Oleh:
081014019
MAKALAH
Oleh:
081014019
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas
berkat dan rahmat serta izin-Nya sehingga makalah yang berjudul Teknik
Budidaya Tanaman Secara Kultur Jaringan dan Konvensional dapat
terselesaikan dengan baik. Dalam laporan ini, dibahas tentang teknik budidaya
tanaman hortikultura meliputi tanaman Coelogyne pandurata, Codiaeum
variegatum, Ficus carica dan Capsicum frutescens.
Makalah ini disusun sebagai syarat untuk menyelesaikan mata kuliah
Bahasa Indonesia. Harapan penulis bahwa makalah ini dapat membantu para
pembaca
untuk
memahami
dan
menambah
pengetahuan
tentang
cara
Penulis
BIOGRAFI PENULIS
DAFTAR ISI
LEMBAR JUDUL ..............................................................................................
KATA PENGANTAR .........................................................................................
BIOGRAFI PENULIS ........................................................................................
DAFTAR ISI .......................................................................................................
i
ii
iii
iv
1
1
2
3
3
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Di era globalisasi ini, perkembangan di bidang teknologi komunikasi dan
Operasional dari Dinas Pertanian Kota Surabaya yang memiliki tugas khusus
dalam bidang pembibitan tanaman. Pembibitan tanaman dapat dilakukan dengan
dua cara yaitu secara konvensional dan kultur jaringan. Unit Pelaksanaan Teknis
Dinas (UPTD) Balai Pembibitan mempunyai fasilitas yang mendukung tugas
pokok serta kegiatan pembibitan tanaman yaitu Laboratorium Kultur Jaringan dan
Mini Agrowisata. Kegiatan di dalam Laboratorium Kultur Jaringan adalah
budidaya atau perbanyakan tanaman secara aseptis. Sedangkan kegiatan di dalam
Mini Agrowisata adalah budidaya dan pembibitan tanaman secara konvensional
pada berbagai tanaman holtikultura.
1.2.
Rumusan Masalah
1. Bagaimana cara membudidayakan tanaman dengan teknik kultur
jaringan dan konvensional?
2. Bagaimana tingkat keberhasilan budidaya tanaman Ficus carica dari
eksplan pucuk dengan teknik kultur jaringan?
3. Bagaimana tingkat keberhasilan tanaman Coelogyne pandurata pada
tahap sub kultur?
4. Bagaimana pertumbuhan dan perkembangan budidaya tanaman dengan
benih Capsicum frutescens secara konvensional?
5. Bagaimana pertumbuhan dan perkembangan budidaya tanaman
Codiaeum variegatum melalui teknik stek?
1.3.
Tujuan
Tujuan dari pembuatan makalah ini adalah :
1. Mengetahui cara membudidayakan tanaman dengan teknik kultur
jaringan dan konvensional.
2. Mengetahui tingkat keberhasilan budidaya tanaman Ficus carica dari
eksplan pucuk dengan teknik kultur jaringan.
3. Mengetahui tingkat keberhasilan budidaya tanaman Coelogyne
pandurata pada tahap sub kultur.
4.
1.4.
Manfaat
Memberi informasi bagi pembaca mengenai cara membudidayakan
tanaman secara kultur jaringan dan konvensional. Selain itu juga memberikan
informasi tentang perkembangan tanaman yang saya budidayakan dengan cara
tersebut saat menjalani
BAB II
PEMBAHASAN
2.1
2.1.1
Kultur Jaringan
Kultur jaringan dalam bahasa asing disebut sebagai tissue culture, weefsel
culture atau gewebe culture. Kultur jaringan adalah sekelompok sel yang
mempunyai bentuk dan fungsi yang sama. Maka kultur jaringan berarti
membudidayakan suatu jaringan tanaman menjadi tanaman kecil yang
mempunyai sifat seperti induknya.
Pelaksanaan teknik kultur jaringan ini berdasarkan teori sel seperti yang
dikemukakan Schleiden dan Schwann, yaitu bahwa sel mempunyai kemampuan
otonom, bahkan mempunyai kemampuan totipotensi. Totipotensi adalah
kemampuan setiap sel, dari mana saja sel tersebut diambil, apabila diletakkan
dalam lingkungan yang sesuai akan dapat tumbuh menjadi tanaman yang
sempurna.
