Anda di halaman 1dari 40

KONDISI DAN UPAYA PENINGKATAN

KETAHANAN PANGAN PROVINSI


SUMATERA BARAT

Oleh : Ir. Efendi, MP

KEPALA BADAN KETAHANAN PANGAN PROVINSI


SUMATERA BARAT

Padang, April 2016


I. PENDAHULUAN

2
Pangan merupakan kebutuhan dasar manusia
yang paling utama dan pemenuhannya merupakan
bagian dari hak asasi manusia yang dijamin di
dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945 sebagai komponen dasar
untuk mewujudkan sumber daya manusia yang
berkualitas (UU NO 18/2012)

3
PANGAN adalah segala sesuatu yang berasal dari
sumber hayati produk pertanian, perkebunan,
kehutanan, perikanan, peternakan, perairan, dan air,
baik yang diolah maupun tidak diolah yang
diperuntukkan sebagai makanan atau minuman
bagi konsumsi manusia, termasuk bahan tambahan
Pangan, bahan baku Pangan, dan bahan lainnya
yang digunakan dalam proses penyiapan,
pengolahan, dan/atau pembuatan makanan atau
minuman (UU NO 18/2012).
18/2012)
4
Negara berkewajiban mewujudkan ketersediaan,
keterjangkauan, dan pemenuhan konsumsi Pangan
yang cukup, aman, bermutu, dan bergizi seimbang,
baik pada tingkat nasional maupun daerah hingga
perseorangan secara merata di seluruh wilayah
Negara Kesatuan Republik Indonesia sepanjang
waktu dengan memanfaatkan sumber daya,
kelembagaan, dan budaya lokal (UU NO 18/2012).

5
AZAS PENYELENGGARAAN PANGAN
(UU NO 18/2012)

a. kedaulatan
b. kemandirian;
c. ketahanan
d. keamanan
e. manfaat
f. pemerataan
g. berkelanjutan
h. keadilan.

6
a. Kedaulatan Pangan adalah hak negara dan bangsa yang
secara mandiri menentukan kebijakan Pangan yang menjamin
hak atas Pangan bagi rakyat dan yang memberikan hak bagi
masyarakat untuk menentukan sistem Pangan yang sesuai
dengan potensi sumber daya lokal.

b. Kemandirian Pangan adalah kemampuan negara dan bangsa


dalam memproduksi Pangan yang beraneka ragam dari dalam
negeri yang dapat menjamin pemenuhan kebutuhan Pangan
yang cukup sampai di tingkat perseorangan dengan
memanfaatkan potensi sumber daya alam, manusia, sosial,
ekonomi, dan kearifan lokal secara bermartabat.

7
c. Ketahanan Pangan adalah kondisi terpenuhinya Pangan bagi
negara sampai dengan perseorangan, yang tercermin dari
tersedianya Pangan yang cukup, baik jumlah maupun
mutunya, aman, beragam, bergizi, merata, dan terjangkau
serta tidak bertentangan dengan agama, keyakinan, dan
budaya masyarakat, untuk dapat hidup sehat, aktif, dan
produktif secara berkelanjutan.

d. Keamanan Pangan adalah kondisi dan upaya yang diperlukan


untuk mencegah Pangan dari kemungkinan cemaran biologis,
kimia, dan benda lain yang dapat mengganggu, merugikan,
dan membahayakan kesehatan manusia serta tidak
bertentangan dengan agama, keyakinan, dan budaya
masyarakat sehingga aman untuk dikonsumsi.

8
Penyelenggaraan Pangan dilakukan untuk
memenuhi kebutuhan dasar manusia yang
memberikan manfaat secara adil, merata, dan
berkelanjutan berdasarkan Kedaulatan Pangan,
Kemandirian Pangan, dan Ketahanan Pangan.

Perwujudan ketahanan pangan adalah tanggung


jawab pemerintah dan masyarakat.

9
TEORI KETAHANAN PANGAN
Indikator Swasembada Pangan Kemandirian Pangan Kedaulatan Pangan Ketahanan Pangan

Lingkup Nasional Nasional/wilayah Nasional Rumah tangga dan


individu
Sasaran Komoditas pangan Komoditas pangan Petani Manusia
Strategi Substitusi impor Peningkatan daya saing Pelarangan Impor Peningkatan
(promosi ekspor) ketersediaan pangan,
akses pangan, dan
penyerapan pangan

output Peningkatan produksi Peningkatan produksi Peningkatan produksi Status gizi (penurunan :
pangan (dengan pangan yang berdaya pangan(dengan kelaparan, gizi kurang
perlindungan pada saing perlindungan pada dan gizi buruk)
petani) petani)

