Anda di halaman 1dari 30

MODUL

BELAJAR DARI RUMAH

PEMBIAKAN TANAMAN SECARA KULTUR JARINGAN


SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN (SMK)

PAKET KEAHLIAN AGRIBISNIS TANAMAN PANGAN DAN


HORTIKULTURA

Penulis: Ir.Susilowati EW, MP Revisi: Sukamto, SP., MP

DIREKTORAT JENDERAL GURU DAN


TENAGA KEPENDIDIKAN
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN
KEBUDAYAAN TAHUN 2017
Penulis:
Ir. SusilowatiEW, MP

Penelaah:
Ir. Erina Sulistiani, MSi

Ilustration
-----------------

Copyright @2016
Pusat Pengembangan dan Pemberdayaan Pendidik dan Tenaga Kependidikan
Bidang Pertanian, Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan
Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang
Dilarang mengcopy sebagian atau keseluruhan isi buku untuk kepentingan
komersial tanpa izin tertulis dari Kementrian Pendidikan Kebudayaan
DAFTAR ISI

Hal
KATA PENGANTAR ………………………………………………………………………..
DAFTAR ISI ………………………………………………………………………..…………
DAFTAR GAMBAR ………………………………………………………………………….
DAFTAR TABEL …………………………………………………………………………….
PENDAHULUAN …………………………………………………………………………….
A Latar Belakang …………………………………………………………………………
B Tujuan …………………………………………………………………………………..
C Peta Kompetensi ………………………………………………………………………
D Ruang Lingkup …………………………………………………………………………
E Cara Penggunaan Modul ……………………………………………………………..

KEGIATAN PEMBELAJARAN 1
KONSEP KULTUR JARINGAN TANAMAN
A Tujuan ……………………………………………………………………………………
B Indikator Pencapaian Kompetensi …………………………………………………….
C Uraian Materi ……………………………..……………………………………………..
1 Pengertian kultur jaringan dan terminologi dalam kultur jaringan ……………
2 Sejarah kultur jaringan
……………………………………………………………
3 Manfaat kultur jaringan …………………………………………………………..
4 Lingkup kegiatan kultur jaringan ………………………………………………..
5 Laboratorium kultur jaringan
…………………………………..…………………
6 Peralatan kultur jaringan ………………………………………………………..
7 Keterampilan dan pengetahuan penting dalam kegiatan kultur jaringan ……
D Aktifitas Pembelajaran ………………………………………………………………….
E Latihan Soal ……………………………………………………………………………..
F Rangkuman ……………………………………………………………………………..
G Umpan Balik dan Tindak Lanjut ……………………………………………………….

3
KEGIATAN PEMBELAJARAN 1
KONSEP KULTUR JARINGAN TANAMAN

A. Tujuan
Setelah mempelajari materi dan berdiskusi peserta pelatihan dapat
menganalisis konsep dasar dan tahapan pembiakan tanaman secara kultur
jaringan dengan teliti sesuai dengan struktur dan konsep keilmuan bidang
kultur jaringan tanaman.

B. Indikator Pencapaian Kompetensi


Melalui kegiatan pengamatan, pengumpulan informasi, dan diskusi bapak/ibu
dapat:
1. Menjelaskan terminologi yang digunakan dalam kultur jaringan tanaman
dengan benar.
2. Menjelaskan manfaat kultur jaringan dalam bidang pertanian dengan
benar.
3. Menjelaskan tahapan kultur jaringan dengan benar
4. Menjelaskan lingkup kegiatan kultur jaringan sesuai tahapan-tahapan
kerja pembiakan tanaman secara kultur jaringan.
5. Pengetahuan dan keterampilan penting dalam kegiatan kultur jaringan
6. Menjelaskan persyaratan laboratorium kultur jaringan tanaman dengan
benar.
7. Mengidentifikasi peralatan kultur jaringan sesuai dengan fungsinya.

C. Uraian Materi.
1. Pengertian kultur jaringan dan terminologi dalam kultur jaringan.
Kultur jaringan tanaman adalah suatu metode atau teknik mengisolasi
bagian tanaman (protoplasma, sel, jaringan, dan organ) dan
menumbuhkannya pada media buatan dalam kondisi aseptik di dalam
ruang yang terkontrol sehingga bagian-bagian tanaman tersebut dapat
tumbuh dan berkembang menjadi tanaman lengkap. Penggunaan teknik

4
kultur jaringan pada awalnya hanya untuk membuktikan teori “totipotensi”
(“total genetic potential”) yang dikemukakan oleh Schleiden dan Schwann
(1838) yang menyatakan bahwa sel tanaman sebagai unit terkecil dapat
tumbuh dan berkembang apabila dipelihara dalam kondisi yang sesuai.

Dalam pembiakan tanaman secara kultur jaringan ada beberapa


terminologi yang perlu diketahui yaitu:
a. Eksplan adalah bagian dari tanaman yang digunakan sebagai bahan
tanaman yang diinisiasi dalam kultur jaringan.
b. Subkultur adalah pemindahan inokulum dari suatu media ke media
lain, baik media yang sama atau berbeda.
c. Inokulum adalah bahan tanam yang diambil pada setiap subkultur.
d. Plantlet adalah tanaman lengkap hasil regenerasi dalam kultur
jaringan yang belum diaklimatisasikan.
e. Masa aklimatisasi adalah masa adaptasi plantlet dari lingkungan in
vitro ke lingkungan ex vitro
f. Organogenesis adalah proses terbentuknya organ-organ seperti
pucuk dan akar dari jaringan eksplan yang tidak memiliki jaringan
meristematik
g. Embriogenesis somatik adalah proses terbentuknya embrio somatik.
h. Embrio somatik adalah embrio yang berasal bukan dari zygot tetapi
dari sel biasa dari tubuh tanaman.
i. Regenerasi adalah kemampuan untuk memperbaiki diri pada
jaringan atau organ yang rusak.

