Kerawanan Pangan di
Daerah Pesisir
Oleh :
Ir. Suyatno, Mkes
Hp. 08122815730
Email: suyatno.undip@gmail.com
IG: @suyatno_H_utomo
PENDAHULUAN
Pangan : Hidup – Matinya Bangsa !
Soekarno pangan merupakan soal mati-hidupnya suatu bangsa; apabila
kebutuhan pangan rakyat tidak dipenuhi maka “malapetaka”; oleh karena
itu perlu usaha secara besar-besaran, radikal, dan revolusioner
1
KEBUTUHAN MANUSIA
THD PANGAN:
CUKUP :
– JUMLAH Food Security
– KUALITASNYA (Mutu)
Perkembangan Penduduk
jumlah penduduk Indonesia:
– SP 1071 : 19, 2 juta jiwa
– SP 1980 : 147,5 juta jiwa
– SP 1990 : 179,3 juta jiwa
– SP 2000 : 206,2 juta jiwa
– SP 2010 : 237,6 juta jiwa
Laju pertumbuhan penduduk Indonesia
sebesar 1,49 persen per tahun.
2
Perubahan penduduk dan pangan di negara
berkembang (Dumont, 1968)
Pertumbuhan
(%)
4
penduduk
3
2
Revolusi kesehatan
Situasi Produksi
1
tradisional pangan
Pengertian Istilah
Ketahanan Pangan :
kondisi terpenuhinya pangan bagi rumah tangga yang
tercermin dari tersedianya pangan yang cukup, baik dalam
jumlah maupun mutunya, aman, merata, dan terjangkau (UU
No.7 tahun 1996 tentang Pangan)
kondisi terpenuhinya Pangan bagi negara sampai dengan
perseorangan, yang tercermin dari tersedianya Pangan yang
cukup, baik jumlah maupun mutunya, aman, beragam,
bergizi, merata, dan terjangkau serta tidak bertentangan
dengan agama, keyakinan, dan budaya masyarakat, untuk
dapat hidup sehat, aktif, dan produktif secara berkelanjutan
(UU No.18 tahun 2012 tentang Pangan).
Ketika setiap orang pada setiap saat memiliki aksesibilitas
secara fisik dan ekonomi terhadap pangan yang cukup untuk
memenuhi kebutuhan mereka agar dapat hidup produktif dan
sehat (World Bank, 1986; von Braun et al., 1992; Chung et
al., 1997).
3
Pengertian Istilah
Swasembada Pangan :
• Kemampuan memenuhi kebutuhan pangan dari produksi dalam
negeri
Kemandirian Pangan :
• Kondisi terpenuhinya pangan tanpa adanya ketergantungan dari
pihak luar dan mempunyai daya tahan tinggi terhadap
perkembangan dan gejolak ekonomi dunia.
Kedaulatan Pangan :
• hak setiap orang, masyarakat dan negara untuk mengakses dan
mengontrol aneka sumberdaya produktif serta menentukan dan
mengendalikan sistem (produksi, distribusi, konsumsi) pangan
sendiri sesuai kondisi ekologis, sosial, ekonomi, dan budaya khas
masing-masing (Hines 2005 dalam Khudori 2008)
4
Insecurity:
Masalah Pangan adalah keadaan kekurangan, kelebihan,
dan/atau ketidakmampuan perseorangan atau rumah
tangga dalam memenuhi kebutuhan Pangan dan
Keamanan Pangan.
Krisis Pangan adalah kondisi kelangkaan Pangan yang
dialami sebagian besar masyarakat di suatu wilayah yang
disebabkan oleh, antara lain, kesulitan distribusi Pangan,
dampak perubahan iklim, bencana alam dan lingkungan,
dan konflik sosial, termasuk akibat perang.
