KOTA SURAKARTA
TAHUN 2020
SURAT PERNYATAAN ORISINALITAS ESAI
Demikian Surat Pernyataan ini saya buat dalam keadaan sadar untuk dapat
dipergunakan sebagaimana mestinya.
Muhammad Afriansyah
Empat Dasawarsa Peringatan Hari Pangan Sedunia: Momentum Penguatan
Ketahanan Pangan di Masa Pandemi, Meninjau Peran dan Kontribusi
Muhammadiyah
“Sodara-sodara, soal persediaan makanan rakjat ini, bagi kita adalah soal
hidoep ataoe mati. Tjamkan, sekali lagi tjamkan, kalaoe kita tidak “ampakkan”
soal makanan rakjat ini setjara besar-besaran, setjara radikal dan revolusioner,
kita akan mengalami tjelaka...”
Ir. Soekarno
Pangan Dunia
Tahun ini, genap empat dasawarsa peringatan Hari Pangan Sedunia atau
World Food Day, yang diperingati setiap tanggal 16 Oktober, tanggal pembentukan
Food and Agriculture Organization atau FAO, lembaga yang berada di bawah
naungan Perserikatan Bangsa-Bangsa (United Nations/UN). Peringatan yang
dimulai pada tahun 1981 ini, pertama kali diinisasi pada konferensi umum ke 20
yang dilaksanakan bulan November 1979. Tokoh yang berperan penting dalam
inisiasi peringatan Hari Pangan Sedunia ini adalah delegasi Hongaria bernama Dr.
Pal Romany yang merupakan Menteri Pertanian dan Pangan. Peringatan Hari
Pangan Sedunia dilakukan sebagai medium untuk mempromosikan kesadaran dan
tindakan global bagi seluruh masyarakat yang menderita kelaparan dan untuk
menggaungkan pola hidup sehat bagi seluruh manusia di muka bumi ini.
Tahun ini, Hari Pangan Sedunia mengangkat tema global: Grow, Nourish,
Sustain. Together (Tumbuhkan, Pelihara, Lestarikan. Bersama). Tema ini diangkat
sebagai bentuk kampanye nyata atas berbagai permasalahan pangan umat manusia
dan segala hal yang berkaitan dengan pangan. Kampanye menggunakan tagar
#FoodHeroes, sebagai bentuk penghargaan terhadap semua orang yang berperan
dalam pangan dunia.
Permasalahan pangan yang masuk dalam SDGs, tepatnya pada poin kedua,
menjadi problem global yang sangat kompleks dan darurat. Terlebih di tengah
situasi pandemi Covid-19 yang hingga saat ini belum menunjukkan tanda-tanda
akan segera berakhir, turut serta memperburuk permasalahan pangan dunia.
Pandemi ini sendiri merupakan ancaman serius bagi ketahanan pangan dan gizi.
Gejolak ekonomi yang disebabkan oleh pandemi mengancam akses ekonomi dan
fisik terhadap pangan. Penurunan pendapatan dapat membuat makanan, terutama
makanan bergizi, kurang terjangkau bagi sebagian orang, terutama orang miskin.
Kelaparan dan malnutrisi sangat mungkin mengalami peningkatan. Di sinilah akar
problem ketahanan pangan di masa pandemi.
Dalam hal ketahanan pangan, dampak pademi Covid-19 ini terbagi ke dalam
dua sektor, pertama adalah dampak terhadap sektor pertanian dan kedua adalah
dampak terhadap sektor ekonomi non-pertanian. Dampak pertama berimbas pada
kapasitas dan produktivitas pertanian yang mengakibatkan menurunnya produksi
pangan, terkhusus yang menjadi bahan pangan pokok. Pada akhirnya akan
memengaruhi akses dalam penjualan hasil produksi pertanian. Sedangkan dampak
kedua berimbas pada kenaikan angka pengangguran dan penurunan daya beli
masyarakat, hal ini mengakibatkan minimnya akses terhadap pangan, terutama
pangan yang bergizi seimbang. Dampak kedua ini nantinya akan bermuara pada
kemiskinan dan malnutrisi penduduk.
Muara dari dampak pertama dan kedua ini saling berkaitan satu sama lain, di
mana petani sebagai produsen dan masyarakat sebagai konsumen dari produk-
produk pertanian yang sama-sama terdampak pandemi Covid-19 sulit bertemu
untuk memenuhi kebutuhannya, sehingga memungkinkan tersendatnya sistem
pemasaran, logistik, dan perdagangan yang berpotensi membuat makanan tidak
tersedia di beberapa tempat di waktu tertentu. Permasalahan tersebut di atas terjadi
di hampir seluruh dunia dan Indonesia bukan pengecualian. Di Indonesia sendiri,
permasalahan pangan sebelum memasuki pandemi Covid-19 tidaklah ringan.
