Anda di halaman 1dari 11

CABANG LOMBA ESAI

SEMARAK MILAD MUHAMMADIYAH KE-111

PC IMM KOTA SURAKARTA

Empat Dasawarsa Peringatan Hari Pangan Sedunia: Momentum Penguatan


Ketahanan Pangan di Masa Pandemi, Meninjau Peran dan Kontribusi
Muhammadiyah

MUHAMMAD AFRIANSYAH: A420150101

Universitas Muhammadiyah Surakarta

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

KOTA SURAKARTA

TAHUN 2020
SURAT PERNYATAAN ORISINALITAS ESAI

Saya yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : Muhammad Afriansyah

Asal Kampus : Universitas Muhammadiyah Surakarta

Nomor Telepon : 081330512449

Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa esai dengan judul:

Empat Dasawarsa Peringatan Hari Pangan Sedunia: Momentum Penguatan


Ketahanan Pangan di Masa Pandemi, Meninjau Peran dan Kontribusi
Muhammadiyah

Yang saya ajukan dalam Perlombaan Semarak Milad Muhammadiyah Ke-111


adalah esai saya yang belum pernah dipublikasikan sebelumnya di media manapun
dan belum pernah diikutsertakan dalam perlombaan/kompetisi sejenis, dan/atau
tidak pernah digunakan untuk media komunikasi apapun, serta bukan hasil dari
plagiat.

Demikian Surat Pernyataan ini saya buat dalam keadaan sadar untuk dapat
dipergunakan sebagaimana mestinya.

Yang membuat pernyataan

Muhammad Afriansyah
Empat Dasawarsa Peringatan Hari Pangan Sedunia: Momentum Penguatan
Ketahanan Pangan di Masa Pandemi, Meninjau Peran dan Kontribusi
Muhammadiyah

“Sodara-sodara, soal persediaan makanan rakjat ini, bagi kita adalah soal
hidoep ataoe mati. Tjamkan, sekali lagi tjamkan, kalaoe kita tidak “ampakkan”
soal makanan rakjat ini setjara besar-besaran, setjara radikal dan revolusioner,
kita akan mengalami tjelaka...”

Ir. Soekarno

Peletakan Batu Pertama Pembangunan Kampus IPB, 1952

Pangan Dunia

Tahun ini, genap empat dasawarsa peringatan Hari Pangan Sedunia atau
World Food Day, yang diperingati setiap tanggal 16 Oktober, tanggal pembentukan
Food and Agriculture Organization atau FAO, lembaga yang berada di bawah
naungan Perserikatan Bangsa-Bangsa (United Nations/UN). Peringatan yang
dimulai pada tahun 1981 ini, pertama kali diinisasi pada konferensi umum ke 20
yang dilaksanakan bulan November 1979. Tokoh yang berperan penting dalam
inisiasi peringatan Hari Pangan Sedunia ini adalah delegasi Hongaria bernama Dr.
Pal Romany yang merupakan Menteri Pertanian dan Pangan. Peringatan Hari
Pangan Sedunia dilakukan sebagai medium untuk mempromosikan kesadaran dan
tindakan global bagi seluruh masyarakat yang menderita kelaparan dan untuk
menggaungkan pola hidup sehat bagi seluruh manusia di muka bumi ini.

Tahun ini, Hari Pangan Sedunia mengangkat tema global: Grow, Nourish,
Sustain. Together (Tumbuhkan, Pelihara, Lestarikan. Bersama). Tema ini diangkat
sebagai bentuk kampanye nyata atas berbagai permasalahan pangan umat manusia
dan segala hal yang berkaitan dengan pangan. Kampanye menggunakan tagar
#FoodHeroes, sebagai bentuk penghargaan terhadap semua orang yang berperan
dalam pangan dunia.