“KETAHANAN PANGAN”
(food security)
“KERAWANAN PANGAN”
(food insecurity)
UNIVERSITAS AIRLANGGA
5
Penerapan Ekologi Pangan & Gizi dalam Program
Pengantar
UNIVERSITAS AIRLANGGA
UNIVERSITAS AIRLANGGA
6
Penerapan Ekologi Pangan & Gizi dalam Program
Pengantar
UNIVERSITAS AIRLANGGA
“KETAHANAN PANGAN”
(food security)
“KERAWANAN PANGAN”
(food insecurity)
UNIVERSITAS AIRLANGGA
7
Arah Kebijakan Pangan dan Pertanian 2005-2025
IKLIM
Pendapatan
TEKNOLOGI SUPPLY PASAR DEMAND masyarakat
meningkat
KELEMBAGAAN
Permodalan
Organisasi petani Pertumbuhan
penduduk
Institusi
pendukung Harga fluktuatif meningkat
SARPRAS
Penyediaan
sarpras yang
kurang
8
Elemen Ketahanan Pangan:
Landasan Hukum:
UU No.7 tahun 1996 diperbaharui dengan
UU No 18 tahun 2012
17
Indikator :
1) Ketersediaan
pangan tersedia cukup : volume, keragaan, mutu &
aman dikonsumsi
2) Distribusi
Pasokan pangan merata ke seluruh wilayah, harga
stabil & terjangkau
3) Konsumsi
RT mampu mengakses pangan & konsumsi sesuai
kaidah gizi & kesehatan
18
9
Ketersediaan Pangan:
Kata kunci ketahanan pangan.
Jenis:
– Ketersediaan di Pasar
– Ketersediaan di Rumahtangga
Penentu ketersediaan di Rumahtangga:
– Akses secara fisik
sistem produksi, distribusi dan pemasaran
-- teknologi dan kebijakan
– Akses secara ekonomi pendapatan
– Sosial budaya 19
10
Ketersedian Pangan dari Sisi
Produksi
beberapa komoditas pangan tertentu terutama
perikananm banyak terjadi fluktuasi produksi dari
musim ke musim dan dari tahun ke tahun
beberapa komoditas pangan menunjukkan gejala
yang cenderung mendatar (leveling-off) dan bahkan
menurun.
Penyebabnya:
– konversi lahan pertanian ke non pertanian,
– penurunan kesuburan lahan pertanian akibat degradasi
kualitas lingkungan
– ketersediaan air untuk pertanian dan perikanan semakin
mengalami ketidakpastian akibat adanya gejala alam yang
tidak mendukung.
– Perikanan: teknologi penangkapan blm modern, illegal
fishing, kerusakan lingkungan krn pencemaran dan cara
penangkapan yg salah 21
11
Berdasarkan PP No 68 tahun 2002 tentang
Ketahanan Pangan
Ketersediaan pangan berasal dari hasil produksi
pangan produksi dalam negeri, cadangan pangan
dan pemasukan pangan
Untuk mewujudkan penyediaan pangan dilakukan
dengan:
– Mengembangkan sistem produksi pangan yang
bertumpu pada sumberdaya, kelembagaan dan
budaya lokal
– Mengembangkan efisiensi sistem usaha pangan
– Mengembangkan teknologi produksi pangan
– Mengembangkan sarana dan prasarana produksi
pangan
– Mempertahankan dan mengembangkan lahan
produktif
Untuk pemerataan ketersediaan dilakukan sistem
distribusi yang efisien dan dapat mempertahankan
keamanan, mutu dan gizi pangan
23
12
Dibutuhkan Swasembada
Pangan:
Suatu upaya untuk memenuhi
ketersediaan pangan secara cukup
dengan bertumpu pada pemanfaatan
s.d. dalam negeri sacara maksimal.
Ada 3 jenis:
– Swasembada absolut
– Swasembada menurut trend (on trend)
– Swasembada sbg kemampuan mengimpor
25
(000
(000 ton) (000 ton) (%) (000 ton) (000 jiwa) (kg) (%)
ton)
1 2 3 4 5 6 7 8 9
13
Strategi Mengatasi Masalah
Pangan & Gizi
Food based approach:
– Peningkatan Deversifikasi pangan
– Produksi pangan
– PMT
– fortifikasi, dll
Non Food based approach:
– suplementasi
– kelembagaan: penyangga, surveilance,
– dll.
