Anda di halaman 1dari 27

MAKALAH

TEKNIK BUDIDAYA TANAMAN SECARA


KULTUR JARINGAN DAN KONVENSIONAL

Oleh:

Muhammad Asrori Wilda

081014019

PROGRAM STUDI S1 BIOLOGI


DEPARTEMEN BIOLOGI
FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS AIRLANGGA
2015

MAKALAH

TEKNIK BUDIDAYA TANAMAN SECARA


KULTUR JARINGAN DAN KONVENSIONAL

Oleh:

Muhammad Asrori Wilda

081014019

PROGRAM STUDI S1 BIOLOGI


DEPARTEMEN BIOLOGI
FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS AIRLANGGA
2015

KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas
berkat dan rahmat serta izin-Nya sehingga makalah yang berjudul Teknik
Budidaya Tanaman Secara Kultur Jaringan dan Konvensional dapat
terselesaikan dengan baik. Dalam laporan ini, dibahas tentang teknik budidaya
tanaman hortikultura meliputi tanaman Coelogyne pandurata, Codiaeum
variegatum, Ficus carica dan Capsicum frutescens.
Makalah ini disusun sebagai syarat untuk menyelesaikan mata kuliah
Bahasa Indonesia. Harapan penulis bahwa makalah ini dapat membantu para
pembaca

untuk

memahami

dan

menambah

pengetahuan

tentang

cara

pembudidayaan tanaman. Dalam makalah ini akan dibahas pembudidayaan


tanaman dengan teknik modern yakni kultur kultur jaringan dan teknik
konvensional.
Demikian makalah ini masih jauh dari sempurna, untuk itu saran dan kritik
yang membangun dari berbagai pihak sangat kami harapkan demi perbaikan di
masa mendatang. Semoga makalah ini dapat bermanfaat.

Surabaya, Januari 2015

Penulis

BIOGRAFI PENULIS

Penulis dilahirkan di Mojokerto, 21 Januari 1992. Penulis merupakan anak


kedua dari 3 bersaudara. Nama lengkap penulis adalah Muhammad Asrori Wilda
F.A.S. dengan NIM (081014019). Penulis merupakan salah satu mahasiswa di
Universitas Airlangga yang mengambil Program Studi S1 Biologi. Penulis sempat
aktif di JIMM FST dan Himbio UNAIR. Sekarang penulis sedang menyelesaikan
skripsi di bidang biologi ekologi.

DAFTAR ISI
LEMBAR JUDUL ..............................................................................................
KATA PENGANTAR .........................................................................................
BIOGRAFI PENULIS ........................................................................................
DAFTAR ISI .......................................................................................................

i
ii
iii
iv

BAB I. PENDAHULUAN ................................................................................


1.1 Latar Belakang .......................................................................................
1.2 Rumusan Masalah..................................................................................
1.3 Tujuan ....................................................................................................
1.4 Manfaat ..................................................................................................

1
1
2
3
3

BAB II. PEMBAHASAN................................................................................... 4


2.1 Tinjauan Budidaya Tanaman ................................................................. 4
2.1.1 Kultur Jaringan ........................................................................... 5
2.1.2 Konvensional..............................................................................
2.2 Materi Pembudidayaan Tanaman........................................................... 6
2.2.1 Kultur Jaringan............................................................................. 6
2.2.2 Konvensional............................................................................... 7
2.3 Tahap Pembudidayaan Tanaman........................................................... 7
2.3.1 Kultur Jaringan ............................................................................ 7
2.3.2 Konvensional............................................................................... 14
2.4 Hasil Pengamatan .................................................................................. 16
2.4.1 Kultur Jaringan.................................................................................... 16
2.4.2 Konvensional...................................................................................... 18

BAB III. PENUTUP ............................................................................................ 20


3.1 Kesimpulan ............................................................................................ 20
3.2 Saran ...................................................................................................... 21
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................22

BAB I
PENDAHULUAN

1.1

Latar Belakang
Di era globalisasi ini, perkembangan di bidang teknologi komunikasi dan

industri semakin cepat dan pesat. Sedangkan perkembangan di bidang agrikultura


kurang mendapat perhatian dari masyarakat. Dengan perkembangan yang berpusat
pada teknologi komunikasi dan industri saja, menjadikan masyarakat kurang
ramah terhadap alam dan lingkungan sekitar. Padahal untuk bisa ramah terhadap
alam dan lingkungan sekitar masyarkat harus bisa menjaga kelestariannya.
Salah satu cara untuk menjaga kelestarian alam dan lingkungan adalah
dengan merawat dan membudidayakan tanaman maupun tumbuhan yang ada di
sekitar kita. Hal ini dikarnakan tanaman dan tumbuhan dapat menjaga
keseimbangan alam, memenuhi berbagai macam kebutuhan manusia, dan
menyuplai oksigen yang sangat dibutuhkan manusia dan hewan. Dewasa ini,
masyarakat banyak yang kurang mengetahui bagaimana cara membudidayakan
suatu tanamaan.