Permasalahan pangan, menjadi salah satu bagian dari 17 poin SDGs


(Sustainable Development Goals), tepatnya poin kedua yaitu Zero Hunger (Tanpa
Kelaparan). Poin ini memiliki target untuk menghilangkan kelaparan, mencapai
ketahanan pangan dan gizi yang baik, serta meningkatkan pertanian berkelanjutan
(Kementerian Perencanaan Nasional/Bapenas: 2017). Dokumen yang
dideklarasikan pada tanggal 25 September 2015 ini memuat 17 tujuan dan 169
target, menggambarkan sasaran dan ruang lingkup agenda pembangunan global
yang bersifat inklusif dan multi dimensional. Adanya tujuan dan target di atas
menjadi panduan bagi warga dunia selama 15 tahun ke depan semenjak 2015 dalam
melaksanakan pembangunan untuk kesejahteraan warga global.

Problem Ketahanan Pangan

Merujuk pada UU No. 18 tahun 2012 tentang Pangan, Pangan didefinisikan


sebagai segala sesuatu yang berasal dari sumber hayati produk pertanian,
perkebunan, kehutanan, perikanan, peternakan, perairan, dan air, baik yang diolah
maupun tidak diolah yang diperuntukkan sebagai makanan atau minuman bagi
konsumsi manusia, termasuk bahan tambahan Pangan, bahan baku Pangan, dan
bahan lainnya yang digunakan dalam proses penyiapan, pengolahan, dan/atau
pembuatan makanan atau minuman.

Sedangkan ketahanan pangan, masih merujuk pada UU No. 18 tahun 2012


tentang Pangan, adalah kondisi terpenuhinya Pangan bagi negara sampai dengan
perseorangan, yang tercermin dari tersedianya Pangan yang cukup, baik jumlah
maupun mutunya, aman, beragam, bergizi, merata, dan terjangkau serta tidak
bertentangan dengan agama, keyakinan, dan budaya masyarakat untuk dapat hidup
sehat, aktif, dan produktif secara berkelanjutan. Ketahanan pangan ini memiliki
empat aspek utama meliputi ketersediaan pangan (food availability),
akses/keterjangkauan pangan (acces to supplies), penggunaan/konsumsi pangan
(food utilization), dan stabilitas ketersediaan atau distribusi pangan (stability of
supplies). Ketahanan pangan memiliki sifat dan posisi yang amat strategis sehingga
ketahanan pangan ini sudah menjadi salah satu aspek kebijakan pertahanan dan
keamanan sejak zaman Mesir kuno.

Permasalahan pangan yang masuk dalam SDGs, tepatnya pada poin kedua,
menjadi problem global yang sangat kompleks dan darurat. Terlebih di tengah
situasi pandemi Covid-19 yang hingga saat ini belum menunjukkan tanda-tanda
akan segera berakhir, turut serta memperburuk permasalahan pangan dunia.
Pandemi ini sendiri merupakan ancaman serius bagi ketahanan pangan dan gizi.
Gejolak ekonomi yang disebabkan oleh pandemi mengancam akses ekonomi dan
fisik terhadap pangan. Penurunan pendapatan dapat membuat makanan, terutama
makanan bergizi, kurang terjangkau bagi sebagian orang, terutama orang miskin.
Kelaparan dan malnutrisi sangat mungkin mengalami peningkatan. Di sinilah akar
problem ketahanan pangan di masa pandemi.

Dalam hal ketahanan pangan, dampak pademi Covid-19 ini terbagi ke dalam
dua sektor, pertama adalah dampak terhadap sektor pertanian dan kedua adalah
dampak terhadap sektor ekonomi non-pertanian. Dampak pertama berimbas pada
kapasitas dan produktivitas pertanian yang mengakibatkan menurunnya produksi
pangan, terkhusus yang menjadi bahan pangan pokok. Pada akhirnya akan
memengaruhi akses dalam penjualan hasil produksi pertanian. Sedangkan dampak
kedua berimbas pada kenaikan angka pengangguran dan penurunan daya beli
masyarakat, hal ini mengakibatkan minimnya akses terhadap pangan, terutama
pangan yang bergizi seimbang. Dampak kedua ini nantinya akan bermuara pada
kemiskinan dan malnutrisi penduduk.

