Anda di halaman 1dari 8

Resume Jurnal

Pandemi dan Tantangan Ketahanan Nasional


Judul :
Indonesia: Sebuah Tinjauan Krisis
Jurnal Lembaga Ketahanan Nasional Republik
Jurnal :
Indonesia
Volume & Halaman : Volume 8 no.2, halaman 93-100
Tahun Terbit : 2020
Penulis : Wishnu Mahendra W, Ni Komang Desy A.D.

Pertahanan negara tak lepas dari ancaman baik militer maupun nonmiliter. Pandemi
Covid-19 merupakan salah satu ancaman yang mengancam berbagai sektor dalam
kehidupan. Hal tersebut juga dirasakan oleh pemerintah Indonesia. Sejak terjadinya kasus
Covid-19 pemerintah berusaha mengeluarkan berbagai kebijakan untuk menangani
berbagai masalah yang ditimbulkan oleh pandemi. Secara umum terdapat delapan aspek
yang menjadi aspek dalam pertahanan negara yang dapat disebut sebagai astagatra.
Astagatra mencakup geografis, kekayaan alam, dan kemampuan penduduk, ideologi,
politik, ekonomi, sosial budaya dan hankam. Saat ini pemerintah berusaha memperkuat
delapan aspek tersebut demi mempertahankan negara. Indonesia tengah mengalami
tantangan dalam internal maupun eksternal, terutama tantangan dalam bidang ekonomi dan
kesehatan masyarakat yang dapat menjadi ancaman ketahanan pangan. Ketahanan pangan
adalah hal penting untuk dijaga karena berhubungan dengan keselamatan dan
keberlangsungan masyarakat. Alasan mengapa penulis menulis artikel ini adalah untuk
melakukan identifikasi konteks ketahanan nasional melalui konsep Astagrata terhadap
upaya Pemerintah Indonesia dalam food estate. Kedelapan elemen yang merupakan aspek
ketahanan nasionall menjadi analisis pendukung tercapainya ketahanan nasional di sektor
pangan di era pandemi Covid-19 ini.

Artikel ini bertujuan membuat pembaca lebih memahami mengenai pentingnya


kebijakan pertahanan pangan demi keberlangsungan ketahanan negara. Jurnal ini juga
membahas kebijakan pemerintah dalam sektor pangan yang diambil pada tahun 2020
tersebut. Selain itu, jurnal tersebut bertujuan mengulas bagaimana pandemi mencetuskan
ancaman kelangkaan pangan dan menghadapi tantangan tersebut untuk pertahanan negara.
Pembaca diharapkan dapat memahami dampak pandemi yang menimbulkan ancaman
kelangkaan pangan dan bagaimana pengaruh hal tersebut dalam pertahanan negara.

Jurnal ini menggunakan pendekatan penelitian secara deskriptif kualitatif. Deskripsi


digunakan untuk memberikan gambaran secara utuh pada konteks yang dibahas dalam
artikel. Metode ini digunakan agar dapat menjelaskan konteks pandemi yang membuat
pemerintah mengambil kebijakan pangan pada tahun 2020 agar negara dapat bertaha
menghadapi kelangkaan pangan dan menempatkan sektor pangan sebagai salah satu
masalah yang dapat mempengaruhi pertahanan negara. Data-data yang digunakan jurnal
didapatkan dari pencarian literatur sumber-sumber yang terpercaya.