Oleh karena itu, masyarakat harus mengetahui wawasan

mengenai teknik budidaya tanaman yang baik dan benar.


Untuk mengetahui dan melakukan budidaya tanaman dengan cara kultur
jaringan dan konvensional saya berkunjung ke Dinas Pertanian Kota Surabaya.
Dinas Pertanian Kota Surabaya merupakan salah satu instansi pemerintahan yang
menjalankan dan mengembangkan teknik budidaya tanaman. Di sana terdapat
Unit Pelaksanaan Teknis Dinas (UPTD) Balai Pembibitan sebagai Unit

Operasional dari Dinas Pertanian Kota Surabaya yang memiliki tugas khusus
dalam bidang pembibitan tanaman. Pembibitan tanaman dapat dilakukan dengan
dua cara yaitu secara konvensional dan kultur jaringan. Unit Pelaksanaan Teknis
Dinas (UPTD) Balai Pembibitan mempunyai fasilitas yang mendukung tugas
pokok serta kegiatan pembibitan tanaman yaitu Laboratorium Kultur Jaringan dan
Mini Agrowisata. Kegiatan di dalam Laboratorium Kultur Jaringan adalah
budidaya atau perbanyakan tanaman secara aseptis. Sedangkan kegiatan di dalam
Mini Agrowisata adalah budidaya dan pembibitan tanaman secara konvensional
pada berbagai tanaman holtikultura.

1.2.

Rumusan Masalah
1. Bagaimana cara membudidayakan tanaman dengan teknik kultur
jaringan dan konvensional?
2. Bagaimana tingkat keberhasilan budidaya tanaman Ficus carica dari
eksplan pucuk dengan teknik kultur jaringan?
3. Bagaimana tingkat keberhasilan tanaman Coelogyne pandurata pada
tahap sub kultur?
4. Bagaimana pertumbuhan dan perkembangan budidaya tanaman dengan
benih Capsicum frutescens secara konvensional?
5. Bagaimana pertumbuhan dan perkembangan budidaya tanaman
Codiaeum variegatum melalui teknik stek?

1.3.

Tujuan
Tujuan dari pembuatan makalah ini adalah :
1. Mengetahui cara membudidayakan tanaman dengan teknik kultur
jaringan dan konvensional.
2. Mengetahui tingkat keberhasilan budidaya tanaman Ficus carica dari
eksplan pucuk dengan teknik kultur jaringan.
3. Mengetahui tingkat keberhasilan budidaya tanaman Coelogyne
pandurata pada tahap sub kultur.
4.

Mengetahui pertumbuhan dan perkembangan budidaya tanaman


dengan benih Capsicum frutescens secara konvensional.

5. Mengetahui pertumbuhan dan perkembangan budidaya tanaman


Codiaeum variegatum melalui teknik stek.

1.4.

Manfaat
Memberi informasi bagi pembaca mengenai cara membudidayakan

tanaman secara kultur jaringan dan konvensional. Selain itu juga memberikan
informasi tentang perkembangan tanaman yang saya budidayakan dengan cara
tersebut saat menjalani

BAB II
PEMBAHASAN

2.1

Tinjauan Budidaya Tanaman

2.1.1

Kultur Jaringan
Kultur jaringan dalam bahasa asing disebut sebagai tissue culture, weefsel