Teknik kultur jaringan sebenarnya sangat sederhana yaitu suatu sel atau
irisan jaringan tanaman yang disebut eksplan secara aseptis diletakkan dan
dipelihara dalam medium padat atau cair yang cocok dalam keadaan steril. Bagian
dari tanaman yang digunakan sebagai bahan untuk inisiasi suatu kultur disebut
eksplan. Eksplan yang ditanam pada media yang tepat, dapat beregenerasi melalui
proses yang disebut organogenesis atau embriogenesis.
2.1.2 Konvensional
Budidaya tanaman membutuhkan berbagai teknik untuk mengoptimalkan
produksi. Budidaya tanaman secara umum dapat berasal dari biji yang biasa
disebut dengan cara generatif dan organ tanaman misalnya dengan menggunakan
benih, bibit atau bagian tanaman vegetatif. Proses perbanyakan tanaman melalui
benih, bibit dan bagian tanaman vegetatif dapat disebut juga pembibitan tanaman.
Perbanyakan tanaman atau budidaya tanaman dapat berlangsung antrara
lain dengan cara :
1. Secara kawin (seksual/generatif) yaitu yang dikenal dengan perbanyakan
menggunakan biji.
2. Secara tidak kawin (aseksual/vegetatif) yaitu dikenal dengan perbanyakan
tanaman dengan menggunakan cara buatan (tidak menggunakan biji).
Perbanyakan vegetatif adalah perbanyakan tanaman dengan menggunakan
organ vegetatif tanaman seperti batang yang mempunyai tunas samping
(aksilar/lateral) dan mata tunas dari induk yang terpilih. Perbanyakan secara
vegetatif dilakukan menggunakan bagian-bagian tanaman seperti cabang, ranting,
pucuk, daun, umbi dan akar. Prinsipnya adalah merangsang tunas adventif yang
terdapat pada bagian-bagian tersebut agar berkembang menjadi tanaman
sempurna yang memiliki akar, batang dan daun sekaligus. Perbanyakan secara
vegetatif dapat dilakukan dengan cara mencangkok, okulasi, stek.
2.2
2.2.1
2.2.2
Konvensional
2.3
steril 500 mL. Stok A diberi label STOK A 100X, 10 mL/L. Kemudian disimpan
dalam kulkas dan untuk membuat 1 L media VW memerlukan 10 mL stok A.
b.
a.
penambahan gula 15 g, air kelapa 150 mL, menambahkan aquades sampai volume
mencapai 1000 mL. Setelah semua tercampur, dilakukan pengukuran pH larutan.
Apabila terlalu asam maka ditambahkan beberapa tetes KOH dan apabila terlalu
basa ditambahkan HCl dengan menggunakan pipet hingga pH larutan dalam
kisaran 5,6-5,8. Selanjutnya ditambahkan agar-agar 7 g kemudian dipanaskan
hingga mendidih sambil diaduk. Larutan yang sudah jadi kemudian dituang
kedalam botol-botol kutur. Botol kultur yang telah berisi larutan media
selanjutnya pada bagian mulut botol ditutup dengan plastik yang diikat dengan
karet pentil. Setelah itu botol kultur diletakkan pada keranjang untuk siap
disterilkan dalam autoclaf. Kemudian simpan media yang sudah steril di ruang
penyimpanan (ruang inkubasi) minimal selama 3 hari. Dengan demikian media
siap dipakai.
2.3.1.3 Sterilisasi Alat dan Media
Alat-alat dicuci bersih dengan sabun cuci kemudian dibilas dengan air kran
dan dikeringkan. Botol kultur yang sudah berisi media kemudian ditutup dengan
plastik yang diikat dengan karet pentil. Alat-alat seperti scalpel, pinset, gunting,
dan cawan petri dibungkus dengan kertas payung dan direkatkan dengan karet.
tujuan
tidak
terjadi
kontaminasi.