Kebijakan yang diambil oleh pemerintah yang dibahas oleh jurnal ini adalah food
estate. Pangan atau ketahanan pangan merupakan hal yang penting dari pertahanan negara.
Gagasan food estate ini dirasa diperlukan karena memiliki posisi yang strategis dan
dibutuhkan karena masalah mendesak. Hal itu dikarenakan, menurut FAO akan terjadi
kelangkaan pangan di masa depan sementara suplai pangan harus tetap berjalan demi
keselamatan masyarakat selama pandemi. Berhentinya suplai pangan dan kelangkaan
terjadi dapat dipastikan akan muncul kelaparan, kemiskinan, serta kekacauan yang dapat
mengancam ketahanan negara. Pada tahun 2020 saja Indonesia tidak dapat memenuhi
kebutuhan pangan apalagi bila terjadi ancaman kelangkaan panga, tidak hanya itu sisi
problematika pangan di Indonesia saja yang menjadi masalah tetapi juga posisi Menteri
Pertahanan negara yang memiliki dinamika dalam sendiri dalam pertahanan negara.
Terdapat tiga komoditi di Kalimantan Tengah yang menjadi bahan pangan utama yang akan
dikembangkan pemerintah, yaitu beras, singkong, dan jagung. Tiga komoditi tersebut
memiliki tingkat nilai kemudahan dalam infrastruktur serta potensi hasil yang besar dapat
mendukung pertumbuhan ekonomi. Pertahanan pangan menjadi tanggung jawab bagi
Menteri Pertahanan daripada Menteri Pertanian.

Kebijkan pangan ini diharapkan dapat menjamin food security yaitu kesediaan
pangan, akses pangan, pemanfaatan, dan stabilitas yang harusnya sesuai dengan kebutuhan
rakyat Indonesia. Situasi global yang terjadi saat ini membuat banyak negara, termasuk
Indonesia untuk melakukan berbagai kebijakan untuk mendukung sektor pangan. Food
security ini bukan hanya berdampak pada agrikultur tetapi juga banyak masalah yang
sedang dihadapi oleh dunia, seperti jumlah populasi, kemiskinan, maupun sumber energi.
Pemerintah Indonesia harus menghadapi ancaman pangan sekaligus menghadapi pandemi.
Astagatra terbagi menjadi dua, yaitu trigatra dan pancagatra. Pada analisis melalui trigatra,
dapat dilihat pertimbangan apa saja yang dilihat pemerintah untuk menetapkan wilayah
Indonesia yang akan dijadikan food estate. Kemudiaan dari kekayaan alam dapat dilihat apa
saja sumber daya yang mendukung dalam penetapan wilayah untuk kebijakan tersebut.
Kemudian mengenai kemampuan penduduk yang dinilai dapat memberikan konstribusi
langsung maupun tidak langsung untuk memastikan perkembangan dan pembangunan food
estate tetap berjalan.

Pancagatra sendiri menganalisis lima aspek yang mendukung dalam penetapan


wilayah untuk kebijakan food estate. Ideologi akan menjadi landasan, panduan, serta
strategi dalam membangun food estate. Sementara Aspek politik akan memberikan
pengaruh dalam pengambilan kebijakannya. Selanjutnya dalam hal ekonomi, merupakan
aspek yang menentukan keberhasilan berjalannya kebijakan, dimana aspek ekonomi
merupakan prioritas pemerintah. Aspek sosial budaya, dilihat untuk melihat bagaimana
kehidupan setempat dan mencari pendekatan kultural yang tepat. Aspek terakhir adalah
pertahanan keamanan yang merupakan aspek paling strategis dikarenakan oleh kebijakan
food estate dinilai untuk mempertahankan negara Indonesia.

Covid-19 telah merenggut hampir 700.000 korban jiwa di tingkat global. Sementara
itu pada tingkat nasional sendiri korban jiwa akibat covid-19 telah merenggut setidaknya
5.000 jiwa dan menimbulkan kerugian sebanyak 316 trilliun rupiah. Angka yang
disebabkan oleh penyakit covid-19 adalah 4,86%. Hal tersebut tentunya memperburuk
keadaan ekonomi di Indonesia. Pandemi tidak hanya mengambil korban jiwa, tetapi juga
mengancam keberlangsungan hidup masyarakat yang ada di Indonesia. Tantangan yang
muncul salah satunya adalah ancaman kelangkaan pangan. Hal tersebut dikarenakan arus
ekonomi yang terbatas dan tidak berjalan sebagaimana mestinya. Selama masa pandemi,
demi menekan korban jiwa, Pemerintah Indonesia harus mengambil kebijakkan yang
membatasi ruang gerak masyarakat dan menjadikan tingkat produktifitas terhambat.

