Anda di halaman 1dari 20

PENYUSUNAN ANGGARAN BISNIS

MATA KULIAH : PEMBIAYAAN DAN PENGANGGARAN KESEHATAN

DISUSUN OLEH :

Kelompok 4
A 2017

1. Aulia Dwi Nursanti 25000117120014


2. Erlina Nawang Sasi 25000117120004
3. I Gede Dedy Suwartawan 25000119183401
4. Felicia Nathania 25000117120024
5. Alinda Nur Khasanah 25000117120061
6.Vivi Novita Sari 25000117120034
7. Fathimah asri fadhilah 25000117120043
8. Anisa Nur Cahyanti 25000117120052
9. Wahyu Rizki Nur Cahyani 25000117120082
10. Tiara Sanya Widyawati 25000117120072

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT


UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG
2019
A. Prasyarat Penyusunan Anggaran Bisnis yang Baik dan Berbasis Kinerja Perusahaan

Penganggaran merupakan rencana keuangan yang secara sistematis menunjukan


alokasi sumber daya manusia, material, dan sumber daya lainnya. Anggaran dengan
pendekatan kinerja merupakan suatu sistem anggaran yang mengutamakan upaya
pencapaian hasil kerja atau output dari perencanaan alokasi biaya atau input yang ditetapkan.
Anggaran berbasis kinerja adalah sebuah sistem perencanaan, penganggaran dan evaluasi
yang mengutamakan pencapaian hasil kerja (output/outcome) dari berbagai program dan
kegiatan yang akan dicapai sehubungan dengan penggunaan anggaran dengan kuantitas dan
kualitas yang terukur. Hal ini berarti bahwa setiap dana yang dianggarkan untuk
melaksanakan berbagai program dan kegiatan harus terukur secara jelas indikator kinerjanya
yang direpresentasikan ke dalam tolak ukur kinerja input, output, outcome, benefit, dan
impact serta target atau sasaran yang diharapkan.

Anggaran berbasis kinerja merupakan penyusunan yang dilakukan dengan


memperhatikan keterkaitan antara pendanaan dengan keluaran dan hasil yang diharapkan,
termasuk efisiensi dalam pencapaian hasil dan keluaran tersebut. Oleh karena itu, suatu
anggaran yang akan disusun harus mampu menjadi panduan yang baik bagi pelaksanaan
aktivitas yang akan dilaksanakan oleh organisasi sesuai dengan tujuan dan strategi yang telah
ditetapkan. Prasyarat penyusunan anggaran berbasis kinerja perusahaan.

Pasal 7 ayat (2) Peraturan Pemerintah No. 21 tahun 2004 tentang Penyusunan Rencana Kerja
dan Anggaran Kementerian Negara/Lembaga berupa :

a. Adanya indikator kinerja


Indikator Kinerja merupakan alat ukur untuk menilai keberhasilan suatu program atau
kegiatan. Yang digunakan untuk menilai kinerja program, Indikator Kinerja Kegiatan
(IK Kegiatan) untuk menilai kinerja kegiatan, dan Indikator Keluaran untuk menilai
kinerja sub kegiatan (tingkatan di bawah kegiatan).
b. Proses penyusunan anggaran yang memfasilitasi penggunaan indikator kinerja
c. Klasifikasi pengeluaran berdasarkan program (program budget) atau standar biayaa
Standar biaya yang digunakan merupakan standar biaya masukan pada awal tahap
perencanaan anggaran berbasis kinerja, dan nantinya menjadi standar biaya keluaran.
d. Fleksibilitas yang lebih besar bagi manajer atau pejabat pelaksana anggaran.
e. Evaluasi kinerja
Evaluasi kinerja merupakan proses penilaian dan pengungkapan masalah implementasi
kebijakan untuk memberikan umpan balik bagi peningkatan kualitas kinerja, baik dari
sisi efisiensi dan efektivitas dari suatu program/kegiatan. Cara pelaksanaan evaluasi
dapat dilakukan dengan cara membandingkan hasil terhadap target (dari sisi efektivitas)
dan realisasi terhadap rencana pemanfaatan sumber daya (dilihat dari sisi efisiensi). Hasil
evaluasi kinerja merupakan umpan balik (feed back) bagi suatu organisasi untuk
memperbaiki kinerjanya.

