SKRIPSI
OLEH:
NIM 141501214
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2019
UJI AKTIVITAS ANTIBAKTERI FRAKSI n-HEKSANA DAN
FRAKSI ETIL ASETAT DAUN SIBO (Leea indica F) terhadap
Staphylococcus aureus dan Escherichia coli
SKRIPSI
OLEH:
NIM 141501214
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2019
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
penyusunan skripsi yang berjudul Uji Aktivitas Antibakteri Fraksi n-heksana dan
Fraksi Etilasetat Daun Sibo (Leea indica F) terhadap Staphylococcus aureus dan
Escherichia coli. Skripsi ini diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh
antidisentri, antispasmodik dan juga untuk mengobati vertigo. Daun sibo juga
berkhasiat sebagai obat kepala pusing. Di Kabupaten Karo daun sibo digunakan
sebagai ramuan obat untuk infeksi luka. Daun sibo memiliki kandungan senyawa
mengetahui aktivitas antibakteri fraksi n-heksana dan fraksi etilasetat dari daun
sibo. Hasil yang didapat yaitu fraksi etilasetat dan fraksi n-heksana memberikan
selanjutnya.
Drs. Nahitma Ginting, M.Si., Apt., yang telah membimbing penulis dengan penuh
kesabaran dan tanggung jawab hingga selesainya penyusunan skripsi ini. Ucapan
terima kasih juga penulis sampaikan kepada kepada Ibu Dr. Marline Nainggolan,
M.S., Apt., selaku ketua penguji, Ibu Dra. Erly Sitompul., M.Si., Apt., selaku
anggota penguji yang telah memberikan saran untuk penyempurnaan skripsi ini,
iv
dan kepada Bapak Dadang Irfan Husori, M.Sc., Apt., selaku dosen penasehat
akademik serta Bapak dan Ibu staf pengajar Fakultas Farmasi USU yang telah
mengucapkan terima kasih kepada Ibu Prof. Dr. Masfria, M.S., Apt., selaku
Dekan Fakultas Farmasi yang telah menyediakan fasilitas kepada penulis selama
Penulis juga mengucapkan rasa terima kasih dan penghargaan yang tulus
kepada kedua orangtua, Ayahanda Edison Siagian dan Ibunda Emmy Silaen, serta
Adikku, Robby, Vivi dan Monika atas limpahan kasih sayang, semangat dan doa
yang tidak ternilai dengan apapun. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada
para sahabat dan teman-teman yang selalu memberikan doa, dorongan dan
v
vi
UJI AKTIVITAS ANTIBAKTERI FRAKSI n-HEKSANA DAN FRAKSI
ETIL ASETAT DAUN SIBO (Leea indica F) terhadap Staphylococcus aureus
dan Escherichia coli
ABSTRAK
Latar Belakang: Sibo (Leea indica F.) secara tradisional telah digunakan sebagai
obat antinflamasi, antibakteri ,antidiare, mengobati disentri, mengobati vertigo,
antidiabetes, dan juga mengobati penyakit kulit. Leea indica umumnya dikenal
sebagai mali-mali di Indonesia terutama di Sumatera,di Kabupaten Karo Sumatera
utara tumbuhan ini umumnya dikenal sebagai sibo. Leea indica adalah tanaman
perdu asli Asia tropis, Australia, Bangladesh, India, China, Bhutan dan Malaysia.
Tujuan: Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui aktivitas antibakeri fraksi n-
heksana dan fraksi etil asetat terhadap bakteri Staphylococcus aureus dan
Escherichia coli,
Metode: Penelitian ini dilakukan dengan metode eksperimental dengan meliputi
pengumpulan sampel, ,pemeriksaaan makroskopis,pemeriksaan mikroskopis,
,pembuatan simplisia,pemeriksaan karakteristik, skrining fitokima, pembuatan
ekstrak etanol daun sibo dengan cara maserasi kemudian difraksinasi berturut-
turut dengan pelarut n-heksana,etilasetat kemudian dilakukan dengan pengujian
aktivitas antibakteri terdadap bakteri Staphylococus aureus dan Escherichia coli
dengan metode difusi agar.
