Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

KULTUR JARINGAN
Disusun untuk memenuhi tugas ujian mid semester mata kuliah Dasar-Dasar
Hortikultura

Oleh:
NAMA: FARIZ AL FATTAH
NIM: 18130072
JURUSAN: AGROTEKNOLOGI

PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS ABULYATAMA
2021
KATA PENGANTAR

“Assalamu’alaikum Wr. Wb.”

Alhamdulillah segala puji bagi Allah SWT, pada akhirnya makalah yang
penulis susun dalam rangka memenuhi tugas ujian mid semester mata kuliah Dasar-
Dasar Hortikultura yang berjudul “ Kultur Jaringan” telah dapat diselesaikan.

Tugas ini disusun dengan mengacu pada beberapa sumber bacaan dan akses
internet. Tulisan ini sebagian besar hanya kutipan-kutipan dari beberapa sumber
sebagaimana mestinya yang tercantum dalam daftar pustaka, dengan beberapa ulasan
pribadi seperti hanya analisis dan sintesis dari beberapa kutipan yang berasal dari
bahan bacaan.

Tulisan yang sangat sederhana ini tidak akan terselesaikan tanpa adanya peran
dan bantuaan serta masukan dari beberapa pihak. Oleh sebab itu, sudah semestinya
penulis ucapkan terima kasih yang tidak terhingga

Saya (penulis) menyadari berbagai kelemahan, kekurangan dan keterbatasan


yang ada, sehingga tetap terbuka kemungkinan terjadinya kekeliruan dan kekurangan
disana - sini dalam penulisan dan penyajian makalah ini. Oleh Karena itu, dengan
tangan terbuka, seraya kasih, saya (penulis) sangat mengharapkan kritik dan saran
yang konstruktif dari para pembaca dalam rangka penyempurnaan makalah ini.
Akhirnya, kepada Allah jualah saya (penulis) menyerahkan diri dan memohon taufik
hidayah-Nya, semoga paper ini bermanfaat bagi para pembaca. Ammin.

Aceh Besar, Juli 2021

i
DAFTAR ISI

Hal

KATA PENGANTAR ...................................................................................i


DAFTAR ISI ..................................................................................................ii

BAB I . Pendahuluan
1.1. Latar Belakang...............................................................................4
1.2. Rumusan Masalah .........................................................................5
1.3. Tujuan............................................................................................5

BAB II . Pembahasan
2.1. Pengertian Kultur Jaringan...........................................................6
2.2. Tipe Kultur Jaringan.....................................................................6
2.3. Laboratorium Kultur Jaringan......................................................7
2.4. Cara Kerja Kultur Jaringan...........................................................8
2.5. Perbedaan Perbanyakan Alami dengan Kultur Jaringan..............10
2.6. Kelebihan dan Kekurangan Kultur Jaringan...............................11
2.7. Kendala dan Masalah yang Dapat Terjadi dalam Kultur Jaringan
......................................................................................................11

BAB III . Penutup


3.1. Kesimpulan ..................................................................................13
3.2. Saran ............................................................................................13

DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 14

ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Perkembangan ilmu pertanian akhir-akhir ini sangat pesat dan sejajar dengan
bidang-bidang lainnya seperti telekomunikasi dan komputer. Dengan prinsip dasar
pemanfaatan sistem biologi pada level sel atau bagian-bagian sel untuk menghasilkan
produk yang diperlukan, maka muncullah cabang ilmu bilogi terapan yang disebut
kultur jaringan.

Kultur jaringan merupakan terjemahan dari Tissue culture. Tissue dalam


bahasa Indonesia adalah jaringan yaitu sekelompok sel yang mempunyai fungsi dan
bentuk yang sama. Sedangkan culture diterjemahkan sebagai kultur atau
pembudidayaan. Sehingga kultur jaringan diartikan sebagai budidaya jaringan atau
sel tanaman menjadi tanaman utuh yang kecil yang mempunyai sifat yang sama
dengan induknya (Harahap, 2011). Kultur Jaringan merupakan suatu metode untuk
mengisolasi bagian dari tumbuhan seperti protoplasma sel, jaringan atau organ yang
serba steril, ditumbuhkan pada media buatan yang steril dalam botol kultur yang steril
dan dalam kondisi yang aseptic, sehingga bagian-bagian tersebut dapat
memperbanyak diri dan beregenerasi menjadi tanaman yang lengkap. Beberapa
teknik dalam kultur jaringan menuntut syarat-syarat tertentu yang harus dipenuhi
dalam pelaksanaanya, dan syarat pokok kultur jaringan adalah laboratorium dengan
segala fasilitasnya berupa alat-alat kerja, sarana pendukung terciptanya kondisi
aseptic terkendali dan fasilitas dasar seperti air, listrik maupun bahan bakar.

