Disusun Oleh:
Kelompok 2
(2305018007)
2023
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, dalam kesempatan yang
berbahagia ini penyusun masih diberikan kesempatan untuk menyelesaikan tugas
makalah filsafat dan bioetika.
Akhir kata, semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi siapa saja yang
membacanya. Penyusun menyadari di dalam makalah ini mungkin masih belum
sempurna, untuk itu saran dan kritik yang membangun dari pembaca akan kami
terima dengan senang hati.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR…........................................................................................ii
DAFTAR ISI..........................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................1
A. Latar Belakang............................................................................................1
B. Rumusan Masalah…....................................................................................2
C. Tujuan…......................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN.........................................................................................3
A. Pengertian Kultur Jaringan….....................................................................3
B. Sejarah Kultur Jaringan Tumbuhan….........................................................4
C. Dasar-Dasar Dari Sel Tanaman Dan Kultur Jaringan….............................6
D. Manfaat Dan Tujuan Kultur Jaringan Tumbuhan…...................................7
E. Pemanfaatan Kultur Jaringan Dalam Berbagai Bidang..............................9
F. Teknik Kultur Jaringan Tumbuhan…........................................................15
G. Contoh Tanaman Dengan Kultur Jaringan...............................................18
A. Kesimpulan…............................................................................................23
B. Saran…......................................................................................................24
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................25
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kemajuan teknologi menggiring kita pada kegiatan kehidupan yang lebih
lancar dan dipermudah. Teknologi telah masuk ke berbagai cabang bidang
ilmu. Salah satunya Bioteknologi yang didalamnya terdapat suatu metoda
untuk memperbanyak suatu tumbuhan dengan waktu yang relative singkat,
yang sering disebut dengan kultur jaringan.
Atas dasar teori dari Scheiden dan Schwann yang menyatakan bahwa tiap-
tiap sel mampu tumbuh menjadi tanaman baru, maka diperoleh kemampuan ini
yang disebut totipotensi dari sel. Dengan teori tersebut, banyak dikembangkan
tanaman baru yang berasal dari jaringan tumbuhan tertentu. Reproduksi
tanaman dengan menggunakan jaringan tertentu tersebut disebut dengan kultur
jaringan (tissue culture). Teknik ini dipopulerkan oleh Muer, Haberlant, dan
Riker pada tahun 1954.
Kultur jaringan telah banyak diterapkan dalam bidang pertanian dan
perkebunan dalam skala besar untuk mendapatkan bibit unggul dalam waktu
yang singkat. Kultur jaringan dilakuakan di dalam laboratorium dengan cara
menumbuhkan sel atau jaringan tumbuhan/hewan di dalam medium buatan.
Teknik ini mudah diterapakn pada tumbuhan daripada dengan hewan. Hal
tersebut dikarenakan sel tumbuhan memiliki sifat totipotensi yang tinggi
dibandingkan dengan sel hewan. Dalam kultur jaringan hanya diperlukan
sedikit bagian tumbuhan/hewan misalnya tunas, akar, atau daun. Bagian
tersebut dibagi- bagi lagi dan setiap bagian ditumbuhkan dalam medium
tertentu dan kondisi steril di laboratorium. Hasilnya nanti adalah organisme
dalam jumlah besar dan mempunyai sifat yang sama dengan induknya.
Melihat begitu banyak manfaat dari kutur jaringan ini, maka dapat
diaplikasikan pada kegiatan pembudidayaan berbagai tanaman. Sehingga
didapatkan tanaman yang banyak dalam waktu yang cepat dengan sifat yang
1
sama dengan induknya untuk dapat didistribusikan ke pelanggan sehingsga
menghasilkan pendapatan yang besar pula. Dalam makalah ini akan diuraikan
mengenai sejarah kultur jaringan dan manfaatnya serta beberapa tanaman yang
diperbanyak dengan kultur jaringan.
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan kultur jaringan?
2. Bagaimana sejarah kultur jaringan tumbuhan?
3. Apa dasar-dasar dari sel tanaman dan kultur jaringan?
4. Apa manfaat dan tujuan kultur jaringan tumbuhan?
5. Bagaimana pemanfaatan kultur jaringan dalam berbagai bidang?
6. Bagaimana teknik kultur jaringan tumbuhan?
7. Apa saja contoh tanaman dengan kultur jaringan?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui kultur jaringan?
