Anda di halaman 1dari 12

Rangkuman materi Ketahanan Pangan

PERTEMUAN 1
Pendahuluan
Pangan merupakan kebutuhan dasar manusia, yang pemenuhannya adalah hak Azasi manusia
dan tidak dapat ditunda serta tidak dapat disubstitusi dengan bahan lain. Hal ini tercantum
dalam Deklarasi Universal tentang hak asasi manusia tahun 1948, bahwa “ hak atas pangan
adalah bagian yang tidak terpisahkan dari hak asasi manusia”. Terkait dengan hal tersebut
pangan merupakan salah satu hak ekonomi, sosial dan budaya. Menurut Undang-undang No.
11 tahun 2015 tentang Pengesahan International Covenant on Economic, Social And Curtutal
Rights (Kovenan Internasional Tentang Hak-hak Ekonomi, Sosial. Dan Budaya), yang
dimaksud sebagai hak ekonomi, sosial dan budaya adalah hak atas standar kehidupan yang
memadai termasuk pangan, sandang dan perumahan, dan atas perbaikan kondisi hidup terus
menerus. Pemenuhan kebutuhan pangan penduduk dapat meningkatkan kualitas sumberdaya
manusia. Sumberdaya manusia yang berkualitas dan keberhasilan pembangunan diperlukan
ketahanan pangan yang kuat dan dicirikan dengan kemandirian pangan. Berbagai cara
pemerintah lakukan untuk meningkatkan ketahan pangan dengan fokus pada kemandirian
pangan. Manusia membutuhkan pangan berasal dari tumbuh-tumbuhan (pertanian primer)
dan dari ternak serta ikan (pertanian sekunder).
Konsumsi pangan penduduk masih didominasi oleh pangan sumber karbohidrat (60%),
khususnya beras , pangan hewani dan sayur-sayuran masih rendah. Penganekaragaman perlu
dilakukan pemerintah untuk mengurangi konsumsi beras yang dapat digantikan oleh pangan
umbi-umbian, biji-bjian dan kacang-kacangan. Pengganekaragaman penting dilakukan untuk
menggali potensi pangan lokal.

PERTEMUAN 2
Sejarah Dan Kebijakan Ketahanan Pangan
Undang-undang no 18, tahun 2012 merupakan undang-undang tentang pangan, ketahanan
pangan, kedaulatan panga dan kemandirian pangan yang merupakan perbaikan dari undang-
undang sebelumnya yaitu undang-undang no. 7 tahun 1996. Ketahanan pangan merupakan
konsep yang diterima luas dibanyak negara dan telah berjalan cukup lama. Konsep
“ketahanan pangan” (food security) mulai digodok tahun 1970-an, sedang “kedaulatan
pangan” mulai diwacanakan semenjak tahun 1992 atau lebih dari 30 tahun setelahnya karena
pada saat 1992 ketahanan pangan stabil dan bias dikatakan buruk pada era 1970 sampai 1992
tersebut. FAO menjadikan tahun 2014 sebagai pertanian keluarga, bahwa pertanian keluarga
dan pendekatan kedaulatan pangan merupakan strategi untuk memerangi kelaparan dunia.
Kedaulatan pangan dapat diposisikan sebagai strategi pokok untuk mencapai tujuan
pembangunan pangan internasional dan nasional. Konsep Ketahanan pangan telah hampir 20
tahun dan sudah mulai dikembangkan di berbagai Negara dan di lembaga internasional. Arah
kebijakan Pangan dan Pertanian 2005 – 2025 adalah : 1) Mewujudkan bangsa yang berdaya
saing, yaitu efisiensi, modernisasi dan nilai tambah pertanian agar mampu bersaing di pasar
local dan internasional untuk penguatan ketahanan pangan, 2) Mewujudkan Indonesia aman,
damai dan bersatu adalah system ketahanan pangan diarahkan untuk menjaga ketahanan dan
kemandirian pangan nasional dengan mengembangkan kemampuan produksi dalam negeri
yang didukung kelembagaan ketahanan pangan yang mampu menjamin pemenuhan
kebutuhan pangan yang cukup di tingkat rumah tangga, baik dalam jumlah, mutu, keamanan,
maupun harga yang terjangkau. Sasaran utama prioritas nasional bidang pangan pertanian
periode 2015 – 2019 adalah Tercapainya peningkatan ketersediaan pangan yang bersumber
dari produksi dalam negeri, Terwujudnya peningkatan distribusi dan aksesibilitas pangan
yang didukung dengan pengawasan distribusi pangan untuk mencegah spekulasi, serta
didukung peningkatan cadangan beras pemerintah dalam rangka memperkuat stabilitas
harga,Tercapainyapeningkatan kualitas konsumsi pangan sehingga mencapai skor Pola
Pangan Harapan (PPH) sebesar 92,5 (tahun 2019).
Kebijakan pemerintah tentang ketahanan pangan juga berkaitan dengan kebijakan politik dan
ekonomi, contohnya : Undang-undang tentang pangan dan ketahanan pangan, tarif impor,
kehadiran program jejaring pengaman pangan, akses pembiayaan untuk petani dan adanya
sistem cadangan pangan.