Ketahanan pangan merupakan hal yang penting, seperti yang telah diuraikan di atas,
sementara kebijakan pemerintah menganggu produktifitas. Hal itu berarti menganggu
produksi pangan yang dibutuhkan sebagai kebutuhan dasar serta menganggu distribusi
pangan tersebut. Banyak sekali bahan pangan yang naik, salah satunya adalah kenaikan
beras, gula, telur daging ayam, daging sapi, serta keperluan dasar yang menjadi bahan
pokok. Distribusi pangan yang terganggu juga membuat harga semakin mahal, hal ini
tentunya membuat daya beli masyarakat menurun selain itu pembatasan jam operasional
pasar turut membuat keadaan ekonomi semakin memburuk. Jam operasional pasar yang
terbatas juga membuat hasil-hasil panen produk-produk pertanian tidak dapat terserap
dengan maksimal dan mengakibatkan para petani mendapatkan harga yang terlalu murah
untuk keberlangsungan hidup. Selama masa pandemi, petani sebagai produsen menjadi
pihak yang paling terdampak akibat ancaman krisis pangan dimana idealnya, petani
seharusnya bisa bertahan.

Pandemi amat mempengaruhi ketahanan pangan meskipun tidak terlihat secara


kasat mata. Pemaparan di atas menunjukkan gambaran bagaimana ketahanan pangan dan
pengaruh pandemi yang terjadi. Masa pandemi memberikan berbagai tantangan yang perlu
dipikirkan solusinya. Pandemi covid-19 membuat pemerintah Indonesia mengambil
kebijakan-kebijakan adaptif untuk mempertahankan negara dan keselamatan
masyarakatnya.
Geopolitik dan Geostrategi dalam Mewujudkan Integritas
Judul :
Negara Kesatuan Republik Indonesia
Jurnal : Jurnal Ketahanan Nasional
Volume dan halaman : Volume 2, hal 87-97
Tahun terbit : 2001
Penulis : Ermaya Suradinata

Pemahaman geopolitik diperlukan oleh tiap bangsa untuk mempertahankan


kemerdekaan serta mewujudkan cita-cita bangsa. Geopolitik dapat dikatakan sebagai
wawasan bangsa Indonesia yang implementasinya sudah disusun suatu pemahaman yang
disebut dengan Ketahanan Nasional yang diwujudkan melalu geostrategis. Tujuan
penulisan adalah untuk mengetahui apa itu wawasan Nusantara, geopolitik, dan
geostrategis, serta memahami kaitannya terhadap ketahanan negara. Wawasan Nusantara
adalah konsep nasional mengenai kesatuan dan persatuan bangsa dan negara Indonesia,
sedangkan Ketahanan Nasional merupakan kelangsungan hidup (survival) bangsa dan
negara dan diupayakan melalui pembangunan nasional yang meliputi segenap kehidupan
nasional. Ketahanan nasional ini berkaitan dengan keberlangsungan hidup meski
berhadapan dengan berbagai serangan penyakit dan gangguan kesehatan lainnya. Oleh
karena itu, Ketahanan Nasional yang pada suatu saat dinilai kokoh atau tangguh, pada saat
yang lain dapat mengalami kemerosotan. atau menjadi tidak kokoh.

Sementara itu geopolitik dan geostrategis yang menjadi dasar dari hal tersebut
mengalami kemerosotan untuk itu diperlukan peran anak muda dalam meningkatkan
kekuatan dari dua hal tersebut. Geopolitik adalah hal yang mempelajari mengenai potensi
yang dimiliki suatu bangsa, yang dapat menjadi kekuatan serta kemampuan untuk tujuan
nasional. Pada hakikatnya geopolitik mengajarkan untuk menguatkan semboyan bhinneka
tunggal Ika, yang merupakan pengikat bangsa dalam persatuan dan kesatuan. Sayangnya,
kurangnya pengetahuan geopolitik membuat keutuhan negara terancam, banyak gerakan
separatis, banyak yang mementingkan golongannya maupun pribadi. Hal ini dikarenakan
terjadi kekeliruan dalam menjalankan kebijakan serta adanya indikasi kepentingan yang
tidak sejalan dengan cita-cita bangsa. Geostrategis adalah konsep ketahanan nasional yang
berlandaskan astagatra. Astagatra meliputi pancagatra dan trigatra yang menjadi 8 aspek
dalam ketahanan nasional.