Muara dari dampak pertama dan kedua ini saling berkaitan satu sama lain, di
mana petani sebagai produsen dan masyarakat sebagai konsumen dari produk-
produk pertanian yang sama-sama terdampak pandemi Covid-19 sulit bertemu
untuk memenuhi kebutuhannya, sehingga memungkinkan tersendatnya sistem
pemasaran, logistik, dan perdagangan yang berpotensi membuat makanan tidak
tersedia di beberapa tempat di waktu tertentu. Permasalahan tersebut di atas terjadi
di hampir seluruh dunia dan Indonesia bukan pengecualian. Di Indonesia sendiri,
permasalahan pangan sebelum memasuki pandemi Covid-19 tidaklah ringan.

Muhammadiyah dan Ketahanan Pangan

Terhitung sudah 8 bulan Indonesia memasuki masa pandemi yang amat


sangat berdampak pada ketahanan pangan. Apa peran dan kontribusi persyarikatan
ini terhadap permasalahan ketahanan pangan, utamanya di masa pandemi ini?
Bagian ini akan mencoba mengulasnya.
Muhammadiyah lewat Lazismu di setiap level kepemimpinan membuat
berbagai agenda kemanusiaan yang berupaya untuk turut serta mengurangi
permasalahan pangan di Indonesia, sebagai akibat dari pandemi Covid-19,
sekaligus untuk memperkuat ketahanan pangan di masa pandemi yang serba sulit
ini. Selain melanjutkan aksi-aksi nyata yang memang sebelumnya sudah dilakukan
seperti zakat, infaq, sedekah, dan wakaf, Lazismu juga membuat terobosan aksi
nyata yang khusus untuk merespon permasalahan ketahanan pangan Indonesia di
masa pandemi ini, sebagaimana semboyan dari Lazismu itu sendiri, yaitu memberi
untuk negeri.

Keterlibatan Lazismu dalam penanggulangan wabah Covid-19, secara umum


melibatkan banyak pihak, di antaranya BNPB, majelis dan lembaga, ortom dan
amal usaha di Muhammadiyah, termasuk dengan komunitas masyarakat sipil
lainnya dan komunitas profesional seperti perusahaan dan media massa yang
ditopang oleh peran Muhammadiyah sebagai pemangku kebijakan organisatoris
berskala nasional (Laporan Program Covid 19 Tahap I).

Keterlibatan Lazismu untuk turut andil dalam penanggulangan wabah Covid-


19 ini dipengaruhi oleh beberapa faktor, di antaranya:

1. Keberadaan Lazismu yang hampir merata ada di jaringan


Muhammadiyah seluruh Indonesia,
2. Derasnya arus informasi tentang gejala dan penyebabnya yang tak
terbendung, dan
3. Faktor Lazismu sendiri sebagai lembaga amil zakat nasional
(filantoropi Islam) yang secara resmi dapat melakukan penggalangan
dana seperti lembaga amil zakat lainnya (Laporan Program Covid 19
Tahap I).

Lazismu tidak sendirian dalam melaksanakan program-program penguatan


ketahanan pangan. Program-program di atas dilakukan bersama dengan elemen
Muhammadiyah yang lain. Hal ini dilakukan sebagai upaya pemenuhan kebutuhan
dasar manusia yang paling utama dan pemenuhannya merupakan bagian dari hak
asasi manusia yang dijamin di dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945 sebagai komponen dasar untuk mewujudkan sumber daya
manusia yang berkualitas (UU No. 18 Tahun 2012 tentang Pangan).

Keberadaan Lazismu yang sudah sampai pada level Cabang Muhammadiyah


sangat memudahkan kerja-kerja kemanusiaan hingga tingkat grassroot (akar
rumput), termasuk usaha untuk memperkuat ketahanan pangan masyarakat. Tidak
terkecuali Lazismu PDM Kota Surakarta. Selama pandemi ini, sudah banyak
program kemanusiaan yang dilakukan, yang mana memang difokuskan untuk
memperkuat ketahanan pangan di Kota Surakarta. Mari kita uraikan satu per satu.

