Anda di halaman 1dari 17

1

LAPORAN PRAKTEK LAPANG


KULTUR JARINGAN

AWAL ADITYA NUGRAHA


08220210050

PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
MAKASSAR
2023
i

DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL Halaman
DAFTAR GAMBAR
PENDAHULUAN
Latar Belakang..............................................................................................1
Tujuan Praktikum..........................................................................................3
Kegunaan Praktikum.....................................................................................3
TINJAUAN PUSTAKA
Deskripsi Instansi..........................................................................................4
METODOLOGI
Waktu dan Tempat.......................................................................................10
Pelaksanaan Praktikum................................................................................10
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil.............................................................................................................11
Pembahasan..................................................................................................13
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan..................................................................................................14
Saran.............................................................................................................14
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN GAMBAR
ii

DAFTAR GAMBAR

No Lampiran Halaman
1. Penyampaian Teknis Kegiatan..........................................................................11
2. Pengenalan Larutan Stok...................................................................................11
3. Pengenalan Laboratorium..................................................................................11
4. Proses Aklimatisasi...........................................................................................11
5. Makan Siang Bersama.......................................................................................11
1

PENDAHULUAN

Latar Belakang
Kultur jaringan ialah teknik pengisolasian bagian tanaman (jaringan,
organ, sel, atau protoplasma) dan mengkulturnya pada media buatan dalam
lingkungan yang aman dan terkendali (Heriansyah et al., 2014). Penelitian kultur
jaringan umumnya dilakukan di Laboratorium Kultur Jaringan Tumbuhan yang
digunakan sebagai tempat penelitian dan pendidikan bagi mahasiswa, dosen
dan peneliti untuk melakukan suatu teknik yang bertujuan untuk
menumbuhkan sel maupun organ tanaman yang sering disebut dengan
eksplan pada media buatan yang mengandung nutrisi aseptik (steril) (Dwiyani,
2015).
Teknik menumbuhkan sel, jaringan, dan organ tumbuhan pada media cair
maupun media padat yang mengandung nutrien pada kondisi aseptik disebut
dengan kultur jaringan tumbuhan. Perbanyakan tanaman melalui teknik tersebut
lebih ekonomis karena mampu menghasilkan bibit tanaman dalam jumlah yang
banyak dalam waktu relative singkat. Keberhasilan teknik kultur jaringan
tumbuhan dipengaruhi oleh berbagaimacam faktor, antara lain: kondisi bahan,
peralatan, dan ruang steril, unsur hara mikro dan makro, sumber eksplan,
pemberian zat pengatur tumbuh (ZPT). Hal terpenting dan perlu diperhatikan
dalam kultur jaringan ialah teknik aseptik karena kultur jaringan dikatakan
berhasil jika bebas dari semua mikroorganisme pathogen yang menginfeksi
(Wakil dan Mbah, 2015).
Pada penelitian kultur jaringan tumbuhan sering terjadi kontaminasi.
Kontaminasi yang terjadi pada penelitian kultur jaringan menyebabkan hasil
kultur terbuang, hal ini disebabkan karena udara yang kurang steril dan keadaan
laboratorium yang belum baik. Kontaminasi media internal dan eksplan eksternal
terjadi karena mikroba yang masuk ke media, botol kultur, atau alat tanam yang
tidak steril, dan kelalaian (Andriani dan Heriansyah, 2021). Mikrobia kontaminan
merupakan permasalahan yang umum dijumpai dalam kultur jaringan tumbuhan.
Bakteri merupakan salah satu jenis mikrobia yang menjadi kontaminan dalam
kultur jaringan tumbuhan (Erna, 2022).
2

