Anda di halaman 1dari 25

Ketahanan dan

Kerawanan Pangan di
Daerah Pesisir
Oleh :
Ir. Suyatno, Mkes
Hp. 08122815730
Email: suyatno.undip@gmail.com
IG: @suyatno_H_utomo

Bagian Gizi FKM UNDIP Semarang

PENDAHULUAN
Pangan : Hidup – Matinya Bangsa !
Soekarno  pangan merupakan soal mati-hidupnya suatu bangsa; apabila
kebutuhan pangan rakyat tidak dipenuhi maka “malapetaka”; oleh karena
itu perlu usaha secara besar-besaran, radikal, dan revolusioner

Bush : “....It would be a nation subject to international pressure. It would be a


nation at risk ....Increase domestic food production in order to minimize
dependence on imports in world market that may not grow fast enough to
meet the rising demand...Food security in the long run may be available
only to the rich”  Suatu negara harus mampu menyediakan pangan
yang cukup agar tidak tergantung kepada impor dan tekanan kondisi
pangan internasional

Suatu negara harus dapat menyelesaikan masalah ketahanan pangan


agar mampu mempertahankan pertumbuhan ekonominya.

1
KEBUTUHAN MANUSIA
THD PANGAN:

CUKUP :
– JUMLAH Food Security
– KUALITASNYA (Mutu)

AMAN Food Safety

Perkembangan Penduduk
jumlah penduduk Indonesia:
– SP 1071 : 19, 2 juta jiwa
– SP 1980 : 147,5 juta jiwa
– SP 1990 : 179,3 juta jiwa
– SP 2000 : 206,2 juta jiwa
– SP 2010 : 237,6 juta jiwa
Laju pertumbuhan penduduk Indonesia
sebesar 1,49 persen per tahun.

2
Perubahan penduduk dan pangan di negara
berkembang (Dumont, 1968)
Pertumbuhan
(%)
4

penduduk
3

2
Revolusi kesehatan

Situasi Produksi
1
tradisional pangan

abad 18 abad 19 abad 20


5

Pengertian Istilah
Ketahanan Pangan :
 kondisi terpenuhinya pangan bagi rumah tangga yang
tercermin dari tersedianya pangan yang cukup, baik dalam
jumlah maupun mutunya, aman, merata, dan terjangkau (UU
No.7 tahun 1996 tentang Pangan)
 kondisi terpenuhinya Pangan bagi negara sampai dengan
perseorangan, yang tercermin dari tersedianya Pangan yang
cukup, baik jumlah maupun mutunya, aman, beragam,
bergizi, merata, dan terjangkau serta tidak bertentangan
dengan agama, keyakinan, dan budaya masyarakat, untuk
dapat hidup sehat, aktif, dan produktif secara berkelanjutan
(UU No.18 tahun 2012 tentang Pangan).
 Ketika setiap orang pada setiap saat memiliki aksesibilitas
secara fisik dan ekonomi terhadap pangan yang cukup untuk
memenuhi kebutuhan mereka agar dapat hidup produktif dan
sehat (World Bank, 1986; von Braun et al., 1992; Chung et
al., 1997).

3
Pengertian Istilah

Swasembada Pangan :
• Kemampuan memenuhi kebutuhan pangan dari produksi dalam
negeri

Kemandirian Pangan :
• Kondisi terpenuhinya pangan tanpa adanya ketergantungan dari
pihak luar dan mempunyai daya tahan tinggi terhadap
perkembangan dan gejolak ekonomi dunia.