Perbanyakan tanaman yang secara konvensional masih terbilang lambat.


Belum lagi jika tanaman yang ditanam terserang hama dan penyakit. Oleh sebab itu
dengan adanya kultur jaringan, perbanyakan masal tanaman yang biasanya sangat
lambat dengan metode konvensional dapat menjadi cepat atau dalam waktu yang
singkat dan jumlahnyapun yang besar, selain itu diperoleh tanaman yang bebas virus,

4
membantu pemulian tanaman untuk mempercepat pencapaian tujuan penelitian pada
tanaman yang biasa diperbanyak secara vegetatif.

1.2 . Rumusan masalah


1. Apa pengertian kultur jaringan?
2. Apa saja tipe-tipe kultur jaringan?
3. Apa saja alat dan bahan yang di gunakan untuk kultur jaringan?
4. Bagaimanakah cara kerja kultur jaringan?
5. Apa perbedaan perbanyakan alami dengan kultur jaringan?
6. Apa saja keuntungan dan kelebihan kultur jaringan?
7. Apa saja kendala dan masalah yang dapat terjadi dalam kultur jaringan?

1.3 .Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian kultur jaringan.
2. Untuk mengertahui tipe-tipe kultur jaringan.
3. Untuk mengetahui alat dan bahan yang di gunakan untuk kultur jaringan.
4. Untuk mengetahui cara kerja kultur jaringan.
5. Untuk mengetahui perbedaan perbanyakan alami dengan kultur jaringan.
6. Untuk mengetahui keuntungan dan kelebihan kultur jaringan.
7. Untuk mengetahui kendala dan masalah yang dapat terjadi dalam kultur
jaringan.

5
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Pengertian Kultur Jaringan

Street (1977) mengemukakan terminologi, Plant tissue culture is generally


used for the aseptic culture of cells, tissues, organs, and their components under
defined physical and chemical condition in vitro. Yang artinya kultur jaringan adalah
kultur aseptik dari sel, jaringan, organ, atau bagian lain yang kompeten untuk
dikulturkan dalam komposisi kimia tertentu dan keadaan lingkungan terkendali.

Kultur Jaringan merupakan suatu metode untuk mengisolasi bagian dari


tumbuhan seperti protoplasma sel, jaringan atau organ yang serba steril, ditumbuhkan
pada media buatan yang steril dalam botol kultur yang steril dan dalam kondisi yang
aseptic, sehingga bagian-bagian tersebut dapat memperbanyak diri dan beregenerasi
menjadi tanaman yang lengkap. Beberapa teknik dalam kultur jaringan menuntut
syarat-syarat tertentu yang harus dipenuhi dalam pelaksanaanya, dan syarat pokok
kultur jaringan adalah laboratorium dengan segala fasilitasnya berupa alat-alat kerja,
sarana pendukung terciptanya kondisi aseptic terkendali dan fasilitas dasar seperti air,
listrik maupun bahan bakar. Sehingga, kultur jaringan diartikan sebagai budidaya
jaringan atau sel tanaman menjadi tanaman utuh yang kecil yang mempunyai sifat
yang sama dengan induknya (Harahap, 2011).

2.2. Tipe kultur Jaringan

Menurut Suliansyah (2014), kultur jaringan tanaman terdiri atas berbagai tipe
berdasarkan penggunaannya. Yaitu:

1. Kultur Embrio
- Memperpendek siklus pemuliaan
- Menghindari inkompabilitas

6
2. Kultur Meristem
- Mengeliminasi pathogen.
- Mengkloning massal tanaman.
- Mengoleksi plasmanutfah
- Kriopreservasi (penyimpanan jangka panjang)

3. Kultur Kalus
- Mengkloning tanaman
- Menghasilkan varian-varian tanaman
- Mengeliminasi patogen
- Sumber protoplas
- Memproduksi metabolit sekunder

4. Kultur Anter
- Menghasilkan homozigot
- Menginduksi mutasi

5. Kultur Protoplas
- Hibridisasi somatik
- Transformasi

2.3. Laboratorium Kultur Jaringan

Laboratorium kultur jaringan menuntut aseptisitas yang sangat tinggi. Seluruh


tahapan/ prosedur teknik kultur jaringan juga harus dalam kondisi aseptic. Oleh
karena itu seluruh ruangan didalam laboratorium hendaknya dalam keadaan aseptik,
terutama ruangan kultur atau inkubasi harus dalam kondisi benar-benar aseptic. Pada
ruangan kultur seluruh tanaman hasil perbanyakan/ hasil perlakuan ditumbuhkan.