Di Indonesia, persyaratan di atas tergambar dalam dokumen-dokumen yang


digunakan atau dihasilkan dalam proses penyusunan anggaran pemerintah. Untuk
pemerintah daerah (provinsi/kabupaten/kota), dokumen-dokumen tersebut meliputi Rencana
Pembangunan Jangkan Menengah Daerah (RPJMD), Rencana Kerja Pemerintah Daerah
(RKPD), Kebijakan Umum Anggaran (KUA) dan Prioritas dan Plafon Anggaran Sementara
(PPAS). Sedangkan, pada tingkat satuan kerja pemerintah daerah (SKPD), dokumen-
dokumen tersebut meliputi Rencana Stratejik (Renstra) SKPD, Rencana Kerja (Renja)
SKPD dan Rencana Kerja dan Anggaran (RKA) SKPD.

Dalam menyusun anggaran berbasis kinerja ada hal-hal yang perlu diperhatikan yaitu :

1. Prinsip-prinsip penganggaran
a. Transparansi dan akuntabilitas anggaran
Anggaran harus dapat menyajikan informasi yang jelas mengenai tujuan, sasaran,
hasil, dan manfaat yang diperoleh masyarakat dari suatu kegiatan atau proyek yang
dianggarkan. Masyarakat juga berhak untuk menuntut pertanggungjawaban atas
rencana ataupun pelaksanaan anggaran tersebut.
b. Disiplin anggaran
Penganggaran pengeluaran harus didukung dengan adanya kepastian tersedianya
penerimaan dalam jumlah cukup dan tidak dibenarkan melaksanakan
kegiatan/proyek yang belum atau tidak tersedia anggarannya dalam APBD atau
perubahan APBD.
c. Keadilan anggaran
Pemerintah daerah wajib mengalokasikan penggunaan anggarannya secara adil agar
dapat dinikmati oleh seluruh kelompok masyarakat tanpa diskriminasi dalam
pemberian pelayanan karena pendapatan daerah pada hakekatnya diperoleh melalui
peran serta masyarakat.
d. Efisiensi dan efektivitas anggaran
Penyusunan anggaran hendaknya dilakukan berlandaskan azas efisiensi, tepat guna,
tepat waktu pelaksanaan, dan penggunaannya dapat dipertanggungjawabkan. Dana
yang tersedia harus dimanfaatkan dengan sebaik mungkin untuk dapat menghasilkan
peningkatan dan kesejahteraan yang maksimal untuk kepentingan masyarakat.
e. Disusun dengan pendekatan kinerja
Anggaran yang disusun dengan pendekatan kinerja mengutamakan upaya
pencapaian hasil kerja (output/outcome) dari perencanaan alokasi biaya atau input
yang telah ditetapkan. Hasil kerjanya harus sepadan atau lebih besar dari biaya atau
input yang telah ditetapkan. Selain itu harus mampu menumbuhkan profesionalisme
kerja di setiap organisasi kerja yang terkait.
2. Aktivitas semua dalam penyusunan anggaran berbasis kinerja
Mendapatkan data kuantitatif dan membuat keputusan penganggarannya. Proses
mendapatkan data kuantitatif bertujuan untuk memperoleh informasi dan pengertian
tentang berbagai program yang menghasilkan output dan outcome yang diharapkan.
Sedangkan proses pengambilan keputusannya melibatkan setiap level dari manajemen
pemerintahan. Pemilihan dan prioritas program yang akan dianggarkan tersebut akan
sangat tergantung pada data tentang target kinerja yang diharapkan dapat dicapai.
3. Peranan legislatif
Alokasi anggaran setiap program di masing-masing unit kerja pada akhirnya sangat
dipengaruhi oleh kesepakatan antara legislatif dan eksekutif. Dalam usaha mencapai
kesepakatan, seringkali keterkaitan antara kinerja dan alokasi anggaran menjadi fleksibel
dan longgar namun dengan adanya analisa standar belanja, alokasi anggaran menjadi
lebih rasional. Berdasarkan kesepakatan tersebut pada akhirnya akan ditetapkanlah Perda
APBD.
4. Siklus perencanaan anggaran daerah
5. Struktur anggaran
6. Penggunaan anggaran berbasis kinerja.