Jamur dan bakteri adalah mikroba yang biasanya ditemukan di media


kultur jaringan yang terkontaminasi. Mikroba yang dapat berkembang biak
dengan cepat akan menutupi permukaan eksplan dan media yang ditanam.
Selain itu, luka yang disebabkan oleh pemotongan dan prosedur sterilisasi, yang
menyebabkan kematian jaringan eksplan, akan memungkinkan mikroba untuk
menyerang eksplan, yang dipengaruhi oleh beberapa jenis mikroba, seperti
Lactobacillus plantarm sp, Xanthomonas sp, Rhizoctonia sp, dan Mucor sp. (Wati
et al., 2020). Kontaminasi menyebabkan multiplikasi tanaman lambat berkembang
yang menyebabkan akar menjadi membusuk, dan dapat memicu kematian pada
tanaman. Bakteri mengontaminasi eksplan jaringan tumbuhan bermula dari
eksplan, ruangan pengujian, operator, dan cara sterilisasi yang tidak efsien.
Kontaminasi yang disebabkan bakteri dapat menyebabkan kondisi kultur
seperti berair dan berlendir, sedangkan kontaminasi yang disebabkan oleh
jamur kultur menjadi rusak dan bewarna keruh keputihan media kultur
menjadi retak, Bakteri yang mengkontaminasi kultur pada media kultur
jaringan dapat berupa bakterigram negative ataupun bakteri gram positif.
Isolasi dan identifikasi mikroorganisme pengkontaminasi dari udara harus
dilakukan sebagai bentuk pengendalian. Langkah awal usaha pengendalian ini
adalah identifikasi jenis-jenis mikroba penyebab kontaminasi pada eksplan
melalui udara (aerosol) (Sien et al., 2013). Hasil dari isolasi dan identifikasi
mikoba penyebab kontaminasi dari udara akan memudahkan upaya untuk
menentukan metode sterilisasi yang tepat pada laboratorium kultur jaringan
tumbuhan sehingga hasil kultur jaringan dapat meningkat dengan baik
(Damayanti, 2015).
Tujuan Praktikum
Praktikum kultur jaringan tentang pembuatan media bertujuan untuk
mengetahui pengaruh sterilisasi pada media dan cara pembuatan media kultur
jaringan yang baik dan benar
Kegunaan Praktikum
Kegunaan praktikum kultur jaringan tentang pembuatan media sebagai
sumber ilmu pengetahuan guna memahami media kultur jaringan.
3

TINJAUAN PUSTAKA

Deskripsi Instansi
UPT Balai Benih Tanaman Hortikultura yang terletak di Kelurahan Bonto-
Bonto, Kabupaten Gowa, Provinsi Sulawesi Selatan merupakan salah satu
kawasan yang memiliki potensi untuk dikembangkan menjadi agroeduwisata.
Konsep pengembangan yang di wujudkan dalam bentuk gambar siteplan dan
gambar desain. Konsep dasar adalah wisata edukasi dan agrowisata. Konsep
pengembangan terdiri atas konsep tatae ruang, konsep tata hijau,konsep konsep
sirkulasi, konsep fasilitas dan utilitas serta konsep aktivitas. Tata ruang di bagi
menjadi dua zona, yaitu dengan zona edukasi dan zona rekreasi. Ini bertujuan
untuk kawasan Balai Benih Tanaman Hortikultura menjadi suatu kawasan
agroeduwisata yang fungsional dan bernilai estetika (Dinas Tanaman Pangan,
Holtikultura dan Perkebunan, 2021).
Visi UPT Balai Benih Tanaman Hortikultura Sulawesi Selatan:
Mewujudkan pembibitan atau perbenihan tanaman hortikultura lebih maju,
tangguh dan efisien.
Misi UPT Balai Benih Tanaman Hortikultura Sulawesi Selatan
a. Mewujudkan ketersediaan pembibitan atau perbenihan bermutu dari varietas
atau klon Unggul dalam mendukung peningkatan produksi penanaman
hortikultura.
b. Mewujudkan optimalisasi pemanfaatan sumber daya, yang mampu mendorong
produksi bibit atau benih sumber hortikultura (UPT Balai Benih Tanaman
Hortikultura, 2010).
Unit Pelaksana Teknis (UPT) Balai Benih Tanaman Hortikultura
mempunyai tugas menyelenggarakan tugas Teknis Dinas di bidang Produksi
Benih Tanaman Hortikultura, dipimpin oleh Kepala UPT yang berada dibawah
dan bertanggung jawab kepada Kepala Dinas (UPT Balai Benih Tanaman
Hortikultura, 2010).
Kepala UPT mempunyai tugas pokok memimpin, menyusun
kebijaksanaan, menyelenggarakan koordinasi, pembinaan, pengawasan, dan
pengendalian teknis dalam menyelenggarakan kegiatan Balai Benih Tanaman
Hortikultura (BBTH) provinsi Sulawesi Selatan. Kepala UPT mempunyai Fungsi:
4