Plantlet
dikeluarkan
dengan
Selanjutnya ambil botol kultur berisi media yang baru atau disebut juga
media subkultur dan buka penutup botol kulturnya. Tepi bagian mulut botol kultur
yang baru yang sudah dibuka dilewatkan sebentar diatas api Bunsen. Plantlet
dapat ditanam pada media subkultur dengan jarak 2 cm. Plantlet yang sulit
dipisahkan dapat dipisahkan dengan scalpel dengan cara memotong plantlet yang
akan ditanam. Plantlet yang berwarna kekuningan atau yang kering dapat
dipisahkan dan dibuang. Satu botol kultur dapat berisi 7-10 plantlet. Setelah
penanaman selesai botol kultur bagian tepi mulutnya dilewatkan di atas api
Bunsen sebentar dan tutup dengan plastik perekat kemudian plastik yang diikat
dengan karet pentil. Langkah terakhir memberi label pada botol kultur dengan
menuliskan tanggal dilakukan subkultur dan nama yang melakukan subkultur.
Setelah selesai kultur dapat disimpan dalam ruang inkubasi.
2.3.1.6 Tahap pemeliharaan
Tahap pemeliharaan dilakukan dalam ruang khusus yang disebut ruang
inkubasi kultur. Ruangan ini dipergunakan untuk memelihara eksplan yang telah
ditanam pada medium secara aseptis yang dapat diatur suhu dan cahaya.
Lingkungan fisik yang perlu diperhatikan dalam ruang inkubasi adalah pengaturan
terhadap cahaya meliputi kualitas cahaya, intensitas cahaya dan lama penyinaran.
Dari segi kualitas cahaya, menggunakan cahaya putih (lampu neon/TL)
merupakan cahaya yang baik untuk pertumbuhan kultur. Intensitas cahaya yang
baik adalah antara 100-400 foot candel (1000 4000 lux). Sedangkan lama
2.3.2
Konvensional
lubang tersebut dan tutup kembali dengan tanah. Kemudian disiram dengan air
setiap hari pada pagi dan sore.
2.3.2.3 Stek Tanaman
Siapkan gunting tanaman dan tanaman yang akan distek, yaitu Codiaeum
variegatum. Potong batang/ranting yang sudah cukup kuat dengan panjang sekitar
10-15 cm. Stek tersebut mempunyai sedikitnya dua mata tunas (dua ruas).
Kemudian rendam batang yang sudah dipotong dengan larutan perangsang akar
(Rootone, Gardentech, Palatine, USA) selama 10 menit. Tancapkan batang ke
dalam polibag berdiameter 10 cm yang telah diisi tanah, padatkan dan tekan
tanah agar batang tidak goyang. Kemudian disiram dengan air setiap hari pada
pagi dan sore.
2.4.
Hasil Pengamatan
Pucuk
apikal dan
aksilar
Ficus
carica
Jumlah Botol
Steril
Persen
(%)
Steril
17 botol terjadi 0 %
kontaminasi
Kontaminan
Bakteri, Kapang
Pucuk apikal
Kapang
Bakteri
Pucuk aksilar
Coelogyne pandurata
Jumlah
Persen (%)
Botol
Steril
Steril
Kontaminan
Plantlet anggrek
13
Coelogyne
100 %
--
botol
pandurata
2.4.2
Konvensional
Gambar
Keterangan
1.
Hari pertama setelah penanaman, terjadi imbibisi.
Tiap polibag diisi 2 buah benih Capsicum
frutescens.
2.
Hari ketiga setelah penanaman, benih mulai
tumbuh . Muncul radikula pada sebagian benih.
Bakal batang dan bakal daun (epikotil) mulai
tampak lebih jelas.
3.
Hari kesepuluh setelah penanaman benih, terdapat
penambahan panjang batang 2-3 cm dan
penambahan jumlah daun.
Gambar
Keterangan
1.
Hari pertama setelah penanaman, tanaman
masih terlihat agak layu dan belum muncul
tunas baru.
2.
Hari kesepuluh setelah penanaman,
menunjukkan tanaman terlihat lebih segar
dan mulai adanya tunas aksilar baru yang
muncul pada bekas nodus daun.
BAB III
PENUTUP
3.1
Kesimpulan
Saran
Budidaya tanaman secara kultur jaringan sebaiknya menggunakan eksplan
dari tanaman induk hasil dari kultur sebelumnya. Budidaya tanaman secara
konvensional perlu dilakukan dengan teknik yang lain untuk menghasilkan
produksi bibit yang lebih banyak.