2. Untuk mengetahui sejarah kultur jaringan tumbuhan?
3. Untuk mengetahui dasar-dasar dari sel tanaman dan kultur jaringan?
4. Untuk mengetahui manfaat dan tujuan kultur jaringan tumbuhan?
5. Untuk mengetahui pemanfaatan kultur jaringan dalam berbagai bidang?
6. Untuk mengetahui teknik kultur jaringan tumbuhan?
7. Untuk mengetahui contoh tanaman dengan kultur jaringan?
2
BAB II
PEMBAHASA
1. PEMBAHASAN EPISTOMOLOGI
3
Selain itu, kultur jaringan tanaman dianggap teknologi yang paling efisien
untuk perbaikan tanaman dengan produksi varian somaklonal dan
gametoclonal. Teknologi budidaya memiliki potensi besar untuk tanaman
menghasilkan kualitas unggul, isolasi varian berguna dalam beradaptasi dengan
baik genotipe menghasilkan tinggi dengan ketahanan terhadap penyakit dan
toleransi stres kapasitas yang lebih baik. Jenis tertentu kultur kalus
menimbulkan klon yang memiliki karakteristik diwariskan berbeda dari
tanaman induk karena kemungkinan terjadinya variabilitas somaklonal yang
mengarah ke pengembangan peningkatan varietas komersial penting. Produksi
komersial tanaman melalui teknik budidaya memiliki beberapa keunggulan
dibandingkan metode tradisional propagasi melalui benih, pemotongan,
penyambungan dan proses propagasi udara-layering dll. Hal ini cepat dan dapat
menyebabkan produksi tanaman bebas virus. Hasil yang lebih tinggi telah
diperoleh dengan mengkultur patogen plasma nutfah bebas in vitro. Kenaikan
yield hingga 150% dari kentang bebas virus diperoleh dalam kondisi
terkendala.
4
1902 - Haberlandt diusulkan konsep in vitro kultur sel
1904 - Hannig dibudidayakan embrio dari beberapa spesies silangan
1922 - Kolte dan Robbins akar berhasil berbudaya dan batang kiat masing-
masing
1926 - Pergi ditemukan pertama hormon pertumbuhan tanaman asam asetat
- Indole - 1934 - Putih diperkenalkan vitamin B sebagai suplemen
pertumbuhan media kultur jaringan untuk tomat ujung akar
1939 - Gautheret, Putih dan Nobecourt didirikan proliferasi tak berujung
kultur kalus
1941 - Overbeek adalah pertama untuk menambahkan santan untuk
pembelahan sel di Datura
1946 - Bola mengangkat seluruh tanaman dari Lupinus oleh budaya ujung
tunas
1954 - Muir adalah pertama untuk istirahat jaringan kalus ke dalam sel
tunggal
1955 - Skoog dan Miller menemukan kinetin sebagai hormon pembelahan sel
1957 - Skoog dan Miller memberikan konsep kontrol hormonal (auksin:
sitokinin) pembentukan organ
1959 - Reinert dan Steward regenerasi embrio dari rumpun kalus dan
suspensi sel wortel (Daucus carota)
1960 - Cocking adalah pertama yang protoplas isolat oleh degradasi
enzimatik dinding sel.
1960 - Bergmann suspensi sel disaring dan terisolasi sel tunggal dengan
pelapisan
1960 - Kanta dan Maheshwari uji mengembangkan teknik tabung pembuahan
1962 - Murashige dan Skoog dikembangkan media MS dengan konsentrasi
garam yang lebih tinggi
1964 - Guha dan Maheshwari diproduksi tanaman pertama haploid dari
serbuk sari dari Datura (Kultur antera)
5
1966 - Steward ditunjukkan totipotency oleh regenerasi tanaman wortel dari
sel tunggal tomat
1970 - Power et al. berhasil mencapai fusi protoplas
1971 - Takebe et al.regenerated tanaman pertama dari protoplas - 1972 -
Carlson diproduksi hibrida interspesifik pertama Nicotiana tabacum oleh
protoplasta fusi
1974 - Reinhardintroduced biotransformasi di kultur jaringan
1977 - Chilton et al. berhasil mengintegrasikan Ti plasmid DNA dari
Agrobacterium tumefaciens pada tanaman - 1978- Melchers et al. dilakukan
hibridisasi somatik dari tomat dan kentang mengakibatkan Pomato
1981- Larkin dan Scowcroft memperkenalkan variasi somaklonal jangka
1983 - Pelletier et al.conducted hibridisasi sitoplasma intergenerik di Lobak
dan Grape
1984 - Horsh et al. maju transgenik tembakau melalui transformasi dengan
Agrobacterium
1987 - Klien et al. Metode transfer gen Biolistic maju untuk transformasi
tanaman
2005 - Beras genome sequencing di bawah International Rice Genome
Sequencing Project
6
karbon dan beberapa agen pembentuk gel dalam kasus medium padat.