Kondisi yang harus dipersiapkan sebagai faktor pemicu keberhasilan implementasi


penggunaan anggaran berbasis kinerja:

a. Kepemimpinan dan komitmen dari seluruh komponen organisasi


b. Fokus penyempurnaan administrasi secara terus-menerus.
c. Sumber daya yang cukup untuk usaha penyempurnaan tersebut (uang, waktu, dan orang).
d. Penghargaan (reward) dan sanksi (punishment) yang jelas.
e. Keinginan yang kuat untuk berhasil.

Keunggulan dari penggunaan anggaran berbasis kinerja adalah:

a. Adanya pendelegasian wewenang dalam pengambilan keputusan.


b. Merangsang partisipasi dan memotivasi unit kerja.
c. Pengalokasian dana secara optimal dengan didasarkan efisiensi unit kerja.
d. Menghindari pemborosan.

Kelemahan dari anggaran berbasis kinerja adalah sebagai berikut:

a. Hanya sedikit dari pemerintah pusat dan daerah yang memiliki staf anggaran atau
akuntansi yang memiliki kemampuan memadai untuk mengidentifikasikan unit
pengukuran dan melaksanakan analisis biaya.
b. Banyak jasa dana aktivitas pemerintah tidak dapat langsung terukur dalam satuan unit
output atau biaya per unit yang dapat dimengerti dengan mudah.
c. Akun-akun dalam pemerintahan telah secara khusus dibuat dengan dasar anggaran yang
dikeluarkan (cash basis).
d. Kadang kala, aktivitas langsung diukur biayanya secara detail dan dilakukannya
pengukuran lainnya tanpa adanya pertimbangan yang memadai apakah aktivitas tersebut
perlu atau tidak.
B. Menghitung Biaya Satuan (Unit Cost) untuk Penyusunan Anggaran Bisnis
Biaya satuan (unit cost) adalah biaya yang dihitung untuk satu satuan produk pelayanan yang
dihitung dengan cara membagi total cost dengan jumlah atau kualitas output. Secara
sederhana, biaya satuan sering kali disebut dengan “rata-rata.” Yang merupakan hasil
perhitungan dengan membagi biaya total dengan jumlah produksi
 Jenis Unit Cost
Hasil perhitungan biaya satuan terdapat dua macam biaya satuan yaitu biaya satuan
normatif dan biaya satuan aktual.
 Metode Unit Cost
1. Simple distribution
Cara langsung membagi habis biaya diunit-unit pusat biaya ke pusat pendapatan
berdasarkan bobot tertentu.
2. Step down
Cara membagi biaya dari pusat biaya ke pusat pendapatan melalui beberapa
tahap, yaitu pertama alokasi antara pusat biaya (disusun dengan unit mulai
dengan biaya tertinggi sebagai unit yang memberi biaya kepusat biaya lain).
Kemudian biaya yang diterima pusat biaya dibawahnya digabung dengan biaya
asli pusat. Biaya tersebut dialokasikan ke pusat pendapatan dengan dasar
pembobotan.
3. Double distrtibution
Cara membagi biaya dari pusat biaya ke pusat pendapatan, melalui duatahap,
yaitu mula-mula dilakukan alokasi antara pusat biaya ke pusat biaya lain danke
pusat pendapatan, selanjutnya dilakukan alokasi dari pusat biaya ke pusat
pendapatan
4. Activity-based costing
Cara analisis biaya berdasarkan aktivitas.
 Rumus Unit Cost