Melalui Tani Bangkit ini, Lazismu memberikan bantuan agar beras dari
petani bisa terjual sesuai dengan harga pasar. Program ini sangat membantu
terpenuhinya empat aspek ketahanan pangan sebagaimana yang sudah disebutkan
di atas, yang bermuara pada terjaganya distribusi pangan berupa beras yang
merupakan bahan pangan pokok mayoritas di Indonesia.
Bagian kedua adalah pembagian sembako, yang diperuntukkan kepada
masyarakat. Agenda ini sudah menjadi agenda yang rutin dilaksanakan dan bekerja
sama dengan ranting-ranting Muhammadiyah di Surakarta dalam hal data orang-
orang yang berhak menerimanya. Hal ini dimaksudkan agar bantuan sembako bisa
tepat sasaran. Sembako juga diberikan kepada pasien TB.
Ada juga FTH atau Food Truck Humanitarian. Program yang sudah dimulai
ketika awal masa KLB (Kejadian Luar Biasa) diberlakukan Pemkot Surakarta ini
rutin dilakukan tiap pekan pada hari jumat. Agenda ini berupa pembagian nasi
bungkus yang diperoleh dari donasi para dermawan, dan order dari kantin/warung
yang juga terdampak. Selain mendapat donasi dari para dermawan, terkadang
relawan Muhammadiyah Solo juga masak sendiri agar tetap memenuhi pasokan
nasi bungkus.
Berbicara mengenai ketahanan pangan, maka tidak bisa terlepas dari sektor
usaha mikro kecil menengah atau UMKM, sebagai salah satu sektor ekonomi paling
terdampak pandemi Covid-19. Di sektor ini, Lazismu membantu pelaku UMKM
yang terdampak, dengan cara memberikan modal usaha supaya usahanya tetap
berjalan. Bantuan ini juga diberikan kepada masyarakat yang berminat hendak
memulai usaha dikarenakan terkena PHK akibat pandemi ini.
Oleh karena pangan merupakan kebutuhan dasar manusia yang paling utama
dan pemenuhannya merupakan bagian dari hak asasi manusia, maka negara
berkewajiban mewujudkan ketersediaan, keterjangkauan, dan pemenuhan
konsumsi pangan yang cukup, aman, bermutu, dan bergizi seimbang, baik pada
tingkat nasional maupun daerah hingga perseorangan secara merata di seluruh
wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia sepanjang waktu dengan
memanfaatkan sumber daya, kelembagaan, dan budaya lokal (UU No. 18 Tahun
2012 tentang Pangan).
Bagi umat Islam, usia empat puluh artinya usia kenabian, usia yang
menandakan kematangan dari berbagai aspek. Mulai dari fisik, mental, emosional,
finansial, sosial, intelektual, dan spiritual. Atau dengan kata lain, sudah mapan
secara personal dan dianggap siap memikul tanggung jawab sosial. Di usia inilah
Muhammad bin Abdullah mulai mengemban risalah kenabian dan kerasulan
terakhir untuk membawa, mengajarkan, sekaligus menyebarluaskan Islam yang
rahmatan lil ‘alamin. Usia kenabian ini menjadi simbol memasuki fase kematangan
untuk memulai fase kehidupan yang sama sekali berbeda dari sebelumnya, yaitu
fase menuntun dan mengarahkan umat ke jalan yang penuh kemaslahatan dunia dan
akhirat.
Pada peringatan Hari Pangan Sedunia yang tahun ini genap memasuki usia
kenabian, kita sebagai warga dunia secara umum dan warga negara Indonesia
secara khusus sangat mengharapkan segenap elemen yang berkaitan dengan
pangan, meliputi FAO, pemangku kebijakan nasional dalam hal ini Kementerian
Pertanian dan jajarannya, serta elemen masyarakat lain, termasuk di dalamnya
Muhammadiyah, semakin siap bersinergi untuk terus memperkuat ketahanan
pangan, utamanya di masa pandemi ini. Tak terkecuali kita sebagai warga biasa,
juga turut andil dalam menjaga kestabilan sekaligus memperkuat ketahanan
pangan, di masa apapun.
Daftar Pustaka
e-mail : ansyahafri51@gmail.com
no telepon/HP : 081330512449