Murashige dan Skoog (media MS) ini paling banyak digunakan untuk
perbanyakan vegetatif dari banyak spesies tanaman in vitro. Media pH juga
penting dan mempengaruhi baik pertumbuhan tanaman dan aktivitas pengatur
tumbuh. Hal ini disesuaikan dengan nilai antara 5,4-5,8. Kedua media padat
dan cair dapat digunakan untuk pembiakan. Komposisi media, khususnya
hormon tanaman dan sumber nitrogen memiliki efek mendalam pada respon
dari eksplan awal.
Pengatur tumbuh (ZPT) memainkan peran penting dalam menentukan
jalur perkembangan sel-sel dan jaringan tanaman dalam media kultur. Aukins,
sitokinin dan giberelin yang paling sering digunakan zat pengatur tumbuh.
Jenis dan konsentrasi hormon yang digunakan tergantung terutama pada
spesies tanaman, jaringan atau organ budidaya dan tujuan dari percobaan.
Auksin dan sitokinin yang paling banyak digunakan pengatur tumbuh dalam
kultur jaringan tanaman dan jumlah mereka menentukan jenis budidaya yang
mapan atau regenerasi. Konsentrasi tinggi dari auksin umumnya memacu
pembentukan akar, sedangkan konsentrasi tinggi sitokinin mempromosikan
regenerasi tunas. Keseimbangan baik auksin dan sitokinin mengarah ke
perkembangan massa sel dibedakan dikenal sebagai kalus. Maksimum induksi
akar dan proliferasi ditemukan di Stevia rebaudiana, saat media ini dilengkapi
dengan 0,5 mg / l NAA. Sitokinin umumnya mempromosikan pembelahan sel
dan menginduksi pembentukan tunas dan tunas aksiler proliferasi. Sitokinin
tinggi rasio auksin mempromosikan proliferasi tunas sementara auksin tinggi
untuk hasil rasio sitokinin dalam pembentukan akar. Inisiasi tunas dan
proliferasi ditemukan maksimum, ketika kalus lada hitam dialihkan ke medium
dengan BA pada konsentrasi 0,5 mg / l. Giberelin digunakan untuk
pertumbuhan ditingkatkan dan untuk mempromosikan pemanjangan sel.
2. PEMBAHASAN ONTOLOGI
7
1. Kultur jaringan dapat memperbanyak tanaman dengan sifat seperti
induknya, pembiakan ini termausk pembiakan secara vegetative. Oleh
karena itu, individu yang baru terbentuk mempunyai sifat yang sama
dengan induknya.
2. Perbanyakan tanaman dengan teknik ini membuat tanbaman bebas dari
penyakit karen a dilakukan secara aseptic.
3. Penggunaan metode ini sangat ekonomis dan komersial karena bahan
tanaman awal yang diperlukan hanya sedikit atau satu bagian kecil yang
menghasilkan turunan dala jumlah besar, sehingga penyediaan bibit dalam
jumlah yang besar tidak memerlukan banyak tanaman induk.
8
c. Memerlukan aklimatisasi ke lingkungan luar karena tanaman hasil kultur
berukuran kecil dan bersifat antiseptic
9
2. Pelestarian Plasma Nutfah
Sel in vitro dan organ penawaran budidaya merupakan sumber
alternatif untuk konservasi genotipe terancam punah. Di seluruh dunia
konservasi plasma nutfah semakin menjadi suatu kegiatan penting karena
tingginya tingkat hilangnya spesies tanaman dan meningkatnya kebutuhan
untuk menjaga warisan floristik dari berbagai negara. Protokol kultur
jaringan dapat digunakan untuk pelestarian jaringan vegetatif ketika target
konservasi klon bukan bibit, untuk menjaga latar belakang genetik
tanaman dan untuk menghindari hilangnya warisan dilestarikan karena
bencana alam, stres biotik atau abiotic. Spesies tanaman yang tidak
menghasilkan biji (tanaman steril) atau yang memiliki 'bandel' benih yang
tidak dapat disimpan untuk jangka waktu yang panjang dapat berhasil
dipertahankan melalui teknik in vitro untuk pemeliharaan bank gen.