Kedaulatan Pangan :
• hak setiap orang, masyarakat dan negara untuk mengakses dan
mengontrol aneka sumberdaya produktif serta menentukan dan
mengendalikan sistem (produksi, distribusi, konsumsi) pangan
sendiri sesuai kondisi ekologis, sosial, ekonomi, dan budaya khas
masing-masing (Hines 2005 dalam Khudori 2008)

Pelaku utama Produksi Pangan


Petani adalah warga negara Indonesia, baik
perseorangan maupun beserta keluarganya yang
melakukan usaha tani di bidang Pangan.
Nelayan adalah warga negara Indonesia, baik
perseorangan maupun beserta keluarganya yang mata
pencahariannya melakukan penangkapan ikan.
Pembudi Daya Ikan adalah warga negara Indonesia,
baik perseorangan maupun beserta keluarganya yang
mata pencahariannya membesarkan, membiakkan,
dan/atau memelihara ikan dan sumber hayati perairan
lainnya serta memanen hasilnya dalam lingkungan yang
terkontrol.
8

4
Insecurity:
Masalah Pangan adalah keadaan kekurangan, kelebihan,
dan/atau ketidakmampuan perseorangan atau rumah
tangga dalam memenuhi kebutuhan Pangan dan
Keamanan Pangan.
Krisis Pangan adalah kondisi kelangkaan Pangan yang
dialami sebagian besar masyarakat di suatu wilayah yang
disebabkan oleh, antara lain, kesulitan distribusi Pangan,
dampak perubahan iklim, bencana alam dan lingkungan,
dan konflik sosial, termasuk akibat perang.

Penerapan Ekologi Pangan & Gizi dalam Program


Pengantar

“KETAHANAN PANGAN”
(food security)

“KERAWANAN PANGAN”
(food insecurity)

Excellence with Morality

UNIVERSITAS AIRLANGGA

5
Penerapan Ekologi Pangan & Gizi dalam Program
Pengantar

Tanda2 rawan pangan di suatu wilayah dapat meliputi hal-hal


yang berkaitan dg PENYEBAB, hingga AKIBAT rawan pangan
Tanda-tanda yg berkaitan dg PENYEBAB rawan pangan
misalnya:
– Terjadinya eksplosi hama dan penyakit pada tanaman
– Terjadinya bencana alam berupa kekeringan, banjir, gempa
bumi, gunung meletus dsb
– Terjadinya kegagalan tanaman pangan pokok
– Terjadinya penurunan persediaan bahan pangan setempat.

Excellence with Morality

UNIVERSITAS AIRLANGGA

Penerapan Ekologi Pangan & Gizi dalam Program


Pengantar

Tanda-tanda yg berkaitan dg AKIBAT rawan pangan misalnya:


– Meningkatnya prevalensi kekurusan/KEP
– Meningkatnya jumlah orang sakit yang dicatat di balai
kesehatan dan puskesmas
– Meningkatnya angka kematian bayi dan balita
– Meningkatnya angka kelahiran dengan angka berat badan
dibawah standar (BBLR)

Kerawanan pangan juga dpt didefinisikan sbg kondisi apabila


rumah tangga (anggota RT) mengalami kurang gizi sbg akibat tdk
cukupnya ketersediaan pangan (physical unavailability of food),
dan/atau ketidak mampuan RT dalam mengakses pangan yg cukup,
atau apabila konsumsi makanannya (food intake) berada dibawah
jumlah kalori minimum yg dibutuhkan
Excellence with Morality

UNIVERSITAS AIRLANGGA

6
Penerapan Ekologi Pangan & Gizi dalam Program
Pengantar

Salah satu indikator outcome kerawanan pangan yg digunakan


di Indonesia adlh tingkat kecukupan gizi masyarakat yg
diukur dari % pemenuhan AKG, terutama E & P

Excellence with Morality

UNIVERSITAS AIRLANGGA

Penerapan Ekologi Pangan & Gizi dalam Program


Pengantar

“KETAHANAN PANGAN”
(food security)

“KERAWANAN PANGAN”
(food insecurity)

DAPAT DICEGAH, jika kita “WASPADA”


thd kemungkinan terjadinya rawan pangan

“Kewaspadaan pangan merupakan suatu kegiatan dalam


mengantisipasi munculnya kasus rawan pangan”
Excellence with Morality

UNIVERSITAS AIRLANGGA

7
Arah Kebijakan Pangan dan Pertanian 2005-2025

• Mewujudkan bangsa yang berdaya saing  efisiensi,


modernisasi dan nilai tambah pertanian agar mampu
bersaing di pasar lokal dan internasional untuk penguatan
ketahanan pangan