28
14
STRATEGI
Pendekatan Supply/Penyediaan
Pangan:
Cadangan/Stok (di tk desa, kab/kota,
propinsi, pusat).
import (terigu, beras, gula, kedelai,
garam dsb)
Produksi dalam negeri:
– Pertanian
– Perikanan
– Peternakan
– Penerapan teknologi pascapanen
– Pemanfaatan lahan kritis, dsb
29
15
Komoditas Perikanan:
– Ikan sumber protein yang murah
– Permasalahan:
Peran Ikan dalam konsumsi pangan tradisional masih kecil,
karena:
– Sebagian besar penduduk kurang mengenal manfaat ikan
(terutama sekitar Jawa dan Bali)
– Ikan kalah dalam persaingan tradisional melawan unggas
dan ternak (ayam, kambing, sapi dan produk sampingnya
seperti susu & telur)
– Konsep kesejahteraan rakyat dalam pembangunan lebih
condong ke indikator pangan asal ternak, misalnya: berapa
konsumsi daging, telur dan susu.
Masih banyak yang digunakannya cara-cara yang
tidak mengancam kelestarian hayati: penggunaan
bom, jaring pukat harimau
– Upaya : teknologi penangkapan dan budidaya
31
STRATEGI
Pendekatan Konsumsi Pangan:
Ditujukan untuk peningkatan:
– volume pangan yang dikonsumsi
– konsumsi zat gizi yang dikandung bahan pangan (mutu
pangan)
Dasar Pengembangan:
– Widyakarya Nasional Pangan dan Gizi 2004:
angka kecukupan energi 2000 Kkal perkapita perhari di tingkat
konsumsi dan 2200 Kkal perkapita perhari untuk tingkat
ketersediaan
angka kecukupan protein 52 g perkapita perhari di tingkat
konsumsi dan 57 g perkapita perhari untuk tingkat ketersediaan
32
16
STRATEGI
Pendekatan Konsumsi Pangan:
Kegiatan operasional yang akan dilakukan
untuk medorong upaya pengembangan
konsumsi pangan adalah melalui 4
(empat) pengembangan yaitu :
1. Pengembangan pola konsumsi pangan
2. Pengembangan makanan tradisional
3. Pengembangan konsumsi pangan lokal
4. Pengembangan pemanfaatan pekarangan
33
Deversifikasi:
Tujuan:
– Meningkatkan keanekaragaman pangan
– Mengembangkan teknologi pengolahan dan produk
pangan
– Meningkatan kesadaran masyarakat utk
mengkonsumsi
Produksi :
– pola tanam,
– aneka produksi pangan.
Konsumsi:
– viariasi menu (deversifikasi vertikal)
– ragam konsumsi (deversifikasi horisontal)
– tidak tergantung pada satu jenis pangan
34
17
Penerapan teknologi Pascapanen
– Pascapanen tahap antara panen-konsumsi
– Produk pertanian dan perikanan bersifat
perisahable (mudah rusak)
– Sifat-sifat: tekstur lunak, kadar air tinggi, dan
mengandung komponen gizi & enzim masih
aktif.