a. Pengoordinasian pelaksanaan kegiatan.


b. Pengelolaan urusan umum dan administrasi kepegawaian.
c. Pengoordinasian dan penyusunan program serta pengolahan dan penyajian
data.
d. Pengelolaan dan pembinaan organisasi dan tatalaksana.
e. Pelaksanaan tugas kedinasan lain sesuai dengan bidang tugasnya (UPT Balai
Benih Tanaman Hortikultura, 2010).
Tugas pokok dirincikan sebagai berikut:
a. Menyusun rencana kegiatan UPT sebagai pedoman dalam pelaksanan tugas.
b. Mendistribusikan dan memberi petunjuk pelaksanaan tugas kepada bawahan
sehingga pelaksanaan tugas berjalan lancer.
c. Memantau dan mengevaluasi pelaksanaan tugas dan kegiatan bawahan untuk
megetahui tugas-tugas yang telah dan belum dilaksanakan.
d. Membuat konsep, mengoreksi, memaraf dan atau menandatangani naskah
dinas untuk menghindari kesalahan.
e. Mengikuti rapat rapat sesuai dengan bidang tugasnya.
f. Megoordinasikan, menyusun rencana dan program UPT.
g. Melaksanakan kebijakan dan standar teknis di bidang produksi benih tanaman
hortikultura.
h. Mengembangkan teknlogi dan informasi produksi benih hortikltura.
i. Melaksanakan monitoring, evaluasi dan pelaporan secara periodik.
j. Melaksanakan urusan ketatausahaan UPT.
k. Menyusun laopran hasil; pelaksanaan tugas UPT dan memberikan saran
pertimbangan kepada atasan sebagai bahan perumusan kebijakan dan
melaksanakan tugas kedinasan lain yang diperintahkan atasan sesuai dengan
bidang tugasnya untuk kelancaran pelaksanaan tugas (UPT Balai Benih
Tanaman Hortikultura, 2010).
Sub Bagian Tata Usaha dipimpin oleh Kepala Sub Bagian Tata Usaha
yang mempunyai tugas pokok melakukan administrasi ketatausahaan, koordinasi
dan pengendalian, monitoring, dan evaluasi dan pengukuran kinerja lingkup UPT
Balai Benih Tanaman Hortikultura. Tugas pokok yang dimaksud dirincikan
sebagai berikut:
5