• Mewujudkan Indonesia aman, damai, dan bersatu 


sistem ketahanan pangan diarahkan untuk menjaga
ketahanan dan kemandirian pangan nasional dengan
mengembangkan kemampuan produksi dalam negeri yang
didukung kelembagaan ketahanan pangan yang mampu
menjamin pemenuhan kebutuhan pangan yang cukup di
tingkat rumahtangga, baik dalam jumlah, mutu, keamanan,
maupun harga yang terjangkau, yang didukung oleh
sumber-sumber pangan yang beragam yang sesuai
dengan keragaman lokal

(UU. 17 Tahun 2007 tentang RPJPN 2005-2025)

KENDALA DAN TANTANGAN


FOOD, FUEL,
FEED
PASAR INTERNASIONAL
LAHAN Penguasaan pasa internasional
Konversi lahan oleh sekelompok korporasi
meningkat Diversifikasi
Kualitas lahan Konsumsi
turun pangan lambat

IKLIM
Pendapatan
TEKNOLOGI SUPPLY PASAR DEMAND masyarakat
meningkat
KELEMBAGAAN
Permodalan
Organisasi petani Pertumbuhan
penduduk
Institusi
pendukung Harga fluktuatif meningkat

SARPRAS
Penyediaan
sarpras yang
kurang

8
Elemen Ketahanan Pangan:

1. Ketersediaan -- unsur utama


2. Keterjangkauan/Aksesibilitas
3. Vulnerability : kerentanan terhadap resiko
4. Stabilitas: kerentanan internal
5. Realiabilitas/keandalan: kerentanan
eksternal
6. Berkelanjutan (Sustainability)

Landasan Hukum:
UU No.7 tahun 1996 diperbaharui dengan
UU No 18 tahun 2012
17

Indikator :

1) Ketersediaan
pangan tersedia cukup : volume, keragaan, mutu &
aman dikonsumsi
2) Distribusi
Pasokan pangan merata ke seluruh wilayah, harga
stabil & terjangkau
3) Konsumsi
RT mampu mengakses pangan & konsumsi sesuai
kaidah gizi & kesehatan

18

9
Ketersediaan Pangan:
Kata kunci ketahanan pangan.
Jenis:
– Ketersediaan di Pasar
– Ketersediaan di Rumahtangga
Penentu ketersediaan di Rumahtangga:
– Akses secara fisik
 sistem produksi, distribusi dan pemasaran
-- teknologi dan kebijakan
– Akses secara ekonomi  pendapatan
– Sosial budaya 19

Masalah Penyediaan Pangan


1. Ketergantungan terhadap satu komoditas pangan pokok
utama, yaitu beras padahal laju produksi beras/padi pada
10 tahun terakhir hanya 50% dari laju pertumbuhan pendd.
2. Makin sempitnya lahan produktif, karena berubah fungsi
menjadi pemukiman, mall, industri, jalan baru, dll, termasuk
di daerah pesisir.
3. Pada masyarakat pesisir, teknologi budidaya dan
penangkapan yang diterapkan masih belum modern dan
tergantung pada musim
4. Kurang memasyarakatnya pola makan gizi berimbang, dan
kurang berimbangnya gizi masyarakat shg menyebabkan
berkembangnya kasus salah gizi yang berlawanan.
5. Saat digalakkan diversifikasi pangan, komoditas pangan
lokal tidak mencukupi akibat terfokusnya perhatian pada
satu komoditas (beras) shg komoditas lokal lainnya tidak
berkembang.
6. Membanjirnya produk impor telah memberi andil dalam
mengubah pola makan masyarakat Indonesia, terutama di
perkotaan, dan persoalan halal untuk dikonsumsi. 20

10
Ketersedian Pangan dari Sisi
Produksi
beberapa komoditas pangan tertentu terutama
perikananm banyak terjadi fluktuasi produksi dari
musim ke musim dan dari tahun ke tahun
beberapa komoditas pangan menunjukkan gejala
yang cenderung mendatar (leveling-off) dan bahkan
menurun.
Penyebabnya:
– konversi lahan pertanian ke non pertanian,
– penurunan kesuburan lahan pertanian akibat degradasi
kualitas lingkungan
– ketersediaan air untuk pertanian dan perikanan semakin
mengalami ketidakpastian akibat adanya gejala alam yang
tidak mendukung.
– Perikanan: teknologi penangkapan blm modern, illegal
fishing, kerusakan lingkungan krn pencemaran dan cara
penangkapan yg salah 21