– Setelah panen/ditangkap: mutu turun busuk
– Perlu aplikasi teknologi:
Teknologi pemanenan/penangkapan
teknologi penanganan
Teknologi teknologi pengolahan
Pengemasan pangan
35
Fortifikasi Pangan
menambahkan unsur gizi tertentu ke dalam
makanan sehingga mencapai kadar yang
lebih tinggi dari kadar alamiahnya atau
menambahkan unsur gizi tertentu ke dalam
makanan yang pada aslinyanya tidak
mengandung zat gizi tersebut >
ketersediaan gizi
Lebih cost effectiveness dan cocok utk
orang miskin
Mandatory : garam dan terigu
Hasil monitoring:
– baru 53,2 % tepung terigu memenuhi
syarat
– baru 65 % konsumsi garam beryodium 36
18
Tabel : Perkiraan Biaya Intervensi per Orang Per Tahun
Intervensi (USD)
19
Pelaksanaan SKPG: tahunan & bulanan
SKPG
TAHUNAN BULANAN
PEMANTAUAN SPG TAHUNAN PEMANTAUAN SPG BULANAN
20
1. ANALISIS SPG TAHUNAN - Indikator & Analisis
1) Aspek Ketersediaan
2) Aspek Akses
Persentase
Indikator Bobot Warna
(r) (%)
% Pra Sejahtera dan r < 20 1 Hijau
Sejahtera I 20 ≤ r < 40 2 Kuning
≥ 40 3 Merah
Excellence with Morality
UNIVERSITAS AIRLANGGA
3) Aspek Pemanfaatan
Persentase (r)
Indikator Bobot Warna
(%)
4) Analisis Komposit
Komposit 1 + 2
Komposit 3 Skor 2 3 4 5 6
1 3 4 5 6 7
2 4 5 6 7 8
3 5 6 7 8 9
Keterangan:
Total bobot 3 – 4 = warna hijau (aman)
Total bobot 5 – 6 dan tidak ada skor 3 = warna kuning (waspada)
Total bobot 5– 9 dan ada skor 3 = warna merah (rawan)
Excellence with Morality
UNIVERSITAS AIRLANGGA
21
2. ANALISIS SITUASI PANGAN DAN GIZI BULANAN - data
Kelompok Data Sumber Data Keterangan
A. a. Luas tanam Dinas Pertanian SP Padi
Ketersediaan b. Luas puso Dinas Pertanian SP Palawija
Pangan c. Luas panen Dinas Pertanian (jagung, ubi kayu,
d. Cadangan Pangan BKP/BULOG ubi jalar)
Petugas Pengamat
Hama dan Penyakit
(PHP)
B. Akses
Harga Komoditas Pangan (Beras, Jagung, Ubi Kayu,
Terhadap Dinas Perindag/BKP Survei Harga
Ubi Jalar, Gula, minyak goreng, daging ayam, telur)
Pangan
a. Angka Balita Ditimbang (D)
b. Angka Balita Naik Berat Badan (N)
c. Balita yang tidak naik berat badannya dalam 2 kali
C. Pemanfaatan Laporan
penimbangan berturut-turut (2T) Dinas Kesehatan
Pangan Penimbangan dan
d. Angka Balita dengan Berat Badan Dibawah Garis
KLB
Merah (BGM)
e. Kasus gizi buruk yang ditemukan
Dinas Sosial,
Jumlah tindak kejahatan, jumlah KK dengan angota Kepolisian, Dinas
keluarga yang menjadi tenaga kerja ke luar daerah, Tenaga Kerja, Dinas
D. Spesifik Apabila Diperlukan
penjualan aset, penjarahan hutan, perubahan pola Kehutanan, Dinas
Lokal
konsumsi pangan, cuaca, dll Kesehatan, BMKG,
dll
E. Data a. Luas tanam bulanan 5 tahun terakhir Dinas Pertanian dan Digunakan untuk
Pendukung b. Luas puso bulanan 5 tahun terakhir BPS analisis bulanan
43
1) Ketersediaan
UNIVERSITAS AIRLANGGA
22
2) Akses
No Indikator Persentase (r) Bobot
(%)
1 Persentase rata-rata harga bulan berjalan komoditas beras r<5 1 = Aman
dibandingkan dengan rata-rata harga 3 bulan terakhir 5 ≤ r ≤ 20 2 = Waspada