Lazismu Solo bekerja sama dengan PDNA Kota Surakarta melakukan


program ketahanan pangan berbentuk Adopsi Ikan dan Tanaman Bersama NA
(ADIKTAMANA) dan Canthelan Berkah (CABE). Kedua kegiatan tersebut
dilaksanakan di Semanggi, Teposanan, Kota Pasir, dan Joyotakan. Program
ADIKTAMANA ini dilakukan dengan cara pembesaran jenis ikan dan lele
menggunakan metode aquaponik bersana tanaman kangkung. Sedangkan program
CABE dilakukan dengan cara menyediakan plastik yang berisi kebutuhan pokok
utamanya sembako dan sayur mayur dengan cara digantung (dicanthel) pada tempat
yang sudah disediakan dan dilaksanakan setiap satu pekan sekali.

Selain ADIKTAMANA dan CABE, terdapat juga program Lumbung Pangan


Muhammadiyah. Program yang satu ini terbagi menjadi dua bagian, yang pertama
adalah tani bangkit dan yang kedua adalah pembagian sembako. Tani Bangkit
langsung menyasar petani-petani yang juga menjadi masyarakat terdampak.
Sebagaimana yang sudah dijelaskan di atas, bahwa sektor pertanian adalah sektor
yang terdampak langsung pandemi ini. Pertanian yang merupakan akar ketahanan
pangan haruslah dijaga keberadaannya, baik secara kuantitas maupun secara
kualitas.

Melalui Tani Bangkit ini, Lazismu memberikan bantuan agar beras dari
petani bisa terjual sesuai dengan harga pasar. Program ini sangat membantu
terpenuhinya empat aspek ketahanan pangan sebagaimana yang sudah disebutkan
di atas, yang bermuara pada terjaganya distribusi pangan berupa beras yang
merupakan bahan pangan pokok mayoritas di Indonesia.
Bagian kedua adalah pembagian sembako, yang diperuntukkan kepada
masyarakat. Agenda ini sudah menjadi agenda yang rutin dilaksanakan dan bekerja
sama dengan ranting-ranting Muhammadiyah di Surakarta dalam hal data orang-
orang yang berhak menerimanya. Hal ini dimaksudkan agar bantuan sembako bisa
tepat sasaran. Sembako juga diberikan kepada pasien TB.

Ada juga FTH atau Food Truck Humanitarian. Program yang sudah dimulai
ketika awal masa KLB (Kejadian Luar Biasa) diberlakukan Pemkot Surakarta ini
rutin dilakukan tiap pekan pada hari jumat. Agenda ini berupa pembagian nasi
bungkus yang diperoleh dari donasi para dermawan, dan order dari kantin/warung
yang juga terdampak. Selain mendapat donasi dari para dermawan, terkadang
relawan Muhammadiyah Solo juga masak sendiri agar tetap memenuhi pasokan
nasi bungkus.

Berbicara mengenai ketahanan pangan, maka tidak bisa terlepas dari sektor
usaha mikro kecil menengah atau UMKM, sebagai salah satu sektor ekonomi paling
terdampak pandemi Covid-19. Di sektor ini, Lazismu membantu pelaku UMKM
yang terdampak, dengan cara memberikan modal usaha supaya usahanya tetap
berjalan. Bantuan ini juga diberikan kepada masyarakat yang berminat hendak
memulai usaha dikarenakan terkena PHK akibat pandemi ini.