Perkembangan teknik kultur jaringan diawali ketika pada tahun 1838


Schwann dan Schleiden mengemukakan teori totipotensi yang
menyatakan bahwa sel-sel bersifat otonom dan mampu melakukan
regenerasi. Kemudian pada awal abad 20 Haberlandt menyatakan bahwa
jaringan tanaman dapat diisolasi dan dikulturkan hingga berkembang
menjadi tanaman sempurna dengan cara melakukan manipulasi terhadap
keadaan lingkungan maupun nutrisinya. Pada tahun 1934 White berhasil
melakukan perbanyakan tanaman secara vegetatif melalui kultur akar

5
tanaman tomat. Tahun 1939 Gautheret, Nobecourt, dan White berhasil
menumbuhkan kalus tembakau dan wortel secara in vitro.

Sejalan dengan teknik pembiakan secara in vitro tersebut pada tahun


1934 Kogl dan Haagen-Smith telah menemukan auksin IAA. Tahun 1955
Miller dan koleganya berhasil menemukan cytokinin (kinetin). Penemuan-
penemuan hormon tersebut merupakan peluang besar bagi
perkembangan kultur jaringan selanjutnya.

Pada tahun 1960 Morel telah menemukan prosedur perbanyakan


tanaman anggrek Cymbidium secara in vitro, kemudian tahun 1962
Murashige and Skoog telah memformulasikan komposisi medium dengan
konsentrasi garam mineral yang tinggi. Meningkatnya penelitian tentang
kultur jaringan sampai sat ini telah memberikan sumbangan yang tak
ternilai di bidang perkembangan pertanian khususnya untuk perbanyakan
tanaman dan perbaikan gen. Perkembangan yang pesat tentang teknik
kultur jaringan di seluruh penjuru dunia mulai terjadi sejak 1980 sampai
sekarang.

2. Manfaat kultur jaringan.


Sampai saat ini sudah terbukti banyak sekali manfaat teknik kultur jaringan
dalam bidang pertanian seperti berikut ini.

a. Dapat dihasilkan bibit dalam jumlah besar.


Melalui teknik kultur jaringan, sel/jaringan/ bagian kecil dari tanaman
dapat diinduksi agar beregenerasi menjadi tanaman lengkap lagi
sehingga dari bagian tanaman yang sangat kecilpun dapat dihasilkan
banyak sekali bibit.

b. Dapat dihasilkan bibit yang memiliki sifat seperti induknya.


Melalui teknik kultur jaringan tanaman dapat dilakukan pembiakan
melalui bagian vegetatif tanaman sehingga bibit yang dihasilkan
memiliki sifat genetik yang sama dengan induknya.

6
c. Dapat dihasilkan bibit yang seragam.
Melalui teknik kultur jaringan dapat dihasilkan bibit yang secara
genotip seragam karena dapat dibiakkan secara vegetatif sehingga
bibit yang dihasilkan memiliki sifat seperti induknya dengan catatan
tidak ada penyimpangan akibat terjadinya mutasi. Selain itu melalui
teknik kultur jaringan juga dapat dihasilkan bibit dengan ukuran
morfologis yang sama. Sebagai contoh jika kita memerlukan bibit
pisang dalam jumlah yang banyak pasti kalau mencari anakan pisang
sulit diperoleh yang ukurannya sama, sedangkan melalui teknik kultur
jaringan dapat diperoleh bibit pisang yang ukurannya sama.

d. Dapat dihasilkan bibit bebas virus.


Melalui kultur meristem dapat dihasilkan bibit tanaman yang bebas
virus. Jaringan meristem adalah jaringan pada tanaman yang sel-
selnya bersifat embrional yang mampu terus menerus membelah diri
untuk menambah jumlah sel tubuhnya. Suatu tanaman yang sudah
terserang virus maka seluruh jaringan tanaman tersebut biasanya
sudah terkontaminasi oleh virus kecuali bagian meristemnya. Oleh
karena itu jika bagian meristem tersebut dikulturkan maka dapat
menghasilkan bibit baru yang bebas dari virus. Seorang ahli
mengatakan bahwa bagian meristem tersebut belum terkena virus
karena pertumbuhan sel meristem lebih cepat dibandingkan
pertumbuhan virusnya.

e. Dapat dihasilkan bibit sepanjang waktu.


Pembiakan tanaman melalui teknik kultur jaringan dapat dilakukan
sepanjang waktu karena dilakukan di laboratorium, dimana cahaya,
suhu, dan kelembaban yang diperlukan tanaman dapat dikendalikan
sehingga tidak tergantung dengan musim.

f. Dapat untuk memperbanyak tanaman yang sulit dikembangkan


secara vegetatif atau generatif.

7
Teknik kultur jaringan dapat digunakan untuk memperbanyak
tanaman-tanaman yang sulit dikembangkan secara vegetatif atau
generatif karena sehingga memiliki sifat sama dengan induknya.

g. Dapat dihasilkan tanaman poliploid.


Melalui kultur anter atau ovul dapat dihasilkan tanaman haploid yang
akhirnya dengan perlakuan suatu mutagen akan dapat diperoleh
tanaman poliploid.

h. Dapat digunakan untuk penyimpanan plasma nutfah.


Dalam laboratorium kultur jaringan dapat digunakan untuk
menyimpan berbagai tanaman dengan genotip berbeda, yang dapat
digunakan sebagai sumber plasma nutfah.

