( KULTUR JARINGAN )
DI SUSUN OLEH
KELOMPOK 3
NAMA :
1. KARIN AWALUDIN
2. EKA APRIANI WALLY
3. NAURA ATSILVIA LATARISSA
4. LA ARGA
5. HIKMAL HAFIS
Puji Syukur kami ucapkan kepada Allah SWT yang telah memberikan kami nikmat
Iman, kesehatan, serta keselamatan sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah dari
mata kuliah Bioteknologi yang berjudul “Kultur Jaringan Tumbuhan”.
Makalah ini berisi 3 bab yakni bab 1 berupa pendahuluan yang merupakan uraian
gambaran umum dari kultur jaringan. Bab 2 berupa pembahasan dari kultur jaringan berupa
sejarah kultur jaringan, pengertian kultur jaringan, media serta alat yang digunakan dalam
kultur jaringan dan aplikasi kultur jaringan tumbuhan. Dan bab 3 berupa kesimpulan yang
berupa ringkasan dari pembahasan.
Harapan kami semoga makalah ini membantu menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi para pembaca, sehingga saya dapat memperbaiki bentuk maupun isi
makalah ini sehingga kedepannya dapat lebih baik. saya menyadari bahwa makalah ini masih
jauh dari sempurna, oleh karena itu kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat
membangun selalu diharapkan demi kesempurnaan makalah ini.
Akhir kata, kami sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah berperan
serta dalam penyusunan
Penulis
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR ii
DAFTAR ISI iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang 1
B. Rumusan Masalah 1
C. Tujuan 2
BAB II PEMBAHASAN
A. Kesimpulan 47
DAFTAR PUSTAKA
49
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Penyediaan bibit merupakan salah satu hal penting pada bidang pertanian.
Bibit yang berkualitas baik merupakan salah satu faktor yang menentukan
keberhasilan dalam pengembangan pertanian di masa mendatang. Salah satu
teknologi yang telah terbukti berhasiladalah melalui teknik kultur jaringan.
Melalui kultur jaringan tanaman dapat diperbanyak setiap waktu sesuai
kebutuhan karena faktor perbanyakannya yang tinggi. Bibit dari varietas unggul
yang jumlahnya sangat sedikit dapat segera dikembangkan melalui kultur
jaringan. Pada tanaman perbanyakan melalui kultur jaringan, bila berhasil dapat
lebih menguntungkan karena sifatnya akan sama dengan induknya (seragam) dan
dalam waktu yang singkat bibit dapat diproduksi dalam jumlah banyak dan bebas
penyakit.
Kultur jaringan adalah memelihara danmenumbuhkan sel tanaman (kalus,
protoplas) dan organ tanaman (embrio, tunas, bunga,dan sebagainya) atau jaringan
tanaman (sel, kalus, protoplast) pada kondisi aseptik atau in vitro.Tanaman bisa
melakukan kultur jaringan jika memiliki sifat totipotensi, yaitu kemampuan sel
untuk beregenerasi menjadi tanaman lengkap kembali.
B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa pengertian kultur jaringan?
2. Apa saja manfaat kultur jaringan?
3. Bagaimana teknik dalam kultur jaringan?
4. Bagaimana tahapan dalam kultur jaringan?
5. Bagaimana perkembangan kultur jaringan di Indonesia?
C. TUJUAN
1. Menjelaskan pengertian kultur jaringan
2. Menjelaskan manfaat kultur jaringan
3. Menjelaskan teknik dalam kultur jaringan
4. Menjelaskan tahapan dalam kultur jaringan
5. Menjelaskan perkembangan kultur jaringan di Indonesia
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Kultur Jaringan
5. Kultur endosperm
Kultur ini diharapkan menghasilkan tanaman triploid. Pada kultur ini, yang
pertama kali dilakukan adalah menginduksi endosperm agar terbentuk kalus,
selanjutnya diusahakan agar terjadi diferensiasi, yaitu memacu terjadinya tunas dan
akar.
1. Pembuatan Media
Komposisi media yang digunakan tergantung dengan jenis tanaman yang akan
dibiakkan. Media yang digunakan biasanya terdiri dari garam mineral, vitamin, dan
hormon. Selain itu, diperlukan juga bahan tambahan seperti agar, gula, dan lain-lain.
Zat pengatur tumbuh (hormon) yang ditambahkan juga bervariasi, baik jenisnya
maupun jumlahnya, tergantung dengan tujuan dari kultur jaringan yang dilakukan.
Media yang sudah jadi ditempatkan pada tabung reaksi atau botol-botol kaca. Media
yang digunakan juga harus disterilkan dengan cara memanaskannya dengan autoklaf
pada suhu 121º C selama 45 menit.
Perkembangan kalus dikendalikan oleh hormon yang ditambahkan kedalam
medium, khususnya auksin dan sitokinin. Perubahan kadar hormon dapat
mempengaruhi kalus apakah akan membentuk tunas atau akar. Salah atu auksin yang
berguna dalam pembentukan dan merangsang produksi kalus adalah 2,4-
diklorofenoksiasetikasid(2,4-D) yang merupakan zat pengatur tumbuh sintetik.
