Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH IPA

( KULTUR JARINGAN )

DI SUSUN OLEH
KELOMPOK 3
NAMA :

1. KARIN AWALUDIN
2. EKA APRIANI WALLY
3. NAURA ATSILVIA LATARISSA
4. LA ARGA
5. HIKMAL HAFIS

MTS NEGERI 7 MALUKU TENGAH


KATA PENGANTAR

Puji Syukur kami ucapkan kepada Allah SWT yang telah memberikan kami nikmat
Iman, kesehatan, serta keselamatan sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah dari
mata kuliah Bioteknologi yang berjudul “Kultur Jaringan Tumbuhan”.
Makalah ini berisi 3 bab yakni bab 1 berupa pendahuluan yang merupakan uraian
gambaran umum dari kultur jaringan. Bab 2 berupa pembahasan dari kultur jaringan berupa
sejarah kultur jaringan, pengertian kultur jaringan, media serta alat yang digunakan dalam
kultur jaringan dan aplikasi kultur jaringan tumbuhan. Dan bab 3 berupa kesimpulan yang
berupa ringkasan dari pembahasan.
Harapan kami semoga makalah ini membantu menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi para pembaca, sehingga saya dapat memperbaiki bentuk maupun isi
makalah ini sehingga kedepannya dapat lebih baik. saya menyadari bahwa makalah ini masih
jauh dari sempurna, oleh karena itu kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat
membangun selalu diharapkan demi kesempurnaan makalah ini.
Akhir kata, kami sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah berperan
serta dalam penyusunan

Penulis
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR ii
DAFTAR ISI iii
BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang 1
B. Rumusan Masalah 1
C. Tujuan 2

BAB II PEMBAHASAN

A. Pengertian Kultur Jaringan Tumbuhan 3


B. Landasan Kultur Jaringan Tumbuhan 6
C. Tujuan Kultur Jaringan Tumbuhan 6
D. Jenis Kultur Jaringan Tumbuhan 10
E. Media Kultur Jaringan Tumbuhan 16
F. Metode Kutur Jaringan Tumbuhan 19
G. Hormon Kultur Jaringan Tumbuhan 22
H. Kelebihan dan Kekurangan Kultur Jaringan Tumbuhan 31
I. Laboratorium Kultur Jaringan Tumbuhan 32
J. Aklimatisasi Tanaman Hasil Kultur In Vitro 38

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan 47

DAFTAR PUSTAKA
49
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG

Penyediaan bibit merupakan salah satu hal penting pada bidang pertanian.
Bibit yang berkualitas baik merupakan salah satu faktor yang menentukan
keberhasilan dalam pengembangan pertanian di masa mendatang. Salah satu
teknologi yang telah terbukti berhasiladalah melalui teknik kultur jaringan.
Melalui kultur jaringan tanaman dapat diperbanyak setiap waktu sesuai
kebutuhan karena faktor perbanyakannya yang tinggi. Bibit dari varietas unggul
yang jumlahnya sangat sedikit dapat segera dikembangkan melalui kultur
jaringan. Pada tanaman perbanyakan melalui kultur jaringan, bila berhasil dapat
lebih menguntungkan karena sifatnya akan sama dengan induknya (seragam) dan
dalam waktu yang singkat bibit dapat diproduksi dalam jumlah banyak dan bebas
penyakit.
Kultur jaringan adalah memelihara danmenumbuhkan sel tanaman (kalus,
protoplas) dan organ tanaman (embrio, tunas, bunga,dan sebagainya) atau jaringan
tanaman (sel, kalus, protoplast) pada kondisi aseptik atau in vitro.Tanaman bisa
melakukan kultur jaringan jika memiliki sifat totipotensi, yaitu kemampuan sel
untuk beregenerasi menjadi tanaman lengkap kembali.

B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa pengertian kultur jaringan?
2. Apa saja manfaat kultur jaringan?
3. Bagaimana teknik dalam kultur jaringan?
4. Bagaimana tahapan dalam kultur jaringan?
5. Bagaimana perkembangan kultur jaringan di Indonesia?

C. TUJUAN
1. Menjelaskan pengertian kultur jaringan
2. Menjelaskan manfaat kultur jaringan
3. Menjelaskan teknik dalam kultur jaringan
4. Menjelaskan tahapan dalam kultur jaringan
5. Menjelaskan perkembangan kultur jaringan di Indonesia
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Kultur Jaringan