Geostrategi pada hakikatnya adalah kemampuan masyarakat dalam mengelola


trigatra dan meningkatkan pancagatra. Pengamalan geostrategi harusnya dapat membuat
ketahanan nasional semakin kuat. Sayangnya, kesadaran akan geografis bangsa sangat
kurang, masih sangat berfokus pada daratan dan kurang memperhatikan potensi lain yang
luas dan wilayah yang kaya. Kemudian pemanfaatan trigatra juga kurang memperhatikan
kelestarian lingkungan seperti yang seharusnya. Nilai-nilai Pancasila juga sering diabaikan
yang menyebabkan banyak terjadi konflik horizontal maupun vertikal. Selain itu, wajah
demokrasi yang diharapkan tidak terjadi melainkan masih menampilkan anarkinya dan
tidak sesuai dengan keinginan untuk menjunjung HAM. Kemudian, reformasi ekonomi
juga tidak mampu untuk menghadapi krisis moneter dan ekonomi, banyak sektor yan belum
kembali berputar dan penurunan investor pun terjadi. Lalu pembangunan pendidikan untuk
menencerdaskan bangsa terhambat dikarenakan terjadi kesalahan pengelolaan di masa lalu
sehingga menyebabkan kesenjangan sosial serta sistem adat yang mencekik.

Selain itu supremasi hukum masih memiliki banyak kendala dalam pelaksanaannya,
aparat hukum masih terkesan seperti alat kekuasaan bukan sebagai pelayanan untuk
masyarakat, hal ini dikarenakan masih terdapa intervensi baik ekonomi maupun politik.
Dalam pelaksanaannya pula, para aparat hukum mengalami berbagai kendala yang
menghalangi, yaitu trauma terhadap tuduhan HAM, peraturan hukum yang kurang
kondusif, alat logistik untuk mendukung kesejateraan TNI/Polri sangat tidak memadai, dan
kesadaran bela negara Indonesia menurun. Kondisi tersebut membuka peluang untuk
penganggu keamanan dan gerakan separatis leluasa melakukan kegiatannya yang
mengakibatkan stabilitas keamanan terganggu.

Keinginan untuk menerapkan demokrasi yang ideal dapat membantu hal tersebut.
Tatanan demokrasi yang ideal bagi suatu negara adalah tatanan demokrasi yang sesuai
dengan kehidupan budaya rakyat yang bersangkutan, tingkat kemajuan berpikir masyarakat
dan kemampuan perekonomian nasional yang mampu makin menyejahterakan rakyat.
Indonesia menganut sistem demokrasi pancasila yang dapat mengembangkan negara
menjadi lebih baik dari berbagai aspek. Demokrasi Pancasila adalah suatu tatanan
demokrasi yang paling sesuai bagi kehidupan berbangsa dan bernegara bagi Indonesia dan
dalam hubungan ini, tiga aspek yakni aspek politik, ekonomi, dan keadilan. Pada dimensi
politik, kehidupan demokrasi akan dirasakan dengan adanya suatu suasana yang
mengkombinasikan kebebasan, persamaan dan berjalannya musyawarah untuk
menyelesaikan tiap-tiap perbedaan dengan damai. Khususnya kebebasan, hal ini harus
berlangsung dalam suasana yang di dukung oleh hak-hak dan kewajiban konstitusional,
dasar-dasar hukum dan cara-cara hidup yang etis. Tiga arahan ini adalah tiang yang
menyangga tatanan budaya politik yang demokratis, Kemudian dari segi ekonomi, ekonomi
harus dikembangkan dan dibangun dengan transparansiagar masyarakat dapat mengambil
peran dalam pembangunan ekonomi nasional. Selama pelaksanaan hal tersebut tidak lepas
dari keadilan yang harus berjalan dan ditegakkan. Sistem pelaksanaan tidak dapat lepas dari
hukum dan kedisiplinan apabila menginginkan sistem yang adil. Demokrasi adalah inti
budaya manusia dan dalam hubungannya terdapat peraturan-peraturan hukum yang mantap.
Pelaksanaan demokrasi hanyalah salah satu dari sistem penyelenggaraan negara. Beberapa
sistem penyelenggaraan lain adalah anarki dam oligarki. Pada masa orba, Indonesia pernah
mengalami sistem otoriter yang bercampur dengan demokrasi, sehingga penyelenggaraan
demokrasi banyak membuat kekacauan di Indonesia. AS sebagai negara super power
mengklaim negara mereka sebagai kampiun demokrasi dan mengkampanyekan beberapa
kriteria demokrasi, antara lain: (a) adanya kebebasan penuh bagi rakyat untuk menentukan
pili- han dan pendapatnya, (b) tidak ada tekanan kekerasan militer, (c) bebas dari tekanan
agama, (d) Adanya pengawasan dari masyarakat, (e) Menghormati HAM. Kriteria tersebut
sangat ideal, namun jika melihat di lapangan khususnya di negara-negara berkembang
dengan kemampuan sumber daya manusia dan ekonomi yang terbatas, akan melahirkan
anarki. Selanjutnya negara berkembang tersebut akan menjadi sasaran mudah bagi negara
maju yang sudah mapan untuk menanamkan pengaruhnya.