culture atau gewebe culture. Kultur jaringan adalah sekelompok sel yang
mempunyai bentuk dan fungsi yang sama. Maka kultur jaringan berarti
membudidayakan suatu jaringan tanaman menjadi tanaman kecil yang
mempunyai sifat seperti induknya.
Pelaksanaan teknik kultur jaringan ini berdasarkan teori sel seperti yang
dikemukakan Schleiden dan Schwann, yaitu bahwa sel mempunyai kemampuan
otonom, bahkan mempunyai kemampuan totipotensi. Totipotensi adalah
kemampuan setiap sel, dari mana saja sel tersebut diambil, apabila diletakkan
dalam lingkungan yang sesuai akan dapat tumbuh menjadi tanaman yang
sempurna.
Teknik kultur jaringan sebenarnya sangat sederhana yaitu suatu sel atau
irisan jaringan tanaman yang disebut eksplan secara aseptis diletakkan dan
dipelihara dalam medium padat atau cair yang cocok dalam keadaan steril. Bagian
dari tanaman yang digunakan sebagai bahan untuk inisiasi suatu kultur disebut
eksplan. Eksplan yang ditanam pada media yang tepat, dapat beregenerasi melalui
proses yang disebut organogenesis atau embriogenesis.

2.1.2 Konvensional
Budidaya tanaman membutuhkan berbagai teknik untuk mengoptimalkan
produksi. Budidaya tanaman secara umum dapat berasal dari biji yang biasa
disebut dengan cara generatif dan organ tanaman misalnya dengan menggunakan
benih, bibit atau bagian tanaman vegetatif. Proses perbanyakan tanaman melalui
benih, bibit dan bagian tanaman vegetatif dapat disebut juga pembibitan tanaman.
Perbanyakan tanaman atau budidaya tanaman dapat berlangsung antrara
lain dengan cara :
1. Secara kawin (seksual/generatif) yaitu yang dikenal dengan perbanyakan
menggunakan biji.
2. Secara tidak kawin (aseksual/vegetatif) yaitu dikenal dengan perbanyakan
tanaman dengan menggunakan cara buatan (tidak menggunakan biji).
Perbanyakan vegetatif adalah perbanyakan tanaman dengan menggunakan
organ vegetatif tanaman seperti batang yang mempunyai tunas samping
(aksilar/lateral) dan mata tunas dari induk yang terpilih. Perbanyakan secara
vegetatif dilakukan menggunakan bagian-bagian tanaman seperti cabang, ranting,
pucuk, daun, umbi dan akar. Prinsipnya adalah merangsang tunas adventif yang
terdapat pada bagian-bagian tersebut agar berkembang menjadi tanaman
sempurna yang memiliki akar, batang dan daun sekaligus. Perbanyakan secara
vegetatif dapat dilakukan dengan cara mencangkok, okulasi, stek.

2.2
2.2.1

Materi Pembudidayaan Tanaman


Kultur Jaringan

2.2.1.1 Bahan tanaman


Dalam Praktek Kerja Lapangan budidaya secara kultur jaringan,
digunakan tanaman Ficus carica. Sebagai sumber eksplan adalah pucuk aksilar
dan pucuk apikal. Untuk tahap subkultur menggunakan tanaman Coelogyne
pandurata. Plantlet adalah sebagai sumber eksplan.
2.2.1.2 Bahan Kimia
Bahan-bahan kimia yang digunakan untuk media tanam adalah komposisi
media Vacin dan Went. Bahan-bahan kimia untuk sterilisasi alat dan eksplan yaitu
akuades steril, chlorox untuk sterilisasi eksplan, serta alkohol untuk sterilisasi
ruang.
2.2.1.3 Alat Kultur
Alat yang digunakan adalah autoklaf, Laminar Air Flow (LAF), timbangan
analitik, kompor listrik, botol kultur, cawan petri, gelas beker, erlenmeyer, pipet,
magnetic stirrer, scalpel, pinset, gelas ukur, bunsen, kertas saring, kertas payung,
dan alluminium foil.

2.2.2

Konvensional

2.2.2.1 Bahan tanaman


Dalam Praktek Kerja Lapangan budidaya secara konvensional, digunakan
tanaman Capsicum frutescens untuk penanaman benih. Tanaman Codiaeum

variegatum untuk perbanyakan secara konvensional dengan teknik stek


2.2.2.2 Bahan Kimia
Bahan-bahan kimia yang digunakan untuk perbanyakan tanaman secara
konvensional adalah perangsang akar (Rootone, Gardentech, Palatine, USA) dan
pupuk urea.
2.2.2.3 Alat Tanam
Alat yang digunakan untuk perbanyakan tanaman secara konvensional
adalah cangkul, polibag, cetok, dan gunting tanaman.