Menurut Suryowinoto (1991), kultur jaringan dalam baha asing disebut


sebagai tissue culture. Kultur adalah budidaya dan jaringan adalah sekelompok sel
yang mempunyai bentuk dan fungsi yang sama. Jadi, kultur jaringan berarti
membudidayakan suatu jaringan tanaman menjadi tanaman kecil yang mempunyai
sifat seperti induknya.
Kultur jaringan merupakan teknik untuk menumbuhkembangkan bagian
tanaman baik berupa sel, jaringan ataupun organ dalam keadaan aseptik secara
in vitro, yang ditandai dengan kondisi kultur aseptik, penggunaan media buatan yang
mengandungan nutrisi lengkap, Zat Pengatur Tumbuh (ZPT) serta kondisi ruang
kultur, suhu dan pencahayaan yang terkontrol (Yusnita, 2003)
Kultur jaringan tanaman adalah suatu teknik pengisolasian dan pemeliharaan
sel atau potongan jaringan tanaman yang dipindahkan dari lingkungan alaminya,
kemudian ditumbuhkan pada media buatan yang sesuai dan kondisinya aseptik
(George dan Sherrington, 1984). Bagian–bagian tersebut kemudian memperbanyak
diri dan beregenerasi menjadi tanaman lengkap kembali (Gunawan, 1987).Jadi, kultur
jaringan adalah memelihara danmenumbuhkan sel tanaman (kalus, protoplas) dan
organ tanaman (embrio, tunas, bunga,dan sebagainya) atau jaringan tanaman (sel,
kalus, protoplast) pada kondisi aseptik atau in vitro.
Teori yang mendasari tehnik kultur jaringan adalah teori sel oleh Schawann
dan Scheleiden (1838) yang menyatakan sifat totipotensi ( total genetic potential) sel,
yaitu bahwa setiap sel tanaman yang hidup dilengkapi dengan informasi genetik dan
perangkat fisiologis yang lengkap untuk tumbuh dan berkembang menjadi tanaman
utuh, jika kondisinya sesuai .
Berdasarkan bagian tanaman yang dikulturkan, secara spesifik terdapat
beberapa tipe kultur yaitu kultur pucuk tunas, kultur embrio, kultur akar, kultur ovul,
kultur anter, kultur kuncup bunga, kultur kalus dan kultur suspensi. Biondi and
Thorpe (Thorpe, 1981) menyatakan bahwa terdapat tiga prinsip utama yang terlibat
dalam tehnik kultur jaringan yaitu:
1. Isolasi bagian tanaman dari tanaman utuh seperti organ, jaringan, dan sel
secara aseptik.
2. Memelihara bagian tanaman tadi dalam lingkungan yang sesuai dan kondisi
kultur yang tepat
3. Pemeliharaan dalam kondisi aseptik

B. Manfaat Kultur Jaringan


Kegunaan utama dari kultur jaringan adalah untuk mendapatkan tanaman baru
dalam jumlah banyak dalam waktu yang relatif singkat, yang mempunyai sifat
fisiologi dan morfologi sama persis dengan induknya. Dari teknik kultur jaringan
tanaman ini diharapkan juga memperoleh tanaman baru yang bersifat unggul. Secara
lebih rinci dan jelas berikut ini akan dibahas secara khusus kegunaan dari kultur
jaringan terhadap berbagai ilmu pengetahuan.
Perbanyakan tanaman melalui kultur jaringan ini mempunyai keunggulan
seperti:
1. Pengadaan bibit.
Penyediaan bibit yang berkualitas baik merupakan salah satu faktor
yang menentukankeberhasilan dalam pengembangan pertanian di masa
mendatang.Pengadaan bibit pada suatu tanaman yang akan dieksploitasi secara
besar-besaran dalam waktu yang akancepat akan sulit dicapai dengan
perbanyakan melalui teknik konvensional.
Pengadaanbibitmembantumemperbanyak tanaman (menyediakan bibit),
khususnya untuk tanaman yang sulit dikembangbiakkan secara generatif.
2. Menyediakan bibit bebas virus/penyakit.
Banyak virus yang tak menampakkan gejalanya, namun bersifat laten,
dan akan dapat mengurangi vigor, kualitas dan kuantitas produksi. Virus
dalam tanaman induk merupakanmasalah untuk perbanyakan vegetatif
tanaman hortikultura secara konvensional. Pada daerah meristem, ternyata
kandungan virusnya paling rendah bahkan tidak ada. Hal ini mungkin karena
virus bergerak melalui sistem pembuluh, sedang daerah tersebut belum ada
sistem pembuluhnya, selain itu aktivitas metabolisme tinggi pada daerah
tersebut tidak mendukung replikasi virus, juga konsentrasi auksin yang tinggi
menghambat multiplikasi.
3. Membantu program pemuliaan tanaman.
Dengan kultur jaringan dapat membantu program pemuliaan tanaman
untuk menghasilkan tanaman yang lebih baik melalui : Keragaman
Somaklonal, Kultur Haploid, Embryo Rescue, Seleksi In Vitro, Fusiprotoplas,
Transformasi Gen /Rekayasa Genetika Tanaman dan lain-lain.
4. Membantu proses konservasi dan preservasi plasma nutfah.
Dilakukandengan konservasi in vivo dalam bentuk penyimpanan biji
dan tanaman hidup (Kebun Raya), preservasi in vivo dengan cara menyimpan
biji. Penyimpanan secara kultur jaringan dapat dilakukan dengan
menggunakan teknik pertumbuhan minimal (minimal growth) dan
kriopreservasi.Untuk biji ortodoks dalam ruang dengan temperatur dan
kelembaban yang terkendali. Masalahnya pada biji rekalsitran (apalagi yang
ukuran bijinya besar); perlu secara kultur karingan, yaitu sel-sel kompeten
(mampu beregenerasi) disimpan dalam temperatur rendah dan dibekukan
dalam cairan nitrogen (Kriopreservasi). Adapun penelitian penyimpanan
secara kultur jaringan telah dilakukan suatu lembaga (BSJ) terhadap tanaman
ubi-ubian, sepeti ubi kayu, gembili, dan yam.
5. Memproduksi senyawa kimia untuk farmasi, industri makan dan industri
kosmetik.
Sel-sel tanaman yang dapat memproduksi senyawa tertentu,
ditumbuhkan dalam bioreaktor besar. Misalnya untuk produksi senyawa
antibiotik dari suatu jenis fungi. Senyawa hasil tersebut bisa didapatkan dari
hasil sintesis lengkap; juga dapat merupakan hasil transformasi oleh enzim
dalam sel tanaman. Misalnya pewarna merah untuk lipstik dari tanaman, yang
disebut dengan biolips (produk kosmetik Kanebo).
Kultur jaringan juga mempunyai manfaat yang besar dibidang farmasi,
karena dari usaha ini dapat dihasilkan metabolit skunder upaya untuk
pembuatan obat-obatan, yaitu dengan memisahkan unsur-unsur yang terdapat
di dalam kalus ataupun protokormus, misalnya alkoloid, steroid, dan
terponoid. Dengan ditemukannya cara mendapatkan metabolit skunderdari
kalus suatu eksplan yang di tumbuhkan dalam medium kultur jaringan, mak
berarti dapat menghemat waktu dan tenaga. Dengan cara biasa, untuk
mendapatkannya harus menunggu lama sampai tanaman cukup umur bahkan
sampai berproduksi hingga bertahun-tahun. Sedangkan dengan teknik kultur
jaringan hanya membuthkan waktu antara tiga minggu sampai satu bulan saja.
Metabolit yang dihasilkan dari kalus ternyata juga memiliki kadar yang lebih
tinggi daripada dengan cara biasa (langsung dari tanaman). Dengan cara
pengambilan metabolit skunder dari kalus, biasanya selalu diperoleh
kandungan lain yang lebih banyak jenisnya, karena seringkali timbul zat-zat
alkaloid atau persenyawaan-persenyawaan lainnya yang sangat berguna untuk
pengobatan.