r > 20 3 = Rawan
2 Persentase rata-rata harga bulan berjalan komoditas jagung r<5 1 = Aman
dibandingkan dengan rata-rata harga 3 bulan terakhir 5 ≤ r ≤ 15 2 = Waspada
> 15 3 = Rawan
3 Persentase rata-rata harga bulan berjalan komoditas ubi r<5 1 = Aman
kayu dibandingkan dengan rata-rata harga 3 bulan terakhir 5 ≤ r ≤ 15 2 = Waspada
> 15 3 = Rawan
4 Persentase rata-rata harga bulan berjalan komoditas ubi r<5 1 = Aman
jalar dibandingkan dengan rata-rata harga 3 bulan terakhir 5 ≤ r ≤ 15 2 = Waspada
> 15 3 = Rawan
5 Persentase rata-rata harga bulan berjalan komoditas gula r<5 1 = Aman
dibandingkan dengan rata-rata harga 3 bulan terakhir 5 ≤ r ≤ 15 2 = Waspada
> 15 3 = Rawan
6 Persentase rata-rata harga bulan berjalan komoditas minyak r<5 1 = Aman
goreng dibandingkan dengan rata-rata harga 3 bulan 5 ≤ r ≤ 15 2 = Waspada
terakhir > 15 3 = Rawan
7 Persentase rata-rata harga bulan berjalan komoditas daging r<5 1 = Aman
ayam dibandingkan dengan rata-rata harga 3 bulan terakhir 5 ≤ r ≤ 15 2 = Waspada
> 15 3 = Rawan
8 Persentase rata-rata harga bulan berjalan komoditas telur r<5 1 = Aman
dibandingkan dengan rata-rata harga 3 bulan terakhir 5 ≤ r ≤ 15 2 = Waspada
> 15 3 = Rawan 45
Persentase (r)
No Indikator Bobot
(%)
1 Persentase Balita yg naik BB (N) r > 90 1 = Aman
dibandingkan Jumlah Balita 80 ≤ r ≤ 90 2 = Waspada
Ditimbang (D) < 80 3 = Rawan
2 Persentase Balita yg BGM r<5 1 = Aman
dibandingkan Jumlah Balita 5 ≤ r ≤ 10 2 = Waspada
ditimbang (D) > 10 3 = Rawan
3 Persentase balita yang tidak naik r < 10 1 = Aman
berat badannya dalam 2 kali 10 ≤ r ≤ 20 2 = Waspada
penimbangan berturut-turut (2T) > 20 3 = Rawan
dibandingkan Jumlah Balita
ditimbang (D)
UNIVERSITAS AIRLANGGA
23
Penerapan Ekologi Pangan & Gizi dalam Program
Sistem Kewaspadaan Pangan dan Gizi (SKPG)
Keterangan:
Total bobot 3 – 4 = warna hijau (aman)
Total bobot 5 – 6 dan tidak ada skor 3 = warna kuning (waspada)
Total bobot 5– 9 dan ada skor 3 = warna merah (rawan)
UNIVERSITAS AIRLANGGA
TUGAS
Sesuai dengan kelompok yang terlah dibentuk:
– Carilah minimal dua artikel (tidal boleh sama antar kelompok),
yang berkaitan dengan faktor-faktor yang
berpengaruh/berhubungan dengan ketahanan
pangan/ketersediaan pangan/konsumsi pangan atau gizi di
daerah pesisir:
Faktor lingkungan
– Iklim
– Pencemaran
– Kerusakan Ekosistem pantai atau laut
Faktor sosial (pekerjaan, pendidikan pengetahuan, sikap, dll)
Ekonomi (pendapatan/pengeluaran, daya beli, harga pangan,
harga tukar nelayan dll)
Faktor budaya
– Lakukan telaah artikel dan tuangkan dalam bentuk PPT
48
24
Format Laporan
1. Halaman Cover
2. Pendahuluan
3. Metoda (artikel review, pada berapa jurnal, terbitan mana, topik apa, tahap analisis)
4. Hasil:
a. Hasil Telaah Artikel:
b. Pembahasan : diskripsikan hasil telaah yang anda lakukan dan lakukan diskusi
5. Kesimpulan
6. Rekomendasi
7. Referensi
49
Terima kasih
50
25