PERTEMUAN 3
Konsep Ketahanan Pangan
Konsep ketahanan pangan atau food security mencakup berbagai aspek. Konsep ini mulai
muncul pada tahun 1970-an, konsep ketahanan pangan difokuskan pada ketersediaan pangan
di tingkat nasional maupun internasional daripada tingkat rumah tangga. Ketersediaan
pangan pada tahun ini difokuskan pada penyediaan beras sebagai bahan pokok masyarakat
Indonesia. Pada tahun ini kestabilan harga terjaga namun masih banyak yang menderita
kelaparan karena tidak mempunyai akses terhadap pangan. Fenomena ini disebut hunger
paradox. Hal itulah yang menyebabkan pendekatan ketersediaan pangan gagal mencapai
ketahanan pangan berkelanjutan di berbagai negara
Pada tahun 1980-an terjadi pergeseran konsep ketahanan pangan yaitu ditekankan pada akses
pangan di tingkat rumah tangga dan individu. Pada awalnya konsep ketahanan pangan masih
sekitar pada konsep “apakah produksi pangan dunia cukup?”. Pertanyaan tersebut kemudian
dikembangkan lagi oleh International Food Policy Research Institute (IFPRI) menjadi
“apakah produksi pangan dunia cukup dengan harga yang pantas dan terjangkau oleh
masyarakat miskin?.
Pada tahun 1990-an pertanyaan tersebut menjadi lebih komplek yaitu menjadi dan
dikembangkan lagi oleh International Food Policy Research Institute (IFPRI) menjadi
“apakah produksi pangan dunia cukup dengan harga yang pantas dan terkjangkau oleh
masyarakat miskin dan tidak merusak lingkungan?”. Dari paparan diatas menunjukan bahwa
secara luas pengertian ketahanan pangan adalah terjaminnya akses pangan untuk segenap
rumah tangga serta individu pada setiap waktu sehingga mereka dapat bekerja dan hidup
sehat.
Definisi ketahanan pangan yang telah diterima secara luas oleh praktisi dan akademisi yaitu
access for all people at all times to enough food for an active and healthy life. Konferensi
FAO tahun 1984 mencetuskan dasar-dasar ketahanan pangan yaitu menjamin kecukupan
ketersediaan pangan bagi umat manusia dan terjaminnya setiap individu untuk dapat
memperoleh pangan. Cukup tidaknya persediaan pangan di pasar berpengaruh pada harga
pangan tersebut. Definisi ketahanan pengantar terdiri dari empat faktor yaitu aksesibilitas,
ketersediaan pangan, keamanan, dan keberlanjutan.

PERTEMUAN 4
Pilar Ketersediaan Pangan
Mengacu pada definisi ketersediaan pangan menurut World Food Programme (2009),
Berdasarkan UU No. 18 Tahun 2012 pasal 1 ayat 7, dapat dikatakan bahwa ketersediaan
pangan menunjukkan kondisi dimana keberadaan pangan secara fisik, baik pangan yang
dihasilkan dalam negeri, pangan yang disediakan untuk menghadapi kondisi-kondisi yang
dapat mempengaruhi pangan masyarakat, dan kegiatan impor pangan.
Ketersediaan pangan dapat dihitung pada tingkat naisonal, regional, kabupaten dan
tingkat masyarakat. Ketersediaan pangan ditentukan oleh: produksi pangan (produksi
makanan di suatu daerah), perdagangan (makanan dibawa ke suatu daerah dengan
mekanisme pasar), stok (baik yang ada pada pedagang maupun yang menjadi cadangan
pemerintah), dan transfer (makanan yang disediakan oleh pemerintah dan atau suatu
lembaga).
Pilar ketersediaan diartikan juga bahwa pangan tersedia cukup untuk memenuhi kebutuhan
seluruh penduduk, baik jumlah maupun mutunya, serta aman untuk dikonsumsi.
Ketersediaan pangan dipengaruhi oleh beberapa faktor, seperti: produksi pangan,
perdagangan, stok, dan transfer pangan. Produksi pangan adalah suatu kegiatan atau proses
menghasilkan, menyiapkan, mengolah, membuat, mengawetkan, mengemas, mengemas
kembali, dan atau mengubah bentuk pangan. Impor pangan adalah kegiatan memasukkan
pangan ke dalam daerah pabean negara Republik Indonesia yang meliputi wilayah darat,
perairan, dan ruang udara di atasnya, tempat-tempat tertentu di Zona Ekonomi Eksklusif, dan
landas kontinen. Impor pangan hanya dapat dilakukan apabila produksi pangan dalam negeri
tidak mencukupi dan atau tidak dapat diproduksi di dalam negeri, dan impor pangan pokok
hanyadapat dilakukan apabila produksi pangan dalam negeri dan cadangan pangan nasional
tidak mencukupi.