Unit Cost = Total Cost ÷ Total Output

C. Neraca Perusahaan
Neraca adalah salah satu bagian dari laporan keuangan suatu entitas bisnis/
perusahaan yang di dalamnya terdapat informasi mengenai aktiva, kewajiban, serta ekuitas
pemegang saham pada akhir periode akuntansi perusahaan tersebut. Laporan posisi
keuangan (Balance Sheet atau Statement Of Financial Position) atau neraca adalah suatu
laporan yang wajib dibuat oleh sebuah perusahaan. Laporan tersebut nantinya akan menjadi
dasar bagi suatu entitas bisnis/ perusahaan dalam membuat keputusan bisnis.
Perusahaan yang tidak dapat membuat laporan neraca akan dianggap gagal karena
tidak mampu memberikan informasi penting kepada stakeholder, pemerintah, akademisi,
dan pihak-pihak lain yang berperan dalam membuat kebijakan. Mengacu pada pengertian
neraca di atas, terdapat tiga unsur penting di dalam neraca keuangan, yaitu Aktiva,
Kewajiban, dan Ekuitas. Berikut penjelasan mengenai unsur-unsur neraca tersebut:
a. Aktiva (Aset)
Aktiva atau aset adalah kekayaan yang dimiliki oleh suatu entitas bisnis yang
diharapkan memberikan manfaat usaha di masa depan. Aktiva dapat dibedakan
menjadi dua jenis, yaitu:
b. Aktiva Lancar
Aktiva lancar adalah aset yang umur kegunaannya untuk jangka pendek. Proses
pencairan aktiva lancar ini kurang dari atau maksimal 1 tahun.
Beberapa yang termasuk di dalam aktiva lancar adalah;
 Kas
 Piutang
 Perlengkapan
 Persediaan
 Biaya dibayar di muka
c. Aktiva Tetap
Aktiva tetap adalah aset yang umur kegunaannya untuk digunakan dalam jangka
waktu yang panjang, lebih dari setahun. Aset ini umumnya digunakan untuk
kepentingan operasioanl perusahaan.
Beberapa yang termasuk dalam aktiva tetap adalah;
 Tanah
 Gedung
 Mesin
 Peralatan
Aset jenis ini mengalami penyusutan karena penggunaan dan berkurangnya
masa pakai.
Selain itu, aktiva tetap juga memiliki bentuk lain, yaitu aktiva tetap tak berwujud.
Beberapa yang termasuk aktiva tetap tak berwujud adalah;
 Hak paten
 Hak cipta
 Merk dagang
 Hak sewa
d. Pasiva (liability)
Pasiva adalah kewajiban pembayaran yang harus dilakukan oleh suatu entitas
bisnis kepada pihak lain, baik dalam jangka panjang maupun jangka
pendek. Beberapa yang termasuk di dalam pasiva adalah;
 Utang
 Pendapatan dibayar di muka
 Akrual (biaya yang akan jatuh tempo)
Pasiva atau kewajiban dapat dibedakan menjadi dua, yaitu;
 Utang Jangka Panjang  Utang jangka panjang adalah setiap utang yang periode
pembayarannya relatif lama. Beberapa yang termasuk utang jangka panjang
diantaranya;
 Utang obligasi (bond payable)
 Utang hipotek (mortage payable)
 Utang Jangka Pendek  Utang jangka pendek adalah semua utang yang harus
dibayarkan dalam waktu relatif lama, paling lambat satu tahun. Beberapa yang
termasuk di dalam utang jangka pendek antara lain;

Jenis Utang Jangka


No. Keterangan
Pendek

1 Utang Wesel/ Wesel Wesel yang wajib dibayar kepada pihak lain yang pernah
Bayar dibayarkan sebelumnya. Pada umumnya umur utang wesel
adalah 30 hari, 60 hari, atau 90 hari.
Jenis Utang Jangka
No. Keterangan
Pendek

2 Utang Ini adalah utang kepada rekan usaha (supplier) dalam kaitannya
Dagang (Account untuk kegiatan perusahaan. Misalnya membayar barang yang
Payable) sudah diterima sebelumnya.