7
Laboratorium kultur jaringan sebaiknya dibangun pada daerah yang memiliki
udara bersih, jauh dari debu dan polutan lainnya, hal ini untuk meminimalisir
terjadinya kontaminasi. Oleh karena itu biasanya bangunan ini dibuat ditempat jauh
dari keramaian. Bangunan laboratorium sebaiknya memiliki pembagian ruangan yang
teratur sehingga setiap aktivitas yang berbeda dilakukan pada ruang yang berbeda,
tetapi seluruh ruangan harus saling berhubungan (Harahap, 2011).

Ruangan-ruangan pada laboratorium kultur jaringan menghendaki beberapa


ruangan standart, namun dalam kenyataannya selalu dilakukan modifikasih dan hal
ini sudah dilakukan oleh penulis dalam mendesain beberapa laboratorium kultur
jaringan. Dibawah ini adalah beberapa ruangan yang harus ada dalam sebuah
laboratorium kultur jaringan:

1. Ruangan Analisa
2. Ruangan Sterilisasi
3. Ruangan Preparasi
4. Ruangan Stok
5. Ruangan lsolasi/Transfer
6. Ruangan Kultur.

2.4. Cara Kerja Kultur Jaringan


 Pembuatan Media

Merupakan faktor penentu dalam perbanyakan dengan kultur jaringan.


Komposisi media yang digunakan tergantung dengan jenis tanaman yang akan
diperbanyak. Media yang digunakan biasanya terdiri dari garam mineral, vitamin,
dan hormon. Media yang sudah jadi ditempatkan pada tabung reaksi atau
botolbotol kaca. Media yang digunakan juga harus disterilkan dengan cara
memanaskannya dengan autoklaf pada suhu 121º C selama 45 menit.

8
 Sterilisasi eksplant Inisiasi kultur (Culture Estabilishment)

Sterilisasi eksplan merupakan bagian yang paling sulit dalam proses


produksi bibit melalui kultur jaringan. Sterilisasi biasanya dilakukan dalam
beberapa tahap. Pertama, eksplan dicuci dengan deterjen atau bahan pencuci lain,
selanjutnya direndamdalam bahan-bahan sterilan baik yang bersifat sistemik atau
desinfektan. Bahan-bahan yang biasa digunakan untuk sterilisasi antara lain
clorox, kaporit atau sublimat

 Penumbuhan eksplant dalam media cocok

Setelah disterilkan eksplan ditumbuhkan dalam media kultur. Media yang


banyak digunakan sampai saat ini adalah media MS. Untuk mengarahkan biakan
pada organogenesis yang diinginkan, ke dalam media ditambahkan zat pengatur
tumbuh.

 Multipliksi atau perbanyakan planlet

Proses penggandaan tanaman dimana tanaman dipotong-potong pada


bagian tertentu menjadi ukuran yang lebih kecil kemudian ditanam kembali ke
media agar yang telah disiapkan. Proses ini dilakukan secar berulang setiap
tanggal waktu tertentu. Pada setiap siklusnya tanaman dipotong dan menghasilkan
perbanyakan dengan tingkat RM (Rate of Multiplication) tertentu yang
berbedabeda untuk setiap tanaman.

 Pemanjangan tunas, induksi dan perkembangan akar.

Merupakan proses induksi (perangsangan) bagi sistem perakaran tanaman.


Hasil dari proses ini adalah tanaman dari kondisi sempurnah. Tahapan ini tidak
berlaku untuk semua jenis tanaman. Pengakaran adalah fase dimana planlet akan
menunjukkan adanya pertumbuhan akar yang mana biasanya hanya berupa
penambahan zat pemacu pertumbuhan dari golongan auxin. Dalam fase ini
biasanya tunas ditanam dalam media yang mengandung zat pengatur tumbuh

9
(IAA, IBA atau NAA). Perakaran umumnya dilakukan pada tahap akhir dalam
suatu periode perbanyakan kultur jaringan, yaitu apabila jumlah tunas in vitro
sudah tersedia sesuai dengan jumlah bibit yang akan diproduksi.

 Aklimatisasi planlet ke lingkungan luar

Aklimatisasi adalah proses penyesuaian planlet dari kondisi mikro dalam


botol (heterotrof) ke kondisi lingkungan luar (autotrof). Planlet yang dipelihara
dalam keadaan steril dalam lingkungan (suhu dan kelembaban) optimal, sangat
rentan terhadap lingkungan luar (lapang). Planlet yang tumbuh dalam kultur di
laboratorium memiliki karakteristik daun yang berbeda dengan planlet yang
tumbuh di lapang. Daun dari planlet pada umumnya memiliki stomata yang lebih
terbuka, jumlah stomata tiap satuan luas lebih banyak, dan sering tidak memiliki
lapisan lilin pada permukaannya. Dengan demikian, planlet sangat rentan
terhadap kelembaban rendah. Mengingat sifat-sifat tersebut, sebelum ditanam di
lapang, planlet memerlukan aklimatisasi. Aklimatisasi dapat dilakukan di rumah
kaca atau pesemaian, baik di rumah kaca atau pesemaian.