C. Mediadan Faktor yang Mempengaruhi


Media merupakan faktor penentu dalam perbanyakan dengan kultur jaringan.
Komposisi media yang digunakan tergantung dengan jenis tanaman yang akan
diperbanyak. Media yang digunakan biasanya terdiri dari garam mineral, vitamin, dan
hormon. Selain itu, diperlukan juga bahan tambahan seperti agar, gula, dan lain-lain.
Zat pengatur tumbuh (hormon) yang ditambahkan juga bervariasi, baik jenisnya
maupun jumlahnya, tergantung dengan tujuan dari kultur jaringan yang dilakukan.
Media yang sudah jadi ditempatkan pada tabung reaksi atau botol-botol kaca. Media
yang digunakan juga harus disterilkan dengan cara memanaskannya dengan autoklaf.
Ada dua penggolongan media tumbuh yaitu media padat dan media cair.Media
padat pada umumnya berupa padatan gel, seperti agar. Nutrisi dicampurkan pada agar.
Media cair adalah nutrisi yang dilarutkan di air, dapat bersifat tenang atau dalam
kondisi selalu bergerak, tergantung kebutuhan.
Medium kultur jaringan atau kultur in vitro dapat berupa medium padat atau cair.
Medium ini terdiri atas :
1. garam-garam anorganik berupa unsur hara makro maupun mikro
Keperluan garam anorganik dalam jaringan hampir sama dengan
tanaman utuh. Setiap tanaman memerlukan paling sedikit 16 unsur untuk
pertumbuhan yang normal yang terdiri dari unsur esensiel makro dan mikro.
Konsentrasi optimal dari tiap komponen untuk mencapai kecepatan
pertumbuhan yang maksimal sangat bervariasi.
Unsur makro dibutuhkan dalam jumlah yang cukup besar, terdiri dari
C, H, O, N, S, P, K, Ca dan Mg. Unsur C, H dan O terrdapat di udara, unsur
N,P dan K merupakan unsur yang mutlak harus tersedia, sedangkan unsur S,
Ca dan Mg boleh ada atau tidak, tetapi karena fungsinya sangat mendukung
pertumbuhan jaringan, maka akan lebih baik apabila unsur-unsur tersebut juga
tersedia. Unsur makro biasanya diberikan pada media dalam bentuk
persenyawaan.
Unsur mikro seperti : Cl, B, Mo, Mn, Cu, Fe, Zn, dan Co diperlukan dalam
jumlah sedikit. Senyawa mikronutrient yang sering dipakai antara lain
MnSO4.4H2O, ZnSO4.7H2O, H3BO3.KI, CuSO4.5H2O NaMoO4.2H2O,
CoCl2.6H2O, FeCl3.6H2O, FeIII citrate, FeIII tartrate
2. Zat organik (vitamin, karbohidrat (gula), zat pengatur tumbuh, myo-inositol,
dan asam-asam amino)
Karbohidrat (gula)digunakan sebagai sumber energi untuk induksi
kalus dan pertumbuhan kalus,myo-inositol untuk membantu diferensiasi dan
pertumbuhan jaringan, dan vitamin berguna untukmempercepat pertumbuhan
dan diferensiasi kalus.
Asam amino merupakan sumber N organik yang lebih cepat diserap
daripada N anorganik di dalam medium yang sama.Asam amino yang sering
dipakai adalah L-arginin, L-aspartic acid, L-cystein, L-glutamine, L-asparagin,
Lmethionin, L-tyrosin, Glycine.
Zat Pengatur Tumbuh (ZPT) sangat diperlukan sebagai komponen
medium. Tanpa ZPT pertumbuhan eksplan sangat lambat atau sama sekali
tidak tumbuh.Menurut Torres (1989), ZPT yang penting untuk kultur jaringan
tanaman antara lain adalah auksin dan sitokinin. Zat pengatur tumbuh yang
termasuk dalam golongan auksin adalah IAA (Indole Acetic Acid), PAA
(Phenyl AceticAcid), 4-chloroIAA (4-chloro Indole Acetic Acid), dan IBA.
Beberapa lainnya merupakan auksin sintetik, misalnya NAA (Napthalene
Acetic Acid), 2,4 D (2,4 Dichloro PhenoxyAcetic Acid), dan MCPA (2-methyl-
4 chloro Phenoxy AceticAcid. IBA 2,4-D paling efektif untuk menginduksi
pembelahan sel dan pembentukan kalus. NAA dan 2,4-D lebih stabil
dibandingkan IAA, yaitu tidak mudah terurai oleh enzim-enzim yang
dikeluarkan oleh sel atau karena pemanasan pada saat proses sterilisasi.IAA
bersifat mudah rusak oleh cahaya dan oksidasi ensimatik.
Sitokinin berperan dalam pengaturan pembelahan sel dan
morfogenesis. Sitokinin yang banyak dipakai adalah Kinetin dan
Benzylaminopurin (BAP). Kinetin dan auksin memberikan pengaruh interaksi
terhadap diferensiasi jaringan. Giberellin berperan dalam pembesaran dan
pembelahan sel, juga pada pembentukan akar. Penggunaan giberellin dapat
meningkatkan jumlah auksin endogen. Giberellin dalam bentuk larutan mudah
rusak dan kehilangan sifatnya sebagai zpt pada perlakuan temperatur tinggi
3. Agar (untuk media padat)

