beragam, Bergizi, Seimbang dan Aman (B2SA). Hal ini menjadi sangat
riskan mengingat di masa pandemi Covid-19 seperti sekarang ini diperlukan
imunitas yang baik.
Selain kurangnya pemahaman dan pengetahuan masyarakat Sumbawa,
permasalahan akan pengkonsumsi pangan dari bahan baku beras juga
disebabkan oleh tingkat daya beli masyarakat yang rendah akibat dari harga
pangan lokal khususnya non beras yang masih relatif tinggi. Selain
permasalahan mahalnya harga bahan pangan, kerawanan pangan di sumbawa
juga disebabkab oleh rendahnya produksi pangan lokal yang mana kemudian
menciptakan kelangkaan produk pangan lokal. Kurangnya industri pangan
lokal di Sumbawa juga berkontribusi pada terjadinya kerawanan pangan.
Akibat dari kurangnya peredaran (supply) produk pangan olahan yang berasal
dari industri pangan lokal, membuat masyarakat cenderung mencari alternatif
pilihan lain dalampemilihan konsumsi pangan dimana ia lebih memilih untuk
memakan makanan cepat saji. Pemilihan makanan cepat saji ini disebabkan
oleh tersedianya makanan tersebut di lingkungan masyarakat dengan harga
yang murah.

9
Di tengah pandemi Covid-19 saat ini, dari 157 desa di Kabupaten
Sumbawa, terdapat 25 desa berada pada prioritas 1 dengan rasio 0,03447.
Kemudian terdapat 25 desa dengan rasio 0,0449 berada pada prioritas 2 dan
terdapat 33 desa berada pada prioritas 3 dengan rasio 0,0597. Data ini
merepresentasikan bahwa sampai dengan saat ini, masih terdapat 25 desa
prioritas 1 di Kabupaten Sumbawa yang masih sangat timpang rasio jumlah
rumah tangga dengan jumlah sarana prasarana penyedia pangan (pasar,
minimarket, toko, warung, restoran dan lain-lain).
Berdasarkan indikator akses jalan, dari 157 desa di Kabupaten
Sumbawa. Terdapat 8 desa yang tersebar di 3 kecamatan yakni kecamatan
Plampang (3 desa), kecamatan Batulanteh (3 desa) dan Kecamatan Orong Telu
(2 desa) yang mempunyai akses jalan memprihatinkan yaitu tidak beraspa dan
terjal. Masalah lain yang perlu disoroti adalah masih minimnya ketersediaan
air bersih dan masih kurangnya tenaga kesehatan di desa-desa yang mengalami
kerawanan pangan.

3.3 Upaya Penanganan Kerawanan Pangan di Kabupaten Sumbawa


Upaya yang telah dilakukan guna melakukan penanganan pangan di
Kabupaten Sumbawa yakni terdapat penyerahan bantuan cadangan makanan
oleh Pemerintah Provinsi Nusa Tenggara Barat guna penanganan daerah
rentan rawan pangan prioritas nusa tenggara barat pada tahun 2021, sebanyak
3.620 kg beras dan Dinas Pangan Kabupaten Sumbawa, hingga saat ini masih
mendistribusikan cadangan pangan yang dianggarkan melalui APBD 2020.
Dinas Sosial yang bekerjasama kerjasama Bulog Sumbawa dalam
memberikan bantuan sosial beras yang digulirkan oleh Kemensos RI melalui
Perum Bulog dalam masa PPKM ke Pemerintah Desa dan Kelurahan dan
selanjutnya diserahkan kepada Penerima Manfaat. Bantuan sosial berasa
tersebut sebesar 10 kg per Keluarga Penerima Manfaat (KPM) diberikan
kepada keluarga penerima Program Keluarga Harapan (PKH) dan Bantuan
Sosial Tunai (BST). Untuk Kabupaten Sumbawa Bantuan Beras PPKM
diberikan kpd 48.003 KPM, yg terdiri KPM PKH sebanyak 19.975 dan KPM
BST sebanyak 28.028.