3 Biaya yang harus Segala biaya yang belum lunas dalam satu periode pembukuan.
dibayar Misalnya utang gaji/ upah dan utang biaya lainnya.

e. Modal (equity)
Modal adalah uang atau barang yang dipakai sebagai dasar untuk melakukan
suatu pekerjaan. Dalam hal ini modal dalam neraca adalah saldo dari modal akhir
sebuah perusahaan dalam satu periode akuntansi.

Dengan kata lain, modal atau equity merupakan selisih atau nilai lebih assets dikurangi
dengan liabilities.
Equity = Asset – Liability
o Manfaat Neraca (Balance Sheet)
Sesuai dengan pengertian neraca, berikut ini adalah beberapa manfaatnya bagi suatu
perusahaan;

 Berguna sebagai alat untuk analisis perubahan kondisi keuangan suatu perusahaan
secara berkala dari tahun ke tahun.
 Berguna sebagai alat untuk analisis likuiditas suatu entitas bisnis sehingga diketahui
kemampuan suatu perusahaan untuk melakukan kewajibannya dengan harta likuid.
 Berguna sebagai alat untuk analisis kemampuan suatu perusahaan dalam melunasi
utang jangka pendek sebelum jatuh tempo.
o Contoh Laporan Neraca
Terdapat dua bentuk penyajian laporan posisi keuangan, yaitu Stafel (laporan) dan Skontro
(rekening). Penyajian laporan neraca tersebut sebaiknya disesuaikan dengan jumlah pos
akun yang dipakai oleh entitas bisnis. Bentuk penyajian Stafel yang memanjang ke bawah
akan lebih efektif dipakai bila akun dalam perusahaan tersebut jumlahnya banyak. Dan
penyajian Skontro yang menyamping lebih efektif dipakai bila akun pada perusahaan
jumlahnya sedikit.
a. Bentuk Skontro (Rekening)
Laporan neraca bentuk Skontro menyajikan rekening dalam dua sisi. Pada sisi kanan
adalah komponen pasiva, yaitu modal dan kewajiban. Sedangkan sisi kiri adalah
aktiva, yaitu semua akun dengan klasifikasi aktiva.

Berikut contohnya;

Laporan neraca bentuk Skontro

b. Bentuk Stafel (Laporan)


c. Neraca bentuk Stafel dibuat secara berurutan, mulai dari aktiva, pasiva, dan
modal. Berikut adalah contoh laporan posisi keuangan dengan forma Stafel;
Laporan Neraca bentuk Stafel

Laporan Neraca bentuk Stafel

D. Laporan Laba Rugi Perusahaan

Laporan laba rugi adalah suatu laporan yang menggambarkan hasil operasi perusahaan
dalam suatu periode waktu tertentu. Laporan laba rugi menyediakan rincian
penghasilan,laba,beban dan rugi entitas untuk suatu perioda waktu.Hasil operasi perusahaan
diperoleh dengan cara membandingkan antara penghasilan yang diperoleh dengan beban-
beban yang telah dikeluarkan untuk memperoleh penghasilan tersebut. Mempertemukan
penghasilan dengan beban yang dikeluarkan untuk memperoleh penghasilan tersebut dalam
akuntasi disebut dengan prinsip matching.

Menurut Baridwan (2000) , laporan laba rugi dalam penyajian dibagi menjadi dua bentuk
yaitu :