Faktor-faktor yang Berpengaruh terhadap Keberhasilan Kultur Jaringan Tanaman


1. Eksplan
2. Media Kultur
3. Zat Pengatur Tumbuh Tanaman

D. Macam-macam Teknik Kultur Jaringan


Dasar teknik kultur jaringan adalah sel tanaman mempunyai sifat totipotensi
yaitu kemampuan sel untuk tumbuh dan berkembang membentuk tanaman lengkap
dalam medium aseptik. Sitokinin dan auksin merupakan zat pengatur tumbuh yang
ditambahkan dalam medium. Sitokinin untuk merangsang pembentukan pucuk,
sedangkan auksin untuk merangsang pembentukan akar.
Macam-macam teknik kultur jaringan antara lain:
1. Kultur kalus
Kultur kalus adalah membiakkan sekelompok sel yang berasal dari jaringan
tanaman yang tumbuh dalam medium hara. Medium tersebut terbuat dari garam
anorganik,sumber karbon(biasanya sukrosa), auksin dan sitokinin. Untuk
menghasilkan kalus yang baik, zat hara harus berperan merangsang pertumbuhan sel
secara cepat. Jaringan tananman yang dapat digunakan untuk membiakkan kalus
adalah akar,batang, daun,meristem dan anther(Nasir,2002:32-33).
Tembakau dapat diperbanyak melalui kultur kalus sejati, namun jarang
diperbanyak secara komersil melalui kultur in vitro.
Hasil tanaman merupkan karakter multigenetik dan merupakan fungsi
keseluruhan tanaman dan interaksi dengan lingkungan. Shepard et al(1980)
menyeleksi protoklon(klon-klon dari protoplas) ‘Russet Burbank’ melalui kultur
protoplas dan 65 galur kentang diuji di lapangan. Galur-galur ini berbeda sejumlah
sifatnya seperti kebiasaa tumbuh,umur masak,reaksi tehadap penyakit,persyaratan
foto-periode dan karakteristik umbi. Tidak ada sifat-sifat secara langsung berkaitan
dengan peningkatan hasil umbi.
2. Kultur meristem
Istilah meristem seringkali digunakan untuk menyebutkan ujung tunas dari
tunas apikal atau lateral. Meristem sebenarnya adalah apikal dome dengan primordia
daun terkecil, biasanya berdiameter kurang dari 2 mm.