Ketersediaan Pangan dari Sisi


Impor
Berisiko besar :
– terbatasnya devisa yang dimiliki
– adanya ketidakpastian dari segi jumlah dan harga
di pasar internasional.
– impor beberapa pangan cenderung meningkat
Jenis komoditas yang masih memerlukan
impor:
– terigu
– daging-susu
– kedelai
– gula
– beras (untuk stok – 1994 dan 2008 swasembada)
– garam
22

11
Berdasarkan PP No 68 tahun 2002 tentang
Ketahanan Pangan
Ketersediaan pangan berasal dari hasil produksi
pangan produksi dalam negeri, cadangan pangan
dan pemasukan pangan
Untuk mewujudkan penyediaan pangan dilakukan
dengan:
– Mengembangkan sistem produksi pangan yang
bertumpu pada sumberdaya, kelembagaan dan
budaya lokal
– Mengembangkan efisiensi sistem usaha pangan
– Mengembangkan teknologi produksi pangan
– Mengembangkan sarana dan prasarana produksi
pangan
– Mempertahankan dan mengembangkan lahan
produktif
Untuk pemerataan ketersediaan dilakukan sistem
distribusi yang efisien dan dapat mempertahankan
keamanan, mutu dan gizi pangan
23

Strategi untuk mewujudkan ketahanan


pangan (Suharjo, 1999) yaitu :

Peningkatan Produksi Pangan


Peningkatan Penerapan Teknologi
Pascapanen dan Pengolahan Pangan
Pembinaan Sistem Distribusi dan
Cadangan Pangan
Peningkatan Deversifikasi Pangan
Pemantapan Sistem Kewaspadaan
Pangan dan Gizi
Pembinaan Sistem Kelembagaan
24

12
Dibutuhkan Swasembada
Pangan:
Suatu upaya untuk memenuhi
ketersediaan pangan secara cukup
dengan bertumpu pada pemanfaatan
s.d. dalam negeri sacara maksimal.
Ada 3 jenis:
– Swasembada absolut
– Swasembada menurut trend (on trend)
– Swasembada sbg kemampuan mengimpor

25

Contoh menghitung Tingkat Swasembada


Produksi Konsumsi
Tersedia Tingkat
Pertumb
untuk Penduduk Per Swasem
Padi GKG Beras . Total
Tahun Konsumsi kapita bada

(000
(000 ton) (000 ton) (%) (000 ton) (000 jiwa) (kg) (%)
ton)
1 2 3 4 5 6 7 8 9

2004 54.088 34.076 3,7 30.668 216.382 139,1 30.099 101.89

2005 54.151 34.115 0,1 30.704 219.205 139,1 30.491 100.70

2006 54.455 34.307 0,6 30.876 222.051 139,1 30.887 99.96

2007 57.157 36.009 5,0 32.408 222.735 139,1 30.982 104.60

Artinya produksi beras


DN dapat mencukupi
kebutuhan konsumsi DN

13
Strategi Mengatasi Masalah
Pangan & Gizi
Food based approach:
– Peningkatan Deversifikasi pangan
– Produksi pangan
– PMT
– fortifikasi, dll
Non Food based approach:
– suplementasi
– kelembagaan: penyangga, surveilance,
– dll.
28

14
STRATEGI
Pendekatan Supply/Penyediaan
Pangan:
Cadangan/Stok (di tk desa, kab/kota,
propinsi, pusat).
import (terigu, beras, gula, kedelai,
garam dsb)
Produksi dalam negeri:
– Pertanian
– Perikanan
– Peternakan
– Penerapan teknologi pascapanen
– Pemanfaatan lahan kritis, dsb
29