3. Kultur Embrio
Kultur embrio adalah jenis kultur jaringan tanaman yang
digunakan untuk menumbuhkan embrio dari biji dan ovula dalam media
nutrisi. Dalam kultur embrio, tanaman berkembang langsung dari embrio
atau tidak langsung melalui pembentukan kalus kemudian selanjutnya
pembentukan tunas dan akar. Teknik ini telah dikembangkan untuk
memecahkan dormansi benih, menguji vitalitas benih, produksi spesies
langka dan tanaman haploid. Ini adalah teknik yang efektif yang
digunakan untuk memperpendek siklus pemuliaan tanaman dengan
menumbuhkan embrio dipotong dan hasil dalam pengurangan masa
dormansi benih yang panjang. Hibrida intra-varietas dari tanaman energi
ekonomis penting “Jatropha” telah diproduksi berhasil dengan tujuan
spesifik memperbesar massa. Embriogenesis somatik dan regenerasi
tanaman telah dilakukan dalam budidaya embrio dari Jucara Palm untuk
kloning yang cepat dan peningkatan individu yang dipilih. Selain itu,
konservasi spesies yang terancam punah juga dapat dicapai dengan
berlatih teknik kultur embrio.
4. Transformasi Genetik
1
Transformasi genetik adalah aspek terbaru dari sel tanaman dan kultur
jaringan yang menyediakan rata-rata transfer gen dengan sifat yang
diinginkan ke dalam tanaman inang dan pemulihan tanaman transgenik.
Teknik ini memiliki potensi besar perbaikan genetik berbagai tanaman
dengan mengintegrasikan dalam bioteknologi tanaman dan pemuliaan
program. Ia memiliki peran yang menjanjikan untuk pengenalan ciri-ciri
agronomis penting seperti peningkatan hasil, kualitas yang lebih baik dan
ketahanan ditingkatkan untuk hama dan penyakit.
Transformasi genetik pada tanaman dapat dicapai baik dengan metode
vektor-dimediasi (transfer langsung gen) atau vektor kurang (transfer gen
langsung). Di antara vektor tergantung metode transfer gen, transformasi
genetik Agrobacterium-dimediasi yang paling banyak digunakan untuk
ekspresi gen asing dalam sel tanaman. Pengenalan sukses sifat agronomi
pada tanaman dicapai dengan menggunakan eksplan akar untuk
transformasi genetic.
Baru-baru ini tanaman transgenik sukses dari Jatropha diperoleh
dengan pengiriman DNA langsung untuk benih dewasa yang diturunkan
apeks menembak melalui metode penembakan partikel. Teknologi ini
memiliki dampak penting pada pengurangan zat-zat beracun dalam biji
sehingga mengatasi kendala pemanfaatan benih di berbagai sektor industri.
Regenerasi penyakit atau tanaman yang tahan virus sekarang dicapai
dengan menggunakan teknik transformasi genetik. Para peneliti berhasil
mengembangkan tanaman transgenik dari resisten terhadap virus kentang
Y (PVY) yang merupakan ancaman utama bagi tanaman kentang di
seluruh dunia. Selain itu, penanda tanaman transgenik bebas dari Petunia
hybrida yang diproduksi menggunakan multi-auto-transformasi (MAT)
sistem vektor. Tanaman dipamerkan tingkat tinggi resistensi terhadap
Botrytis cinerea, agen penyebab cetakan abu-abu.
5. Fusi
Hibridisasi somatik adalah alat penting dari pemuliaan tanaman dan
perbaikan tanaman dengan produksi hibrida interspesifik dan intergenerik.
1
Teknik ini melibatkan fusi protoplas dari dua genom yang berbeda diikuti
dengan pemilihan sel hibrida somatik yang diinginkan dan regenerasi
tanaman hibrida. Fusi protoplas menyediakan rata-rata efisien transfer gen
dengan sifat yang diinginkan dari satu spesies ke spesies lain dan memiliki
dampak pada peningkatan perbaikan tanaman. Hibrida somatik yang
dihasilkan oleh fusi protoplas dari beras dan parit buluh menggunakan
pengobatan Electrofusion untuk toleransi garam.
Fusi in vitro protoplas membuka cara mengembangkan tanaman
hibrida yang unik dengan mengatasi hambatan ketidakcocokan seksual.
Teknik ini telah diterapkan dalam industri hortikultura untuk membuat
hibrida baru dengan meningkatkan hasil buah dan ketahanan yang lebih
baik terhadap penyakit. Sukses tanaman hibrida yang layak diperoleh
ketika protoplas dari jeruk yang menyatu dengan spesies citrinae terkait
lainny. Potensi hibridisasi somatik pada tanaman penting yang terbaik
diilustrasikan oleh produksi tanaman hibrida intergenerik antara anggota
Brassicaceae. Untuk mengatasi masalah kehilangan kromosom dan
menurun kapasitas regenerasi, protokol sukses telah ditetapkan untuk
produksi tanaman hibrida somatik dengan menggunakan dua jenis
protoplas gandum sebagai penerima dan protoplas dari Haynaldia villosa
sebagai donor fusi. Hal ini juga digunakan sebagai sumber gen penting
untuk perbaikan gandum.