Walaupun memiliki manfaat atau keunggulan yang banyak namun


pembiakan tanaman secara kultur jaringan juga memiliki beberapa
kelemahan yaitu:
a. Sarana prasarana yang diperlukan lebih mahal dibandingkan
pembiakan tanaman secara konvensional. Pelaksanaan kultur
jaringan menuntut adanya laboratorium, peralatan-peralatan elektrik,
dan bahan-bahan yang relatif lebih mahal dibandingan pembiakan
tanaman secara konvensional.
b. Keterampilan pelaksana pada kegiatan pembiakan secara kultur
jaringan lebih kompleks dibandingkan pembiakan secara
konvensional.
c. Produk kultur jaringan berupa plantlet dimana planltet ini tidak dapat
langsung ditanam di lapangan tetapi memerlukan waktu untuk
diadaptasikan lebih dahulu agar dapat ditanam di lapangan. Plantlet
berasal dari tempat pertumbuhan yang serba terkendali sehingga jika
akan ditanam di lapangan yang tidak terkendali harus diadaptasikan
lebih dulu. Masa adaptasi plantlet disebut sebagai masa aklimatisasi.

8
3. Tahapan pembiakan tanaman melalui teknik kultur jaringan
a. Penyediaan sumber eksplan
Bahan eksplan dapat diambil dari tanaman dewasa yaitu pada bagian
pucuk tanaman, daun atau umbi bahkan bijinya. Bahan eksplan dari
daun dipilih daun yang tidak terlalu muda dan juga tidak terlalu tua.
Pemotongan eksplan dilakukan dengan mengikutkan ibu tulang daun
karena pada bagian ini lebih cepat tumbuh menjadi kalus. Apabila
bahan eskplan berasal dari umbi biasanya umbi ditumbuhkan terlebih
dahulu tunasnya. Bagian tunas yang tumbuh dari umbi tersebut
kemudian dijadikan sebagai bahan eksplan, contohnya umbi batang
tanaman kentang, umbi batang tanaman talas dan umbi lapis bawang
merah.

Biji dapat dijadikan sebagai eksplan dan sebaiknya dipilih biji yang
bersertifikat atau dipetik langsung dari tanaman induknya yang sudah
diketahui keunggulan fenotif dan genotifnya. Bagian-bagian biji, seperti
embrio atau kotiledon dapat dijadikan sbagai bahan eksplan, misalnya
pada tanaman jagung, kedelai, jarak, paprika dan lain-lain. Biji juga
dapat langsung ditanam atau dikecambahkan pada media agar-agar,
contohnya pada kasus biji anggrek yang tidak memiliki cadangan
makanan.

b. Sterilisasi eksplan
Sterilisasi eksplan merupakan bagian yang sangat menentukan
keberhasilan inisiasi eksplan. Sterilisasi eksplan merupakan salah satu
prosedur yang digunakan untuk menghilangkan kontaminan
mikroorganisme pada eksplan. Kontaminan pada eksplan dapat berupa
cendawan, bakteri, tungau, serangga dan telurnya. Apabila kontaminan
tersebut tidak dihilangkan maka pada media yang mengandung gula,
vitamin dan mineral dalam waktu singkat akan dipenuhi kontaminan
sehingga mengakibatkan eksplan menjadi mati.

9
c. Inisiasi tunas
Inisiasi tunas adalah salah satu tahapan dalam kegiatan perbanyakan
tanaman secara kultur jaringan. Pengetahuan berbagai eksplan dan
penggunaannya sangat penting untuk diketahui agar dalam penentuan
eksplan yang digunakan sesuai dengan tujuan perbanyakan tanaman
yang diinginkan.

d. Penggandaan tunas
Tahap penggandaan tunas bertujuan untuk menggandakan bahan
eksplan hasil inokulasi yang hidup dengan cara diperbanyak untuk
penumbuhan tunas atau embrio serta memeliharanya dalam keadaan
tertentu sehingga sewaktu-waktu dapat dilanjutkan untuk tahap
berikutnya.

e. Induksi perakaran
Tunas-tunas yang telah dilakukan tahap regenerasi kemudian
dilakukan sub kultur atau dipindahkan ke media lain untuk tahap
selanjutnya yaitu tahap induksi perakaran inokulum. Prosedur induksi
perakaran inokulum secara in vitro dilakukan dengan pemindahan atau
sub kultur tunas hasil tahap regenerasi yang sudah cukup panjang (4
cm atau lebih) ke media dengan zat pengatur tumbuh auksin berupa
NAA atau IBA atau kombinasi keduanya. Kegiatan tersebut bertujuan
untuk merangsang pertumbuhan akar pada tunas ketika masih berada
dalam botol kultur (secara in vitro).

f. Aklimatisasi
Aklimatisasi planlet adalah suatu usaha untuk mengadaptasikan planlet
(bibit hasil kultur jaringan) dari lingkungan yang terkendali ke
lingkungan baru yang tidak terkendali. Kondisi lingkungan yang
diadaptasikan meliputi intensitas cahaya, kelembaban, temperatur
lingkungan, serta keberadaan mikroorganisme pengganggu tanaman.
Proses adaptasi dari lingkungan terkendali ke lingkungan yang tidak
terkendali ini memerlukan waktu yang bervariasi tergantung pada
perbedaan kondisi perubahannya dan ketahanan jenis tanamannya.