a. Menyusun rencana kegiatan sekretariat dan mendistribusikan serta


mengevaluasi peaksanaan tugas kepada bawahan.
b. Melaksanakan urusan administrasi kepegawaian, organisasi dan tata laksana.
c. Melaksanakan urusan administrasi umum dan rumah tangga.
d. Melaksanakan urusan penyusunan laporan organisai UPT.
e. Melaksanakan penatausahaan keuangan.
f. Melaksanakan urusan dokumentasi perkantoran.
g. Menyusun laporan perkembangan kinerja UPT Balai Benih Tanaman
Hortikultura (BBTH).
h. Melaksanakan tugas kedinasan lain yang diperintahkan atasan sesuai dengan
bidang tugasnya untuk kelancaran pelaksanaan tugas (UPT Balai Benih
Tanaman Hortikultura, 2010).
Seksi Produksi dipimpin oleh Kepala Seksi yang mempunyai tugas pokok
melaksanakan sebagian tugas UPT dalam hal perencanaan, pengawasan,
monitoring dan evaluasi dibidang produksi benih tanaman hortikultura. Tugas
Pokok yang dimaksud dirincikan sebagai berikut:
a. Melaksanakan perencanaan kegiatan seksi.
b. Melaksanakan perencanaan produksi benih tanaman hortikutura.
c. Melaksanakan pengaturan dan penyaluran benih tanaman hortikultura.
d. Melaksanakan pembinana teknis produksi benih tanaman hortikultura.
e. Melaksanakan perencanaan penerimaan pendapatan asli daerah (PAD).
f. Melaksanakan pengembangan teknologi produksi benih tanaman hortikutura.
g. Melaksanakan penyebarluasan informasi produksi benih tanaman hortikultura
h. Melaksanakan tugas kedinasan lain yang diperintahkan atasan sesuai dengan
bidang tugasnya untuk kelancaran pelaksanaan tugas (UPT Balai Benih
Tanaman Hortikultura, 2010).
Seksi Sarana dan Prasarana dipimpin oleh seoragn Kepala seksi yang
mempunyai tugas pokok melaksanakan sebagian tugas UPT dalam hal
perencanaan, pembinaan, pegawasan, monitoring, dan evaluasi dibidang sarana
dan prasarana. Tugas pokok yang dimaksud dirincikan sebagai berikut:
a. Melaksanakan Perencanaan kegiatan seksi.
6

b. Melaksanakan perencanaan pengembangan sarana dan prasarana dan alat


mesin pertanian.
c. Melaksanakan inventarisasi dan identifikasi sarana dan prasarana laboratorium
dan alat mesin pertanian.
d. Melaksanakan optimalisasi penggunaan sarana dan prasarana laboratorium dan
alat mesin pertanian.
e. Melaksanakan pembinaan teknis pemanfaatan alat dan mesin produksi tanaman
hortikultura.
f. Melakukan pengujian awal daya tahan tbuh benih tanaman hortikultura.
g. Melaksanakan tugas kedinasan lain yang diperintahkan atasan sesuai dengan
bidang tugasnya untuk kelancaran pelaksanaan tugas (UPT Balai Benih
Tanaman Hortikultura, 2010)
7

METODOLOGI

Tempat dan Waktu


Praktikum kultur jaringan tentang pembuatan media dilaksanakan di
Laboratorium Kultur Jaringan UPT Balai Benih Hortikultura Sulawasi Selatan,
Kecamatan Bonto-bonto, Kabupaten Gowa, Provinsi Sulawesi Selatan, pada hari
Selasa 31 Oktober 2023 Pukul 08.00-13.00 WITA
Pelaksanaan Praktikum
Adapun pelaksanaan praktikum kultur jaringan tentang pembuatan media
kultur jaringan, yaitu :
1. Seluruh praktikan kumpul di Aula UPT Balai Benih Hortikultura Sulawesi
Selatan untuk melaksanakan kegiatan pembukan dan sekaligus pengenalan
staf-staf yang berkerja di Balai Benih Hortikultura Sulawesi Selatan
2. Penyampaian seluruh teknis kegiatan yang dilakukan Di balai Benih
Hortikultura Sulawesi Selatan
3. Praktikan dibagi menjadi 2 kelompok dan yang membawa baju lab yang
berjumlah 10 orang dianjurkan untuk masuk Ke laboratorium Kultur Jaringan.
4. Kelompok 1 dan 2 mengikuti kegiatan pembuatan media MS.
5. Kelompok 3,4 dan 5 Mengikuti Kegiatan aklimatisasi dan subkultur yang
dilakukan oleh staf UPT Balai Benih Hortikultura Sulawasi Selatan.
6. Setiap kelompok yang telah melakukan kegiatan akan dilakukan
pengiliran/pertukaran.
7. Seluruh praktikan melakukan games yang pandu oleh asisten dosen.
8. Seluruh praktikan kumpul di Aula untuk dilaksanakan kegiatan penutupan
pembagian hadiah dan foto bersama.
8