Outcome Ketersediaan pangan Ketersediaan pangan Kesejahteraan petani Manusia sehat dan
oleh produk domestik oleh produk domestik produktif (angka
(tidak impor) (impor hanya
nuhfil hanani : harapan hidup tinggi)
pelengkap)
www.lecture.brawijaya.ac.id/nuhfil
SUBSISTEM KETAHANAN PANGAN

Ketersediaan pangan
(Food Availability)

KEBERLANJUTAN

Akses Pangan/Distribusi
(Food Access)

Penyerapan pangan/konsumsi
(Food Utilization)
Produksi

Arus keluar masuk barang


KETERSEDIAAN PANGAN (ekspor/impor)
PER KAPITA
Cadangan pangan

Bantuan pangan
Luas panen
Produktifitas
Diversifikasi produk Sarana dan
prasarana
pemasaran
Irigasi, teknologi,
kredit, Jumlah Penduduk
Sarana produksi

Iklim, hama penyakit,


bencana,dll.
Pendapatan
Akses Ekonomi
Kesempatan kerja

Harga Pangan
AKSES PANGAN

Sarana dan prasarana


perhubungan
Akses Fisik (isolasi daerah)

Infrastruktur pedesaan

Akses sosial Preferensi thd jenis pangan


dan Pendidikan
Tidak adanya konflik.
Perang. Bencana. dll
Konsumsi
1. Kecukupan Energi
2. Kecukupan Gizi Falilitas dan Layanan Kesehatan
3. Diversifikasi pangan 1. Fasilitas Kesehatan
4. Keamanan pangan 2. Layanan kesehatan

Sanitasi dan Ketersediaan air


1. Kecukupan air bersih
2. Sanitasi
PENYERAPAN
PANGAN Pengetahuan ibu RT
1. Pola makan
2. Pola asuh kesehatan

Outcome Nutrisi dan kesehatan


1. Harapan hidup
2. Gizi balita
3. Kematian bayi
Gangguan iklim

Hama dan penyakit


tanaman
KERENTANAN
PANGAN

Bencana alam

Konflik, Perang. dll


II. TANTANGAN PEMBANGUNAN
KETAHANAN PANGAN TERKAIT
DENGAN PENYEDIAAN PANGAN
SECARA BERKELANJUTAN

16
A. SISI KETERSEDIAAN

 Kapasitas produksi pangan semakin terbatas akibat


meningkatnya aktivitas ekonomi penduduk.
 Sebagian besar produksi pangan dihasilkan oleh sektor
rumah tangga petani berlahan sempit .
 Masih tingginya proporsi kehilangan hasil pada proses
produksi, penanganan hasil panen dan pengolahan.
 Rentannya stabilitas produksi pangan akibat gangguan
iklim.

17
B. SISI DISTRIBUSI

 Prasarana distribusi darat dan antar pulau belum memadai,


sehingga wilayah-wilayah terpencil mengalami masalah
keterbatasan pasokan pangan  menghambat aksesibilitas
fisik dan ekonomi.

 Kelembagaan pemasaran hasil pangan belum mampu


menjaga kestabilan distribusi dan harga pangan 
mempengaruhi kestabilan harga.

 Bervariasinya kemampuan produksi pangan antar wilayah


dan antar musim.

18
 Keamanan jalur distribusi, adanya pungutan resmi maupun
tidak resmi sepanjang jalur distribusi dan pemasaran.

 Belum adanya data yang akurat tentang besarnya arus keluar-


masuk komoditi pangan, sehingga berpengaruh terhadap nilai/
besarnya ketersediaan pangan pada suatu wilayah yang dapat
mengakibatkan kurang tepatnya kebijakan yang akan diambil
dibidang pangan.

19
C. KONSUMSI

a. Dominasi beras dalam konsumsi masyarakat


menyebabkan kualitas konsusmi gizi masih belum
beragam, bergizi dan berimbang.
b. Sebagian daerah, etnis, nilai budaya kebiasaan belum
mendukung terciptanya pola konsumsi pangan gizi
seimbang.
c. Potensi industri pengolahan pangan domestik belum
berkembang optimal.
d. Tataran mikro dihadapkan pada masih tingginya
proporsi masyarakat yang mengalami kerawanan
pangan.
20
III. SASARAN DAN KEBIJAKAN
DALAM MEWUJUDKAN
KEMANDIRIAN PANGAN
A. SASARAN KEMANDIRIAN PANGAN

Indikator mikro (rumah tangga):

 Dipertahankannya ketersediaan energi per kapita minimal


2.400 kkal/kap/hari dan protein per kapita minimal 63
gram/kap/hari (REKOMENDASI WNPG X/2012)