10
4. Lingkup kegiatan dalam kultur jaringan.
Jika sekolah bapak/ ibu sudah memiliki laboratorium untuk kegiatan kultur
jaringan, maka lingkup kegiatan yang mesti dilalui supaya bapak/ ibu dapat
melakukan pembiakan tanaman dengan teknik kultur jaringan adalah:
a. Membuat media kultur jaringan
b. Menyiapkan bahan tanam (eksplan)
c. Melakukan inokulasi (penanaman bahan tanam)
d. Memelihara kultur
e. Melakukan aklimatisasi

Kegiatan-kegiatan tersebut tentunya disesuaikan dengan sarana


prasarana yang telah dimiliki. Jika sarana prasarananya masih terbatas
maka dapat dipilih kegiatan yang sederhana tetapi dapat memberikan
wawasan dan meningkatkan keterampilan dalam bidang kultur jaringan.
Dalam melaksanakan pekerjaan-pekerjaan dalam kultur jaringan tersebut
harus diterapkan juga tentang prosedur kesehatan dan keselamatan kerja
dalam semua kegiatan kultur jaringan tanaman.

Faktor utama yang berpengaruh terhadap keberhasilan pembiakan


tanaman secara kultur jaringan ditentukan oleh:
a. Ketepatan komposisi media
Ketepatan komposisi media memegang peran yang sangat penting
dalam keberhasilan pertumbuhan tanaman secara kultur jaringan.
Tanaman adalah benda hidup yang membutuhkan nutrisi bagi
pertumbuhannya dimana keberadaan nutrisi ini dipengaruhi oleh
ketersediaan unsur dalam media tumbuhnya dan didukung oleh
ketepatan pH (potential of Hidrogen) media tumbuhnya. Keberadaan
unsur hara dalam media tumbuh harus dipenuhi sesuai dengan
kebutuhan tanaman tersebut. Setiap jenis tanaman dan setiap fase
pertumbuhan tanaman membutuhkan unsur hara yang berbeda
sehingga komposisi media kultur jaringan harus disesuaikan dengan
kebutuhan tersebut.

11
b. Kesterilan lingkungan kerja
Lingkungan kerja yang dimaksud disini meliputi lingkungan dan segala
isinya. Dalam laboratorium kultur jaringan malam lingkungan kerja
meliputi laboratorium, peralatan, dan petugas yang menangani
pekerjaan di laboratorium kultur jaringan. Pembiakan secara kultur
jaringan menggunakan media tumbuh berupa agar-agar yang berisi
unsur hara yang diperlukan oleh tanaman. Agar-agar merupakan
media yang mudah sekali terkontaminasi oleh mikroorganisme. Jika
media terkontaminasi maka eksplan yang ditanam otomatis akan ikut
terkontaminasi juga dan akhirnya pertumbuhannya terganggu bahkan
akhirnya akan mati.

Adapun faktor-faktor yang dapat menyebabkan terjadinya kontaminasi


adalah kebersihan dan kesterilan lingkungan kerja/ baik lingkungan
kerja makro maupun mikro, kebersihan dan kesterilan peralatan yang
digunakan, serta kebersihan petugas yang melakukan kegiatan.

c. Keterampilan pelaksana
Keterampilan pelaksana dalam melakukan pekerjaan baik
keterampilan abstrak maupun keterampilan kongkrit sangat
berpengaruh pada keberhasilan kultur jaringan. Sebagai contoh
misalnya dalam melakukan inokulasi jika sudah terampil maka dapat
dilakukan dalam waktu yang cepat sedangkan jika belum terampil akan
diperlukan waktu yang lebih lama. Sementara pelaksanaan inokulasi
semakin cepat dilakukan maka resiko kontaminasinya juga semakin
kecil.

5. Pengetahuan dan keterampilan penting dalam kegiatan kultur


jaringan.
Dalam melakukan pekerjaan kultur jaringan, pelaksana harus mempunyai
dasar pengetahuan tentang ilmu botani, fisiologi tanaman, kimia, dan fisika.
Pelaksana juga dituntut memiliki sikap sabar, tekun, teliti, serius, dan
disiplin pada setiap tahapan pekerjaan dalam kultur jaringan. Pekerjaan-

12
pekerjaan dalam kultur jaringan meliputi persiapan media, isolasi eksplan
(bahan tanaman), sterilisasi eksplan, inokulasi eksplan, kulturisasi dan
aklimatisasi.

Adapun keterampilan-keterampilan penting dalam kegiatan kultur jaringan


meliputi keterampilan abstrak dan keterampilan kongkrit.

a. Keterampilan abstrak.
Keterampilan abstrak yang diperlukan dalam kegiatan kultur jaringan
misalnya:
1) Keterampilan dalam menghitung dan atau mengkonversi resep
media tanam, bahan sterilisasi laboratorium, dan bahan sterilisasi
eksplan.
2) Keterampilan dalam mengidentifikasi keberadaan kontaminan pada
media atau pada kultur di ruang pertumbuhan.

b. Keterampilan kongkrit.
Keterampilan kongkrit yang diperlukan dalam kegiatan kultur jaringan
misalnya:
1) Keterampilan mengoperasikan dan merawat peralatan kultur
jaringan
2) Keterampilan dalam menimbang bahan
3) Keterampilan dalam mengukur dan memipet larutan
4) Keterampilan menuang media dalam botol kultur
5) Keterampilan memotong eksplan
6) Keterampilan membuat larutan
7) Keterampilan melakukan penanaman eksplan
8) Keterampilan melakukan subkultur

6. Laboratorium kultur jaringan.


Bahan tanam yang ditumbuhkan/ dibiakkan melalui teknik kultur jaringan
harus selalu dalam keadaan bebas mikroorganisme dan tercukupi
kebutuhan hidupnya agar bahan tanaman dapat tumbuh dengan baik
menjadi tanaman lengkap, oleh karena itu pelaksanaan teknik kultur

13
jaringan idealnya dilakukan dalam ruangan/ laboratorium yang dapat
dikendalikan kondisinya. Kondisi tersebut mencakup kebersihan dan
kesterilan, intensitas dan lama penyinaran, temperatur, dan kelembaban
ruangan yang sesuai peruntukannya.