- Single step
Dalam metoda single step model semua pos hasil, baik yang normal maupun yang tidak
normal baik yang operasi maupun non operasi digabung dan demikian juga mengenai biaya
kemudian baru keduanya dikurangkan.
- Multi step
Dalam metode multi step laba rugi baru diketahui setelah beberapa kali tahap pengurangan,
mulai dari penjualan dikurangi harga pokok penjualan yang menghasilkan laba kotor,
dikurangi biaya operasi menghasilkan laba operasi dan seterusnya sampai menghasilkan
laba bersih.
 Prinsip-prinsip yang umum diterapkan untuk menyusun laporan laba rugi menurut Munawir
(2004) yaitu:
1) Bagian yang pertama menunjukan penghasilan yang diperoleh dari usaha pokok
perusahaan diikuti dengan harga pokok dari barang atau service yang dijual, sehingga
diperoleh laba kotor.
2) Bagian kedua menunjukan biaya-biaya operasional yang terdiri dari beban penjualan
dan beban umum atau administrasi.
3) Bagian ketiga menunjukan hasil-hasil yang diperoleh diluar operasi pokok perusahaan,
yang diikuti dengan biaya-biaya yang terjadi diluar usaha pokok perusahaan.
4) Bagian Keempat menunjukan laba atau rugi yang insidentil sehingga akhirnya
diperoleh laba bersih sebelum pajak pendapat.

 Fungsi dan Tujuan Laba Rugi Perusahaan :


 Untuk memberikan informasi mengenai jumlah total pajak yang harus dibayarkan
oleh suatu entitas bisnis.
 Untuk memberikan informasi mengenai kondisi suatu perusahaan, apakah memperoleh
laba atau merugi pada setiap periode akuntansi.
 Menjadi bahan referensi untuk evaluasi pihak manajemen perusahaan untuk
menentukan berbagai langkah yang harus diambil di periode berikutnya.
 Menjadi sumber informasi mengenai tingkat keberhasilan perusahaan dalam
menentukan besaran biaya perusahaan.
 Membantu proses analisis usaha sehingga dapat mengukur perkembangan suatu entitas
bisnis.
 Menjadi acuan perusahaan dalam upaya pengembangan bisnis bila ingin meningkatkan
perolehan laba.
 Membantu proses analisis strategi perusahaan untuk mengetahui tingkat keberhasilan
strategi bisnis yang telah diterapkan sebelumnya dalam mencapai goal perusahaan.
 Menjadi cerminan profil suatu entitas bisnis bagi calon investor maupun kreditur yang
akan melakukan transaksi bisnis dengan perusahaan tersebut.

 Elemen Dalam Laporan Laba Rugi :

Dalam penyusunan income statement terdapat 4 elemen penting :


1. Pendapatan (revenue), yaitu pemasukan atau penambahan aktiva lainnya dari suatu
entitas bisnis.
2. Kewajiban (expense), yaitu pengeluaran atau penggunaan aktiva dari suatu perusahaan.
3. Keuntungan (profit), yaitu penambahan ekuitas karena terjadinya transaksi periferal
perusahaan, atau investasi dari pemilik usaha.
4. Kerugian (loss), yaitu penurunan ekuitas karena terjadinya transaksi periferal
perusahaan
Contoh Laporan Laba Rugi
Secara umum terdapat dua bentuk laporan laba rugi dalam penyusunan laporan keuangan
suatu entitas bisnis, yaitu single step dan multiple step.
o Single Step
Single step income statement adalah laporan laba atau rugi suatu perusahaan dimana
semua pendapatan dan keuntungan yang termasuk unsur operasi berada pada posisi awal
laporan laba rugi. Berikut adalah beberapa dalam penyajian laporan single step income
statement:
 Total pendapatan dari hasil penjualan wajib dijumlahkan dan dibuat kelompok
sendiri.
 Total akun beban dijumlahkan dan dibuat kelompok tersendiri.
 Total pendapatan wajib dikurangi dengan total beban.
 Selisih dari pendapatan dan beban adalah keuntungan atau rugi perusahaan.
Alasan suatu perusahaan menggunakan bentuk laporan single step ini biasanya karena
formatnya lebih sederhana dan mudah dibaca. Selain itu, penggunaan laporan dalam
bentuk single step ini karena perusahaan belum menyadari adanya laba.