10
Kemudian terdapat Bantuan Pangan Non Tunai (BPNT) yang merupakan
bantuan pangan dari pemerintah yang diberikan kepada KPM setiap bulannya
melalui mekanisme akun elektronik yang digunakan hanya untuk membeli
pangan di e-Warong KUBE PKH / pedagang bahan pangan yang bekerjasama
dengan Bank HIMBARA (agen BRI). Bertujuan untuk mengurangi beban
pengeluaran serta memberikan nutrisi yang lebih seimbang kepada KPM
secara tepat sasaran dan tepat waktu, bantuan yang diberikan sebesar Rp.
110.000 /KPM /bulan.
Selain terdapat bantuan sosial tersebut, Dinas Ketahanan Pangan
Kabupaten Sumbawa membuat terobosan melalui Program Pekarangan
Pangan Lestari yang telah menjangkaun 40 wilayah desa yang ada di
kabupaten Sumbawa. Program ini dilasanakan sebagai upaya untuk mencetak
generasi yang produktif di mulai dari desa hingga kota.

3.4 Rekomendasi Penanganan Kerawanan Pangan di Kabupaten Sumbawa


Dalam upayanya mengatasi kerawanan pangan di Kabupaten Sumbawa
masih diperlukan kebijakan publik untuk intervensi startegis sebagai solusi
atas semua permasalahan tersebut yang harus diprioritaskan oleh Dinas
Pangan.
Terdapat tiga program yang menjadi rujukan sebagai intervensi sistemik.
1. Program dengan meningkatkan promosi dan sosialisasi produk pangan
unggulan (non beras). Metode sosialisasi dan promosi di tengah pandemi
Covid-19 dapat dilakukan melalui media cetak, elektronik dan atau media
sosial. Selain itu, dapat dilakukan dengan mengintensifkan kegiatan
Pengembangan Pangan Pokok Lokal (P3L) sebagai upaya sosialisasi
konsumsi pangan non beras. P3L adalah kegiatan untuk menghasilkan
produk olahan pangan pokok sumber karbohidrat selain beras dan terigu
sesuai karakteristik daerah berbasis sumber daya lokal. Penerima manfaat
kegiatan ini adalah kelompok usaha/perorangan yang bergerak di bidang
pengolahan pangan pada skala usaha mikro, kecil atau menengah
(UMKM). Kelompok UMKM yang ditetapkan akan mendapat bantuan
untuk proses produksi atau pengolahan mulai dari bahan baku, mesin

11
peralatan, pengemasan hingga uji kelayakan produk. Produk yang
dihasilkan merupakan produk pangan lokal yang dapat dikonsumsi oleh
masyarakat sebagai pangan pokok dalam mengurangi konsumsi nasi/beras
(Kementrian Pertanian, 2018).
2. Kedua, dalam rangka penanganan terhadap masalah pola pangan harapan
(PPH) yang sampai saat ini masih berada di bawah provinsi, program yang
dapat diimplementasikan adalah mendorong tumbuhnya industri dan
inovasi pengembangan produk pangan lokal. Oleh karena itu, produksi dan
pengembangan produk pangan domestik menjadi tumpuan utama bagi
daerah termasuk Kabupaten Sumbawa. Guna membantu masyarakat dalam
meningkatkan kinerja produksi, masyarakat membutuhkan adanya fasilitas
dan bantuan. Selain hal tersebut, melihat bahwa saat ini masih dalam
situasi pandemi, maka guna menjamin kualitas dan keamanan pangan
diperlukannya protokol produksi yang dapat menjamin pangan yang
terbebas dari kontaminasi Covid-19.
3. Ketiga, dalam rangka penanganan terhadap kerawanan pangan di
Kabupaten Sumbawa, pemerintah dalam hal Dinas Pangan harus
memastikan fasilitas, infrastruktur dan bantuan di semua lini pangan, mulai
dari produksi hingga konsumsi, berjalan sebagaimana mestinya sebagai
langkah antisipasi dampak Covid-19 terhadap ketersediaan dan stabilitas
harga pangan di Kabupaten Sumbawa. Menegaskan hal tersebut, Permana
(2010) juga menjelaskan bahwa infrastruktur dapat memberikan manfaat
yang besar terhadap peningkatan produktivitas serta nilai tambah dari
semua sektor perekonomian. Adanya pembangunan infrastruktur tersebut,
dapat memberikan beberapat manfaat yakni peningkatan produktivitas
faktor-faktor produksi, mobilitas penduduk, aliran barang dan jasa, serta
proses perdagangan antar daerah