Desain dan ukuran laboratorium kultur jaringan sangat beragam dan tidak
selalu harus sama karena mesti disesuaikan dengan tujuannya, apakah
untuk tujuan pendidikan, atau produksi, atau untuk penelitian, dan tentunya
juga disesuaikan dengan potensi yang dimiliki. Demikian juga jenis, jumlah,
dan spesifikasi peralatan yang harus ada dalam laboratorium kultur
jaringan juga disesuaikan potensi dan kebutuhannya.
Namun demikian karena karakteristik teknik kultur jaringan menghendaki
sterilitas yang tinggi maka ada beberapa persyaratan minimal yang harus
dipenuhi dari sebuah ruangan/ laboratorium kultur jaringan.

Ruang-ruang utama dalam lab kultur jaringan adalah:


a. Ruang persiapan digunakan untuk penyimpanan bahan dan alat
pembuatan media, pembuatan media, dan penyiapan eksplan.
Didalam ruang ini minimal terdapat alat-alat glassware (alat-alat gelas
untuk lab), karet penyedot larutan, timbangan analitis, hot stirrer,
autoclave.
b. Ruang transfer digunakan untuk melakukan kegiatan penanaman, baik
penanaman eksplan maupun subkultur. Ruang ini harus selalu bersih
dan steril. Dalam ruangan ini minimal terdapat alat-alat laminar air flow
cabinet, alat diseksi, bunsen burner, air conditioner, rak plastik beroda.
c. Ruang pertumbuhan digunakan untuk menumbuhkan eksplan dimana
dalam ruangan ini dikondisikan agar cahaya, temperatur, dan
kelembaban dapat diatur. Ruang ini juga harus selalu bersih dan steril.
Dalam ruangan ini minimal terdapat air conditioner, pengukur suhu
ruangan, pengukur kelembaban udara dalam ruangan, timer, lampu
neon (TL).
d. Green house atau shading house untuk melakukan aklimatisasi
plantlet. Dalam green house atau shading house ini minimal terdapat

14
pot-pot atau wadah tanaman yang diaklimatisasi, alat penyiraman,
sumber air penyiraman, sprayer, pengatur cahaya matahari.

Kendala utama dalam kultur jaringan adalah adanya resiko kontaminasi.


Jika eksplan dan atau media terkena kotaminan pada umumnya peluang
untuk berhasil sangat rendah. Kontaminasi dapat berasal dari bahan, alat,
lingkungan, dan pelaksana. Oleh karena itu ruangan-ruangan dalam
laboratorium kultur jaringan harus dijaga kebersihan dan kesterilannya.
Benda-benda yang tidak bermanfaat dan benda-benda yang mudah
dihinggapi mikroorganisme sebaiknya tidak disimpan di laboratorium.

Persyaratan tata letak laboratorium kultur jaringan tanaman adalah sebagai


berikut:
a. Bangunan laboratorium harus mudah dijangkau oleh konsumen dan
instansi yangterkait
b. Tidak terletak diarah angin, yaitu untuk menghindari polusi terhadap
ruang lain
c. Mempunyai saluran pembuangan limbah tersendiri untuk menghindari
pencemaran lingkungan sekitar/penduduk.
d. Mempunyai jarak cukup jauh terhadap bangunan lain untuk
memberikan ventilasi yang cukup dan penerangan alami yang
optimum.
e. Terletak pada bagian yang mudah dikontrol

Lokasi yang baik untuk laboratorium harus di daerah yang berlingkungan


bersih, bebas polusi, tanpa keterbatasan air bersih, dan yang penting
dilengkapi dengan prasarana transportasi, dan utilities air, gas dan listrik)
yang memadai. Sanitasi dan sterilisasi secara berkala perlu dilakukan
untuk menjaga keberihan dan tingkat kesterilan ruangan.

15
Gambar 1. Tata Letak Laboratorium Kultur Jaringan

Gambar 2. Ruang Penanaman

Gambar 3. Ruang Pertumbuhan

16
7. Peralatan kultur jaringan.
Berikut ini adalah peralatan pokok yang digunakan untuk kegiatan kultur
jaringan tanaman.
a. Timbangan analitis. Timbangan analitis digunakan untuk menimbang
bahan. Timbangan analitis dapat berupa timbangan biasa atau digital,
yang terpneting adalah yang spesifikasinya dapat digunakan untuk
menimbang dalam satuan miligram hingga 3 digit di belakang koma.
b. Laminar flow cabinet, digunakan untuk melakukan penanaman
(inisisasi dan subkultur). Laminar flow dapat diganti dengan entkas
biasa asal tingkat sterilitasnya dapat dijamin.
c. Autoclave, digunakan untuk mensterilkan media kultur.
d. Hot stirrer, digunakan untuk memanaskan sambil mengaduk media
media pada saat proses pemasakan media.
e. pH meter, digunakan untuk mengukur pH media.
f. Kulkas, digunakan untuk menyimpan bahan-bahan yang harus
disimpan pada suhu dingin.
g. Rak pertumbuhan, digunakan untuk menempatkan dan menumbuhkan
kultur yang telah ditanam.
h. Alat-alat gelas (glassware), antara lain pipet tetes, pipet ukur dengan
berbagai ukuran, gelas ukur dengan berbagai ukuran, gelas piala
dengan berbagai ukuran, erlenmeyer dengan berbagai ukuran, corong,
bunsen burner, gelas pengaduk, cawan petri. Glassware digunakan
untuk untuk pembuatan media dan sebagian digunakan juga untuk
penanaman.
i. Alat-alat diseksi, antara lain scalpel, pisau scalpel, pinset, gunting. Alat-
alat diseksi ini digunakan untuk melakukan penyiapan eksplan dan
penanaman (inisiasi dan subkultur).
j. Botol kultur. Botol kultur digunakan untuk menanam eksplan dan
subkultur. Bentuk botol kultur ada beraneka ragam yang
penggunaannya dapat disesuaikan dengan kebutuhan.
k. Karet pengisap. Karet pengisap digunakan untuk memipet larutan pada
saat pembuatan media kultur.
l. Air conditioner, digunakan untuk mendinginkan ruangan.