Hasil:.Hasil pemeriksan makroskopis adalah daun majemuk berbentuk berseling
lonjong, tepi daun bergerigi, tulang daun menyirip, ujung daun runcing panjang
dan bulat, panjang daun 8-16 cm, lebar daun 2- 8 cm. Hasil pemeriksaan
mikroskopis daun sibo terdapat stomata tipe parastik, terdapat trikoma glandular
dan trikoma non glandular. Pada daun terdapat kristal Ca oksalat yang banyak
dengan tipe druse..Hasil karakterisasi simplisia diperoleh kadar air 9,33% kadar
sari larut air 11,32%, kadar sari larut etanol 6,92%, kadar abu total 8,1% dan
kadar abu tidak larut dalam asam 0,88%. Skrining fitokimia serbuk simplisia dan
ekstrak etanol menunjukkan adanya kandungan alkaloid, flavonoid, glikosida,
saponin, tanin dan steroid/triterpenoid. Fraksi n-heksana hanya mengandung
golongan steroid/triterpenoid saja dan pada fraksi etilasetat mengandung
flavonoid, glikosida, saponin dan tanin. Hasil uji aktivitas antibakteri pada fraksi
etilasetat menunjukan aktivitas antibakteri terkuat dibanding dengan fraksi n-
heksana dengan diameter hambat pertumbuhan bakteri Staphylococus aureus dan
Escherichia coli pada konsentrasi 500 adalah 16,66 mm dan 16,26 mm sedangkan
pada fraksi n-heksan diameter hambat pertumbuhan bakteri Staphylococus aureus
dan Escherichia coli pada konsentrasi 500 adalah 10,5 mm dan 10 mm.
Kesimpulan : Hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa fraksi n-heksana dan
fraksi etilasetat daun sibo memberikan aktivitas antibakteri terhadap bakteri
Staphylococus aureus dan Escherichia coli.
vii
ANTIBACTERIAL ACTIVITY OF n-HEXANA FRACTION AND
ETHYLACETATE FRACTION OF SIBO LEAF (Leea indica F) AGAINTS
Staphylococcus aureus and Escherichia coli
ABSTRACT
Background: Sibo (Leea indica F.) has traditionally been used as an anti-
inflammatory drug, antibacterial, antidiarrheal, treating dysentery, treating vertigo,
antidiabetic, and also treating skin diseases. Leea indica is commonly known as
the ancestor in Indonesia, especially in Sumatra, in the North Sumatra Karo
Regency this plant is commonly known as sibo. Leea indica is a shrub native to
tropical Asia, Australia, Bangladesh, India, China, Bhutan and Malaysia.
Objective: The purpose of this study was to determine the antibacterial activity of
n-nexan fraction and ethyl acetate fraction against Staphylococcus aureus and
Escherichia coli bacteria,
Method: This study was conducted with an experimental method that included
sample collection, macroscopic examination, microscopic examination, making
simplicia, checking characteristics, fitokima screening, making ethanol extract of
sibo leaves by masseration then fractionating successively with n-hexane,
ethylacetate then carried out by testing the antibacterial activity towards
Staphylococus aureus and Escherichia coli bacteria with agar diffusion method.
Results: Macroscopic examination results were compound leaves with oval-
shaped leaves, jagged leaf edges, pinnate leaf bones, long and round tapered
leaves, 8-16 cm long leaves, 2-8 cm leaf widths. The results of microscopic
examination of sibo leaves have parastic type stomata, there are glandular
trichomes and non-glandular trichomes. In the leaves there are many Ca oxalate
crystals with the type of druse ... The results of simplicia characterization obtained
9.33% moisture content of water soluble extract 11.32%, soluble extract content
of ethanol 6.92%, total ash content 8.1% and levels acid insoluble ash 0.88%.
Phytochemical screening of simplicia powder and ethanol extract showed the
presence of alkaloids, flavonoids, glycosides, saponins, tannins and steroids /
triterpenoids. The n-hexane fraction contains only steroids / triterpenoids and in
the ethylacetate fraction contains flavonoids, glycosides, saponins and tannins.
The antibacterial activity test on ethylacetate fraction showed the strongest
antibacterial activity compared to the n-hexane fraction with inhibitory diameter
growth of Staphylococus aureus and Escherichia coli bacteria at a concentration of
500 was 16.66 mm and 16.26 mm while the n-hexane fraction inhibited bacterial
growth Staphylococus aureus and Escherichia coli at concentrations of 500 were
10.5 mm and 10 mm.