Peningkatan Produksi Pangan


Komoditas tanaman pangan:
– Jenis : Seralia dan Hortikultura (sayur, buah),
rumput laut
– Upaya: teknologi (intensivikasi) dan perluasaan
lahan (ekstensivikasi)
Komoditas pangan hewani:
– Sumber:
Daging
Telur
Susu
Ikan, udang
– Upaya: teknologi pembibitan, budidaya dan
pescapanen
30

15
Komoditas Perikanan:
– Ikan sumber protein yang murah
– Permasalahan:
Peran Ikan dalam konsumsi pangan tradisional masih kecil,
karena:
– Sebagian besar penduduk kurang mengenal manfaat ikan
(terutama sekitar Jawa dan Bali)
– Ikan kalah dalam persaingan tradisional melawan unggas
dan ternak (ayam, kambing, sapi dan produk sampingnya
seperti susu & telur)
– Konsep kesejahteraan rakyat dalam pembangunan lebih
condong ke indikator pangan asal ternak, misalnya: berapa
konsumsi daging, telur dan susu.
Masih banyak yang digunakannya cara-cara yang
tidak mengancam kelestarian hayati: penggunaan
bom, jaring pukat harimau
– Upaya : teknologi penangkapan dan budidaya

31

STRATEGI
Pendekatan Konsumsi Pangan:
Ditujukan untuk peningkatan:
– volume pangan yang dikonsumsi
– konsumsi zat gizi yang dikandung bahan pangan (mutu
pangan)
Dasar Pengembangan:
– Widyakarya Nasional Pangan dan Gizi 2004:
angka kecukupan energi 2000 Kkal perkapita perhari di tingkat
konsumsi dan 2200 Kkal perkapita perhari untuk tingkat
ketersediaan
angka kecukupan protein 52 g perkapita perhari di tingkat
konsumsi dan 57 g perkapita perhari untuk tingkat ketersediaan

32

16
STRATEGI
Pendekatan Konsumsi Pangan:
Kegiatan operasional yang akan dilakukan
untuk medorong upaya pengembangan
konsumsi pangan adalah melalui 4
(empat) pengembangan yaitu :
1. Pengembangan pola konsumsi pangan
2. Pengembangan makanan tradisional
3. Pengembangan konsumsi pangan lokal
4. Pengembangan pemanfaatan pekarangan

33

Deversifikasi:
Tujuan:
– Meningkatkan keanekaragaman pangan
– Mengembangkan teknologi pengolahan dan produk
pangan
– Meningkatan kesadaran masyarakat utk
mengkonsumsi
Produksi :
– pola tanam,
– aneka produksi pangan.
Konsumsi:
– viariasi menu (deversifikasi vertikal)
– ragam konsumsi (deversifikasi horisontal)
– tidak tergantung pada satu jenis pangan
34

17
Penerapan teknologi Pascapanen
– Pascapanen tahap antara panen-konsumsi
– Produk pertanian dan perikanan bersifat
perisahable (mudah rusak)
– Sifat-sifat: tekstur lunak, kadar air tinggi, dan
mengandung komponen gizi & enzim masih
aktif.
– Setelah panen/ditangkap: mutu turun busuk
– Perlu aplikasi teknologi:
Teknologi pemanenan/penangkapan
teknologi penanganan
Teknologi teknologi pengolahan
Pengemasan pangan
35

Fortifikasi Pangan
menambahkan unsur gizi tertentu ke dalam
makanan sehingga mencapai kadar yang
lebih tinggi dari kadar alamiahnya atau
menambahkan unsur gizi tertentu ke dalam
makanan yang pada aslinyanya tidak
mengandung zat gizi tersebut >
ketersediaan gizi
Lebih cost effectiveness dan cocok utk
orang miskin
Mandatory : garam dan terigu
Hasil monitoring:
– baru 53,2 % tepung terigu memenuhi
syarat
– baru 65 % konsumsi garam beryodium 36

18
Tabel : Perkiraan Biaya Intervensi per Orang Per Tahun
Intervensi (USD)

Pendidikan (misalnya pemberian ASI) 5.00

Suplementasi Zat Gizi Mikro:


Yodium 0.50
Zat besi (per kehamilan) 1.70
0.20
Vitamin A
Fortifikasi zat gizi mikro :
0.05
Yodium 0.09
Zat besi (per kehamilan) 0.05-0.15
Vitamin A

Program pemberian makanan 70.00 - 100.00

Program berbasis masyarakat 5.00 - 10.00


(perkarangan rumah, monitoring pertumbuhan)
37

Cara Mengetahui ketahanan


pangan di suatu wilayah:
Data Neraca bahan pangan (NBM):
– menampilkan tingkat ketersediaan pangan &
gizi per kapita penduduk.
Data PPH : keragaman pangan
Kegiatan Surveilance: SKPG
– kegiatan monitoring terhadap indikator
kerawanan pangan dan gizi di suatu daerah
untuk mendapatkan isyarat dini adanya
kerawanan shg dpt dilakukan
tindakan/intervensi lebih dini.
– berbeda dengan kegiatan skrining 38

19
Pelaksanaan SKPG: tahunan & bulanan
SKPG
TAHUNAN BULANAN
PEMANTAUAN SPG TAHUNAN PEMANTAUAN SPG BULANAN

I.ASPEK KETERSEDIAAN I.ASPEK KETERSEDIAAN


Rasio antara ketersediaan 1. Persentase rata-rata luas tanam
dibandingkan dengan konsumsi 2. Persentase rata-rata luas puso
normatif

II.ASPEK AKSES PANGAN II. ASPEK AKSES PANGAN


Persentase Keluarga Miskin 3. Persentase rata-rata harga bulan
berjalan komoditas dibandingkan
dengan rata-rata harga 3 bulan
terakhir

III.ASPEK PEMANFAATAN III. ASPEK PEMANFAATAN PANGAN


PANGAN 4. Persentase Balita yg naik BB (N)
Prevalensi gizi kurang pada balita 5. Persentase Balita yg BGM
6. Persentase balita yang tidak naik
berat badannya dalam 2 kali
penimbangan berturut-turut

1. ANALISIS SPG TAHUNAN - Data

Kelompok Data Sumber Data Keterangan


A. Ketersediaan a. Ketersediaan Dinas Pertanian Bulan Juli tahun berjalan
Pangan dibandingkan dengan BPS dan menggunakan data
konsumsi normatif BPS II tahun berjalan
b. Jumlah penduduk BKP/BULOG Data proyeksi penduduk
tengah tahunan tengah tahun
c. Cadangan pangan

B. Akses a. Keluarga Prasejahtera SKPD KB -


Terhadap dan Keluarga Kab/Kota time series data
Pangan Sejahtera I BPS/Dinas
b. Harga Perindag
c. IPM BPS
d. NTP BPS

C. Pemanfaatan a. Jumlah balita Dinas Berat Badan/Umur


Pangan b. Persen Balita gizi Kesehatan Berat Badan/Tinggi
buruk (-3 SD) (hasil
c. Persen Balita gizi Pemantauan
kurang (-2 SD) Status Gizi)

20
1. ANALISIS SPG TAHUNAN - Indikator & Analisis

1) Aspek Ketersediaan

Indikator Nilai (r) Bobot Warna


Rasio antara ketersediaan r > 1,14 1 Hijau
dibandingkan dengan konsumsi 0,90 < r ≤ 1,14 2 Kuning
normative
(Note: konsumsi r < 0,90 3 Merah
normatif=300gr)

2) Aspek Akses

Persentase
Indikator Bobot Warna
(r) (%)
% Pra Sejahtera dan r < 20 1 Hijau
Sejahtera I 20 ≤ r < 40 2 Kuning
≥ 40 3 Merah
Excellence with Morality

UNIVERSITAS AIRLANGGA

3) Aspek Pemanfaatan

Persentase (r)
Indikator Bobot Warna
(%)