Tatanan demokrasi yang ideal harusnya adalah tatatan yang disesuaikan dengan
kemampuan dan sumber daya suatu negara. Persyaratan yang belum dapat dipenuhi oleh
negara berkembang adalah memiliki kesadaran berbangsa dan nasionalisme yang tinggi,
memiliki kebesaran jiwa dan sportif, Konstitusional, terjaminnya keamanan, bebas dari
campur tangan asing. Persyaratan tersebut belum dapat dipenuhi oleh negara-negara
berkembang, meskipun tetap dipaksakan untuk menerapkan demokrasi gaya AS, sehingga
terjadi kekalutan di negara berkembang termasuk Indonesia. Wajah demokrasi Indonesia
yang diwarnai oleh kekalutan yang disebabkan: (1) Kondisi internal Indonesia yang sangat
mempercayai kebaikan demokrasi, tanpa menyadari bahayanya dan persyaratan yang
diperlukan (2) tidak/belum berhasilnya pemerintah mengatasi krisis dan meningkatkan
kembali kesejahteraan rakyat, (3) digulir kannya isu global dalam bentuk demokratisasi
sekuler, HAM dan politik global negara maju, (4) tuduhan, pemutar balikan fakta, dan
tuntutan kesalahan aparat keamanan di masa lalu, sehingga mereka terkesan sangat biadab
dan menimbulkan kebencian serta ketidak percayaan. Demokrasi Indonesia seharusnya
diatur berdasarkan konstitusional, dimana lembaga yang ada di Indonesia diatur agar saling
bersinegir menggunaan UUD dan Pancasila sebagai pedoman. Selain itu, harus
meningkatkan kesadaran terhadap kebhinekaan diperlukan, kesejahteraan masyarakat yang
harus menjadi pertimbangan agar kesenjangan sosial berkurang dan keadilan dapat
ditegakkan, serta stabilitas keamanan yang mantap harus didukung oleh hukum perundang-
undangan.