Media Tumbuh dapat digolongkan menjadi 2 yaitu media padat dan media
cair. Media padat pada umumnya berupa padatan gel,seperti agar. Media cair adalah
nutrisi yang dilarutkan di air. Media cair dapat bersifat tenang atau kondisi selalu
bergerak, tergantung kebutuhan.
2. Inisiasi
Inisiasi adalah pengambilan eksplan/inokulum dari bagian tanaman yang akan
dikulturkan. Bahan tanaman yang responsif dan dapat diperbanyak secara kultur in
vitro adalah bagian tanaman yang masih muda. Daya tumbuh tunas muda akan hilang
secara fisik apabila jarak antara ujung tunas dan akar semakin jauh karena
pertumbuhan. Tunas yang muncul pada bagian tanaman maupun yang muncul setalah
pemangkasan dapat digunakan sebagai bahan kultur(Sukmadjaja,2003:3).
3. Sterilisasi
Sterilisasi biasanya dilakukan dalam beberapa tahap. Pertama eksplan dicuci
dengan deterjen atau bahan pencuci lain, selanjutnya direndam dalam bahan-bahan
sterilan baik yang bersifat sistemik atau desinfektan. Bahan-bahan yang biasa
digunakan untuk sterilisasi antara lain clorox, kaporit atau sublimat. Sebagai contoh,
sterilisasi eksplan tanaman dapat dilakukan sebagai berikut:
a. Tunas yang akan digunakan sebagai eksplan dicuci dengan deterjen sampai betul-
betul bersih.
b. Tunas diambil dan direndam berturut-turut dalam benlate (0,5%) selama 5 menit,
alkohol (70%) selama 5 menit, clorox (20%) selama 20 menit, dan HgCl2 (0,2%)
selama 5 menit.
c. Eksplan dibilas dengan aquades steril (3-5 kali) sampai larutan bahan kimia hilang.
Apabila kontaminan tetap ada maka konsentrasi dan lamanya perendaman sterilan
dapat ditingkatkan.
Bahan yang digunakan serta metode sterilisasi biasanya berbeda untuk setiap
bahan tanaman, sehingga bahan dan cara tersebut belum tentu berhasil apabila
diaplikasikan pada bahan yang berbeda serta waktu yang berlainan. Dengan demikian,
setiap pekerjaan kultur jaringan, cara sterilisasi eksplan harus dicoba beberapa kali.
4. Multiplikasi
Memperbanyak calon tanaman dengan menanam eksplan pada media. Pada
beberapa spesies, eksplan mungkin akan membentuk akar pada tahap awal
pertumbuhan di media yang sederhana. Spesies lain menghasilkan banyak tunas tanpa
perlakuan khusus. Dalam hal ini, kebutuhan akan media yang lebih kompleks
tergantung pada tingkat multiplikasi yang diperoleh atau diperlukan(Henuhili,2013:5)
Weier et al. (1974) dalam Abidin (1990) mengemukakan bahwa dalam
perbandingan sitokinin lebih besar dibandingkan dengan auksin, akan
memperlihatkan stimulasi pertumbuhan tunas dan daun, sebaliknya apabila sitokinin
lebih rendah dari auksin, akan mengakibatkan stimulasi pada pertumbuhan akar.
Sedangkan apabila perbandingan sitokinin dan auksin berimbang, maka pertumbuhan
tunas, daun dan akar akan berimbang pula. Tetapi bila konsentrasi sitokinin sedang
dan konsentrasi auksin lebih rendah maka akan membentuk kalus.
5. Pengakaran
Eksplan akan menunjukan pertumbuhan akar yang menandai proses kultur
jaringan berjalan baik. Persiapan planlet untuk ditanam di tanah, perakaran planlet
harus cukup mendukung. Jika banyak tunas sudah dihasilkan, tahap selanjutnya
adalah inisiasi akar in vitro. Cara mudah dan praktis adalah dengan mengakarkan stek
mikro di luar kultur, terutama untuk spesies – spesies yang mudah berakar.
Kelembaban tinggi diperlukan untuk menghindari kekeringan tunas baru yang masih
lunak. Eksplan yang terkontaminasi bakteri/jamur akan menunjukan gejala berwarna
putih atau biru(disebabkan jamur) atau busuk(disebabkan bakteri) (Henuhili,2013:6).
6. Aklimatisasi
Penanaman di tanah pada kondisi taraf penyesuaian dengan lingkungan yang
baru. Stek mikro, atau tanaman yang sudah berakar, selanjutnya ditransfer ke tanah,
akan mengalami perubahan lingkungan yang dapat menyebabkan stress pada
tanaman. Ini seringkali merupakan tahap kritis dalam keseluruhan kegiatan kultur
jaringan.
Lingkungan kultur in vitro meliputi kelembaban yang tinggi, bebas pathogen,
suplai hara yang optimal, intensitas cahaya rendah dan suplai sukrosa dan media cair
atau gel. Tanaman yang dihasilkan dengan kultur in vitro beradaptasi pada kondisi
tersebut. Ketika terkespos pada lingkungan luar, tanaman kecil ini harus dapat
beradaptasi pada lingkungan yang baru. Jika transisinya terlalu keras, tanaman akan
mati.
PENUTUP
A. Kesimpulan
DAFTAR PUSTAKA