6. Produksi Haploid
Teknik-teknik kultur jaringan memungkinkan untuk menghasilkan
tanaman homozigot dalam periode waktu yang relatif singkat melalui
protoplas itu, antera dan budidaya mikrospora bukan pemuliaan
konvensional.
Haploids adalah tanaman steril memiliki satu set kromosom yang
diubah menjadi diploid homozigot oleh spontan atau diinduksi
penggandaan kromosom. Penggandaan kromosom mengembalikan
kesuburan tanaman menghasilkan produksi haploids ganda dengan potensi
untuk menjadi murni berkembang biak kultivar baru. Teknologi haploidy
kini telah menjadi bagian integral dari program pemuliaan tanaman
1
dengan mempercepat
1
produksi galur inbrida dan mengatasi kendala dormansi benih dan embrio
yang tidak layak. Teknik ini memiliki penggunaan yang luar biasa dalam
transformasi genetik dengan produksi tanaman haploid dengan resistensi
diinduksi untuk berbagai cekaman biotik dan abiotik.
7. Kultur Jaringan dalam Obat-obatan
Dalam mencari alternatif untuk produksi senyawa obat dari tanaman,
pendekatan bioteknologi, khususnya kultur jaringan, yang ditemukan
memiliki potensi sebagai suplemen untuk pertanian tradisional dalam
produksi industri metabolit tanaman bioaktif. Eksplorasi kemampuan
biosintesis dari berbagai kultur sel telah dilakukan oleh sekelompok
ilmuwan tanaman dan mikrobiologi di beberapa negara selama dekade
terakhir.
Kultur suspensi sel: sistem kultur suspensi sel yang digunakan
sekarang untuk kultur skala besar sel tanaman metabolit sekunder dapat
diekstraksi. Sebuah kultur suspensi dikembangkan dengan mentransfer
bagian yang relatif gembur kalus ke media cair dan dipertahankan dalam
kondisi yang sesuai dari aerasi, agitasi, cahaya, suhu dan parameter fisik
lainnya. Kultur sel tidak bisa hanya yield didefinisikan phytochemical
standar dalam volume besar tetapi juga menghilangkan keberadaan
campur senyawa yang terjadi di bidang-tumbuh tanaman. Keuntungan dari
metode ini adalah bahwa hal itu pada akhirnya dapat memberikan, sumber
yang dapat dipercaya terus menerus produk alami. Keuntungan utama dari
kultur sel termasuk sintesis metabolit sekunder bioaktif, berjalan di
lingkungan yang terkendali, independen dari kondisi iklim dan tanah.
Kemajuan di bidang kultur sel untuk produksi senyawa obat telah
memungkinkan produksi berbagai obat-obatan seperti alkaloid, terpenoid,
steroid, saponin, fenolat, flavonoid dan asam amino. Beberapa sekarang
ini tersedia secara komersial di pasar misalnya shikonin dan paclitaxel
(Taxol). Sampai saat ini 20 protein rekombinan yang berbeda telah
diproduksi dalam kultur sel, termasuk antibodi, enzim, vaksin yang dapat
dimakan, faktor pertumbuhan dan sitokin. Kemajuan dalam scale up
pendekatan dan teknik imobilisasi
1
berkontribusi banyak peningkatan dalam jumlah aplikasi dari kultur sel
tanaman untuk produksi senyawa dengan nilai tambah tinggi. Beberapa
produk tanaman sekunder yang diperoleh dari kultur suspensi sel berbagai
tanaman diberikan dalam Tabel 1.
1
menyebabkan penyakit akar berbulu pada tanaman. The neoplastik
(kanker) akar yang dihasilkan oleh infeksi A. rhizogenes yang ditandai
dengan tingginya tingkat pertumbuhan, stabilitas genetik dan pertumbuhan
di media yang bebas hormone. Stabilitas tinggi dan fitur produktivitas
memungkinkan eksploitasi akar rambut sebagai alat bioteknologi yang
berharga untuk produksi tanaman metabolit sekunder. Kultur akar
transformasi genetik ini dapat menghasilkan tingkat metabolit sekunder
sebanding dengan tanaman utuh. Teknologi rambut akar telah sangat
ditingkatkan dengan peningkatan pengetahuan tentang mekanisme
molekuler yang mendasari perkembangan mereka. Mengoptimalkan
komposisi nutrisi bagi budidaya rambut akar sangat penting untuk
mendapatkan produksi yang tinggi dari metabolit sekunder. Beberapa
produk tanaman sekunder yang diperoleh dari budaya akar rambut dari
berbagai tanaman ditunjukkan pada Tabel 2.