PERTEMUAN 5
Pilar Akses Dan Stabilitas Pangan
Akses pangan adalah penghubung ketersediaan pangan dan pemanfaatan pangan. Akses
pangan terdiri dari 3 faktor penting yaitu: akses fisik, akses ekonomi dan akses sosial.
Berdasarkan pengertiannya, akses fisik adalah bagaimana bahan yang sudah tersedia, dapat
didistribusikan dengan baik pada seluruh wilayah Indonesia. Artinya infrastruktur pada
semua daerah harus terjamin kelayakannya.
Akses ekonomi atau keterjangkauan ekonomi berarti jika masyarakat memiliki daya beli
yang cukup untuk mendapatkan bahan pangan yang sesuai dengan kebutuhan. Besarnya
masyarakat yang mempunyai daya beli rendah, dapat diukur oleh besarnya angka
kemiskinan. Selain kemampuan daya beli, harga pangan juga berpengaruh terhadap akses
ekonomi.
Akses sosial didefinisikan sebagai kemampuan rumah tangga dalam memperoleh pangan
yang secara global dipengaruhi oleh tingkat pendidikan penduduk, bantuan sosial,
budaya/kebiasaan makan, konflik sosial keamanan dan lainnya. Tingkat pendidikan menjadi
indikator akses sosial pangan. Peningkatan pendidikan merupakan salah satu solusi untuk
mengatasi akses pangang yang rendah.
Stabilitas harus ada pada setiap saat, baik dalam hal ketersediaan, akses, dan pemanfaatan
untuk terwujudnya ketahanan pangan. Stabilitas harus terwujud pada semua pilar ketahanan
pangan baik ketersediaan pangan, akses pangan, dan pemanfaatan pangan.

PERTEMUAN 6
Pilar Pemanfaatan Pangan
Pemanfaatan pangan menurut World Food Summit adalah pangan aman dan bergizi untuk
memenuhi kebutuhan asupan gizi sehari-hari. Ketersediaan dan akses ke makanan saja tidak
cukup, setiap orang harus terjamin untuk mendapatkan makanan yang aman dan bergizi.
Makanan yang dikonsumsi harus cukup energi untuk memungkinkan konsumen melakukan
aktivitas fisik rutin
Teknologi pangan adalah suatu teknologi yang menerapkan ilmu pengetahuan khususnya
dalam mengolah bahan pangan guna memperoleh manfaat seoptimal mungkin dan sekaligus
dapat meningkatkan nilai tambah dari bahan pangan. Adanya ilmu pengetahuan dan
teknologi pangan sangat mempengaruhi bagaimana suatu kelompok masyarakat mampu
memanfaatkan bahan pangan untuk diolah guna memenuhi kebutuhan pangan. Selanjutnya
produk yang dihasilkan tersebut memiliki dampak langsung pada asupan gizi masyarakat
sehari-hari. Apabila produk yang dihasilkan baik, maka asupan gizi masyarakat akan baik
pula.
Produk pangan yang baik dihasilkan dari pengolahan yang baik dan higientitas yang baik
dimana akan berpengaruh pada terjaminnya mutu dan keamanan produk. Konsumsi pangan
yang beragam sangat penting karena dapat berpengaruh pada asupan gizi juga membantu
masyarakat tidak mampu untuk mendapatkan sumber makanan yang relatif mahal dengan
alternatif sumber pangan lain. Ketergantungan konsumsi pangan masyarakat terhadap
pangan sumber karbohidrat, khususnya beras masih sangat tinggi, dan peran pangan hewani,
sayuran dan buah serta kacang-kacangan masih sangat rendah.