Prevalensi gizi kurang r < 15 1 Hijau


pada Balita 15 ≤ r ≤ 20 2 Kuning
> 20 3 Merah

4) Analisis Komposit
Komposit 1 + 2
Komposit 3 Skor 2 3 4 5 6
1 3 4 5 6 7
2 4 5 6 7 8
3 5 6 7 8 9
Keterangan:
Total bobot 3 – 4 = warna hijau (aman)
Total bobot 5 – 6 dan tidak ada skor 3 = warna kuning (waspada)
Total bobot 5– 9 dan ada skor 3 = warna merah (rawan)
Excellence with Morality

UNIVERSITAS AIRLANGGA

21
2. ANALISIS SITUASI PANGAN DAN GIZI BULANAN - data
Kelompok Data Sumber Data Keterangan
A. a. Luas tanam Dinas Pertanian SP Padi
Ketersediaan b. Luas puso Dinas Pertanian SP Palawija
Pangan c. Luas panen Dinas Pertanian (jagung, ubi kayu,
d. Cadangan Pangan BKP/BULOG ubi jalar)
Petugas Pengamat
Hama dan Penyakit
(PHP)
B. Akses
Harga Komoditas Pangan (Beras, Jagung, Ubi Kayu,
Terhadap Dinas Perindag/BKP Survei Harga
Ubi Jalar, Gula, minyak goreng, daging ayam, telur)
Pangan
a. Angka Balita Ditimbang (D)
b. Angka Balita Naik Berat Badan (N)
c. Balita yang tidak naik berat badannya dalam 2 kali
C. Pemanfaatan Laporan
penimbangan berturut-turut (2T) Dinas Kesehatan
Pangan Penimbangan dan
d. Angka Balita dengan Berat Badan Dibawah Garis
KLB
Merah (BGM)
e. Kasus gizi buruk yang ditemukan
Dinas Sosial,
Jumlah tindak kejahatan, jumlah KK dengan angota Kepolisian, Dinas
keluarga yang menjadi tenaga kerja ke luar daerah, Tenaga Kerja, Dinas
D. Spesifik Apabila Diperlukan
penjualan aset, penjarahan hutan, perubahan pola Kehutanan, Dinas
Lokal
konsumsi pangan, cuaca, dll Kesehatan, BMKG,
dll
E. Data a. Luas tanam bulanan 5 tahun terakhir Dinas Pertanian dan Digunakan untuk
Pendukung b. Luas puso bulanan 5 tahun terakhir BPS analisis bulanan
43

2. ANALISIS SITUASI PANGAN DAN GIZI BULANAN


– Indikator & analisis

1) Ketersediaan

No Indikator Persentase (r) Bobot


(%)
1 Persentase luas tanam bulan r≥5 1 = Aman
berjalan dibandingkan -5 ≤ r < 5 2 = Waspada
dengan rata-rata luas tanam - r < -5 3 = Rawan
bulan bersangkutan 5 tahun
terakhir
2 Persentase luas puso bulan r < -5 1 = Aman
berjalan dibandingkan 5 ≤ r < -5 2 = Waspada
dengan rata-rata luas puso r<5 3 = Rawan
bulan bersangkutan 5 tahun
terakhir
Excellence with Morality

UNIVERSITAS AIRLANGGA

22
2) Akses
No Indikator Persentase (r) Bobot
(%)
1 Persentase rata-rata harga bulan berjalan komoditas beras r<5 1 = Aman
dibandingkan dengan rata-rata harga 3 bulan terakhir 5 ≤ r ≤ 20 2 = Waspada
r > 20 3 = Rawan
2 Persentase rata-rata harga bulan berjalan komoditas jagung r<5 1 = Aman
dibandingkan dengan rata-rata harga 3 bulan terakhir 5 ≤ r ≤ 15 2 = Waspada
> 15 3 = Rawan
3 Persentase rata-rata harga bulan berjalan komoditas ubi r<5 1 = Aman
kayu dibandingkan dengan rata-rata harga 3 bulan terakhir 5 ≤ r ≤ 15 2 = Waspada
> 15 3 = Rawan
4 Persentase rata-rata harga bulan berjalan komoditas ubi r<5 1 = Aman
jalar dibandingkan dengan rata-rata harga 3 bulan terakhir 5 ≤ r ≤ 15 2 = Waspada
> 15 3 = Rawan
5 Persentase rata-rata harga bulan berjalan komoditas gula r<5 1 = Aman
dibandingkan dengan rata-rata harga 3 bulan terakhir 5 ≤ r ≤ 15 2 = Waspada
> 15 3 = Rawan
6 Persentase rata-rata harga bulan berjalan komoditas minyak r<5 1 = Aman
goreng dibandingkan dengan rata-rata harga 3 bulan 5 ≤ r ≤ 15 2 = Waspada
terakhir > 15 3 = Rawan
7 Persentase rata-rata harga bulan berjalan komoditas daging r<5 1 = Aman
ayam dibandingkan dengan rata-rata harga 3 bulan terakhir 5 ≤ r ≤ 15 2 = Waspada
> 15 3 = Rawan
8 Persentase rata-rata harga bulan berjalan komoditas telur r<5 1 = Aman
dibandingkan dengan rata-rata harga 3 bulan terakhir 5 ≤ r ≤ 15 2 = Waspada
> 15 3 = Rawan 45