Conclusion: Antibacterial activity test of n-hexane fraction showed no effective
inhibition of Staphylococus aureus and Escherichia coli bacteria, whereas the
etilaacetate fraction showed effective inhibition in Staphylococus aureus and
Escherichia coli bacteria at concentrations of 400 mg / ml and 300 mg / ml.
viii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL................................................................................................ i
HALAMAN PENGESAHAN ................................................................................ iii
KATA PENGANTAR ........................................................................................... iv
SURAT PERNYATAAN TIDAK PLAGIAT ....................................................... vi
ABSTRAK ........................................................................................................... vii
ABSTRACT ......................................................................................................... vii
DAFTAR ISI ......................................................................................................... ix
DAFTAR TABEL ................................................................................................ xii
DAFTAR GAMBAR DALAM LAMPIRAN ...................................................... xiii
DAFTAR LAMPIRAN ....................................................................................... xiv
BAB I PENDAHULUAN .......................................................................................1
1.1 Latar Belakang ................................................................................................1
1.2 Perumusan Masalah ........................................................................................ 4
1.3 Hipotesis ..........................................................................................................4
1.4 Tujuan Penelitian ..............................................................................................5
1.5 Manfaat Penelitian ...........................................................................................5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA..............................................................................6
2.1 Uraian Tumbuhan ..............................................................................................6
2.1.1 Morfologi Tumbuhan .....................................................................................6
2.1.2 Habitat ............................................................................................................6
2.1.3 Sistematika Tumbuhan ...................................................................................6
2.1.4 Nama Asing ....................................................................................................6
2.1.5 Sinonim Tumbuhan ........................................................................................7
2.1.6 Nama Daerah ..................................................................................................8
2.1.7 Manfaat Sibo ...................................................................................................8
2.1.8 Kandungan Kimia ..........................................................................................8
2.2 Uraian Kandungan Kimia .................................................................................9
2.2.1 Glikosida .........................................................................................................9
2.2.2 Flavonoid ........................................................................................................9
2.2.3 Steroid/Triterpenoid ......................................................................................10
2.2.4 Tanin .............................................................................................................10
2.2.5 Saponin..........................................................................................................10
2.2.6 Alkaloid .........................................................................................................11
2.3 Ekstraksi ..........................................................................................................12
2.4 Fraksinasi (Ekstraksi Cair-Cair) ......................................................................14
2.5 Bakteri .............................................................................................................14
2.5.1 Uraian Umum ...............................................................................................14
2.5.2 Staphylococcus aureus .................................................................................17
2.5.3 Escherichia coli .............................................................................................17
2.6 Morfologi Bakteri ............................................................................................19
2.7 Fase Pertumbuhan Mikroorganisme ..............................................................20
2.8 Uji Aktivitas Antimikroba ...............................................................................21
2.9 Sterilisasi .........................................................................................................23
2.9.1Sterilisasi dengan pemanasan secara kering .................................................23
2.9.1Sterilisasi dengan pemanasan secara basah ...................................................24
BAB III METODE PENELITIAN ........................................................................25
ix
3.1 Tempat dan Waktu Penelitian ......................................................................25
3.2 Alat dan Bahan ..............................................................................................25
3.1.1 Alat ..............................................................................................................25
3.1.2 Bahan ..........................................................................................................26
3.3 Penyiapan Bahan ............................................................................................26
3.3.1 Pengambilan Bahan Tumbuhan ..................................................................26
3.3.2 Identifikasi Tumbuhan ................................................................................27
3.3.3 Pembuatan Simplisia .....................................................................................27
3.3.4 Karakterisasi Simplisia .................................................................................27
3.3.4.1 Pemeriksaan Makroskopik ........................................................................27
3..4.2 Pemeriksaan Mikroskopik............................................................................27
3.3.4.3 Penetapan Kadar Air .................................................................................28
3.3.4.4 Penetapan Kadar Sari Yang Larut Dalam Air ............................................29
3.3.4.5 Penetapan Kadar Sari Yang Larut Dalam Etanol .......................................29
3.3.4.6 Penetapan Kadar Abu Total .......................................................................29
3.3.4.7 Penetapan Kadar Abu Tidak Larut Dalam Asam .......................................29
3.4 Pembuatan Pereaksi .......................................................................................30
3.4.1 Pereaksi Mayer ..............................................................................................30
3.4.2 Pereaksi Dragendorff ...................................................................................30
3.4.3 Pereaksi Bouchardat ......................................................................................30
3.4.4 Pereaksi Molish .............................................................................................31
3.4.5 Pereaksi Lieberman-Bourchard .....................................................................31
3.4.6 Pereaksi Besi (iii) Klorida 1% b/v ...............................................................31
3.4.7 Pereaksi Timbal (II) Asetat 0,4 M ................................................................31