2.5. Perbedaan Perbanyakan Alami dengan Kultur Jaringan

Pada perbanyakan secara alami nutrisi diperoleh secara alami dari dalam
tanah,tanaman dapat membuat makanannya sendiri (autotrof), sumber tanaman harus
cukup umur,fotosintesis dengan bantuan matahari sehingga di pengaruhi oleh musim
sedangkan perbanyakan dengan kultur jaringan media terbuat dari nutrisi kimia,
tanaman tidak membuat makanannya sendiri, sumber tanaman sedikit, fotosintesis
dengan cahaya lampu, tidak dipengaruhi musim.

10
2.6. Kelebihan dan Kekurangan Kultur Jaringan

Kelebihan:

- Sifat identik dengan induknya;

- Perbanyakan dalam waktu singkat;

- Tidak perlu areal pembibitan yang luas;

- Tidak dipengaruhi oleh musim;

- Tanaman bebas jamur dan bakteri.

Kekurangannya:

- Bibit hasil kultur jaringan sangat rentan terhadap hama penyakit dan udara

luar;

- Bagi orang tertentu, cara kultur jaringan dinilai mahal dan sulit;
- Membutuhkan modal investasi awal yang tinggi untuk bangunan
(laboratorium khusus), peralatan dan perlengkapan;
- Diperlukan persiapan SDM yang handal untuk mengerjakan perbanyakan
kultur jaringan agar dapat memperoleh hasil yg memuaskan;
- Produk kultur jaringan pada akarnya kurang kokoh.

2.7. Kendala dan Masalah yang Dapat Terjadi dalam Kultur Jaringan

Teknik kultur jaringan sampai saat ini memang belum biasa dilaksanakan oleh
para petani, baru beberapa kalangan pengusaha swasta saja yang sudah mencoba
melaksanakannya, karena pelaksanaan teknik kultur jaringan tanaman memerlukan
keterampilan khusus dan harus dilatar belakangi dengan ilmu pengetahuan dasar
tentang fisiologi tumbuhan, anatomi tumbuhan, biologi, kimia dan pertanian. Dengan
demikian jelas akan amat sulit untuk diterima oleh kalangan petani biasa. Di samping
itu, pelaksanaan teknik kultur jaringan mutlak memerlukan laboratorium khusus,

11
walaupun dapat di usahakan secara sederhana (dalam ruang yang terbatas), namun
tetap memerlukan peralatan yang memadai. Kemungkinan lain petani akan merasa
enggan bekerja secara aseptik.

12
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Kultur jaringan merupakan suatu tehnik membiakkan sel atau jaringan ke
dalam media kultur, sehingga tumbuh, membelah, dan menghasilkan tumbuhan baru
dengan cepat dan memiliki sifat yang sama dengan induknya. Kultur jaringan
merupakan teknik perbanyakan tanaman dengan mengisolasi bagian tanaman seperti
daun, mata tunas, serta menumbuhkan bagian-bagian tersebut dalam media buatan
secara aseptic yang kaya nutrisi dan zat pengatur tumbuh dalam wadah tertutup yang
tembus cahaya sehingga bagian tanaman dapat memperbanyak diri dan beregenerasi
menjadi tanaman lengkap. Prinsip utama dari teknik kultur jaringan adalah
perbanyakan tanaman dengan menggunakan bagian vegetatif tanaman menggunakan
media buatan yang dilakukan di tempat steril. Tanaman yang dimanfaatkan dalam
kultur jaringan harus memiliki sifat Autonom, dan sifat Totipotensi.

3.2. Saran
Pelaksanaan kultur jaringan di Indonesia belum cukup banyak dilakukan. Saya
menyarankan kepada pemerintah, sebaiknya pemerintah ikut memperhatikan masalah
mengenai pertanian terutama dalam metode kultur jaringan yang seharusnya dapat
menghasilkan keberhasilan yang besar.

13
DAFTAR PUSTAKA

Harahap, F. 2011. Kultur Jaringan Tanaman. Universitas Negeri Medan Press:


Medan.
Suliansyah, I. 2014. Kultur Jaringan Tanaman. Universitas Syiah Kuala Press: Aceh.

14

Anda mungkin juga menyukai