1
F. Teknik kultur jaringan tumbuhan
1. Budidaya
Mikropropagasi dimulai dengan pemilihan jaringan tanaman (eksplan) dari,
pohon induk yang kuat dan sehat. Bagian dari tanaman (daun, meristem
apikal, tunas dan akar) dapat digunakan sebagai eksplan.
a. Tahap 0: Persiapan tanaman donor
Setiap jaringan tanaman dapat diperkenalkan in vitro. Untuk
meningkatkan probabilitas keberhasilan, pohon induk harus ex vitro
dibudidayakan di bawah kondisi yang optimal untuk meminimalkan
kontaminasi dalam kultur in vitro.
b. Tahap I: Tahap Inisiasi
Dalam tahap ini permukaan eksplan disterilkan dan ditransfer ke media
nutrisi. Umumnya, aplikasi gabungan dari produk bakterisida dan
fungisida disarankan. Pemilihan produk tergantung pada jenis eksplan
yang akan diperkenalkan. Sterilisasi permukaan eksplan dalam larutan
kimia merupakan langkah penting untuk menghilangkan kontaminan
dengan kerusakan minimal untuk sel tanaman. Desinfektan yang paling
umum digunakan adalah natrium hipoklorit, kalsium hipoklorit, etanol
dan merkuri klorida (HgCl2). Budidaya diinkubasi di ruang
pertumbuhan baik di bawah kondisi cahaya atau gelap menurut metode
propagasi.
c. Tahap II: Tahap Perbanyakan
Tujuan dari fase ini adalah untuk meningkatkan jumlah propagul.
Jumlah propagul dikalikan dengan subkultur diulang sampai yang
diinginkan (atau direncanakan) jumlah tanaman dicapai.
d. Tahap III: Tahap Rooting
Tahap perakaran dapat terjadi secara bersamaan dalam media kultur
yang sama digunakan untuk perbanyakan eksplan. Namun, dalam
beberapa kasus perlu untuk mengubah media, termasuk modifikasi gizi
dan komposisi zat pengatur tumbuh untuk menginduksi perakaran dan
perkembangan pertumbuhan akar yang kuat.
e. Tahap IV: Tahap Aklimatisasi
1
Pada tahap ini, tanaman in vitro disapih dan mengeras. Pengerasan
dilakukan secara bertahap dari tinggi ke kelembaban rendah dan dari
intensitas cahaya rendah ke intensitas cahaya yang tinggi. Tanaman ini
kemudian ditransfer ke substrat yang sesuai (pasir, gambut, kompos dll)
dan secara bertahap mengeras di dalam rumah kaca.
Selain tahapan budidaya tersebut, cara pengembangbiakan tanaman
dengan kultur jaringan secara sederhana dapat dilakukan dengan cara
berikut.
1. Menyiapkan media tumbuh/persemaian jaringan berbentuk alas
makanan yang terbuat dari bahan agar-agar atau buah pisang,
pembuatannya dengan cara berikut:
a. Pisang ambon yang telah dimasak diblender hingga lumat, kemudian
dicampur dengan vacin and went yang terdiri atas komposisi:
Tricalcium phosfat (0,20 g), potassium phospat (0,525 g),
monopotasium phospat (0,25 g), magnesium phospat (0,25 g),
ammonium sulfat (0,50 g), ferri tartrat (0,028 g),mangan sulfat
(0,075 g), gula (20 g), agar-agar (8 g), air (850 cc), dan air kelapa
(150 g). Untuk media cair ditambahkan akuades, sedangkan media
padat dicampur dengan agar-agar.
b. Media tersebut disiapkan dalam keadaan steril dengan menggunakan
mesin autoklaf dan diletakkan dalam botol/cawan petri sebagai
tempat menaburkan eksplan steril yang telah disiapkan sebagai
persemaian.
2. Menyiapkan jaringan/eksplan yaitu ujung tunas muda seperti ujung akar
atau ujung batang dipotong-potong dengan menggunakan pisau yang
steril sebesar 1-1,5 mm, kemudian potongan tersebut disterilkan dengan
hipoklorit 5% kemudian dibilas dengan aquades steril.
3. Eksplan tersebut ditanam pada media persemaian yaitu media cair yang
telah disiapkan, kemudian diletakkan di meja pengocok (shaker) yang
selalu bergoyang, dilakukan selama 6 jam sehari selama1,5-2 bulan
1
dengan tujuan agar proses penyerapamn zat dan penyebaran makanan
merata, menjamin pertukaran udara yang lebih cepat.