Terganggunya penegakkan hukum, keadilan, dan demokrasi dapat menyebabkan


terjadinya disintegritas. Disintegritas bangsa adalah hilangnya kaitan integratif antar unsur-
unsur kekuatan bangsa, sehingga hubungan antar bangsa menjadi longgar dan
meninggalkan asas kekeluargaan. Melalui segi geopolitik dan geostrategi, disintegritas
dapat dibedakan menjadi anasir luar dan anasir dalam. Anasir luar berkaitan dengan
intervesi luar, Sebagai contoh salah satu tujuan strategi Amerika Serikat di kawasan Asia
Pasifik adalah mendorong dan mendukung proses demokratisasi (tentu saja demokratisasi
sesuai dengan yang berlaku di sana). Tujuan itu dapat dijabarkan menjadi tindakan nyata
dalam bentuk terbuka maupun tertutup (subversi), dan yang paling murah dan kecil resiko
fisiknya adalah melalui uang. Tindakan terbuka antara lain memberikan bantuan
peningkatan kualitas SDM Indonesia, khususnya generasi muda, melalui penyediaan
informasi secara luas dan terbuka, bantuan pendidikan di luar negeri, pertukaran siswa,
tenaga profesional, dan sebagainya. Upaya terbuka ini dengan sangat mudah ditumpangi
dengan muatan kebebasan berpikir dan mengemukakan pendapat, supremasi budaya Barat,
dan sebagainya. Bahkan pertukaran misi kebudayaan dapat dijadikan wahana yang baik
untuk maksud tersebut, apalagi film atau sinetron. Sedangkan tindakan tertutup, antara lain,
bisa berupa pengadudombaan. Usaha mereka pun mendapat dukungan berbagai peluang
dalam melancarkan tindakan subversi, antara lain, adanya bibit pertentangan yang multi
dimensional di dalam negeri, adanya kebiasaan korupsi dan money politics, dan sebagainya,
serta kenyataan bahwa aparat intelijen dan TNI sedang terus dihujat, sehingga tumpul
sekali. Posisi geopolitik Indonesia membuat Indonesia tak lepas dari hal ini, sehingga
membuat Indonesia harus pro-Barat dan sekurang-kurangnya akomodatif terhadap
kepentingan Barat, hal itu membuat bangsa Indonesia harus berhati-hati agar tidak jatuh
dalam lingkaran sphere of influence. Sementara anasir dalam adalah kenyataan bahwa
Indonesia memiliki banyak suku, banyak bangsa, dan budaya membuat banyak celah yang
dapat menjadi sumber masalah dalam integritas bangsa. Sifat primordialisme, kurang
cintanya terhadap negara Indonesia, serta ketimpangan pertumbuhan antar wilayah.

Dalam rangka menata geopolitik Indonesia perlu didukung oleh ketahanan nasional
yang cukup tangguh dan tak terlepas dari pengaruh global, regional, serta nasional.
Pengaruh global dapat dilihat dari masa sehabis perang antara blok barat dan blok timur.
Negara-negara besar telah memiliki kemajuan yang pesat sementara Indonesia hanyalah
negara berkembang dan tentunya masih sangat tergantung pada negara maju dalam modal
maupun teknologinya. Sementara segi regional, kondisi Indonesia terpengaruh dengan
AFTA, apabila tidak siap dengan segala tuntutan maka Indonesia hanya akan berperan
sebagai objek pasar negara maju dan negara tetangga ASEAN. Untuk segi nasional sendiri
apat dikatan bahwa kondisi Indonesia masih jauh dari kata ideal, masih banyak politikus
yang mementingkan golongan sendiri, ancaman-ancaman terhadap nasionalisme,
kesenjangan ekonomi, dan sebagainya. Oleh karena itu, diperlukan identifikasi potensi dan
peluang untuk menghadapi krisis multidimensi dan kehidupan nasional untuk
meningkatkan ketahanan nasional. Potensi dan peluang dapat terdiri dari dukungan
internasional, memanfaatkan dengan baik komponen bangsa yang pancasilais, serta
geopoliik dan geostrategi sebagai wawasan bangsa, masyarakat yang religious, TNI dan
Polri yang tetap utuh, kekayaan alam di Indonesia, dan peningkatan supremasi hukum.

Geopolitik Indonesia adalah wawasan nusantara yang menentukan prasyarat untuk


mencapai cita-cita dan tujuan nasional yang ada dalam UUD 1945. Sementara geostrategi
adalah ketahanan nasional yang berisi ketangguhan dan keuletan bangsa. Oleh karena itu,
menjadi tanggung jawab segenap bangsa untuk memahami geopolitik dan geostrategi di
Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai