Oleh:
Pangesti Nugrahani
Sukendah
Makziah
0
KATA PENGANTAR
1
PETUNJUK PENGGUNAAN MODUL
2
DAFTAR ISI
3
TUJUAN INSTRUKSIONAL
4
I. PENDAHULUAN
5
jumlah yang besar tanpa membutuhkan tempat yang luas, mampu
menghasilkan bibit dengan jumlah besar dalam waktu yang singkat,
kesehatan dan mutu bibit lebih terjamin, kecepatan tumbuh bibit lebih
cepat dibandingkan dengan perbanyakan konvensional, pengadaan bibit
tidak tergantung musim, biaya pengangkutan bibit relatif lebih murah dan
mudah
Teknik kultur jaringan tanaman kini dimanfaatkan secara luas untuk
perbanyakan berbagai macam jenis tanaman, baik pada tanaman
hortikultura (sayuran, buah, tanaman hias) serta pada tanaman keras
(tanaman industri dan kehutanan). Sedangkan pada skala laboratorium
untuk keperluan penelitian mencakup berbagai spesies tanaman, antara
lain Mawar, Bugenvil, Sansivera, Puring, Anyelir, Gerbera, Melon,
Begonia, African violet, Gladiol, dan masih banyak lagi. Di Indonesia,
teknik kultur jaringan sudah dilakukan dalam skala komersial pada
beberapa tanaman yaitu Berbagai jenis Anggrek, Pisang Cavendish,
Pisang Abaca, Krisan, Jati, Anthurium, dan Tebu.
CATATAN
Aplikasi Teknik Kultur Jaringan dalam Bidang Agroteknologi antara lain:
a. Perbanyakan vegetatif secara cepat
b. Membersihkan bahan tanaman/bibit dari virus
c. Membantu program pemuliaan tanaman (Kultur Haploid, Embryo
Rescue, Seleksi In Vitro, Variasi Somaklonal, Fusiprotoplas,
Transformasi Gen / Rekayasa Genetika Tanaman dll).
d. Produksi metabolit sekunder.
6
II. TEKNIK PROPAGASI SECARA IN VITRO
7
• Tahap IV – Aklimatisasi
– adaptasi pada lingkungan luar botol
I
II
III
IV
8
Eksplan diambil dari tanaman, baik tanaman yang tumbuh di
lapang atau tanaman hasil kultur jaringan in vitro. Calon tanaman induk
sebaiknya adalah tanaman yang diketahui varietasnya dan dari jenis yang
unggul. Tanaman induk dipilih yang sehat dan sedang dalam fase
pertumbuhan cepat (bersemi). Sebelum dilakukan pengambilan bagian
tanaman yang akan dipergunakan sebagai eksplan, tanaman induk yang
tumbuh di lapang, perlu disemprot dengan fungisida dan insektisida untuk
mencegah serangan hama dan penyakit tanaman.
Gambar 2.
Organ tanaman sebagai eksplan
9
berbagai bahan yang diperlukan jaringan untuk hidup dan memperbanyak
dirinya.
Media yang digunakan biasanya terdiri dari unsur hara makro dan
mikro dalam bentuk garam mineral, vitamin, dan zat pengatur tumbuh
(hormon). Selain itu, diperlukan juga bahan tambahan seperti gula, agar,
arang aktif, bahan organik lain (air kelapa, bubur pisang, ekstrak buah,
ekstrak kecambah) . Media yang sudah jadi ditempatkan pada tabung
reaksi atau botol kaca dan disterilisasi. Komposisi media yang digunakan
tergantung dari tujuan dan jenis tanaman yang dikulturkan.
Media tanam kultur jaringan terdiri dari dua jenis yaitu media cair
dan media padat. Media cair digunakan untuk menumbuhkan eksplan
sampai terbentuk PLB (Protocorm Like Body). Media padat digunakan
untuk menumbuhkan PLB sampai terbentuk planlet (tanaman kecil).
Media padat dibuat dengan melarutkan nutrisi dan agar-agar ke dalam
akuades dan disterilkan.
Berdasarkan komposisi dan kesesuaian media terhadap jenis
tanaman yang akan dikulturkan, dikenal beberapa jenis media dasar:
• Media VW yang diformulasikan dan diperkenalkan oleh E. Vacin
dan F. Went (1949), untuk tanaman Anggrek
• Media MS yang diformulasikan dan diperkenalkan oleh Murashige
dan Skoog (1962) untuk berbagai tanaman hortikultura
• Media Euwen untuk tanaman kelapa
• Media B5 atau Gamborg, digunakan untuk kultur suspense sel
kedelai, alfafa dan legume lain.
• Media White, untuk kultur akar
• Media Woody Plant Madium (WMP) untuk tanaman berkayu
• Media N6 untuk tanaman serealia
• Media Nitsch dan Nitsch untuk kultur sel dan kultur tepung sari
• Media Schenk dan Hildebrandt untuk tanaman berkayu
Media dasar tersebut dapat dimodifikasi sesuai dengan kebutuhan,
dengan menambahkan vitamin dan zat pengatur tumbuh (hormon). Zat
pengatur tumbuh diperlukan untuk mengatur diferensiasi tanaman. Ada
10
beberapa zat pengatur tumbuh yang biasa dipergunakan dalam kultur
jaringan adalah:
• Golongan Auxin: IAA, NAA, IBA, 2,4-D
• Golongan Cytokinin: Kinetin, BAP/BA, 2 i-P, zeatin, thidiazuron,
PBA
• Golongan giberellin : GA3
• Golongan growth retardan : Paclobutrazol, Ancymidol
11
Tabel 2. Komposisi Media MS
2.4. AKLIMATISASI
Tahapan akhir dari perbanyakan tanaman dengan teknik kultur
jaringan adalah aklimatisasi planlet (tanaman kecil). Aklimatisasi adalah
kegiatan memindahkan planlet keluar dari ruangan aseptik. Tahap
aklimatisasi merupakan tahap yang sangat penting dan kritis dalam
rangkaian budidaya tanaman in vitro, karena kondisi lingkungan di rumah
kaca atau rumah plastik dan di lapangan sangat berbeda dengan kondisi
di dalam botol kultur.
Aklimatisasi dilakukan dengan memindahkan planlet ke media
aklimatisasi dengan intensitas cahaya rendah dan kelembapan nisbi
tinggi, kemudian secara berangsur-angsur kelembapannya diturunkan dan
12
intensitas cahayanya dinaikkan. Pemindahan ini dilakukan secara hati-hati
dan bertahap, yaitu dengan memberikan sungkup. Sungkup digunakan
untuk melindungi bibit dari udara luar, sinar matahari langsung dan
serangan hama penyakit karena bibit hasil kultur jaringan sangat rentan
terhadap serangan hama penyakit dan udara luar.
Media tanaman yang dipergunakan dalam tahap ini biasanya
berupa bubuk arang, arang sekam, mos, pakis halus, campuran tanah
halus dan kompos, dan sebagainya.
Setelah bibit mampu beradaptasi dengan lingkungan barunya maka
secara bertahap sungkup dilepaskan dan pemeliharaan bibit dilakukan
dengan cara yang sama dengan pemeliharaan bibit generatif. Selanjutnya
bibit siap dipindahkan ke lapang atau lahan penanaman.
13
• Keterbatasan peralatan dan fasilitas pendukung operasi
• Kemampuan manajerial dan operasional personal laboran
• Protokol / Prosedur yang tidak dapat berlaku untuk seluruh spesies
tanaman
• Harga bahan media relatif masih mahal
• Perlu penyesuaian dengan standar industri
Keberhasilan teknik propagasi secara in vitro ini ditentukan oleh beberapa
faktor, antara lain:
a). Faktor tanaman
Genotipe tanaman: varietas, species tanaman induk
Kondisi eksplan : jenis eksplan, ukuran, umur, fase fisiologis
jaringan
b). Faktor lingkungan tumbuh:
Suhu: ± 25 oC
Kelembaban : 80-99% (botol tertutup rapat)
Cahaya : sumber cahaya ruang kultur adalah lampu TL ±1000 lux
Media tanam : jenis media, komposisi media, hormon
c). Faktor sterilitas / kondisi aseptik
Sterilitas bahan dan peralatan laboratorium: penggunaan autoklaf
Sterilitas ruang: penggunaan bahan antiseptic (kloroform, alkohol)
Sterilitas dalam pelaksanaan: penggunaan entkas dan laminar air
flow
2.6. RANGKUMAN
Kultur jaringan tanaman merupakan teknik menumbuh
kembangkan bagian tanaman, baik berupa sel, jaringan maupun organ
dalam kondisi aseptik secara in vitro. Mikropropagasi memungkinkan
diperolehnya bibit tanaman secara cepat dengan kualitas yang baik,
bebas penyakit dan seragam. Teknik mikropropagasi tanaman
hortikultura dan tanaman kehutanan dengan mutu tinggi menciptakan
peluang baru dalam perdagangan global.
14
Teknik mikropropagasi pada dasarnya adalah poliferasi secara
cepat dari suatu jaringan meristem, tunas, embrio somatik dan kumpulan
sel. Proses mikropropagasi terdiri dari beberapa tahap, yaitu persiapan,
inisiasi eksplan, multiplikasi atau subkultur eksplan, penumbuhan tunas,
perakaran,dan aklimatisasi. Keberhasilan mikropropagasi in vitro ini
tergantung pada faktor tanaman (genotip dan kondisi eksplan), dan
lingkungan tumbuh (cahaya, kelembaban, suhu, dan media). Tahap kritis
dalam mikropropagasi adalah tahap aklimatisasi, sehingga aklimatisasi
perlu ditangani dengan hati-hati dan secara bertahap.
15
IV. PROJECT BASED LEARNING
16
DAFTAR PUSTAKA
Rout GR, Mohapatra A, Jain MS. 2006. Research review paper: Tissue
culture of ornamental pot plant: A critical review on present
scenario and future prospects. Biotechnology Advances 24: 531–
560. Available online at www.sciencedirect.com
17
COMMONLY USED TERMS IN TISSUE CULTURE
(Listed from IAEA, 2004)
18
Embryo culture: In vitro culture of isolated mature or immature embryos.
In vitro: Latin: "in glass" - culture of an organism or a portion of it in
glass or plastic ware on synthetic media.
Tissue culture: in vitro culture of cells, tissues, organs and plants under
aseptic conditions on synthetic media.
Growth chamber: a chamber used for the incubation of culture containers
or plants under controlled environment
Micropropagation: multiplication of plants from vegetative parts by using
tissue culture.
Propagule: a portion of an organism (shoot, leaf, callus, etc.) used for
propagation.
Explant: an excised piece or part of a plant used to initiate a tissue
culture.
Subculture: the aseptic division and transfer of a culture or portion of that
culture to a fresh nutrient medium.
Meristem: a group of undifferentiated cells situated at the tips of shoots,
buds and roots, which divide actively and give rise to tissue
and organs.
Somatic embryos: non-zygotic bipolar embryo-like structures obtained
from somatic cells.
Totipotencity: capacity of plant cells to regenerate whole plants when
cultured on appropriate media.
Transgenic: plants that have a piece of foreign DNA.
19
DAFTAR SINGKATAN
20