2.3

Tahap Pembudidayaan Tanaman

2.3.1 Kultur Jaringan


2.3.1.1 Tahap Pembuatan Stok Media Vacin dan Went (VW)
Stok makronutrien media Vacin dan Went (VW), terdiri atas :
a.

Pembuatan larutan stok A untuk media VW


Pembuatan larutan stok A dengan cara menimbang bahan kimia (NH4)SO4

dengan menggunakan timbangan analitik sebesar 25 g lalu ditambahkan aquades

steril 500 mL. Stok A diberi label STOK A 100X, 10 mL/L. Kemudian disimpan
dalam kulkas dan untuk membuat 1 L media VW memerlukan 10 mL stok A.
b.

Pembuatan larutan stok B untuk media VW


Pembuatan larutan stok B dengan cara menimbang bahan kimia KNO 3

dengan menggunakan timbangan analitik sebesar 26,25 g lalu ditambahkan


aquades steril 500 mL. Stok B diberi label STOK B 100X, 10 mL/L. Kemudian
disimpan dalam kulkas dan untuk membuat 1 L medium VW memerlukan 10 mL
stok B.
c.

Pembuatan larutan stok C untuk media VW


Pembuatan larutan stok C dengan cara menimbang bahan kimia Ca 3(PO4)

dengan menggunakan timbangan analitik sebesar 10 g lalu ditambahkan aquades


steril sebesar 500 mL. Stok C diberi label STOK C 100X, 10 mL/L. Kemudian
disimpan dalam kulkas dan untuk membuat 1 L medium VW memerlukan 10 mL
stok C.
d.

Pembuatan larutan stok D untuk media VW


Pembuatan larutan stok D dengan cara menimbang bahan kimia KH2PO4

dan MgSO4 dengan menggunakan timbangan analitik masing-masing sebesar 12,5


g lalu ditambahkan aquades steril sebesar 100mL. Stok D diberi label STOK D
100X, 10 mL/L. Kemudian disimpan dalam kulkas dan untuk membuat 1 L
medium VW memerlukan 10 mL stok D.
Stok mikronutrien media Vacin dan Went (VW), terdiri atas :

a.

Pembuatan larutan stok E untuk media VW


Pembuatan larutan stok E dengan cara menimbang bahan kimia

FeSO4.7H20 dan Fe (EDTA) dengan menggunakan timbangan analitik sebesar


FeSO4.7H20 1,4 g dan Fe (EDTA) 1,85 g lalu ditambahkan aquades steril sebesar
500 mL. Stok E diberi label STOK E 100X, 10 mL/L. Kemudian disimpan dalam
kulkas dengan penyimpanannya di tempat gelap (botol penyimpanan di bungkus
dengan aluminium foil) dan untuk membuat 1 L medium VW memerlukan 10 mL
stok E.
b.

Pembuatan larutan stok F untuk media VW


Pembuatan larutan stok F dengan cara menimbang bahan kimia

MnSO4.7H2O dengan menggunakan timbangan analitik sebesar 0,375 g lalu


ditambahkan aquades steril sebesar 500 mL. Stok F diberi label STOK F 100X,
10 mL/L. Kemudian disimpan dalam kulkas dan untuk membuat 1 L medium VW
memerlukan 10 mL stok F.
Stok vitamin media Vacin dan Went (VW), adalah :
Pembuatan larutan stok vitamin untuk media VW
Pembuatan larutan stok vitamin dengan cara menimbang bahan kimia
Myoinositol 1 g, Pyridoxine HCl 0,005 g, Thiamin HCl 0,001, Nicotine 0,005
g dan Glycine 0,02 g lalu ditambahkan aquades steril sebanyak 100 mL. Stok
vitamin diberi label STOK Vit 100X, 10 mL/L. Kemudian disimpan dalam kulkas
dan untuk membuat 1 L medium VW memerlukan 10 mL stok vitamin.