17
m. Lampu penerangan.
n. Termometer ruangan
o. Higrometer
p. Sumber air bersih (PAM/ sumur)

Gambar 4. Autoclave

Gambar 5. Peralatan Gelas

18
Gambar 6. Timbangan Analitis

Gambar 7. Laminar Air Flow Cabinet

Penataan peralatan di laboratorium kultur jaringan harus memperhatikan


keamanan dan kelancaran dalam bekerja. Misalnya timbangan analitis
agar dapat digunakan dengan hasil yang valid harus diletakkan di meja
yang datar, tidak dipindah-pindah, dan berada di ruang yang tidak ada
memungkinkan terjadi hembusan angin. Rak untuk menyimpan bahan
sebaiknya diletakkan dekat dengan tempat penimbangan. Autoclave
diletakkan di ruang pembuatan media.

19
D. Aktivitas Pembelajaran
Fasilitator mengarahkan aktifitas kegiatan pembelajaran pada peserta
pelatihan melalui beberapa kegiatan berikut ini:
1. Mengamati
 Membaca modul, melihat dan atau mendengarkan tayangan, melihat
alat peraga atau benda sesungguhnya yang ada dalam laboratorium.
 Mencatat hasil pengamatan
2. Menanyakan
 Menanyakan hal-hal yang menarik dan atau yang ingin diketahui
lebih lanjut tentang hasil pengamatan yang telah dilakukan.
 Melakukan diskusi kelompok,
3. Mencoba
Lakukan kegiatan obsevasi dengan menggunakan lembar kerja 1 dan 2
4. Menalar
Lakukan analisis dan buat simpulan dengan merangkum hasil bacaan
tentang tentang konsep kultur jaringan
5. Mengkomunikasikan
Buat laporan hasil diskusi, hail praktik kemudian presentasikan

LEMBAR KERJA 1

Observasi Bahan dan Alat Laboratorium Kultur Jaringan

Pendahuluan
Perbanyakan tanaman dengan teknik kultur jaringan diperlukan lingkungan yang
steril dan terkendali. Oleh karena itu kultur jaringan memerlukan laboratorium yang
dapat dikendalikan kondisinya. Kondisi tersebut mencakup temperatur,
kelembaban intensitas dan lama penyinaran yang sesuai peruntukannya. Selain
itu ruang dan alat harus terjamin kebersihan dan kesterilannya.

Tujuan
Bila disediakan fasilitas laboratorium kultur jaringan peserta dapat mengidentifikasi
jenis dan fungsi secara tepat ruangan laboratorium, peralatan dan bahan-bahan
kultur jaringan dengan tepat.

20
Alat dan bahan
1. ATK
2. Laboratorium, bahan dan peralatan kultur jaringan
3. Shading house

Keselamatan kerja
Selama melakukan kegiatan ini diharapkan Anda selalu bertindak secara hati-hati,
teliti, dan cermat serta mengenakan perlengkapan K3.

Langkah kerja
1. Amati laboratorium kultur jaringan yang meliputi ruang persiapan, ruang
penanaman, ruang pertumbuhan, dan shading house untuk aklimatisasi plantlet
dengan cermat dan teliti! Catatlah hal-hal penting dan karaketristik dari masing-
masing ruangan tersebut!
2. Amati peralatan kultur jaringan yang meliputi peralatan pembuatan media,
peralatan penanaman, peralatan penumbuhan/ pemeliharaan kultur, dan
peralatan aklimatisasi dengan cermat dan teliti! Catat nama dan fungsi alat,
serta cara mengoperasikannya!
3. Amati bahan-bahan kultur jaringan yang meliputi bahan pembuat media dan
bahan sterilisasi!

LEMBAR KERJA 2

Sterilisasi Alat

Pendahuluan
Peralatan yang terbuat dari metal, gelas, aluminium foil, dll. dapat disterilsasi
dengan cara pengeringan dalam oven pada suhu 130 o-170oC selama 2-4 jam.
Semua peralatan tersebut harus dibungkus dengan alinium foil/kertas sebelum di
oven. Untuk bahan yang terbuat dari metal tidak anjurkan sterilisasi dengan
menggunakan autoclave karena akan menyebabkan karat. Untuk peralatan

21
diseksi yang akan digunakan pada ruang transfer atau laminar, setelah disterilisasi
dalam oven harus direndam dahulu dalam alkohol 96% kemudian dibakar di atas
lampu bunsen.

Tujuan
Apabila disediakan alat dan bahan yang sesuai peserta diklat dapat melakukan
sterilisasi alat-alat laboratorium kultur jaringan tanaman sesuai dengan tahapan-
tahapan yang benar.

Alat dan bahan


1. Oven
2. Sabun, peralatan diseksi, petridish, kain lap, kertas dan glassware

Keselamatan kerja
Selama melakukan kegiatan ini diharapkan Anda selalu bertindak secara hati-hati,
teliti dan cermat serta mengenakan perlengkapan K3.

Langkah kerja
1. Cucilah secara hati-hati peralatan diseksi, petridish, kain lap, dan glassware
dengan sabun sampai bersih, lalu bungkus peralatan tersebut menggunakan
kertas.
2. Masukkan alat ke dalam oven dengan hati-hati disterilisasi pada suhu 130oC
selama 2-4 jam.
3. Simpanlah alat yang sudah steril di dalam oven bersuhu 80 o C hingga akan
digunakan.
4. Rendam dahulu dalam alkohol 96% kemudian bakar di atas lampu bunsen
secara hati-hati peralatan diseksi yang akan digunakan pada ruang transfer
atau laminar.