PERTEMUAN 7
Aspek Ekonomi Dan Teknologi Dalam Ketahanan Pangan
Aspek ekonomi berperan dalam ketahanan pangan melalui pilar aksesibilitas pangan. Faktor
yang mempengaruhi aspek ekonomi dalam mewujudkan ketahanan pangan adalah
pendapatan masyarakat, stabilitas harga, dan pertumbuhan ekonomi. Pendapatan masyarakat
menentukan akses ekonomi masyarakat terhadap pangan bergizi. Kerawanan pangan
berpeluang lebih besar terjadi pada kelompok masyarakat berpenghasilan rendah. Stabilitas
harga pangan berkaitan erat pilar aksesibilitas pangan, yaitu keterjangkauan pangan oleh
masyarakat. Kebijakan stabilisasi harga ada 2 kategori, yaitu: (a.)pilihan berbasis non-pasar
yang terdiri dari intervensi langsung pemerintah atas penjualan dan pembelian makanan, dan
kebijakan harga ganda; (b.) pilihan kebijakan berbasis mekanisme pasar, yang terdiri dari
sistem resi gudang (SRG), bursa komoditas dan pasar masa depan, dan asuransi tanaman dan
asuransi indeks cuaca.
Pertumbuhan ekonomi dalam suatu negara berperan dalam mewujudkan ketahanan pangan
melalui pilar akesisbilitas dan stabilitas pangan. Pertumbuhan ekonomi yang tinggi
berdampak pada peningkatan daya beli masyarakat sehingga masyarakat mampu
menjangkau pangan berkualitas, beragam, dan aman. Aspek teknologi dapat berperan dalam
ketahanan pangan melalui pilar ketersediaan, aksesibilitas, pemanfaatan, dan stabilitas
pangan.

PERTEMUAN 9
Aspek Sosial Budaya Dalam Ketahanan Pangan
Pangan adalah kebutuhan yang paling mendasar yang harus dipenuhi oleh manusia.
Kebutuhan pangan yang terpenuhi akan memperkuat ketahanan pangan. Aspek sosial
budayamerupakan salah satu aspek penting pendukung maupun penghambat ketahanan
pangannasional. Faktor sosial budaya yang mengakar di masyarakat sangat berpengaruh
dalam meningkatkan ketahanan pangan yang terdapat di suatu daerah. Faktor-faktor tersebut
adalah segi konsumsi, penyediaan, pengelolaan bahan pangan, pengelolaan sumberdaya
alam, pendidikan, dan pertumbuhan penduduk.
Faktor konsumsi yang berpengaruh terhadap ketahanan pangan adalah variasi pangan pokok
yang dikonsumsi dan pola konsumsi pangan masyarakat. Beberapa daerah diindonesia sudah
melakukan diversifikasi, pangan adalah pola konsumsi pangan selain makanan pokok
(beras). Jenis pangan yang dikonsumsi tersebut adalah jagung, sagu, dan umbi-umbian.
Masyarakat perkotaan dan pedesaan memiliki cara berbeda dalam penyediaan pangan.
Perbedaan cara penyediaan akan berpengaruh terhadap sistem ketahanan pangan keduanya.
masyarakat pedesaan mempunyai sistem yang lebih fleksibel karena ketergantungan mereka
terhadap pasar lebih kecil dibandingkan masyarakat perkotaan. Kebutuhan pangan
masyarakat pedesaan relatif masih banyak yang diperoleh dari kebun atau ladang sendiri.
Pola penyediaan pangan yang dilakukan oleh masyarakat pedesaan ini mempunyai daya
tahan yang tinggi terhadap krisis ekonomi karena mereka tidak terlalu tergantung dengan
bahan pangan yang harganya sangat diatur oleh pasar seperti beras, sedangkan di masyarakat
perkotaan, terbatasnya lahan pertanian menyebabkan masyakarat sangat tergantung pada
pasar untuk penyediaan pangan. Aspek sosial budaya masyarakat seperti gotong royong
dalam penyediaan pangan yang masih berlaku di masyarakat pedesaan turut menguatkan
ketahahan pangan, sedangkan di perkotaan sudah jarang dilakukan karena kedekatan antara
sudah terkikis, sehingga ketahanan pangan di masyarakat perkotaan sulit tercapai.
Segi konsumsi yang berpengaruh terhadap ketahanan pangan adalah variasi pangan pokok
yang dikonsumsi oleh masyarakat di beberapa daerah dan tidak terlalu tergantung terhadap
satu jenis makanan pokok. Segi penyediaan sangat berpengaruh terhadap ketahanan pangan
karena konsumsi bahan pangan antara masyarakat pedesaan dan perkotaan berbeda,
masyarakat pedesaan dapat menyediakan kebutuhan pangannya sendiri sedangkan
masyarakat kota tidak bisa. Disamping segi konsumsi dan produksi, pengelolaan bahan
pangan di beberapa daerah yang merupakan bagian dari adat istiadat sangat berpotensi untuk
meningkatkan ketahanan pangan. Peningkatan jumlah pekerja produktif dan tingkat
pendidikan yang makin tinggi di Indonesia juga dapat membantu meningkatkan ketahanan
pangan.