12
BAB IV
KESIMPULAN

4.1 Kesimpulan
Pandemi Covid-19 secara langsung berdampak pada pasok dan permintaan
pangan dunia, sehingga menimbulkan kekhawatiran terjadinya krisis pangan
selain krisis kesehatan yang sudah ada. Di Indonesia, COVID-19 telah
menimbulkan kekhawatiran akan pasokan pangan. Menteri Pertanian menyatakan
pada Mei 2020 bahwa stok beras diperkirakan bertahan pada angka 14 juta ton
antara April dan Juni.
Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB) menjadi salah satu provinsi yang
terkena dampak dari pandemi Covid-19. Per tanggal 20 December 2020 terdapat
sebanyak 3278 terkonfirmasi positif, sebanyak 3111 dinyatakan sembuh dan
sebanyak 146 dinyatakan sembu (Sumbawa tangkal Covid-19). Berdasarkan
permasalahan pangan yang terjadi di kabupaten Sumbawa diperlukan kebijakan
publik untuk intervensi startegis sebagai solusi atas semua permasalahan tersebut
yang harus diprioritaskan oleh Dinas Pangan. Dalam rangka menangani
permasalahan tersebut, terdapat 3 program yang dijalankan. Pertama, Program
dengan meningkatkan promosi dan sosialisasi produk pangan unggulan (non
beras). Kedua, program yang dapat diimplementasikan adalah mendorong
tumbuhnya industri dan inovasi pengembangan produk pangan lokal. Dan ketiga,
dalam rangka penanganan terhadap kerawanan pangan di Kabupaten Sumbawa,
pemerintah dalam hal Dinas Pangan harus memastikan fasilitas, infrastruktur dan
bantuan di semua lini pangan, mulai dari produksi hingga konsumsi, berjalan
sebagaimana mestinya sebagai langkah antisipasi dampak Covid-19 terhadap
ketersediaan dan stabilitas harga pangan di Kabupaten Sumbawa.

13
DAFTAR PUSTAKA

http://covid19.sumbawakab.go.id/ diakses pada tanggal 13 Oktober 2021


http://dinaspangan.sumbawakab.go.id/ diakses pada tanggal 13 Oktober 2021
https://dinsos.sumbawabaratkab.go.id/ diakses pada tanggal 15 Oktober 2021
https://www.kabarsumbawa.com/ diakses pada tanggal 13 Oktober 2021
https://sumbawakab.go.id/geografi.html diakses pada tanggal 15 Oktober 2021
Aisyah, I. S. (2020). Ketahanan Pangan Keluarga Di Masa Pandemi COVID
19. Jurnal Kesehatan Komunitas Indonesia, 16(2).
Hirawan, F. B., & Verselita, A. A. (2020). Kebijakan pangan di masa pandemi
Covid-19. CSIS Indonesia.
Hairad, F. (2020). Sektor Pertanian di Tengah Pandemi COVID-19 ditinjau Dari
Aspek Agribisnis. Jurnal Agriuma, 2(2), 82-89.
Mardiana Ratna Sari. (2009). Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kerawanan
Pangan Rumah Tangga Miskin Di Desa Wiru Kecamatan Bringin
Kabupaten Semarang. Under Graduates thesis, Universitas Negeri Semarang.
Masniadi, R., Angkasa, M. A. Z., Karmeli, E., & Esabella, S. (2020). Telaah kritis
ketahanan pangan Kabupaten Sumbawa dalam menghadapi pandemi covid-
19. Indonesian Journal of Social Sciences and Humanities, 1(2), 109-120.
Purwaningsih, Y. (2008). Ketahanan pangan: situasi, permasalahan, kebijakan,
dan pemberdayaan masyarakat. Jurnal Ekonomi Pembangunan: Kajian
Masalah Ekonomi dan Pembangunan, 9(1), 1-27.
Saliem, H. P., & Ariani, M. (2002). Ketahanan pangan, konsep, pengukuran dan
strategi.
Wartiningsih, A., & Maryati, L. (2018). Determinasi Ketahanan Pangan Daerah
Kawasan Pesisir di Kecamatan Labuhan Badas Kabupaten Sumbawa. Jurnal
Riset Kajian Teknologi dan Lingkungan, 1(1), 17-21.

14

Anda mungkin juga menyukai