Anda di halaman 1dari 11

ASPEK KONSUMSI PANGAN

EKOPZI
KONSUMSI

 Angka Kecukupan Gizi (AKG) untuk konsumsi energi 2.000


kkal/kapita/hari dan protein 52 gram/kapita/hari (rekomendasi
WNPG VIII, 2004).

 Realisasi konsumsi perkapita perhari pada periode 1999-2005 :


 Energi meningkat dari 1.851 kkal (1999) menjadi 1.997 kkal
(2005) mendekati AKG.
 Protein meningkat dari 48,67 gr (1999) menjadi 55,27 gr
(2005) diatas AKG.

 Secara nasional keragaman dan keseimbangan konsumsi yang


menunjukkan kualitas konsumsi semakin baik

2
KEMISKINAN DAN KERAWANAN PANGAN
 55% dari total penduduk miskin berada di sektor pertanian.
 Kelompok miskin memiliki resiko tinggi dan renyan mengalami
kerawanan pangan.
 Penyebab rawan pangan:
 Tidak adanya akses secara ekonomi bagi individu/rumah tangga
untuk memperoleh pangan yang cukup,
 Tidak adanya akses secara fisik bagi individu/rumah tangga
untuk memperoleh pangan yang cukup,
 Tidak tercukupinya pangan untuk kehidupan yang produktif
individu/rumah tangga,
 Tidak terpenuhinya pangan secara cukup dalam jumlah, mutu,
ragam, keamanan serta keterjangkauan harga.

3
 Penduduk rawan pangan (mengkonsumsi energi < 80% Angka
Kecukupan Energi/AKE) meliputi golongan berpengeluaran Rp.
99.999 ke bawah
 2004 : 25,97 juta jiwa, di mana 9 juta jiwa diantaranya
mengkonsumsi energi < 70% AKE
 2005 : 14,96 juta jiwa, di mana 5,11 juta jiwa di antaranya
mengkonsumsi energi < 70% AKE
 Di Sulawesi Selatan terdapat 2 (dua) Kabupaten rawan
pangan yaitu Kab. Jeneponto dan Kab. Salayar
 Kenaikan harga BBM menyebabkan peningkatan harga pangan 
tingkat pendapatan riil masyarakat menurun  diperkirakan
jumlah penduduk rawan pangan akan meningkat, terutama pada
balita.

4
KONSUMSI

a. Dominasi beras dalam konsumsi masyarakat


menyebabkan kualitas konsusmi gizi masih belum
beragam, bergizi dan berimbang.
b. Sebagian daerah, etnis, nilai budaya kebiasaan belum
mendukung terciptanya pola konsumsi pangan gizi
seimbang.
c. Potensi industri pengolahan pangan domestik belum
berkembang optimal.
d. Tataran mikro dihadapkan pada masih tingginya
proporsi masyarakat yang mengalami kerawanan
pangan.
5
SASARAN KEMANDIRIAN PANGAN
NASIONAL
Indikator mikro (rumah tangga):
 Dipertahankannya ketersediaan energi per kapita
minimal 2.200 kkal/hari dan protein per kapita
minimal 57 gram/hari
 Meningkatnya pemanfaatan dan konsumsi energi
minimal 2.000 kkal/hari dan protein 52
gram/hari, dengan skor PPH 80
 Berkurangnya jumlah penduduk rawan pangan
kronis (konsumsi < 80% AKG) menjadi 1%
 Tertanganinya secara cepat penduduk yang
terkena rawan pangan transien
 Meningkatnya rata-rata penguasaan lahan petani
6
Indikator makro (nasional):
 Meningkatnya kemandirian pangan melaui
pencapaian swasembada beras berkelanjutan,
swasembada jagung 2007, swasembada kedele
2015, swasembada gula 2009, dan swasembada
daging sapi 2010, serta membatasi impor pangan
utama < 10% kebutuhan pangan nasional.
 Meningkatnya land-man rasio melalui penetapan
lahan abadi beririgasi min. 15 juta Ha, dan lahan
kering min. 15 juta Ha.
 Meningkatnya kemampuan pengelolaan cadangan
pangan pemerintah daerah dan pusat

7
 Meningkatnya jaringan distribusi dan
pemasaran
 Meningkatnya kemampuan pemerintah dalam
mengantisipasi dan menangani secara dini
serta melakukan tanggap darurat terhadap
masalah kerawanan pangan dan gizi.

8
ASPEK KONSUMSI

 Meningkatkan kemampuan akses pangan rumah


tangga sesuai kebutuhan jumlah, mutu,
keamanan dan gizi seimbang.
 Mendorong, mengembangkan dan memfailitasi
peran serta masyarakat (LSM, organisasi
profesi, koperasi, organisasi massa) dalam
pemenuhan hak atas pangan khususnya bagi
kelompok kurang mampu.

9
 Meningkatkan efisiensi dan efektifitas intervensi bantuan
pangan dan pangan bersubsidi kepada golongan masyarakat
rawan pangan termasuk kelompok lanjut usia dan penyandang
cacat ganda.

 Mempercepat proses diversifikasi pangan ke arah konsumsi


yang beragam dan bergizi seimbang, dengan mengutamakan
sumber pangan lokal (Sesuai kesepakatan bersama
Gubernur/Ketua DKP propinsi dalam konferensi Dewan
Ketahanan Pangan 2004).

 Meningkatkan kerjasama dengan Aliansi Melawan Kelaparan


(Seluruh stakehoders, antara lain LSM, Perguruan Tinggi,
Ormas, dan Swasta)
11

Anda mungkin juga menyukai