Oleh karena pangan merupakan kebutuhan dasar manusia yang paling utama
dan pemenuhannya merupakan bagian dari hak asasi manusia, maka negara
berkewajiban mewujudkan ketersediaan, keterjangkauan, dan pemenuhan
konsumsi pangan yang cukup, aman, bermutu, dan bergizi seimbang, baik pada
tingkat nasional maupun daerah hingga perseorangan secara merata di seluruh
wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia sepanjang waktu dengan
memanfaatkan sumber daya, kelembagaan, dan budaya lokal (UU No. 18 Tahun
2012 tentang Pangan).

Usia Kenabian Peringatan Hari Pangan

Bagi umat Islam, usia empat puluh artinya usia kenabian, usia yang
menandakan kematangan dari berbagai aspek. Mulai dari fisik, mental, emosional,
finansial, sosial, intelektual, dan spiritual. Atau dengan kata lain, sudah mapan
secara personal dan dianggap siap memikul tanggung jawab sosial. Di usia inilah
Muhammad bin Abdullah mulai mengemban risalah kenabian dan kerasulan
terakhir untuk membawa, mengajarkan, sekaligus menyebarluaskan Islam yang
rahmatan lil ‘alamin. Usia kenabian ini menjadi simbol memasuki fase kematangan
untuk memulai fase kehidupan yang sama sekali berbeda dari sebelumnya, yaitu
fase menuntun dan mengarahkan umat ke jalan yang penuh kemaslahatan dunia dan
akhirat.

Krisis kesehatan global Covid-19 telah menjadi waktu untuk merefleksikan


hal-hal yang sangat kita hargai dan kebutuhan paling dasar kita. Masa-masa yang
tidak pasti ini telah membuat banyak dari kita menyalakan kembali penghargaan
kita untuk sesuatu yang sebagian menganggap remeh: makanan. Semakin penting
untuk mengenali kebutuhan untuk mendukung pahlawan pangan kita -petani dan
pekerja di seluruh sistem pangan- yang memastikan bahwa makanan berpindah dari
pertanian ke piring makan kita, bahkan di tengah gangguan yang belum pernah
terjadi sebelumnya seperti krisis Covid-19 saat ini.

Pada peringatan Hari Pangan Sedunia yang tahun ini genap memasuki usia
kenabian, kita sebagai warga dunia secara umum dan warga negara Indonesia
secara khusus sangat mengharapkan segenap elemen yang berkaitan dengan
pangan, meliputi FAO, pemangku kebijakan nasional dalam hal ini Kementerian
Pertanian dan jajarannya, serta elemen masyarakat lain, termasuk di dalamnya
Muhammadiyah, semakin siap bersinergi untuk terus memperkuat ketahanan
pangan, utamanya di masa pandemi ini. Tak terkecuali kita sebagai warga biasa,
juga turut andil dalam menjaga kestabilan sekaligus memperkuat ketahanan
pangan, di masa apapun.
Daftar Pustaka

Food and Agriculture Organization. 2020. Impacts of coronavirus on food security


and nutrition in Asia and the Pacific: building more resilient food systems.
Bangkok. Diakses pada 20 Oktober 2020 dari
https://doi.org/10.4060/ca9473en
Food and Agriculture Organization. 2020. http://www.fao.org/world-food-
day/themes/en/
Kementerian Perencanaan Nasional/Bapenas. 2017. Terjemahan Tujuan & Target
Global Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (TPB)/Sustainable Development
Goals (SDGs). Jakarta: Kementerian Perencanaan Nasional/Bapenas.
Lazismu. 2020. Laporan Program Covid 19 Tahap I Lazismu
https://lazismu.org/slides/slide/laporan-program-covid-19-lazismu-
compressed-pdf-23
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 18 Tahun 2012 Tentang Pangan
Data Diri Penulis

Nama : Muhammad Afriansyah

Tempat/tanggal lahir : Madiun, 17 September 1996

Asal kampus : Universitas Muhammadiyah Surakarta

e-mail : ansyahafri51@gmail.com

alamat : Merden Tengah RT 01 RW 01, Desa Merden, Kecamatan


Purwanegara, Kabupaten Banjarnegara

no telepon/HP : 081330512449

Anda mungkin juga menyukai