Gambar 1. Kultur Meristem


(Henuhili,2013)
3. Kultur protoplas
Ini merupakan kultur dimana dinding sel dari sel – sel yang disuspensikan,
dihilangkan dengan menggunakan enzim yang mencerna selulosa sehingga
didapatkan protoplasma, yaitu isi sel yang dikelilingi oleh membran semipermeabel.
Dengan penghilangan dinding sel, materi asing dapat dimasukkan, termasuk materi
genetik dasar DNA dan RNA, atau mefusikan sel–sel dari spesies–spesies yang
sepenuhnya berbeda(Henuhili,2013:8).

Gambar 2. Kultur Protoplas


Sumber: http://2.bp.blogspot.com/

4. Kultur anther dan pollen


Produksi kalus dan embrio somatik dari kultur anther dan pollen telah berhasil
dilakukan pada berbagai spesies. Yang menarik disini adalah produksi embrio
haploid, yaitu embrio yang hanya memiliki 1 set dari pasangan kromosom normal. Ini
dihasilkan dari jaringan gametofitik pada anther. Jumlah kromosom dapat digandakan
kembali dengan pemberian bahan kimia seperti kolkisin, dan tanaman yang dihasilkan
akan memiliki pasangan kromosom identik, homozigot (Henuhili,2013:8).
Gambar 3. Kultur Anther dan Pollen
Sumber: http://1.bp.blogspot.com/

5. Kultur endosperm
Kultur ini diharapkan menghasilkan tanaman triploid. Pada kultur ini, yang
pertama kali dilakukan adalah menginduksi endosperm agar terbentuk kalus,
selanjutnya diusahakan agar terjadi diferensiasi, yaitu memacu terjadinya tunas dan
akar.

E. Tahapan-Tahapan Kultur Jaringan


Tahapan yang dilakukan dalam perbanyakan tanaman dengan kultur jaringan
adalah: pembuatan media,inisiasi,sterilisasi,multiplikasi,pengakaran dan aklimatisasi.

Gambar 4.Skema Kultur Jaringan


Sumber: https://jo3co3.wordpress.com/

1. Pembuatan Media
Komposisi media yang digunakan tergantung dengan jenis tanaman yang akan
dibiakkan. Media yang digunakan biasanya terdiri dari garam mineral, vitamin, dan
hormon. Selain itu, diperlukan juga bahan tambahan seperti agar, gula, dan lain-lain.
Zat pengatur tumbuh (hormon) yang ditambahkan juga bervariasi, baik jenisnya
maupun jumlahnya, tergantung dengan tujuan dari kultur jaringan yang dilakukan.
Media yang sudah jadi ditempatkan pada tabung reaksi atau botol-botol kaca. Media
yang digunakan juga harus disterilkan dengan cara memanaskannya dengan autoklaf
pada suhu 121º C selama 45 menit.
Perkembangan kalus dikendalikan oleh hormon yang ditambahkan kedalam
medium, khususnya auksin dan sitokinin. Perubahan kadar hormon dapat
mempengaruhi kalus apakah akan membentuk tunas atau akar. Salah atu auksin yang
berguna dalam pembentukan dan merangsang produksi kalus adalah 2,4-
diklorofenoksiasetikasid(2,4-D) yang merupakan zat pengatur tumbuh sintetik.
Media Tumbuh dapat digolongkan menjadi 2 yaitu media padat dan media
cair. Media padat pada umumnya berupa padatan gel,seperti agar. Media cair adalah
nutrisi yang dilarutkan di air. Media cair dapat bersifat tenang atau kondisi selalu
bergerak, tergantung kebutuhan.

2. Inisiasi
Inisiasi adalah pengambilan eksplan/inokulum dari bagian tanaman yang akan
dikulturkan. Bahan tanaman yang responsif dan dapat diperbanyak secara kultur in
vitro adalah bagian tanaman yang masih muda. Daya tumbuh tunas muda akan hilang
secara fisik apabila jarak antara ujung tunas dan akar semakin jauh karena
pertumbuhan. Tunas yang muncul pada bagian tanaman maupun yang muncul setalah
pemangkasan dapat digunakan sebagai bahan kultur(Sukmadjaja,2003:3).

Gambar 5 Pengambilan Eksplan


Sumber: (Henuhili,2013)