22
E. Latihan Soal
Jawablah soal-soal berikut dengan benar dengan cara memberi tanda silang
(X) huruf a,b,c atau d pada salah satu pilihan jawaban!

1. Teknik kultur jaringan merupakan metode untuk memperoleh bibit tanaman


secara cepat. Yang dimaksud dengan kultur jaringan adalah?
a. teknik mengisolasi bagian tanaman dan menumbuhkannya pada media
buatan dalam kondisi aseptik di dalam ruang yang terkontrol.
b. teknik mengisolasi tanaman dengan menggunakan bagian jaringan
tanaman dan menumbuhkannya pada media buatan di dalam ruang yang
tidak terkontrol.
c. teknik memperbanyak tanaman dengan menggunakan pucuk tanaman dan
menumbuhkannya pada media buatan dalam kondisi aseptik di dalam
ruang yang terkontrol.
d. teknik memperbanyak tanaman dengan menggunakan tunas muda dan
menumbuhkannya pada media buatan dalam kondisi tidak aseptik di dalam
ruang yang terkontrol.

2. Bagian tanaman yang digunakan sebagai bahan tanaman yang diinisiasi


dalam kultur jaringan sehingga bagian-bagian tanaman tersebut dapat tumbuh
dan berkembang menjadi tanaman lengkap disebut.
a. plantlet
b. inokulum
c. eksplan
d. aklimatisasi

3. Tanaman lengkap hasil regenerasi dalam kultur jaringan yang belum


diaklimatisasikan disebut.
a. plantlet
b. eksplan
c. inokulum
d. aklimatisasi

23
4. Faktor terpenting yang berpengaruh terhadap keberhasilan perbanyakan
tanaman secara kultur jaringan tersebut adlah:
a. jumlah subkultur
b. jumlah media
c. jumlah sumber eksplan
d. komposisi media

5. Ruangan dalam laboratorium kultur jaringan yang berfungsi untuk


penyimpanan bahan dan alat pembuatan media dan penyiapan eksplan
adalah ruang..
a. transfer
b. persiapan
c. inisiasi
d. pertumbuhan

6. Inisisasi dan subkultur pada perbanyakan tanaman secara kultur jaringan


dilakukan di dalam:
a. laminar flow cabinet
b. autoclave
c. hot stirrer
d. higrometer

7. Alat dibawah ini yang tidak diperlukan dalam ruang pertumbuhan adalah:
a. lampu neon (TL)
b. higometer
c. hotplate
d. termometer

F. Rangkuman
Kultur jaringan tanaman adalah suatu metode atau teknik mengisolasi bagian
tanaman dan menumbuhkannya pada media buatan dalam kondisi aseptik di
dalam ruang yang terkontrol sehingga bagian-bagian tanaman tersebut dapat
tumbuh dan berkembang menjadi tanaman lengkap. Sejarah perkembangan

24
kultur jaringan diawali dengan adanya teori totipotensi sel yang menyatakan
bahwa sel-sel bersifat otonom dan mampu melakukan regenerasi. Manfaat
dari kultur jaringan adalah dapat dihasilkan bibit yang seragam dalam jumlah
yang besar, dapat dihasilkan bibit bebas virus, dapat dihasilkan bibit sepanjang
waktu karena pelaksanaannya tidak tergantung musim, dapat memperbanyak
tanaman yang sulit dibiakkan secara vegetatif, dapat dihasilkan tanaman
poliploid, dan dapat digunakan sebagai plasma nutfah.

Lingkup kegiatan kultur jaringan meliputi pembuatan media, penyiapan bahan


tanam, penanaman, pemeliharaan kultur, dan aklimatisasi. Untuk dapat
melaksanakan kegiatan tersebut maka diperlukan laboratorium kultur jaringan
yang idealnya terdiri dari ruang persiapan, ruang penanaman (ruang transfer),
ruang pertumbuhan, dan green house/ shading house untuk aklimatisasi.
Adapun peralatan yang diperlukan meliputi peralatan gelas laboratorium,
peralatan diseksi, botol kultur, timbangan analitis, karet pengisap, autoclave,
hot stirer, pH meter, kulkas, laminar air flow cabinet, rak pertumbuhan, air
conditioner, lampu penerangan, dehumifier, termometer ruangan, higrometer,
sumberair bersih.

Agar kegiatan dapat berjalan dengan lancar maka sumber daya manusia yang
bekerja di laboratorium kultur jaringan harus memiliki pengetahuan,
keterampilan, dan sikap tertentu.

Fasilitas laboratorium kultur jaringan minimla terdiri dari ruang persiapan,


runag tanaman, ruang pertumbuhan, dan shading house. Dalam ruang
persiapan jika memungkinkan dapat dibuat sebuah ruang kecil khusus untuk
ruang timbang. Agar kegiatan dapat berjalan dengan lancar maka sumber
daya manusia yang bekerja di laboratorium kultur jaringan harus memiliki
pengetahuan, keterampilan, dan sikap tertentu.

25
G. Umpan Balik dan Tindak Lanjut.
Setelah saudara mempelajari konsep kultur jaringan dengan metode
pembelajaran mengamati (mengenal fakta lapangan, membaca modul),
diskusi, mencoba tahap-tahap pengembangan, melakukan tugas, apakah
anda bisa mengembangkan kultur jaringan di sekolah anda? Apa yang akan
saudara lakukan ?