4. Setelah 2 bulan maka akan tumbuh tonjolan (kalus). Kalus ini kemudian
dipindahakn ke media padat agar tumbuh menjadi tumbuhan kecil
(planlet). Kemudian disimpan di tempat yang suhu, kelembapan, dan
cahayanya dapat diatur sesuai dengan kebutuhannya.
3.PEMBAHASAN AKSIOLOGI
1
Maksimum proliferasi kalus diperoleh ketika media itu dilengkapi dengan
0,5 mg / l BA. hijau segar dan kalus non gembur diperoleh. Untuk
regenerasi tunas dan perpanjangan, kalus dipindahkan ke media MS
dengan BAP dan GA3 pada konsentrasi yang berbeda. Maksimum
menembak pemanjangan diperoleh pada medium dengan 1,0 mg / l GA3.
Tunas yang diregenerasi menunjukkan perkembangan akar kelebihan
ketika dipindahkan ke medium ditambahkan dengan 2,0 mg / l IBA.
pekerjaan penelitian lebih lanjut akan fokus pada komposisi media pot
yang berbeda paling cocok untuk aklimatisasi tanaman regenerasi. Sebagai
tanaman bernilai tinggi, produksi massal anggrek akan memberikan
kesempatan yang baik dari pemasaran lokal sebagai sumber pendapatan.
2
In vitro perbanyakan klonal Stevia rebaudiana dilakukan oleh
inokulasi bibit pada media MS dan menempatkan di bawah penyinaran
dari 16 jam cahaya dan 8 jam gelap di ruang pertumbuhan. Bibit dengan
empat node telah dibagi menjadi potongan-potongan 0,5 cm dari segmen
nodal dan digunakan sebagai eksplan. Untuk multiplikasi tunas, eksplan
nodal diinokulasi pada media MS dengan 3,0% sukrosa dan 0,5, 1,0, 2,0,
3,0 dan 4,0 mg / l BAP dan Kn (Kinetin) sendiri atau dalam kombinasi
dengan 0,25 dan 0,5 mg / l IAA . MS medium yang mengandung 2,0 mg /
l BAP menunjukkan respon terbaik untuk pembentukan tunas ganda,
sedangkan panjang tunas tertinggi (3,73 ± 0,14 cm) per tunas mikro
diamati pada media MS yang mengandung 2.0 Kn dan 0,25 mg / l IAA
setelah 15 hari inokulasi seperti yang ditunjukkan pada Gambar 5 a, b, c.
Dipotong tunas mikro dikultur pada media MS dengan 0,25, 0,5, 1,0 dan
1,5 mg / l NAA dan IBA secara terpisah untuk induksi akar. Perakaran
yang optimal (81%) diamati pada media MS tissue berbudaya Stevia
mengandung 0,5 mg / l NAA dengan 2% sukrosa dalam waktu dua minggu
transfer budaya. planlet yang berakar berhasil diaklimatisasi dan
dipindahkan ke rumah kaca di bawah intensitas cahaya rendah. Protokol
ini untuk in vitro klonal propagasi dari Stevia rebaudiana telah
dioptimalkan untuk lingkungan setempat, sebagai konsekuensinya akan
sangat membantu untuk membangun dan menumbuhkan Stevia rebaudiana
untuk produksi skala komersial dalam berbagai kondisi lingkungan di
Pakistan.
4. Perkalian dan regenerasi Kentang (Solanum tuberosum L.) dari eksplan
nodal
Tuberosum solanum L. (kentang) adalah yang paling tanaman sayuran
penting yang menempati area utama di bawah budidaya di Pakistan.
Tanaman yang tinggi menghasilkan, memiliki nilai gizi yang tinggi dan
memberikan hasil yang maksimal kepada petani. kultur jaringan digunakan
sebagai teknik untuk perkalian cepat dari tanaman kentang bebas dari
penyakit. Penelitian ini dilakukan dengan tujuan perkalian massa benar-
mengetikkan tiga varietas kentang yaitu Desiree, Diamant dan Kardinal.
2
Bahan tanaman untuk penelitian ini disediakan oleh Four Brothers Agri
Layanan Pakistan. Perusahaan yang bekerja untuk pengenalan sayur &
tanaman varietas unggul di Pakistan.
Penyakit umbi kentang bebas dicuci baik dengan deterjen dan air
suling untuk kotoran menghapus dan dibiarkan sprouting. Lima hari
kecambah berumur digunakan sebagai eksplan untuk proliferasi langsung.