o Multiple Step
Multiple step income statement adalah bentuk laporan laba atau rugi suatu dimana di
dalamnya terdapat beberapa langkah dalam menentukan keuntungan bersih perusahaan.
Berikut adalah peraturan dalam penyajian laporan multiple step income statement:
 Pada akun pendapatan harus dibedakan antara pendapatan bisnis dan pendapatan
di luar bisnis.
 Pada akun beban harus dibedakan antara beban bisnis dan beban di luar bisnis.
 Akun pendapatan dan beban bisnis berada pada bagian awal laporan, sedangkan
pendapatan dan beban di luar usaha berada pada bagian selanjutnya.
 Inti dari laporan multiple step income statement ini adalah pengelompokkan akun
beban dan pendapatan secara terpisah.
Laporan multiple step income statement ini memisahkan transaksi operasi dan transaksi
non-operasi. Selain itu, terdapat perbandingan biaya dan beban terhadap pendapatan yang
terkait.

E. Pengawasan dan Pertanggungjawaban Anggaran Bisnis

 Pengawas anggaran bisnis


Konsep dasar pengawasan anggaran bertujuan untuk mngukur, membandingkan, menilai
alokasi biaya dan tingkat penggunaannya. Dengan kata lain, pengawasan anggaran
diharapkan dapat mengetahui sampai dimana tingkat efektivitas dan efesiensi dari
penggunaan sumber-sumber dana yang tersedia. Pertanyaan pokok yang berkaitan
dengan pengawasan anggaran adalah seberapa besar tingkat kesesuaian antara biaya
yang dialokasikan untuk setiap komponen dalam anggaran dengan realisasi anggaran.
Apabila terdapat ketidaksesuaian antara rencana dengan realisasinya, maka perlu diambil
tindakan-tindakan perbaikan dan jika diproses melalui jalur hukum.
Dalam kebijakan umum pengawasan, dinyatakan bahwa sistem pengawasan harus
berorientasi pada hal-hal berikut:
1) Sistem pengawasan fungsional yang dimulai sejak perencanaan yang
menyangkut aspek penilaian kehematan, efisiensi, efektivitas yang mencakup
seluruh aktivitas program di setiap bidang organisasi.
2) Hasil temuan pengawasan harus ditindaklanjuti dengan koordinasi antara
pengawasan dengan aparat penegak hukum serta instansi terkait turut
meyamakan persepsi mencari pemecahan bersama atas masalah yang dihadapi.
3) Kegiatan pengawasan hendaknya lebih diarahkan pada bidang-bidang yang
strategis dan memperhatikan aspek manajemen.
4) Kegiatan pengawasan hendaknya memberi dampak terhadap penyeleksian
masalah dengan konsepsional dan menyeluruh.
5) Kegiatan pengawasan dilakukan oleh orang-orang yang memiliki kompetensi
teknis, sikap, dedikasi, dan integritas pribadi yang baik.
6) Akurat, artinya informasi tentang kinerja yang diawasi memiliki ketepatan
data/informasi yang sangat tinggi.
7) Tepat waktu, artinya kata yang dihasilkan dapat digunakan sesuai dengan saat
untuk melakukan perbaikan.
8) Objektif dan komprehensif.
9) Tidak mengakibatkan pemborosan atau in-efisiensi.
10) Tindakan dan kegiatan pengawasan bertujuan untuk menyamakan rencana atau
keputusan yang telah dibuat.
11) Kegiatan pengawasan harus mampu mengoreksi dan menilai pelaksanaan
pekerjaan sesuai dengan rencana semula.

Secara sederhana proses pengawasan terdiri dari tiga kegiatan pokok, yaitu:

 Memantau (monitoring)
 Menilai, dan
 Melaporkan hasil-hasil temuan, kegiatan atau monitoring dilakukan terhadap
kinerja actual (actual performance), baik dalam proses maupun hasilnya.
Aktivitas yang sedang dan telah dilakukan terhadap kinerja actual (actual
performance), baik dalam proses maupun hasilnya.

Aktivitas yang sedang dan telah dilaksanakan diukur berdasarkan kriteria-kriteria yang telah
digariskan dalam perencanaan. Apakah terdapat penyimpangan (deviasi) maka diusahakan
adanya perbaikan atau korelasi yang direkomendasikan kepada pimpinan evaluasi.