3. Sterilisasi
Sterilisasi biasanya dilakukan dalam beberapa tahap. Pertama eksplan dicuci
dengan deterjen atau bahan pencuci lain, selanjutnya direndam dalam bahan-bahan
sterilan baik yang bersifat sistemik atau desinfektan. Bahan-bahan yang biasa
digunakan untuk sterilisasi antara lain clorox, kaporit atau sublimat. Sebagai contoh,
sterilisasi eksplan tanaman dapat dilakukan sebagai berikut:
a. Tunas yang akan digunakan sebagai eksplan dicuci dengan deterjen sampai betul-
betul bersih.
b. Tunas diambil dan direndam berturut-turut dalam benlate (0,5%) selama 5 menit,
alkohol (70%) selama 5 menit, clorox (20%) selama 20 menit, dan HgCl2 (0,2%)
selama 5 menit.
c. Eksplan dibilas dengan aquades steril (3-5 kali) sampai larutan bahan kimia hilang.
Apabila kontaminan tetap ada maka konsentrasi dan lamanya perendaman sterilan
dapat ditingkatkan.
Bahan yang digunakan serta metode sterilisasi biasanya berbeda untuk setiap
bahan tanaman, sehingga bahan dan cara tersebut belum tentu berhasil apabila
diaplikasikan pada bahan yang berbeda serta waktu yang berlainan. Dengan demikian,
setiap pekerjaan kultur jaringan, cara sterilisasi eksplan harus dicoba beberapa kali.
4. Multiplikasi
Memperbanyak calon tanaman dengan menanam eksplan pada media. Pada
beberapa spesies, eksplan mungkin akan membentuk akar pada tahap awal
pertumbuhan di media yang sederhana. Spesies lain menghasilkan banyak tunas tanpa
perlakuan khusus. Dalam hal ini, kebutuhan akan media yang lebih kompleks
tergantung pada tingkat multiplikasi yang diperoleh atau diperlukan(Henuhili,2013:5)
Weier et al. (1974) dalam Abidin (1990) mengemukakan bahwa dalam
perbandingan sitokinin lebih besar dibandingkan dengan auksin, akan
memperlihatkan stimulasi pertumbuhan tunas dan daun, sebaliknya apabila sitokinin
lebih rendah dari auksin, akan mengakibatkan stimulasi pada pertumbuhan akar.
Sedangkan apabila perbandingan sitokinin dan auksin berimbang, maka pertumbuhan
tunas, daun dan akar akan berimbang pula. Tetapi bila konsentrasi sitokinin sedang
dan konsentrasi auksin lebih rendah maka akan membentuk kalus.

Gambar 6.Kemungkinan petumbuhan eksplan


(Henuhili,2013:5)
Multiplikasi tunas dapat diperoleh dengan beberapa cara.
a. Ujung tunas yang sudah ada akan memanjang menghasilkan ruas dan buku baru
yang nantinya dapat dipotong lagi
b. Tunas lateral yang ada pada eksplan akan menghasilkan tunas yang selanjutnya
akan menghasilkan tunas baru.
c. Perkembangan tunas adventif. Pada banyak spesies, organ tanaman seperti akar,
tunas, atau umbi dapat diinduksi untuk membentuk jaringan yang biasanya tidak
dihasilkan pada organ ini.
d. Somatik embryogenesis. Potensi terbesar multiplikasi klon adalah melalui somatic
embryogenesis, dimana 1 sel dapat menghasilkan 1 embrio dan menjadi tanaman
lengkap
(Henuhili,2013:6)

5. Pengakaran
Eksplan akan menunjukan pertumbuhan akar yang menandai proses kultur
jaringan berjalan baik. Persiapan planlet untuk ditanam di tanah, perakaran planlet
harus cukup mendukung. Jika banyak tunas sudah dihasilkan, tahap selanjutnya
adalah inisiasi akar in vitro. Cara mudah dan praktis adalah dengan mengakarkan stek
mikro di luar kultur, terutama untuk spesies – spesies yang mudah berakar.
Kelembaban tinggi diperlukan untuk menghindari kekeringan tunas baru yang masih
lunak. Eksplan yang terkontaminasi bakteri/jamur akan menunjukan gejala berwarna
putih atau biru(disebabkan jamur) atau busuk(disebabkan bakteri) (Henuhili,2013:6).

6. Aklimatisasi
Penanaman di tanah pada kondisi taraf penyesuaian dengan lingkungan yang
baru. Stek mikro, atau tanaman yang sudah berakar, selanjutnya ditransfer ke tanah,
akan mengalami perubahan lingkungan yang dapat menyebabkan stress pada
tanaman. Ini seringkali merupakan tahap kritis dalam keseluruhan kegiatan kultur
jaringan.
Lingkungan kultur in vitro meliputi kelembaban yang tinggi, bebas pathogen,
suplai hara yang optimal, intensitas cahaya rendah dan suplai sukrosa dan media cair
atau gel. Tanaman yang dihasilkan dengan kultur in vitro beradaptasi pada kondisi
tersebut. Ketika terkespos pada lingkungan luar, tanaman kecil ini harus dapat
beradaptasi pada lingkungan yang baru. Jika transisinya terlalu keras, tanaman akan
mati.