Eksplan yang permukaan disterilkan dalam deterjen selama 10 menit,
kemudian dengan 0,1% larutan klorida merkuri selama 5 menit diikuti
dengan tiga kali pencucian dengan air steril-suling. Kecambah yang
aseptik dipotong menjadi 10 bagian mm yang berisi satu simpul dan
diinokulasi dalam media. The Espinosa menengah ditambah vitamin B5
dilengkapi dengan konsentrasi yang berbeda dari BAP dan GA3 sendirian
dan dalam kombinasi dipergunakan. panjang tunas tertinggi tunas diamati
di hadapan 0,5 mg / l BAP dan 0,4 mg / l GA3 dengan kemampuan untuk
menghasilkan planlet maksimum per eksplan. Untuk induksi akar media
yang sama digunakan dengan konsentrasi yang berbeda NAA dan IBA.
NAA pada 2,0 mg / l menginduksi perkembangan akar tertinggi. planlet
yang berakar berhasil diaklimatisasi dan dikirim ke perusahaan untuk
budidaya.
5. Kultur Jaringan Jarak Pagar (Jatropha curcas L.)
Studi penelitian tentang Kultur Jaringan Jatropha (fisik mur)
memiliki tujuan untuk mengembangkan protokol untuk perbanyakan
massal pohon elit yang dipilih pada basis produksi benih yang lebih tinggi
dan kandungan minyak. Pabrik eksperimental dari jarak pagar
ditumbuhkan di laboratorium dalam kondisi yang terkendali untuk studi in
vitro. Daun dan eksplan meristem apikal diisolasi dari 7 hari bibit lama
jarak pagar, yang digunakan untuk menginduksi kalus. Murashige &
Skoog (1962) medium dengan berbagai formulasi pengatur tumbuh
termasuk 2,4-D dan IBA digunakan. pertumbuhan yang sangat baik dari
kalus pada eksplan daun diperoleh pada medium dengan 1,0 mg / L 2, 4-D.
Kalus yang dihasilkan dari eksplan daun di semua konsentrasi IBA
tumbuh lebih cepat selama 7- 30 hari budaya dan kemudian stabil pada
2
tingkat pertumbuhan yang lambat.
2
Sementara 1,0 mg / L 2,4-D terbukti paling efektif dalam mendorong kalus
pada skala besar di waktu singkat. Kalus lembut, rapuh dan berwarna
putih. Meristem apikal digunakan sebagai eksplan untuk regenerasi tunas
langsung. Rooting dari meristem secara efektif dicapai pada MS ditambah
dengan 1,5, 2,0 dan 2,5 mg / l IBA. Induksi akar dengan 2,0 mg / l IBA
paling efektif dan akar juga mengembangkan akar sekunder. Dalam waktu
dekat embriogenesis somatik dan regenerasi tunas dari kalus akan diuji
dalam media MS dengan berbagai konsentrasi BA. tanaman regenerasi
akan diaklimatisasi dan dirilis untuk penanaman bidang di bawah berbagai
tanah iklim dan kondisi untuk studi lebih lanjut.
2
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
2
dimakan. Ada banyak Ditanam berguna berasal zat-zat yang dapat
diproduksi dalam kultur jaringan.
B. Saran
Banyaknya manfaat dari kultur jaringan ini akan membantu mengefisien
dan mengefektifkan kegiatan bisnis tanaman seperti bunga anggrek yang
banyak diminati orang. Dengan kultur jaringan, maka akan mempermudah
perbanyakan angrek sehingga akan memenuhi permintaan pelanggan yang
banyak. Oleh karena itu, sebagai seorang mahasiswa, baiknya kita dapat
mengetahui peluang ini supaya dapat dijadikan penghasilan yang juga
bermanfaat jika kita melakukan teknik ini pada tanamn yang terancam punah
untuk membantu melestarikan keanekaragaman hayati di Indonesia.
2
DAFTAR PUSTAKA
Altaf Hussain, Iqbal Ahmed Qarshi, Hummera Nazir dan Ikram Ullah. Kultur
Jaringan Tanaman: Status saat ini dan Peluang.
http://www.extension.umd/ghic/topic/care-phalaenopsis-orchids-moth-orchid
https://biologinois.blogspot.com/2018/05/kelebihan-dan-kekurangan-kultur-
jaringan-pada-tumbuhan-beserta-pengertian.html
Kistinah, Idun dan Endang Sri Lestari. 2009. Biologi. Bandung: Pusat Perbukuan
Departemen Pendidikan Nasional.
Putra, V.H. 2009. Budidaya Dan Prospek Pemasaran Anggrek Bulan Lokal
(Phalaenopsis amabilis) Di Kebun Anggrek Widorokandang Yogyakarta.
Universitas Sebelas Maret Surakarta