3.4.8 Pereaksi Natrium Hidroksia 2 N ..................................................................31
3.4.9 Pereaksi Asam Klorida 2 N ...........................................................................31
3.5 Skrining Fitokimia ...........................................................................................31
3.5.1 Pemeriksaan Alkaloida..................................................................................31
3.5.2 Pemeriksaan Glikosida .................................................................................31
3.5.3 Pemeriksaan Saponin ....................................................................................33
3.5.4 Pemeriksaan Tanin ........................................................................................33
3.5.5 Pemeriksaan Flavonoid .................................................................................33
3.5.6 Pemeriksaan Steroid/Triterpenoid ................................................................33
3.6 Pembuatan Ekstrak ..........................................................................................34
3.6.1 Pembuatan fraksi n-heksana dan etilasetat ....................................................34
3.7 Uji Aktifitas Antibakteri .................................................................................35
3.7.1 Strerilisasi alat ...............................................................................................35
3.7.2 Pembuatan media .........................................................................................35
3.7.2.1 Nutrient agar (NA) ....................................................................................35
3.7.2.2 Nutrient broth (NB) ...................................................................................35
3.7.3 Pembuatan media agar miring ......................................................................36
3.7.4 Pembiakan bakteri .........................................................................................36
3.7.4.1 Pembuatan stok kultur bakteri ....................................................................36
3.7.4.2 Persiapan inokulum bakteri ........................................................................36
3.7.5 Pembuatan larutan uji dengan berbagai variasi konsentrasi ........................37
3.8 Metode Pengujian Efek Antibakteri Secara In Vitro ......................................37
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ..............................................................38
4.1 Hasil Identifikasi Tumbuhan ........................................................................38
x
4.1.1 Hasil pemeriksaan makroskopis ................................................................38
4.1.2 Hasil pemeriksaan mikroskopis ................................................................38
4.2 Hasil Pemeriksaan Karakterisasi Simplisia ..................................................38
4.3 Hasil Skrining Fitokimia ..............................................................................40
4.4 Hasil Ekstraksi dan Fraksinasi .....................................................................42
4.5 Hasil Uji Aktivitas Antibakteri Fraksi n-Heksana dan Fraksi
Etilasetat Daun Sibo .....................................................................................43
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ................................................................46
5.1 Kesimpulan ......................................................................................................46
5.2 Saran .................................................................................................................46
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................47
LAMPIRAN .............................................................................................................5
xi
DAFTAR TABEL
4.1 Hasil pemeriksan serbuk simplisia daun sibo (Leea indica F.).... .................. 40
4.2 Hasil skrining fitokimia ...............................................................................41
4.3 Hasil pengukuran diamter rata-rata daerah hambatan pertumbuhan
bakteri uji pada faksi n-heksana .................................................................43
4.4 Hasil pengukuran diamter rata-rata daerah hambatan pertumbuhan
bakteri uji pada faksi etilasetat ...................................................................43
xii
DAFTAR GAMBAR DALAM LAMPIRAN
`
1. Tumbuhan Sibo ...............................................................................................50
2. Daun daun sibo ...............................................................................................50
3. Simplisia daun sibo .........................................................................................51
4. Sebuk simplisia daun sibo ...............................................................................51
5. Penampang membujur daun sibo ...................................................................52
6. Penampang melintang daun sibo ....................................................................53
7. Pengujian aktivitas antibakteri fraksi n-heksana daun sibo terhadap
Eschericia coli ................................................................................................64
8. Pengujian aktivitas antibakteri fraksi n-heksana daun sibo terhadap
Staphylococus aureus ......................................................................................65
9. Pengujian aktivitas antibakteri fraksi etilasetat daun sibo terhadap
Eschericia coli ................................................................................................66
10. Pengujian aktivitas antibakteri fraksi etilasetat daun sibo terhadap
Staphylococus aureus ......................................................................................67
xiii
DAFTAR LAMPIRAN
`
1. Hasil identifikasi tumbuhan ............................................................................50
2. Gambar tumbuhan dan daun sibo....................................................................51
3. Gambar simplisia dan serbuk simplisia daun sibo ..........................................52
4. Hasil pemeriksaan mikroskopik sebuk simplisia
daun sibo .........................................................................................................53
5. Bagan kerja penelitian ....................................................................................55
6. Bagan pembuatan ekstrak etanol daun sibo ................................................56
7. Bagan pembuatan fraksi n- heksan dan fraksi etilasetat
daun sibo .........................................................................................................57
8. Bagan pengujian aktivitas antibakteri .............................................................58
9. Perhitungan karakterisasi simplisia daun sibo ................................................59
10. Data hasil uji aktivitas antibakteri fraksi n-heksan daun sibo
terhadap bakteri Staphylococcus aureus dan bakteri Escherichia
coli ..................................................................................................................62
11. Data hasil uji aktivitas antibakteri fraksi etilasetat daun sibo
terhadap bakteri Staphylococcus aureus dan bakteri Escherichia
coli...................................................................................................................63
12. Gambar pengujian aktifitas antibakteri fraksi n-heksan daun sibo .................64
13. Gambar hasil uji aktivitas antibakteri fraksi etilasetat daun
sibo ..................................................................................................................66
xiv
BAB I
PENDAHULUAN
seperti Indonesia. Salah satu obat andalan untuk mengatasi masalah tersebut
antiprotozoa. Antibiotik adalah obat paling banyak digunakan untuk infeksi yang
digunakan secara tidak tepat antara lain untuk penyakit-penyakit yang sebenarnya
dilakukan untuk menemukan obat baru yang lebih efektif untuk melawan penyakit
1
keamanan produk yang diharapkan dapat lebih meningkatkan kepercayaan
digunakan sebagai sumber obat salah satunya adalah tanaman sibo. Sibo (Leea
indica F.) umumnya dikenal sebagai girang di Indonesia (Hutapea dkk., 1994).
Sibo (Leea indica F.) termasuk tumbuhan liar yang telah digunakan
untuk mengobati vertigo (Khare, 2007). Daun sibo juga berkhasiat sebagai obat
kepala pusing (Hutapea dkk., 1994). Di Kabupaten Karo daun sibo (Leea indica
titanus ( Leea aequata) yang mempunyai family sama dengan sibo (Leea indica
F.) yaitu Leeaceae, bahwa daun titanus memiliki efek antikejang terhadap
marmut.
(Emran dkk., 2012). Karena kandungan senyawa polifenol yang tinggi maka daun
sibo (Leea indica F) memiliki aktivitas yang kuat sebagai antimikroba pada
bakteri gram positif dan gram negatif, dan beberapa spesies fungi (Srinivasan
dkk., 2009).
disebabkan oleh S. aureus adalah bisul, jerawat, impetigo, dan infeksi luka (Brook
dkk., 2001). Escherichia coli (gram negatif) merupakan flora normal yang
2
terdapat pada usus besar. Bakteri ini masuk ke dalam usus halus akan bersifat
terdapat dalam bahan simplisia. Cara ekstraksi yang tepat tergantung pada
susunan jaringan, kandungan air, bahan tanaman dan jenis zat yang diekstraksi.
Metode ekstraksi dapat digunakan dengan cara panas atau cara dingin. Metode
yang umum digunakan adalah cara dingin, yaitu maserasi atau bisa juga disebut
kandungan yang satu dari golongan utama yang lain. Prosedur pemisahan
digunakan fraksinasi dengan n-heksan untuk menarik senyawa non polar, lalu
difraksinasi kembali dengan etil asetat untuk menarik senyawa polar yang salah
satunya adalah senyawa fenol yaitu flavonoid . Metode dari fraksinasi yang biasa
antibakteri fraksi n-heksana dan fraksi etilasetat daun sibo (Leea indica F.)
menguji aktivitas antibakteri dari fraksi n-heksana dan fraksi etilasetat daun sibo
3
1.2 Perumusan Masalah
indica F.)?
b. Golongan senyawa kimia apa yang terdapat pada simplisia, ekstrak etanol ,
fraksi n-heksana dan fraksi etilasetat daun sibo (Leea indica F.) ?
c. Apakah fraksi n-heksana dan fraksi etilasetat daun sibo (Leea indica F.)
Escherichia coli ?
1.3 Hipotesis
a. Karakteristik simplisia daun sibo (Leea indica F.) dapat ditentukan dengan
karakterisasi.
b. Serbuk simplisia daun sibo (Leea indica F.). dapat ditentukan golongan
c. Fraksi n-heksana dan fraksi etilasetat daun sibo (Leea indica F.)
Staphylococcus aureus.
4
1.4 Tujuan Penelitian
fraksi n-heksana dan fraksi etilasetat daun sibo (Leea indica F.).
etilasetat daun sibo (Leea indica F.) terhadap Staphylococcus aureus dan
Escherichia coli.
antibakteri dari fraksi n-heksana dan fraksi etil asetat daun sibo terhadap
5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Sibo (Leea indica F.) adalah tanaman perdu yang tinggi tanamannya
kurang lebih 5 meter. Batang tanaman tegak, berkayu, bulat, bekas melekatnya
daun nampak jelas dan batangnya berwarna hijau. Daun tanamannya majemuk,
8-16 cm, lebar daun 3-7 cm, tangkai bulat dan daun berwarna hijau. Bunga dari
torong, kepala sari berwarna putih. Buah berbentuk bulat dan berwarna hitam,
bijinya berbentuk bulat dan berwarna putih dan akarnya tunggang dan berwarna
2.1.2 Habitat
Jawa dan Borneo. Tanaman ini umumnya terdapat di hutan-hutan primer maupun
sungai, di daerah bukit dan lereng-lereng pada ketinggian 1700 -2500 mdpl
(Steenis, 1976).
6
2.1.3 Sistematika Tumbuhan
berikut :
Kindom : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Kelas : Dicotyledoneae
Bangsa : Rhamnales
Suku : Leeacea
Marga : Leea
Sibo (Leea indica F.) memiliki nama lain seperti (Sanskrit), bandicoot
Leea celebica Clarke, Leea divaricata T. & B., Leea expansa Craib, Leea
fuliginosa Miq, .Leea gigantea Griff, ., Leea gracilis Laut., Leea longifolia Merr,
.Leea longifoliola Merr., Leea naumannii Engl., Leea novoguineensis Val, .Leea
otillis (Gaertn.) DC, Leea palembanica Miq., Leea pubescens Zipp. ex Miq., Leea
ramosi Merr., Leea robusta Blume, Leea roehrsiana Sanders ex Masters, Leea
sambucifolia Salisb, .Leea sambucina (L.) Willd., Leea sambucina var., biserrata
occidentalis Clarke, Leea sambucina var., robusta Miq., Leea sambucina var.,
7
roehrsiana (Sanders) Chittenden, Leea sambucina var. simplex Miq, .Leea
sambucina var. sumatrana (Miq.) Miq., Leea staphylea Roxb, .Leea sumatrana
Miq., Leea sundaica Miq., Leea sundaica var. fuliginosa (Miq.) Miq., Leea
sundaica var. pilosiuscula Miq, .Leea sundaica var. subsessilis Miq., Leea
Sibo (Leea indica F.) termasuk tumbuhan liar yang telah digunakan
untuk mengobati vertigo (Khare, 2007). Daun sibo (Leea indica F.) berkasiat
sebagai obat pusing. Untuk obat kepala pusing dipakai kurang lebih 7 gram daun
segar daun sibo (Leea indica F.), dicuci, ditumbuk sampai lumat, kemudian
sekunder. Pada daun sibo yang telah dilakukan uji skrining fitokimia mengandung
2012). Pada daun sibo (Leea indica F.) teridentifikasi setidaknya dua puluh tiga
senyawa kimia yang dianalisis dengan GCMS senyawa kimia tersebeut termasuk
8
sebelas hidrokarbon, asam ftalat, asam palmitat, Eicosanol,solanesol, farnesol,
tiga ester asam ftalat, asam galat, lupeol, sitosterol, dan asam ursolat (Srinivasan
dkk., 2008).
2.2.1 Glikosida
menjadi gula (glikon) dan senyawa lain (aglikon atau genin). Glikosida dibagi atas
2.2.2 Flavonoid
konfigurasi C6-C3-C6, yaitu dua cincin aromatis yang dihubungkan oleh satuan
tiga karbon yang dapat atau tidak dapat membentuk cincin ketiga (Markham,
1982). Flavonoida merupakan kandungan khas tumbuhan hijau yang terdapat pada
bagian tumbuhan termasuk daun, akar, kayu, kulit, tepung sari, nectar, bunga,
9
buah buni dan biji. Flavonoida bersifat polar karena mengandung sejumlah
2.2.3 Steroid/triterpenoid
berasal dari enam satuan isoprena dan secara biosintesis diturunkan dari
hidrokarbon C30 asiklik, yaitu skualena. Uji yang biasa digunakan adalah reaksi
dengan berbagai gugus fungsi yang melekat padanya, seperti gugus alkohol,
aldehid atau asam karboksilat. Mereka berupa senyawa tidak berwarna, berbentuk
kristal, sering kali memiliki titik leleh tinggi dan bersifat aktif optik Triterpenoid
2.2.4 Saponin
steroida yang merupakan senyawa aktif permukaan dan bersifat seperti sabun
2.2.5 Tanin
mengubah kulit hewan yang mentah menjadi kulit siap pakai karena
10
dua golongan, yaitu tanin terkondensasi dan tanin terhidrolisis. Kadar tanin yang
tinggi mempunyai arti penting bagi tumbuhan yakni pertahanan bagi tumbuhan
(Harborne, 1973).
2.2.6 Alkaloid
mengecualikan senyawa yang berasal dari hewan. Asam amino, peptida, protein,
nukleotid, asam nukleik, gula amino dan antibiotik biasanya tidak digolongkan
sebagai alkaloid. Pada prinsip yang sama, senyawa netral yang secara biogenetik
pseudoalkaloid. Alkaloid sejati dibentuk dari asam amino yang mempunyai unsur
N dalam sistem heterosiklik, memiliki aktivitas biologis, rasa pahit dan berbentuk
Pseudoalkaloid memiliki unsure N dalam kerangka karbon yang tidak atau bukan
berasal dari asam amino, tetapi pada kenyataannya berkaitan dengan pembentuk
asam amino atau sebagai hasil reaksi aminasi dan tansaminasi (Harborne, 1973).
11
2.3 Ekstraksi
sehingga terpisah dari bahan yang tidak dapat larut dengan pelarut cair.
pemilihan pelarut dengan cara ekstraksi yang tepat. Ekstrak adalah sediaan kering,
kental atau cair dibuat dengan menyari simplisia nabati atau hewani menurut cara
dan pelarut yang cocok, di luar pengaruh cahaya matahari langsung (Depkes RI,
2000).
a. Cara dingin
2. Perkolasi adalah proses penyarian simplisia dengan pelarut yang selalu baru
penampungan ekstrak).
b. Cara panas
temperatur titik didihnya, selama waktu tertentu dan jumlah pelarut terbatas
12
2. Digesti adalah proses penyarian dengan maserasi kinetik (pengadukan
kontinu) pada temperatur lebih tinggi dari temperatur ruangan, yaitu secara
pemanasan
dikenal dengan ekstraksi cair-cair atau yang biasa dikenal dengan nama fraksinasi.
bercampur, biasanya antara pelarut air dan pelarut organik (Dey dan Harborne,
1989).
menggunakan corong pisah. Kedua pelarut yang saling tidak bercampur tersebut
dimasukkan ke dalam corong pisah, kemudian digojok dan didiamkan. Solut atau
13
pada kelarutannya terhadap fase tersebut dan kemudian akan terbentuk dua
lapisan, yaitu lapisan atas dan lapisan bawah yang dapat dipisahkan dengan
seperti petroleum eter, n-heksan, kloroform, dietil eter, etilasetat dan etanol.
dimana pelarut dan analit harus memiliki sifat yang sama, contohnya analit yang
sifat lipofilitasnya tinggi akan terekstraksi pada pelarut yang relatif nonpolar
seperti n-heksan sedangkan analit yang semipolar terlarut pada pelarut yang
terpenoid dan steroid sedangkan flavonoid, glikosida, saponin dan gula ester
ditemukan pada fraksi yang lebih polar dan fraksi air. Petroleum eter dan n-
heksana juga dapat digunakan untuk menghilangkan lipid, wax dan senyawa
Pelarut yang dapat digunakan untuk ekstraksi ini cukup banyak, namun
ternyata ada banyak pelarut yang tidak memenuhi syarat. Pertama, pelarut harus
tidak bercampur dengan air, mempunyai titik didih yang rendah (jika digunakan
untuk evaporasi) dan sebaiknya memiliki densitas yang lebih rendah daripada air
Kedua, pelarut harus aman dan tidak merusak lingkungan jika digunakan seperti
n-heksana, metil tertier butil eter (MTBE) dan etilasetat (Venn, 2008).
14
2.5 Bakteri
Nama bakteri berasal dari kata “bakterion” dari bahasa Yunani yang
berarti tongkat atau batang, sekarang nama itu dipakai untuk menyebut
serta demikian kecilnya sehingga hanya tampak dengan mikroskop (Volk dan
Wheeler, 1984).
1. Bakteri Gram Positif, yaitu bakteri yang memberikan warna ungu saat diwarnai
dengan zat warna pertama (kristal violet) dan setelah dicuci dengan alkohol,
warna ungu tersebut akan tetap kelihatan. Kemudian ditambahkan zat warna
2. Bakteri Gram Negatif, yaitu bakteri yang yang memberikan warna ungu saat
diwarnai dengan zat warna pertama (kristal violet) namun setelah dicuci dengan
alkohol, warna ungu tersebut akan hilang. Kemudian ditambahkan zat warna
Sumber zat makanan bagi bakteri diperoleh dari senyawa karbon, nitrogen,
tembaga dan kobalt), vitamin dan air untuk fungsi metabolik dan
15
2, Keasaman dan kebasaan (pH)
3. Temperatur
Proses pertumbuhan bakteri tergantung pada reaksi kimiawi dan laju reaksi
kimia yang dipengaruhi oleh temperatur. Menurut Pelczar, Jr dan Chan (1988),
a. Bakteri psikofil, yaitu bakteri yang dapat hidup pada temperatur 0-30oC,
b. Bakteri mesofil, yaitu bakteri yang dapat hidup pada temperatur 5-60 oC,
c. Bakteri termofil, yaitu bakteri yang dapat hidup pada temperatur optimum
adalah 55-65 oC
4. Oksigen
c. Anaerobik fakultatif, yaitu bakteri yang dapat tumbuh dengan oksigen ataupun
tanpa oksigen.
d. Mikroaerofilik, yaitu bakteri yang dapat tumbuh baik dengan adanya sedikit
oksigen).