F. Perkembangan Kultur Jaringan di Indonesia


Perkembangan Penelitian Kultur In Vitro pada Tanaman Industri, Pangan, dan
Hortikultura
Dengan semakin berkembangnya usaha di bidang pertanian maka kebutuhan
bibit semakin meningkat. Melalui perbanyakan konvensional sangat sulit
untukmemenuhi kebutuhan bibit yang sangat banyak dengan waktu relatif cepat.
Dengan demikian, teknologi kultur jaringan telah terbukti dapat digunakan sebagai
teknologi pilihan yang sangat menjanjikan untuk pemenuhan kebutuhan bibit tanaman
yang akan dieksploitasi secara luas.
Penelitian kultur jaringan yang sedang dan telah dilakukan di Balai Penelitian
Tanaman Rempah dan Obat (Balittro) dan Balai Penelitian Bioteknologi dan
Sumberdaya Genetik Pertanian (Balitbiogen) selama beberapa tahun ini dapat dibagi
menjadi tiga kelompok (Tabel 1), yaitu (1) tanaman semusim berdinding lunak, (2)
tanaman tahunan berkayu, dan (3) tanaman pangan.
Beberapa spesies tanaman yang sudah dan sedang diteliti dengan
permasalahan yang dihadapi antara lain:
1. Tanaman obat langka puar (Elettaria sumatrana) Secara visual tanaman
tersebut mirip jahe dan secara konvensional mudah diperbanyak. Dengan
kondisi tersebut timbul anggapan bahwa tanaman tersebut mudah
diperbanyak melalui kultur jaringan. Tetapi setelah dicoba, sistem
regenerasinya sa-ngat lambat dan terdapat masa-lah pelayuan yang cepat.
Apabila tumbuh sedikit, tunasnya cepat mati, keadaan yang sama dite-
mukan pada garut (Marantaarundinacea). Perakaran jambu mente
(Anacardium occidentale) Jambu mente termasuk tanaman tahunan
berkayu yang sangat lambat daya regenerasinya dan kesulitan meningkat
apabila tunas in vitro diakarkan.
2. Perbanyakan vegetatif pepaya hasil persilangan pepaya Hawai dengan
pepaya Bangkok. Beberapa tahun yang lalu, penelitian perbanyakan
pepaya hasil persilangan antara pepaya Hawai dan pepaya Bangkok
dilakukan dengan hasil yang kurang memuaskan. Masalah yang dihadapi
adalah tunas tidak dapat tumbuh memanjang, rosette, daun cepat
menguning, dan akhirnya gugur.
Setelah dicoba penggunaan mediadasar yang kaya mineral,
penambahansitokinin konsentrasirendah, beberapa asam amino,serta anti
auksin, tunas dapatmemanjang dan tidak menguning.
3. Perbanyakan abaka (Musa textilisNee.)
Abaka merupakan salah satu tanamanindustri yang akan
dikembangkansecara besar-besaran.Serat batangnya dapat digunakanuntuk
kertas berharga,uang dollar Amerika, tekstil,pembungkus teh celup,
tissue,pembungkus kabel laut (tahanair laut dan kelembaban tinggi)serta
banyak lagi kegunaannya.Dari hasil penelitian di laboratoriumsampai
lapang, ternyata tanamanhasil perbanyakan kulturjaringan lebih seragam
pertumbuhannya,komponen pertumbuhanrelatif lebih baik begitupula
produksi serat batangnyadibandingkan dengan bibit asalbonggol atau
anakan.Di saat kondisi resesi ekonomiyang melanda Indonesia saatini,
ternyata abaka merupakan tanaman potensial untuk dikem-bangkan.
Perkembangan dibidang kedokteran
Sejak dikembangkannya Laboratorium Kultur Sel dan Jaringan di Unit
Penelitian Kesehatan Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran pada tahun 1997,
hingga kini beberapa jenis kultur sel telah berhasil dikembangkan, antara lain kultur
sel fibroblas. Kultur sel fibroblas diisolasi baik dari preputium maupun chick embryo,
sel endotel yang diisolasi dari porcine aorta, sel otot jantung yang diisolasi dari mouse
embryo, dan sel tiroid yang diisolasi dari jaringan tumor tiroid. Isolasi berbagai sel
tadi dilakukan dengan menggunakan teknik dispersi enzimatik maupun mekanik.
Pemanfaatan teknologi ini banyak membantu penyelesaian penelitian para peserta
program pascasarjana maupun para peneliti yang memperoleh hibah penelitian dari
berbagai sumber.

Hal yang menarik dari pengembangan teknologi ini di Indonesia adalah


tantangan mengatasi kontaminasi yang mendorong diterapkannya penggunaan
antibiotik di luar standar yang umumnya digunakan atau diperkenalkan pada berbagai
referensi atau industri penopang teknologi kultur jaringan. Selain tingkat kelembaban
yang cenderung tinggi di Indonesia sebagai negeri tropis, perilaku mikroba yang
berkembang di berbagai rumah sakit yang cenderung tidak lagi sensitif terhadap
antimikroba generasi pertama, telah mendorong penggunaan berbagai antibiotik
generasi lanjut. Misalnya golongan ciprofloxacin, untuk menggantikan gentamisin
dan streptomisin sebagai antibiotik standar yang lazim digunakan pada berbagai
referensi untuk menghambat pertumbuhan berbagai mikroba yang mungkin
mengkontaminasi kultur.
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