2.3.1.2 Pembuatan media


Pembuatan media dalam 1000 mL, menyiapkan erlenmeyer 1000 mL yang
berisi aquades 250 mL. Kemudian memasukkan satu per satu secara berurutan
semua stok media VW sesuai dengan lampiran 1, masing-masing dengan volume
10 mL

sambil dihomogenkan dengan magnetic stirrer, kemudian dengan

penambahan gula 15 g, air kelapa 150 mL, menambahkan aquades sampai volume
mencapai 1000 mL. Setelah semua tercampur, dilakukan pengukuran pH larutan.
Apabila terlalu asam maka ditambahkan beberapa tetes KOH dan apabila terlalu
basa ditambahkan HCl dengan menggunakan pipet hingga pH larutan dalam
kisaran 5,6-5,8. Selanjutnya ditambahkan agar-agar 7 g kemudian dipanaskan
hingga mendidih sambil diaduk. Larutan yang sudah jadi kemudian dituang
kedalam botol-botol kutur. Botol kultur yang telah berisi larutan media
selanjutnya pada bagian mulut botol ditutup dengan plastik yang diikat dengan
karet pentil. Setelah itu botol kultur diletakkan pada keranjang untuk siap
disterilkan dalam autoclaf. Kemudian simpan media yang sudah steril di ruang
penyimpanan (ruang inkubasi) minimal selama 3 hari. Dengan demikian media
siap dipakai.
2.3.1.3 Sterilisasi Alat dan Media
Alat-alat dicuci bersih dengan sabun cuci kemudian dibilas dengan air kran
dan dikeringkan. Botol kultur yang sudah berisi media kemudian ditutup dengan
plastik yang diikat dengan karet pentil. Alat-alat seperti scalpel, pinset, gunting,
dan cawan petri dibungkus dengan kertas payung dan direkatkan dengan karet.

Peralatan tersebut disterilkan dengan menggunakan autoclaf pada tekanan 1 atm


dan suhu 121C selama 15 menit. Setelah disterilkan, botol kultur, gelas ukur, dan
erlenmeyer disimpan di ruang inkubasi, sedangkan scalpel, pinset, dan cawan
petri disimpan dalam oven sebelum digunakan.
2.3.1.4 Penanaman Eksplan
Ruang kerja untuk penanaman eksplan harus senantiasa bersih.
Pengambilan eksplan pucuk apikal dari tanaman Ficus carica pada pagi hari
sekitar pukul 08.00 WIB di halaman Mini Agowisata Dinas Pertanian Kota
Surabaya. Tanaman Ficus carica dibersihkan dengan tissue yang dibasahi alkohol
90% pada bagian yang akan dijadikan eksplan yaitu pucuk batang. Kemudian
eksplan dimasukkan kedalam beaker glass yang berisi larutan dettol 0,5 % atau 1
mL dalam 200 mL air lalu bagian ujung dekat mulut beaker glass dipegang dan
digoyang-goyang dengan arah memutar mendatar selama 15 menit. Selanjutnya
membilas eksplan dengan air mengalir sebanyak 3-5 kali. LAF (Laminar Air
Flow) sebelumnya disterilkan dengan kain lap steril yang telah disemprotkan
alkohol 70% menggunakan hand sprayer. Kemudian kain lap tersebut diusapkan
pada bagian meja dan dinding samping LAF. Kemudian masukkan semua alat
(pinset, scalpel, gelas ukur, petridish, botol kultur, bunsen) ke dalam LAF yang
sebelumnya disemprot dahulu dengan alkohol 70%. Lampu UV dan blower
dinyalakan selama 15-20 menit. Setelah itu matikan lampu UV dan nyalakan
lampu neon, kemudian eksplan tanaman Ficus carica dimasukkan ke dalam LAF.
Eksplan dibilas terakhir dengan air aquades sebanyak satu kali. Langkah

selanjutnya direndam dengan bayclin 10 % dan dikocok selama 10 menit.


Kemudian dibilas dengan aquades steril dikocok masing-masing selama 5 menit.
Eksplan dipotong pada bagian ruas-ruas antar nodus dalam larutan betadine (1
tetes betadine ditambahkan aquades steril 20 mL dalam 1 cawan petri) dan
diletakkan di atas cawan petri yang dialasi kertas saring. Eksplan ditiriskan di atas
tissue/kertas saring yang sudah disterilkan. Setiap botol kultur diisi dengan dua
eksplan kemudian diletakkan dalam ruang inkubator dengan suhu ruang 23 2 C
dan penyinaran lampu neon dengan intensitas 1000 4000 lux.
2.3.1.5 Penanaman Subkultur Plantlet Coelogyne pandurata
Langkah pertama yang dilakukan dalam subkultur Coelogyne pandurata
adalah menyiapkan alat-alat yang digunakan pada penanaman eksplan yang terdiri
atas ; pinset, scalpel, petridish, botol berisi alkohol, botol kultur berisi media dan
api Bunsen. Botol kultur plantlet anggek yang akan disubkultur disemprot alkohol
70% dan dimasukkan ke dalam LAF. Api Bunsen dinyalakan dan membuka kertas
payung dari setiap alat-alat steril (pinset, scalpel, dan cawan petri). Masukkan
ujung scalpel dan pinset ke dalam botol berisi alkohol 70%. Penutup botol kultur
plantlet anggek dibuka dan bagian tepi mulut botol dilewatkan diatas api Bunsen
dengan

tujuan

tidak

terjadi

kontaminasi.