 Meningkatnya pemanfaatan dan konsumsi energi minimal


2.150 kkal/kap/hari dan protein 57 gram/kap/hari
(REKOMENDASI WNPG X/2012)

 Berkurangnya jumlah penduduk rawan pangan kronis

 Tertanganinya secara cepat penduduk yang terkena


rawan pangan transien

 Meningkatnya rata-rata penguasaan lahan petani


22
Indikator makro :

 Meningkatnya kemandirian pangan melaui


pencapaian swasembada berbagai komoditi
pangan potensial secara berkelanjutan
 Meningkatnya kemampuan pengelolaan
cadangan pangan pemerintah daerah dan pusat

23
 Meningkatnya jaringan distribusi dan
pemasaran
 Meningkatnya kemampuan pemerintah dalam
mengantisipasi dan menangani secara dini
serta melakukan tanggap darurat terhadap
masalah kerawanan pangan dan gizi.

24
B. KEBIJAKAN KETAHANAN PANGAN UNTUK
MEWUJUDKAN KEMANDIRIAN PANGAN

1. ASPEK KETERSEDIAAN BERKELANJUTAN

 Menjaga ketersediaan pangan melalui upaya-upaya


peningkatan produksi dan produktivitas pangan nabati
dan hewani sesuai potensi wilayah masing-masing,
SERTA Meningkatkan kualitas sumberdaya alam dan
lingkungan secara terus menerus sehingga dapat
memenuhi kebutuhan masyarakat.

25
Lanjutan …

Meningkatkan luas lahan keluarga tani


Fasilitasi permodalan dan sertifikasi lahan petani
Mengembangkan infrastruktur pertanian dan
pedesaan.
Mengembangkan kemampuan pengelolaan
cadangan pangan pemerintah dan masyarakat.

26
2. ASPEK DISTRIBUSI

 Mengembangkan kerjasama jaringan distribusi dan


informasi pangan dalam daerah dan antar daerah untuk
mewujudkan ketersediaan dan stabilitas harga).

 Meningkatkan sarana dan prasarana untuk efisiensi


distribusi dan perdagangan.

 Mengurangi dan/atau menghilangkan peraturan daerah


yang menghambat distribusi pangan antar daerah.

27
Lanjutan …..

Mengembangkan kelembagaan dan sarana fisik


pengolahan dan pemasaran di pedesaan.

Menyusun kebijakan harga pangan untuk melindungi


produsen, perdagangan dan konsumen.

28
3. ASPEK KONSUMSI
 Meningkatkan kemampuan akses pangan rumah tangga sesuai
kebutuhan jumlah, mutu, keamanan dan gizi seimbang.
 Mendorong, mengembangkan dan memfasilitasi peran serta
masyarakat (LSM, organisasi profesi, koperasi, organisasi massa)
dalam pemenuhan hak atas pangan khususnya bagi kelompok kurang
mampu.
 Meningkatkan efisiensi dan efektifitas intervensi bantuan pangan dan
pangan bersubsidi kepada golongan masyarakat rawan pangan
termasuk kelompok lanjut usia dan penyandang cacat ganda.
 Mempercepat proses diversifikasi pangan ke arah konsumsi yang
beragam dan bergizi seimbang, dengan mengutamakan sumber
pangan lokal
 Meningkatkan kerjasama dengan Aliansi Melawan Kelaparan (Seluruh
stakehoders, antara lain LSM, Perguruan Tinggi, Ormas, dan Swasta)
29
IV. KONDISI KETERSEDIAAN
PANGAN DI SUMATERA BARAT
KETERSEDIAAN PANGAN DI SUMATERA BARAT DALAM
BENTUK NATURA BERDASARKAN NBM ATAP 2014
No. Komoditi Ketersediaan Kebutuhan Keterangan (+/-)
(Ton) (Ton)*
A Pangan Nabati
1 Padi
Beras 1.384.570 552.706 831.864
2 Jagung 565 513 52
3 Kedelai 28.554 27.712 841
Jumlah pdd
4 Ubi kayu 22.786 18.988 3.798
5 Ubi jalar 6.158 5.132 1.027
6 Kacang tanah 1.665 1.026 639
7 Kacang hijau 2.114 2.053 61
8 Sayur-sayuran 338.219 316.125 22.094
Cabe 42.298 38.453 3.845
Bawang merah 22.547 20.498 2.049
9 Buah-buahan 244.859 157.549 87.309 5.131.900 jiwa
B Pangan Hewani
10 Daging 40.936 39.516 1.421
11 Telur 46.976 41.568 5.407
12 Susu 10.086 9.237 848
13 Ikan 118.547 107.770 10.777
KETERSEDIAAN PANGAN DI SUMATERA BARAT DALAM
BENTUK NATURA BERDASARKAN NBM ASEM 2015
No. Komoditi Ketersediaan (Ton) Kebutuhan (Ton)* Keterangan (+/-)
A Pangan Nabati
1 Padi
Beras 1.402.770 559.642 843.128
2 Jagung 601 520 81
3 Kedelai 30.715 28.060 2.655
4 Ubi kayu 22.233 19.226 3.007
Jumlah pdd
5 Ubi jalar 6.209 5.196 1.012
6 Kacang tanah 1.147 1.039 108
7 Kacang hijau 2.284 2.079 206
8 Sayur-sayuran 362.687 320.092 42.595
Cabe 54.458 38.936 15.523
Bawang merah 23.789 20.755 3.034
5.196.300 jiwa
9 Buah-buahan 244.859 159.526 85.332
B Pangan Hewani
10 Daging 42.293 40.012 2.281
11 Telur 47.898 42.090 5.808
12 Susu 10.204 9.353 850
13 Ikan 138.669 109.122 29.546
KETERSEDIAAN PANGAN UNTUK DIKONSUMSI
PENDUDUK SUMATERA BARAT TAHUN 2013-2015
Ketersediaan
Pangan
No Kelompok Pangan Konsumsi (Kg/Kap/th)
(Kg/kap/th)
2014 2015 *))
1. Padi-Padian 107,70 269,91
2. Makanan Berpati 5,90 5,97
3. Gula 8,90 9,02
4. Buah Biji Berminyak 8,00 32,11
5. Buah-Buahan 30,70 47,71
6. Sayur-sayuran 67,60 65,91
7. Daging 7,50 7,98
8. Telur 8,10 9,15
9. Susu 1,80 1,97
10. Ikan 19,50 23,10
11. Minyak dan Lemak 11,50 12,59
V. UPAYA PENINGKATAN
KETAHANAN PANGAN
PROVINSI SUMATERA BARAT
A. SUB SISTEM KETERSEDIAAN PANGAN

1. Peningkatan Produksi

Dinas terkait produksi

PSDA dan PUPR

jalan
irigasi
35
2. Peningkatan Cadangan Pangan
CP Pemerintah => Bulog => operasi pasar

CP Pemerintah Provinsi (230 ton) => bantuan bencana


alam => antisipasi rawan pangan

CP Pemerintah Kab/Kota => 7 Kab/Kota sudah tersedia

CP Pemerintah Desa => belum ada

CP Masyarakat => Lumbung Pangan => 112 LPM

3. Pengembangan Desa Mandiri Pangan  72 kelompok

36
B. SUB SISTEM AKSES PANGAN / DISTRIBUSI

1. Program Toko Tani Indonesia (TTI)


2. 14 Gapoktan , 28 TTI

Petani Gapoktan TTI

Subsidi pemerintah untuk biaya pengangkatan dan pengemasan

3. Pengembangan Lembaga Distribusi Pangan Masyarakat


Penguatan Gapoktan dalam mengelola dan memasarkan produksi
pangan anggotanya  bantuan pembangunan gudang dan modal
usaha (TOTAL 101)

4. Jaringan informasi harga pangan  laporan langsung ke pusat (1


x seminggu)
37
C. SUB SISTEM PENYERAPAN PANGAN/KONSUMSI
1. Penganekaragaman konsumsi pangan
-Perpres No.22/2009 ttg Kebijakan Percepatan
Penganekaragaman Konsumsi Pangan (P2KP)
-Perpres No. 31/2010 ttg Percepatan Penganekaragaman
Konsumsi Pangan Berbasis Sumberdaya Lokal di Sumbar
-Sosialisasi melalui seminar, pameran, media cetak / elektronik
2. Pengembangan Kawasan Rumah Pangan Lestari
-Pemanfaatan pekarangan untuk memenuhi sebagian kebutuhan
sehari-hari
-182 KELOMPOK
3. Pengawasan Mutu dan Keamanan Pangan
-SK Gub. Nomor. 501-335-2014 tanggal 22 April 2014
Tentang Tim Terpadu Pengawasan Keamanan Pangan
38
4. Sertifikasi
Jaminan dari Pemerintah (Otoritas Kompetensi Keamanan Pangan
Daerah / OKKPD) bahwa buah dan sayuran segar aman
dikonsumsi)
- s.d 2015  172 sertifikat
- 2016  50 sertifikat

D. KOORDINASI LINTAS SEKTORAL


• Dewan Ketahanan Pangan
- Peraturan Presiden RI Nomor 83 Tahun 2006 tentang
Dewan Ketahanan Pangan
- Keputusan Gubernur Sumbar No 520-607-2015
tentang Dewan Ketahanan Pangan Provinsi Sumatera
Barat 39
40

Anda mungkin juga menyukai