PERTEMUAN 10
Aspek Hukum Dan Politik Dalam Ketahanan Pangan
Pemerintah mengatur upaya mewujudkan ketahanan pangan melalui perundangundangan.
Peraturan perundang-undangan tersebut sebagai kerangka regulasi bagi lembaga negara
dalam melaksanakan tugas untuk mewujudkan ketahanan pangan nasional.
Fungsi regulasi dalam mendukung upaya pemantapan ketahanan pangan adalah antara
lain:
a. perlindungan sumber daya pangan;
b. perlindungan terhadap petani, nelayan, pembudidaya ikan, dan pelaku usaha pangan lain;
c. perlindungan terhadap penelitian dan pengembangan pangan;
d. perlindungan terhadap kelancaran distribusi pangan, harga dan pemasaran
pangan,perdagangan pangan;
e. perlindungan konsumen;
f. pengendalian impor pangan;
g. pengendalian hubungan antara pemerintah pusat dan daerah.
Regulasi yang telah ada terkait dengan pembangunan ketahanan pangan adalah
a. Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2012 tentang Pangan.
b. Peraturan Pemerintah No. 17 Tahun 2015 tentang Ketahanan Pangan dan Gizi merupakan
penjabaran dari UU Nomor 18 Tahun 2012 yang diperlukan untuk implementasi ketahanan
pangan tersebut.
c. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Urusan Pemerintahan Daerah.
d. Peraturan Menteri Pertanian No. 15/Permentan/HK.140/4/2015 tentang Pedoman Desa
Mandiri Pangan Tahun 2015,
e. Peraturan Menteri Pertanian No. 16/Permentan/HK.140/4/2015 tentang Pedoman
Penguatan Lembaga Distribusi Pangan Masyarakat Tahun 2015,
f. Peraturan Menteri Pertanian No. 17/Permentan/HK.140/4/2015 tentang Pedoman
Pengembangan Lumbung Pangan Masyarakat Tahun 2015,
g. Peraturan Menteri Pertanian No. 18/Permentan/HK.140/4/2015 tentang Pedoman Gerakan
Percepatan Penganekaragaman Konsumsi Pangan Tahun 2015.
Impor pangan adalah kegiatan memasukkan pangan ke dalam daerah pabean negara Republik
Indonesia yang meliputi wilayah darat, perairan, dan ruang udara di atasnya, tempattempat
tertentu di Zona Ekonomi Eksklusif, dan landas kontinen. Kebijakaan pemerintah Indonesia
tentang pelaksanan impor produk pangan dalam upaya melindungi konsumen dalam negeri,
mengacu pada ketentuan internasional dan peraturandalam negeri. Ketentuan internasional
yang menjadi acuan merupakan hasil kesepakataan GATT tahun 1994, kemudian diratifikasi
dengan dengan Undang-Undang Nomor 7 tahun 1994 tentang Pengesahan Persetujuan
Berdirinya Organisasi Perdagangan Dunia (WTO). Peraturan perundang-undangan yang
menjadi rujukan adalah Undang-undang No. 18 Tahun 2012 Tentang Pangan; Peraturan
Menteri Perdagangan Republik Indonesia Nomor 01 Tahun 2018 tentang ketentuan Ekspor
dan Impor Beras; Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen;
Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 20 Tahun 2018 tentang Perubahan Kedua atas
Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 59/ M-DAG/ PER/8/2016 tentang Ketentuan Ekspor
dan Impor Hewan dan Produk hewan; Peraturan Menteri Perdagangan RI Nomor 36/M-
DAG/PER/5/2016 tentang Tata Cara Pengenaan Sanksi Administratif bagi Eksportir dan
Importir; Peraturan Menteri Perdagangan RI 30/MDAG/PER/5/2012 tentang Ketentuan
Impor Produk Hortikultura; Peraturan Menteri Perdagangan RI Nomor 21 Tahun 2018
Tentang Ketentuan Impor Jagung. Kondisi politik mempangaruhi ketahanan pangan baik
secara langsung maupun tidak langsung. Aspek politik yang mempengaruhi ketahanan
pangan adalah adanya konflik politik dan tingkat korupsi dalam sebuah negara. Menurut
UCPD dan Martin-Shields dan Stojetz (2018), membedakan 4 jenis konflik dalam sebuah
negara, yaitu: a. Interstate conflict ; b. Intrastate conflict c. Internationalized intrastate
conflict; d. One-sided violence
Pengaruh konflik akan mempengaruhi empat pilar dalam ketahanan pangan, yaitu pilar
ketersedian, aksesibillitas, pemanfaatan dan stabilitas pangan. Konflik politik dan teror
memberikan pengaruh negatif terhadap harga produk pangan, produktivitas pertanian,
aksesibilitas pangan , malnutrisi, dan stabilitas ketahanan pangan. Adanya korupsi dalam
suatu negara juga dapat mempengarui penyerapan kebijakan pangan pemerintah kepada
masyarakat sehingga mengancam ketahanan pangan. Pengaruh dari konflik politik dan
korupsi terhadap ketahanan pangan hendaknya berimplikasi terhadap kebijakan pemerintah
dan lembaga non pemerintah, baik kebijakan langsung maupun tidak langsung mengingat
pentingnya tanggapan cepat terhadap krisis tersebut.