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil
Praktek Lapang Kultur Jaringan Tanaman dilaksanakan di UPT Balai Benih
Tanaman Hortikultura, Dinas Ketahanan Pangan Dan Hortikultura. Provinsi
Sulawesi Selatan, Kelurahan Bonto-Bonto, Kecamatan Bonto Marannu,
Kabupaten Gowa, menambah wawasan mengenai perbanyak tanaman secara
kultur jaringan. Terdapat empat tahapan yang dilakukan dalam kultur jaringan
yaitu:
Tabel 1. Observasi Laboratorium
No. Jenis Kegiatan Gambar

1 Pembuatan Media Tanaman

2 Perkenalan Alat dan Bahan


9

3 Subkultur

4 Aklimatisasi

Pembahasan
1. Pembuatan Media Tanaman terdapat alat 2 alat gelas ukur yang di gunakan 50
ml dan 1000 ml yang 50 ml di gunakan untuk mengukur semua larutan stop
1A, 1B, MS2, MS3, MS4 dan bio enisitol dengan aquades yang sudah di
sterilisasi dan semua larutan stop nya di campurkan dalam gelas mulai 1A
sampai bio enisitol lalu di tambahkan aquades steril hanya untuk penambah
untuk mencukupi 1 liter. Gulanya dan agar-agar di campurkan ke dalam panci
setelah tercampur semuanya pH nya di ukur sebelum di masak atau sesudah di
masak lalu di aduk sampai mendidih setelah mendidih di tuang ke dalam botol
kultur lalu di tutup dengan rapat dengan plastik dan karet, lalu di berikan label
sebagai penanda media. Mensterilisasi media menggunakan autoklaf dengan
suhu 121oC tekanan 17 PSI selama 15 menit.
2. Perkenalan alat dan bahan Laboratorium kultur jaringan tumbuhan
membutuhkan fasilitas yang unik dan keahlian khusus. Beberapa hal yang
perlu diperhatikan agar metode kultur jaringan dapat dilaksanakan adalah
laboratorium kultur jaringan tumbuhan, alat dan bahan yang diperlukan dalam
10

metode kultur jaringan tumbuhan, dan metode sterilisasi Beberapa alat yang
digunakan dalam laboratorium kultur jaringan tumbuhan antara lain beker
glass, gelas ukur, erlenmeyer, botol kultur, skalpel, petridish, shaker, laminar
air flow, rak kultur, bunsen, pinset, mikropipet, microfilter, aluminium foil, ph
indicator, media agar dan autoclave Sedangkan bahan yang digunakan untuk
sterilisasi eksplan antara lain detergen, alkohol, clorox, aquadest steril dan lain-
lain
3. Subkultur dalam konteks kultur jaringan tumbuhan merujuk pada tahap
perbanyakan tanaman melalui kultur jaringan. Proses subkultur ini melibatkan
transfer eksplan yang telah tumbuh dari kultur sebelumnya ke media kultur
yang baru untuk memperbanyak tanaman. Subkultur merupakan salah satu
tahapan dalam perbanyakan tanaman melalui kultur jaringan. Proses ini
bertujuan untuk memperbanyak tanaman dengan tingkat keberhasilan yang
lebih besar dibandingkan dengan tingkat kematian dan kontaminan. Pada
praktikum kultur jaringan tumbuhan, subkultur dilakukan setelah eksplan
tumbuh dan berkembang di media kultur sebelumnya, sehingga dapat diperoleh
tanaman yang lebih banyak
4. Aklimatisasi Aklimatisasi dalam konteks kultur jaringan tumbuhan merujuk
pada proses penyesuaian tanaman hasil kultur jaringan terhadap lingkungan
luar laboratorium sebelum ditanam di lapangan. Proses ini penting untuk
memastikan tanaman dapat bertahan hidup setelah ditanam di lingkungan
alaminya. Aklimatisasi melibatkan penyesuaian terhadap faktor lingkungan
seperti media tanam, intensitas cahaya, kelembapan, dan suhu ruang. Proses
aklimatisasi bertujuan untuk mengetahui kemampuan tanaman dalam
beradaptasi. Tahapan aklimatisasi merupakan kritis karena merupakan
peralihan dari kondisi lingkungan yang baik di ruang kultur menuju ke
lingkungan bebas dengan kondisi yang tidak terkontrol. Proses ini dapat
dilakukan dengan langkah-langkah seperti penyesuaian tanaman terhadap
lingkungan baru dan pemberian naungan untuk melindungi tanaman dari
intensitas sengatan matahari
11