Plantlet

dikeluarkan

dengan

menggunakan pinset dan diletakkan di petridish steril. Ujung pinset dimasukkan


kembali kedalam botol berisi alkohol 70% dan dilewatkan diatas api Bunsen
sampai alkoholnya habis sebelum digunakan.

Selanjutnya ambil botol kultur berisi media yang baru atau disebut juga
media subkultur dan buka penutup botol kulturnya. Tepi bagian mulut botol kultur
yang baru yang sudah dibuka dilewatkan sebentar diatas api Bunsen. Plantlet
dapat ditanam pada media subkultur dengan jarak 2 cm. Plantlet yang sulit
dipisahkan dapat dipisahkan dengan scalpel dengan cara memotong plantlet yang
akan ditanam. Plantlet yang berwarna kekuningan atau yang kering dapat
dipisahkan dan dibuang. Satu botol kultur dapat berisi 7-10 plantlet. Setelah
penanaman selesai botol kultur bagian tepi mulutnya dilewatkan di atas api
Bunsen sebentar dan tutup dengan plastik perekat kemudian plastik yang diikat
dengan karet pentil. Langkah terakhir memberi label pada botol kultur dengan
menuliskan tanggal dilakukan subkultur dan nama yang melakukan subkultur.
Setelah selesai kultur dapat disimpan dalam ruang inkubasi.
2.3.1.6 Tahap pemeliharaan
Tahap pemeliharaan dilakukan dalam ruang khusus yang disebut ruang
inkubasi kultur. Ruangan ini dipergunakan untuk memelihara eksplan yang telah
ditanam pada medium secara aseptis yang dapat diatur suhu dan cahaya.
Lingkungan fisik yang perlu diperhatikan dalam ruang inkubasi adalah pengaturan
terhadap cahaya meliputi kualitas cahaya, intensitas cahaya dan lama penyinaran.
Dari segi kualitas cahaya, menggunakan cahaya putih (lampu neon/TL)
merupakan cahaya yang baik untuk pertumbuhan kultur. Intensitas cahaya yang
baik adalah antara 100-400 foot candel (1000 4000 lux). Sedangkan lama

penyinaran tergantung jenis tanaman dan respon yang diinginkan biasanya


penyinaran berlangsung terus-menerus sampai kultur siap diaklimatisasi.
Ruang inkubasi ini terdapat alat-alat yang diperlukan selama pemeliharaan
kultur diantaranya rak-rak kultur dengan lampu flourescent, jarak lampu dengan
botol kultur sekitar 40 cm, temperatur untuk dapat mengukur suhu di dalam
ruangan, AC untuk mengontrol suhu ruangan dan shaker untuk inkubasi kultur
dengan medium cair.

2.3.2

Konvensional

2.3.2.1 Persiapan Media Tanam


Untuk mempersiapkan media tanam dilakukan dengan mencampurkan
beberapa bahan. Bahan-bahan yang digunakan adalah tanah, kompos, pupuk
kandang, dan pupuk urea dengan perbandingan 3:1:1:0,5. Semua bahan tersebut
dicampurkan menjadi satu menggunakan cangkul. Setelah tercampur dengan
merata media tanam tersebut dimasukkan polibag dengan menggunakan cetok.
2.3.2.2 Penanaman Benih
Siapkan benih Capsicum frutescens dan polibag yang telah diisi dengan
tanah. Polibag yang digunakan berdiameter 10 cm. Untuk menanam benih
tersebut pertama yaitu membuat lubang pada tanah dalam polibag dengan
kedalaman 5 cm dan diameter 1 cm. Masukkan dua atau tiga buah benih pada