PERTEMUAN 11
Aspek Fisik Dan Lingkungan Dalam Ketahanan Pangan
Aspek fisik seperti infrastruktur dan aspek lingkungan sangat mempengaruhi ketahanan
pangan nasional. Faktor merata dan berkualitasnya pangan akan meningkatkan ketahanan
pangan. Salah satu akses untuk meningkatkan ketahanan pangan adalah melalui
pembangunan irigasi. Irigasi adalah sistem pengairan lahan pertanian. Irigasi adalah suatu
usaha yang dilakukan untuk mendatangkan air dari sumbernya untuk keperluan pertanian
dengan cara mengalirkan dan membagikan air secara teratur. Tujuan irigasi adalah
tercukupinya kebutuhan air bagi keperluan pertanian. Apabila lahan pertanian atau sawah
mengalaimi kekeringan maka akan berdampak pada turunnya produksi dan bahkan dapat
mengalami gagal panen. Produksi beras yang rendah dan gagal panen akan berakibat pada
menurunnya ketahanan pangan, sehingga stabilitas perekonomian menjadi tidak stabil.
Akses masyarakat terhadap pemenuhan kebutuhan pangan merupakan salah satu hal yang
wajib dipenuhi agar ketahanan pangan dapat tercapai. Oleh karena itu, harus ada faktorfaktor
yang mendukungnya yaitu adanya akses jalan, jembatan, pelabuhan, tol laut, atau bandara
agar pangan dapat terdistribusi secara merata di seluruh Indonesia.
Menurut FAO (2008), iklim adalah kondisi karakteristik di bawah permukaan atmosfer pada
daerah tertentu. Sedangkan cuaca adalah kondisi karakteristik di bawah permukaan atmosfer
harian di daerah tertentu. Sehingga, iklim waktunya lebih panjang dibandingkan cuaca.
Fenomena yang dapat menghambat ketahanan pangan adalah perubahan iklim. Perubahan
iklim global mengakibatkan terjadinya gejala El Nino dan La Nina. El Nino adalah kejadian
suhu air laut meningkat di atas suhu normal di Samudera Pasifik, sedangkan La Nina adalah
turunnya suhu air laut dibawah suhu normal di Samudera Pasifik. El Nino mengakibatkan
suhu perairan dan kelembaban udara di Pasifik timur dan tengah meningkat. Sedangkan
gejala La Nina menyebabkan suhu permukaan Pasifik bagian barat dan tengah meningkat
sehingga mendorong terjadinya pembentukan awan yang sangat cepat pada daerah tersebut.
Hal ini akan mengakibatkan terjadinya curah hujan yang tinggi dan akibatnya terjadi banjir
di Indonesia. Gejala El Nino dan La Nina sangat berpengaruh terhadap kondisi pertanian di
Indonesia. Perubahan iklim mengakibatkan pergeseran awal musim tanam sehingga petani
sulit untuk menentukan kapan terjadi musim hujan atau musim kemarau.

PERTEMUAN 12
Tantangan Ketahanan Pangan
Ketahanan pangan merupakan isu strategis yang menjadi salah satu daya saing bangsa dan
menjadi program pembangunan nasional. Peran ketahanan pangan untuk meningkatkan daya
saing bangsa fokus dalam pemenuhan kebutuhan konsumsi dan kesejahteraan masyarakat
karena akan menentukan kestabilan ekonomi, sosial, dan politik dalam suatu negara. Situasi
ketahanan pangan mempertimbangkan tiga indikator yaitu ketersediaan pangan, distribusi
pangan, dan konsumsi pangan. Daya saing bangsa dipengaruhi oleh daya saing individu yatu
tercapainya status kesehatan individu yang aktif dan sehat. Individu yang sehat dan aktif ini
dapat dilihat dari pola peningkatan kinerja fisik, intelektual dan inovatif. Hal inilah yang
membawa pengaruh besar pada pertumbuhan ekonomi yang pada akhirnya tercapai daya
saing bangsa.
Ketersediaan pangan yang memadai pada tingkat makro tidak serta merta dapat
meningkatkan kualitas konsumsi dan status gizi masyarakat. Beberapa hal yang dapat
menjadi penyebabnya adalah hambatan distribusi, belum tertatanya sistem logistik pangan,
rendahnya daya beli masyarakat, kurangnya pengetahuan masyarakat tentang pola pangan
dan gizi yang beragam bergizi seimbang dan aman, dan terjadinya pemborosan pangan.
Kehilangan pangan (food losses) terjadi karena ketidaktepatan penanganan pangan mulai dari
saat panen sampai dengan pengolahan dan berlanjut pada pemasaran. Pemborosan pangan
(food waste) terjadi mulai dari pasar konsumen akhir sampai dibawa dan disimpan di rumah,
lalu disajikan di meja makan namun tidak dimakan.

PERTEMUAN 13
Peluang Dalam Mewujudkan Ketahanan Pangan
Dari berbagai aspek permasalahan, sebenarnya ada beberapa peluang yang dapat dilakukan
oleh bangsa kita agar memiliki ketahanan pangan yang baik. Diantaranya adalah diversifikasi
pangan/penganekaragaman pangan, pengembangan kelembagaan ketahanan pangan
masyarakat, kebijakan pemerintah pusat yang mendorong terwujudnya ketahanan pangan
dan mengembangkan kearifan dan potensi komoditas lokal. Diversifikasi pangan juga
merupakan solusi untuk mengatasi ketergantungan masyarakat Indonesia terhadap satu jenis
bahan pangan yakni beras.
Dalam upaya meningkatkan pengetahuan dan kesadaran masyarakat untuk mengonsumsi
aneka ragam pangan dengan prinsip gizi seimbang, pemerintah berusaha meningkatkan
keterampilan dalam pengembangan olahan pangan lokal dan mengembangkan dan
mendiseminasikan tekonologi tepat guna untuk pengolahan pangan lokal. Target utama
diversifikasi pangan adalah pengoptimalan daya guna pangan lokal.
Kelembagaan ketahanan pangan adalah institusi pemerintah maupun non pemerintah yang
menangani ketahanan pangan. Lembaga struktural ketahanan pangan sebagai lembaga teknis
unsur pendukung tugas kepala daerah yang dipimpin oleh kepala Badan, yang berkedudukan
dan bertanggung jawab kepada kepala daerah. Fungsi badan ketahanan pangan adalah
koordinasi, identifikasi, perencanaan, pembinaan, pengembangan dan pengaturan,
monitoring, pengendalian dan pemantapan terhadap ketersediaan pangan, cadangan pangan,
kebutuhan pangan serta pencegahan dan penanggulangan kerawanan pangan, distribusi dan
harga pangan, konsumsi penganekaragaman pangan, mutu dan keamanan pangan dan
pelayanan administrasi.
Arah kebijakan umum kedaulatan pangan dalam RPJMN 2015 – 2019 adalah pemantapan
ketahanan pangan menuju kemandirian pangan dengan peningkatan produksi pangan pokok,
stabilitas harga bahan pangan, terjaminnya bahan pangan yang aman dan berkualitas dengan
nilai gizi yang meningkat serta meningkatnya kesejahteraan pelaku usaha pangan terutama
petani,nelayan, dan pembudidaya ikan.
World Trade Organization mencatat empat komoditas utama penentu ketahanan pangan yaitu
padi, jagung, kedelai dan tebu. Sedangkan Indonesia menetapkan kebijakan komoditas
pangan nasional yang berpotensi dikembangkan yaitu jagung, sagu, ubi kayu, dan pisang.
Pemerintah sudah berupaya untuk mewujudkan ketahan pangan dengan memanfaatkan
peluang pangan lokal. Salah satunya dengan program Pengembangan Pangan Pokok Lokal
(P3L). Pangan lokal potensial sebagai subtitusi beras dan terigu di Banten adalah ubi jalar,
ganyong, garut, uwi ungu, dan talas beneng.

PERTEMUAN 14
Studi Kasus Permasalahan Dalam Mewujudkan Ketahanan Pangan
Kasus 1
Salah satu program prioritas pemerintah adalah kedaulatan pangan. Berdasarkan Food
Security and Vulnerability Atlas (FSVA) 2015, 3 dari 4 kabupaten di Provinsi Banten
termasuk ke dalam kategori prioritas 3 penanganan kerawanan pangan. Dengan kata lain,
Provinsi Banten memiliki kerentanan terhadap kerawanan pangan dan gizi tingkat sedang.
Di Pulau Jawa khususnya, prioritas 3 merupakan kategori terendah atau dengan kata lain
kerawanan pangan terparah di Pulau Jawa berada pada kabupaten dengan prioritas 3. Dari
bacaan tersebut :
1. indikator apa saja yang dapat berpengaruh terhadap ketahanan pangan Banten? Indikator
yang didapatkan bukanlah suatu ukuran tunggal, mengapa ketahanan pangan tidak dapat
diukur dengan indikator tunggal?
2. Klasifikasikan indikator-indikator yang telah Anda identifikasi ke dalam 3 dimensi
ketahanan pangan (ketersediaan pangan, akses terhadap pangan, dan pemanfaatan pangan)!
Mengapa masing-masing dari indikator dapat berpengaruh terhadap ketahanan pangan?
3. Dengan kondisi seperti ini, apakah Banten sudah dapat mewujudkan ketahanan pangan?
Jelaskan!
4. Jika Banten belum dapat mewujudkan ketahanan pangan, strategi apa yang kalian
tawarkan untuk mempercepat terwujudnya ketahanan pangan di Banten?
Kasus 2
Di Indonesia kemiskinan telah menjadi penyakit kronis masyarakat yang tidak pernah hilang
hingga saat kini, termasuk yang terjadi pada wilayah pesisir yang sebagian besar
penduduknya berprofesi sebagai nelayan. Data terakhir menunjukkan bahwa sebanyak 32
persen dari 4 juta kepala keluarga nelayan di pesisir perkotaan dan perdesaan hidup dalam
kondisi miskin. Namun demikian, diduga tingkat kemiskinan masyarakat nelayan di pesisir
perkotaan akan mengalami dinamika yang berbeda dibandingkan perdesaan. Hal ini karena
nelayan miskin di perkotaan akan berada dalam kondisi yang relatif lebih tertekan secara
ekonomi daripada di perdesaan. Baik di perkotaan maupun perdesaan, kemiskinan
masyarakat nelayan tersebut perlu mendapatkan upaya-upaya pencegahan dan
penanggulangannya secara serius, sehingga masyarakat nelayan tersebut memiliki
kemampuan untuk melepaskan diri dari ”jerat kemiskinan” (poverty trap). Berkaitan dengan
hal tersebut, pemerintah telah melakukan penajaman ulang pembangunan untuk
meningkatkan kesejahteraan masyarakat melalui berbagai program, khususnya ekonomi.
Upaya meningkatkan kesejahteraan tersebut juga dilakukannya melalui program ketahanan
pangan khususnya pengentasan kemiskinan dan kelaparan termasuk bagi lapisan masyarakat
terbawah seperti masyarakat nelayan miskin. Dari bacaan tesebut :
1. Apa hubungan pengentasan kemiskinan dengan ketahanan pangan? (Dilihat dari aspek
ketersediaan pangan, akses terhadap pangan, dan pemanfaatan pangan)
2. Apa karakteristik dari masyarakat pesisir? Strategi apa yang kalian tawarkan untuk
mewujudkan ketahanan pangan di daerah pesisir?
3. Carilah data kemiskinan terkini di Indonesia, diskusikan dalam kelompok bagaimana
pengaruh data kemiskinan terkini terhadap usaha Indonesia dalam mewujudkan ketahanan
pangan! Apa pendapat kalian mengenai program-program pengentasan kemiskinan yang
digalakkan pemerintah Indonesia saat ini! Jika dianggap belum optimal, berikan alternatif
solusi dalam mengentaskan kemiskinan di Indonesia!

Anda mungkin juga menyukai