26
GLOSARIUM

Protoplasma : Bagian hidup dari sebuah sel yang dikelilingi oleh


membran plasma. Ini adalah istilah umum
Sitoplasma. Protoplasma terdiri dari campuran
molekul kecil seperti ion, asam amino, monosakarida
dan air, dan makromolekul seperti asam nukleat,
protein, lipid dan polisakarida.
Sel : Unit dasar fungsional dan biologis dari semua
organisme hidup, dapat juga berarti unit terkecil dari
kehidupan yang mampu memperbanyak diri secara
independen dan seringkali sel disebut sebagai
“building blocks of life”.
Jaringan : Kumpulan sel-sel tumbuhan yang memiliki bentuk
dan fungsi yang sama.
Organ : Kumpulan jaringan yang secara bersama-sama
melakukan tugas tertentu, yang terdiri dari akar,
batang, daun, bunga dan buah.
Hormon : Molekul-molekul yang kegiatannya mengatur reaksi-
reaksi metabolik penting yang mampu mendorong
ataupun yang menghambat pertumbuhan dan
dihasilkan secara alami (alamiah) baik itu dari
tumbuhan ataupun dari hewan.
Zat pengatur tumbuh : Molekul-molekul yang kegiatannya mengatur reaksi-
reaksi metabolik penting yang mampu mendorong
ataupun yang menghambat pertumbuhan dan
dihasilkan secara buatan (sintetis) dengan campur
tangan manusia ataupun melalui rekayasa dan
biasanya ZPT ini berhubungan dengan kimia.
Poliploid : Kondisi pada suatu organisme yang memiliki
set kromosom (genom) lebih dari sepasang.
Organisme yang memiliki keadaan demikian disebut

27
sebagai organisme poliploid. Usaha-usaha yang
dilakukan orang untuk menghasilkan organisme
poliploid disebut sebagai poliploidisasi.
Jaringan embrional : Jaringan yang sel-selnya mampu membelah diri
secara terus menerus. Contoh jaringan embrional
adalah mersitem.
Plasma nutfah : Substansi atau zat pembawa sifat keturunan yang
dapat berupa organ utuh atau bagian dari tumbuhan
atau hewan serta mikroorganisme. Plasma nutfah
merupakan kekayaan alam yang sangat berharga
bagi kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi
untuk mendukung pembangunan nasional.
Steril : Suci hama, bebas dari mikroorganisme.
Inisiasi : Tahap pengambilan eksplan dari tanaman induk
yang akan diperbanyak secara kultur jaringan.

28
PENUTUP

Modul Agribisnis Tanaman Pangan dan Hortikultura Grade-7 (KK G) ini disusun
dalam rangka menyediakan kebutuhan bahan ajar pelatihan pengembangan
keprofesionalan berkelanjutan bagi guru-guru Sekolah Menengah Kejuruan
Pertanian Paket Keahlian Agribisnis Tanaman Pangan dan Hortikultura. Modul ini
diperuntukkan bagi guru-guru yang hasil uji kompetensinya masih kurang
khususnya pada grade atau kelompok kompetensi yang ke-7. Keberadaan
dokumen ini akan selalu berkembang sesuai dengan berkembangnya ilmu
pengetahuan dan teknologi serta kebijakan-kebijakan dan peraturan-peraturan
lain yang terkait dengan pelatihan guru kejuruan. Semoga keberadaan modul ini
dapat membantu pihak-pihak yang memerlukannya.

29
DAFTAR PUSTAKA

Gamborg, O.L. and Philips, G.C. 1995. Plant Cell, Tissue and Organ Culture :
Fundamental Methods. Springer-Verlag Berlin Heidelberg. New York.

George, E.F. and Sherrington. 2000. Plant Propagation by Tissue Culture.


Volume 1. 2nd Ed. Exegetic Limited. England.

Gunawan, L.V. 1992. Teknik Kultur Jaringan. Pusat Antar Universitas Bioteknologi.
Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Pierik. R.L.M. 1997. In Vitro Culture of Higher Plants. Kluwer Academic Publishers.
Dordrecht. Netherlands.

Santoso, U. dan Nursandi, F. 2004. Kultur Jaringan Tanaman. Universitas


Muhammadiyah Malang Press. Malang.

Sukmadjaja. D. dan Mariska, I. 2003. Perbanyakan Bibit Abaka Melalui Kultur


Jaringan. Balai Penelitian Bioteknologi dan Sumberdaya Genetik
Pertanian. Bogor.

. 2003. Perbanyakan Bibit Jati Melalui Kultur


Jaringan. Balai Penelitian Bioteknologi dan Sumberdaya Genetik
Pertanian. Bogor.

Tim Biotrain. 2001. Produksi Bibit Unggul Tanaman Melalui Kultur Jaringan. Pusat
Antar Universitas Bioteknologi. Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Trigano, R.N. and Gray, D.J.G. 2000. Plant Tissue Culture Concepts and
Laboratory Exercises. 2nd Ed. CRC Press. Boca Raton. Florida.

Yusnita. 2003. Kultur Jaringan Cara Memperbanyak Tanaman Secara Efisien.


Agromedia Pustaka. Jakarta.
Zulkarnain. 2009. Kultur Jaringan Tanaman. Solusi Perbanyakan Tanaman
Budidaya. Bumi Aksara. Jakarta.

https://id.wikipedia.org/wiki/Aklimatisasi
http://himakesjafkuns.blogspot.co.id/2013/09/info-k3-keselamatan-dan-
kesehatan-kerja.html

h t t p: / / l ea r n m i ne .b l o g sp ot . c o. i d /2 01 5/ 0 4/ k e se l a m at an - da n - k e s eh a ta n -
k e rja .h tml

30

Anda mungkin juga menyukai