lubang tersebut dan tutup kembali dengan tanah. Kemudian disiram dengan air
setiap hari pada pagi dan sore.
2.3.2.3 Stek Tanaman
Siapkan gunting tanaman dan tanaman yang akan distek, yaitu Codiaeum
variegatum. Potong batang/ranting yang sudah cukup kuat dengan panjang sekitar
10-15 cm. Stek tersebut mempunyai sedikitnya dua mata tunas (dua ruas).
Kemudian rendam batang yang sudah dipotong dengan larutan perangsang akar
(Rootone, Gardentech, Palatine, USA) selama 10 menit. Tancapkan batang ke
dalam polibag berdiameter 10 cm yang telah diisi tanah, padatkan dan tekan
tanah agar batang tidak goyang. Kemudian disiram dengan air setiap hari pada
pagi dan sore.

2.4.

Hasil Pengamatan

2.4.1. Kultur Jaringan


Tabel 2.4.1. (a) Hasil pengamatan kultur pucuk tanaman Ficus carica,
pengamatan dilakukan seminggu setelah penanaman eksplan.
Je Eksplan

Pucuk
apikal dan
aksilar
Ficus
carica

Jumlah Botol
Steril

Persen
(%)
Steril

17 botol terjadi 0 %
kontaminasi

Kontaminan

Bakteri, Kapang
Pucuk apikal

Kapang

Bakteri

Pucuk aksilar

Tabel 2.4.1. (b) Hasil pengamatan subkultur anggrek

Coelogyne pandurata

dilakukan dua minggu setelah dilakukan subkultur.


Jenis Eksplan

Jumlah

Persen (%)

Botol

Steril

Steril

Kontaminan

Plantlet anggrek

13

Coelogyne

100 %

--

botol

pandurata

2.4.2

Konvensional

Tabel 2.4.2(a) Hasil pengamatan pertumbuhan benih Capsicum frutescens


No.

Gambar

Keterangan

1.
Hari pertama setelah penanaman, terjadi imbibisi.
Tiap polibag diisi 2 buah benih Capsicum
frutescens.

2.
Hari ketiga setelah penanaman, benih mulai
tumbuh . Muncul radikula pada sebagian benih.
Bakal batang dan bakal daun (epikotil) mulai
tampak lebih jelas.

3.
Hari kesepuluh setelah penanaman benih, terdapat
penambahan panjang batang 2-3 cm dan
penambahan jumlah daun.

Tabel 2.4.2 (b) Hasil pengamatan pertumbuhan stek Codiaeum variegatum


No

Gambar
Keterangan

1.
Hari pertama setelah penanaman, tanaman
masih terlihat agak layu dan belum muncul
tunas baru.

2.
Hari kesepuluh setelah penanaman,
menunjukkan tanaman terlihat lebih segar
dan mulai adanya tunas aksilar baru yang
muncul pada bekas nodus daun.

BAB III
PENUTUP

3.1

Kesimpulan

1. Kultur jaringan tanaman dilakukan dengan langkah menyiapkan bahan


tanaman, bahan kimia, alat kultur, media tanam, sterilisasi alat dan media,
penanaman eksplan, penanaman subkultur dan pemeliharaan. Sedangkan
budidaya secara konvensional dapat dilakukan dengan cara menyiapkan
bahan tanaman, bahan kimia, alat tanam, media tanam, penanaman benih
dan penyetekan.
2. Tingkat keberhasilan budidaya tanaman Ficus carica dari eksplan pucuk
dengan teknik kultur jaringan yaitu 0% dikarenakan terjadi kontaminasi.
3. Tingkat keberhasilan budidaya tanaman Coelogyne pandurata pada tahap
sub kultur yaitu 100% dikarenakan tidak terjadi kontaminasi.
4. Budidaya benih Capsicum frutescens secara konvensional mengalami
pertumbuhan dan perkembangan yang ditandai dengan munculnya
radikula, epikotil serta bertambah tinggi batang dan penambahan jumlah
daun.
5. Budidaya tanaman Codiaeum variegatum melalui teknik stek mengalami
pertumbuhan dan perkembangan yang ditandai dengan munculnya tunas
aksilar pada bekas nodus daun.
3.2

Saran
Budidaya tanaman secara kultur jaringan sebaiknya menggunakan eksplan

dari tanaman induk hasil dari kultur sebelumnya. Budidaya tanaman secara
konvensional perlu dilakukan dengan teknik yang lain untuk menghasilkan
produksi bibit yang lebih banyak.

Anda mungkin juga menyukai