Dalam proses pengawasan terdapat beberapa unsur yang perlu mendapat perhatian, yaitu:

 Unsur proses, yaitu usaha yang bersifat kontinu terhadap suatu tindakan yang
dimiliki dari pelaksanaan suatu rencana sampel dengan hasil akhir yang
diharapkan;
 Unsur adanya objek pengawasan yaitu sesuatu yang menjadi sasaraan
pengawasan, baik penerimaan maupun pengeluaran
 Ukuran atau standarisasi dari pengawasan;
 Teknik-teknik pengawasan.

Langkah-langkah atau tahapan yang harus dilakukan dalam proses pengawasan, yaitu:

a) Penetapan standar atau patokan yang dipergunakan berupa ukuran kuantitas,


kualitas, biaya, dan waktu.
b) Mengukur dan membandingkan antara kenyataan yang sebenarnya dengan
standar yang telah ditetapkan.
c) Mengidentifikasikan penyimpangan (devisi).
d) Menentukan tindakan perbaikan atau koreksi yang kemudian menjadi materi
rekomendasi

Pemeriksaan anggaran pada dasarnya merupakan aktivitas menilai, baik catatan (record) dan
menentukan prosedur-prosedur dalam mengimplementasikan anggaran, apakah sesuai
dengan peraturan, kebijakan, dan standar-standar yang berlaku. Dalam pemeriksanaan
dilakukan oleh pihak luar lembaga (external audit), seperti BPK (badan pemeriksa keuangan)
atau akuntan public yang mempunyai sertifikasi, dan pimpinan langsung (internal audit)
terhadap penerimaan dan pengeluaran biaya.

 Pertanggungjawaban anggaran bisnis


Pusat pertanggungjawaban yaitu bagian, segmen, atau subunit dari sebuah organisasi yang
manajernya bertanggung jawab atas seperangkat aktivitas tertentu. Akuntansi
pertanggungjawaban yaitu sistem yang mengukur rencana, anggaran, tindakan, dan hasil
aktual dari setiap pusat tanggung jawab. Umumnya, kita menentukan 4 tingkat pusat
tanggung jawab.

Jenis pusat pertanggungjawaban

 Biaya, bertanggungjawab untuk biaya


 Pendapatan, bertanggung jawab atas pendapatan
 Laba, bertanggung jawab atas pendapatan dan biaya
 Investasi, bertanggung jawab atas investasi, pendapatan, dan biaya
DAFTAR PUSTAKA
Bastian, Indra. 2006, Sistem Perencanaan dan Penganggaran Pemerintahan Daerah di Indonesia,
Penerbit Salemba Empat, Jakarta.

Halim, Abdul dkk. 2007, Pengelolaan Keuangan Daerah, Penerbit Sekolah Tinggi Ilmu
Manajemen YKPN, Yogyakarta.

Robinson, Marc and D. Last. 2009. A Basic Model of Performance-Based Budgeting. Technical
Notes and Manuals. International Monetary Fund. Washington.

Baridwan,Z. 2000. Intermedite Accounting. Yogyakarta: BPFE.

Munawir, S. 2004. Analisis Laporan Keuangan. Edisi ke 4. Yogyakarta : Liberty

JUANITA GJ, Satwiko R. Pengaruh ukuran kantor akuntan publik, kepemilikan, laba rugi,
profitabilitas dan solvabilitas terhadap audit report lag. Jurnal Bisnis dan Akuntansi.
2012;14(1):31-40.

Azlina N. Analisis Faktor yang Mempengaruhi Manajamen Laba (Studi Pada Perusahaan yang
Terdaftar di BEI). Jurnal Pendidikan Ekonomi dan Bisnis. 2010 Nov;2(03).

Konsultasi Menejemen SDM Indonesia, website : sdmindonesia.com

Zaki Baridwan, 2000. Intermediate Accounting. Edisi Tujuh, BPFE, Yogyakarta

Anda mungkin juga menyukai