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan
Berdasarkan hasil praktikum lapangan ini dapat saya simpulkan bahwa
kegiatan kultur jaringan harus memiliki modal yang besar untuk pengadaan alat
alat dan bahan kultur jaringan dan Pembangunan laboratorium
Saran
Adapun sedikit saran dari saya pribadi bahwa kunjungan praktikum
lapangan dapat berlangsung lebih lama untuk menjelaskan lebih rinci kepada
praktikan tentang semua yang ada didalam laboratorium.
12

DAFTAR PUSTAKA

Andriyani, Wiwien Mukti, Komsatun, Prilastini, dan Wismo W. (2018).


“Optimasi Hormon Pertumbuhan Pada Produksi Kalus Rumput Laut
Kultur Jaringan.” Jurnal Perekayasaan Budidaya Payau dan Laut 1:79–86.

Andriani, D., & Heriansyah, P. (2021). Identifikasi Jamur Kontaminan pada


Berbagai Eksplan Kultur Jaringan Anggrek Alam (Bromheadia
finlaysoniana (Lind.) Miq Agro Bali. Agricultural Journal, 4(2), 192–199.

Damayanti, A. (2015). Identifikasi Dan Isolasi Mikroba Kontaminan Pada Kultur


Anggrek Cattleya Serta Pengaruhnya Pada Pertumbuhan Kultur Anggrek
Genus Cattleya Dan Dendrobium.

Devi, C.S. and Srinivasan, V.M. (2006). Studies on Various


Atmospheric Microorganisms Affecting the Plant Tissue Culture
Explants. Academic Journals Inc., USA. American Journalof Plant
Physiology I (2): 205-209.

Dinas Tanaman Pangan, Holtikultura dan Perkebunan. (2021). Seminar Roadmap


Pengembangan Eduwisata Perbenihan UPT BBH Bonto-Bonto. [Online]
https://distphbun.sulselprov.go.id/page/readmore/147/seminar-roadmap-
pengembangan-eduwisata-perbenihan-upt-bbh-bonto-bonto

Dwiyani, R. (2015). Kultur Jaringan Tanaman. Pelawa Sari.

Pandiangan. (2013). Stabilitas Antimikroba Temulawak (Curcuma xantoriza


Roxb) terhadap Mikroba Patogen. Jurnal Media Unika, 4(73).

Sien, L. S., Chuan, C. H., Lihan, S., & Yee, L. T. (2013). Isolation and
identification of airbone bacteria inside swiftlet houses in Sarawak,
Malaysia. Makara Journal Science, 17(3), 105–108.

UPT Balai Benih Tanaman Hortikultura, (2010). UPT Balai Benih Tanaman
Hortikultura Sulawesi Selatan. [Online]. https://uptdbbthsulsel.
wordpress.com/.

Wakil, S.M., and Mbah, E.I. (2015). Screening Antibiotics for The Elimination
of Bacteria from in vitro Yam Plantlets. Department of Microbiology.
University of Ibadan, Nigeria. AU J.T. 16(1): 7-8.

Wati, T., Astarini, I. A., Pharmawati, M., & Hendriyani. (2020). Perbanyakan
Begonia Bimaensis Undaharta & Ardaka dengan Teknik Kultur Jaringan.
Biological Sciences, 7(1), 112–122.
13

LAMPIRAN GAMBAR

Gambar 1. Penyampaian Teknis Gambar 2. Pengenalan Larutan


Kegiatan Stok

Gambar 3. Pengenalan Gambar 4. Proses Aklimatisasi


Laboratorium

Gambar 5. Makan Siang Bersama


14

LEMBAR ASISTENSI

No Hari/Tanggal Paraf Asisten

Anda mungkin juga menyukai