Penerapan Ekologi Pangan & Gizi dalam Program


Sistem Kewaspadaan Pangan dan Gizi (SKPG)

3). Pemanfaatan Pangan (food utilization)

Persentase (r)
No Indikator Bobot
(%)
1 Persentase Balita yg naik BB (N) r > 90 1 = Aman
dibandingkan Jumlah Balita 80 ≤ r ≤ 90 2 = Waspada
Ditimbang (D) < 80 3 = Rawan
2 Persentase Balita yg BGM r<5 1 = Aman
dibandingkan Jumlah Balita 5 ≤ r ≤ 10 2 = Waspada
ditimbang (D) > 10 3 = Rawan
3 Persentase balita yang tidak naik r < 10 1 = Aman
berat badannya dalam 2 kali 10 ≤ r ≤ 20 2 = Waspada
penimbangan berturut-turut (2T) > 20 3 = Rawan
dibandingkan Jumlah Balita
ditimbang (D)

Excellence with Morality

UNIVERSITAS AIRLANGGA

23
Penerapan Ekologi Pangan & Gizi dalam Program
Sistem Kewaspadaan Pangan dan Gizi (SKPG)

4). Analisis Komposit Bulanan


Komposit 1 + 2
Komposit 3 Bobot 2 3 4 5 6
1 3 4 5 6 7
2 4 5 6 7 8
3 5 6 7 8 9

Keterangan:
Total bobot 3 – 4 = warna hijau (aman)
Total bobot 5 – 6 dan tidak ada skor 3 = warna kuning (waspada)
Total bobot 5– 9 dan ada skor 3 = warna merah (rawan)

Excellence with Morality

UNIVERSITAS AIRLANGGA

TUGAS
Sesuai dengan kelompok yang terlah dibentuk:
– Carilah minimal dua artikel (tidal boleh sama antar kelompok),
yang berkaitan dengan faktor-faktor yang
berpengaruh/berhubungan dengan ketahanan
pangan/ketersediaan pangan/konsumsi pangan atau gizi di
daerah pesisir:
Faktor lingkungan
– Iklim
– Pencemaran
– Kerusakan Ekosistem pantai atau laut
Faktor sosial (pekerjaan, pendidikan pengetahuan, sikap, dll)
Ekonomi (pendapatan/pengeluaran, daya beli, harga pangan,
harga tukar nelayan dll)
Faktor budaya
– Lakukan telaah artikel dan tuangkan dalam bentuk PPT
48

24
Format Laporan
1. Halaman Cover
2. Pendahuluan
3. Metoda (artikel review, pada berapa jurnal, terbitan mana, topik apa, tahap analisis)
4. Hasil:
a. Hasil Telaah Artikel:

No Judul Artikel dan Authors Method Hasil dan Simpulan


nama jurnal (vol, no) Diskusi
1 Hasil, why
2
3

b. Pembahasan : diskripsikan hasil telaah yang anda lakukan dan lakukan diskusi
5. Kesimpulan
6. Rekomendasi
7. Referensi
49

Terima kasih

50

25

Anda mungkin juga menyukai