1. Kultur jaringanteknik menumbuhkembangkan bagian tanaman baik berupa sel, jaringan


ataupun organ dalam keadaan aseptik pada media buatan yang mengandungan nutrisi
lengkap sehingga diperoleh tanaman yang sama dengan induknya.
2. Manfaat utama kultur jaringan adalah mendapatkan tanaman baru dalam jumlah banyak
dalam waktu yang relatif singkat, yang mempunyai sifat fisiologi dan morfologi sama
persis dengan induknya. Manfaat lainyaantara lain pengadaan bibit, menyediakan bibit
bebas virus/penyakit,membantu program pemuliaan tanaman,membantu proses konservasi
dan preservasi plasma nutfah serta memproduksi senyawa kimia untuk farmasi, industri
makan dan industri kosmetik.
3. Teknik dalam kultur jaringan antara lain:
a. Kultur kalus yaitu kultur sel ke dalam medium kaya zat hara untuk mendapatkan
kalus.
b. Kultur meristem yaitu kultur yang berasal dari jaringan meristem pada tanaman
tertentu.
c. Kultur protoplas yaitu kultur dari sel yang telah dihilangkan dinding selnya lalu materi
asing dimasukan kedalamnya untuk mendapatkan tanaman baru.
d. Kultur anther dan pollen yaitu kultur yang berasal dari benang sari atau putik pada
suatu tanaman untuk dibiakkan.
e. Kultur endosperm yaitu menginduksi endosperm untuk menghasilkan kalus.
4. Tahapan dalam kultur jaringan antara lain:
a. Pembuatan media yang terdiri dari garam mineral, vitamin, dan hormon. Selain itu,
diperlukan juga bahan tambahan seperti agar, gula, dan lain-lain.
b. Inisiasi adalah pengambilan eksplan/inokulum dari bagian tanaman yang akan
dikulturkan.
c. Sterilisasi adalah proses mensterilkan eksplan,peralatan yang digunakan dan orang
yang melakukan kultur.
d. Multiplikasi adalah memperbanyak calon tumbuhan dengan menanam eksplan pada
media.
e. Pengakaran adalah pengakaran pada eksplan yang menunjukan kultur berjalan dengan
baik.
f. Aklimatisasi adalah penanaman tanaman hasil kultur pada tanah.
5. Menjelaskan perkembangan kultur jaringan di Indonesia
Perkembangan kultur jaringan di Indonesia dapat dikatan kurang signifikan jika
dibandingkan dengan negara lain. Hal tersebut dikarenakan kultur jaringan hanya
dimanfaatkan oleh kalagan tertentu seperti untuk kepentingan penelitian, pemerintah dan
akademis. Tingginya biaya yang harus dikeluarkan untuk penelitin kultur jaringan masih
menjadi masalah utama dalam bidang ini, sekalipun Indonesia sangat berpotensi besar
dalam bidang ini mengingat tingginya keanekaragaman plasma nutfah di Indonesia.
Dalam bidang penelitian kultur in vitro pada tanaman industri, pangan, dan
hortikultura, Penelitian kultur jaringan yang sedang dan telah dilakukan di Balai Penelitian
Tanaman Rempah dan Obat (Balittro) dan Balai Penelitian Bioteknologi dan Sumberdaya
Genetik Pertanian (Balitbiogen) selama beberapa tahun ini dapat dibagi menjadi tiga
kelompok (Tabel 1), yaitu (1) tanaman semusim berdinding lunak, (2) tanaman tahunan
berkayu, dan (3) tanaman pangan.

DAFTAR PUSTAKA

Abidin, Zainal .1990. Dasar-Dasar Pengetahuan Tentang Kandungan Tanaman Sengon.


Bandung :Angkasa.
George, E. F. and P. D. Sherrington. 1984. Plant Propagationby Tissue Culture. Exegetics
Ltd. Eversley. England:Basingstoke.
Gunawan, L. W. 1987. Teknik Kultur Jaringan. LaboratoriumKultur Jaringan Tanaman.
Bogor: IPB.
Hartmann, H.T., D.E. Kester, and F.T. Davies. 1990. Plant Propagation and Principles
Practices. New Jersey: Prentice-Hall Inc.
Henuhili,Victoria.2013.Kultur Jaringan Tanaman.Yogyakarta:FMIPA UNY.
Herawan, T. dan Y. Husnaeni. 2001. Perbanyakan Jati (Tectona grandis). Buletin Penelitian
Pemuliaan Pohon 5(2): 62-74. Yogyakarta:Puslitbang Bioteknologi dan Pemuliaan
Tanaman Hutan.
Moore, T.C. 1979. Biochemestry and Physiology of Plant Hormon. Berlin:Springer-Verlag.
Nasir,M.2002.Bioteknologi:Potensi dan Keberhasilannya dalam Bidang
Pertanian.Jakarta:PT Raja Grafindo Persada.
Torres, K.C. 1989. Tissue Culture Technique for Holticultural Crop. New York: Von
Hostrand Reinheld
Wattimena, G.A. 1992. Bioteknologi Tanaman. Bogor:IPB.
Yusnita. 2003. Kultur Jringan, Cara Memperbanyak Tanaman secara Efisien. Jakarta:
Agromedia Pustaka.
Sumber Gambar:
https://jo3co3.wordpress.com/
http://2.bp.blogspot.com/
http://1.bp.blogspot.com/

Anda mungkin juga menyukai