16
5. Tekanan osmosa
Medium yang baik bagi pertumbuhan bakteri adalah medium isotonis terhadap
6. Kelembapan
Secara umum bakteri tumbuh dan berkembang biak dengan baik pada
lingkungan yang lembap. Kebutuhan akan air tergantung dari jenis bakterinya
bakteri gram positif, berbentuk bulat (kokus) dengan diameter sekitar 1 μm, tidak
manusia dan hewan seperti hidung, mulut, tenggorokan dan dapat pula
mual, kejang dan kram pada abdominal serta sakit kepala. Pemulihannya cepat,
yaitu:
Divisi : Schizophyta
Kelas : Schizomycetes
Ordo : Eubacteriales
17
Suku : Micrococcaceae
Genus : Staphylococcus
pencernaan tubuh manusia dan hewan. Escherichia coli merupakan bakteri gram
bersifat motile. Sel Escherichia coli mempunyai ukuran panjang 2,0-6,0 μm dan
enterotoksin Escherichia coli adalah usus kecil dan hasilnya berupa diare sebagai
akibat dari pengeluaran cairan dan elektrolit (Volk dan Wheeler, 1984):
berlangsung selama 12 jam hingga 3 hari. Gejala timbul 18-24 jam setelah
menyantap makanan yang tercemar, berupa nyeri dan diare, terkadang disertai
demam dan muntah (Volk dan Wheeler, 1984). Menurut Volk dan Wheeler
(1984), Escherichia coli dapat menyebabkan diare melalui dua mekanisme yaitu:
kehilangan cairan.
Bakteri ini menjadi patogen jika jumlah bakteri ini dalam saluran
18
yang menyebabkan beberapa kasus diare. Escherichia coli berasosiasi dengan
klinikinfeksi oleh Escherichia coli bergantung pada tempat infeksi dan tidak dapat
dibedakan dengan gejala infeksi yang disebabkan oleh bakteri lain (Engelkirk dan
Burton, 2007).
Menurut Holt dkk. (1994), sistematika dari bakteri Escherichia coli adalah
sebagai berikut:
Divisi : Schizophyta
Kelas : Schizomycetes
Ordo : Eubacteriales
Suku : Enterobacteriaceae
Genus : Escherichia
a. Bentuk basil
membelah dalam satu bidang, berpasangan ataupun bentuk rantai pendek atau
panjang.
- Monobasil yaitu basil yang terlepas satu sama lain dengan kedua ujung
tumpul.
- Diplobasil yaitu basil yang bergandeng dua dan kedua ujungnya tumpul.
19
- Streptobasil yaitu basil yang bergandengan panjang dengan kedua ujung
tajam.
Adapun contoh bakteri dengan bentuk basil yaitu Eschericia coli, Bacillus
1988).
b. Bentuk kokus
Kokus adalah bakteri yang bentuknya seperti bola-bola kecil, ada yang
c. Bentuk spiral
20
2.7 Fase Pertumbuhan Mikroorganisme
Ada empat macam fase pertumbuhan mikroorganisme, yaitu fase lag, fase
a. Fase lag
selama 2 jam. Kuman belum berkembang biak dalam fase ini, tetapi aktivitas
media, dan kondisi pertumbuhan. Sel baru terbentuk dengan laju konstan dan
massa yang bertambah secara eksponensial. Hal yang dapat menghambat laju
pertumbuhan adalah bila satu atau lebih nutrisi dalam kultur habis, sehingga
c. Fase stationer
Pada fase ini kuman mulai ada yang mati dan pembelahan pun terhambat
metabolisme yang toksis. Pada suatu saat terjadi jumlah kuman yang hidup
d. Fase kematian
Pada fase ini jumlah sel yang mati meningkat. Konsentrasi produk
21
bakteri menurun. Jumlah bakteri yang mati meningkat dengan cepat. Sebagian
bakteri terlihat berbeda dari bakteri yang sehat pada fase log. Perubahan
dapat dilakukan dengan salah satu dari dua metode pokok yaitu metode dilusi dan
metode difusi.
a. Metode Dilusi
dan kadar bunuh minimum (KBM). Cara yang dilakukan yaitu dengan
ditambahkan dengan mikroba uji. Larutan uji agen antimkroba pada kadar
terkecil yang terlihat jernih tanpa adanya pertumbuhan mikroba uji ditetapkan
dikultur ulang pada media tanpa penambahan mikroba uji ataupun agen
antimikroba, dan diinkubasi selama 18-24 jam. Media yang tetap terlihat jernih
Metode yang paling sering digunakan yaitu metode difusi agar. Obat
22
diinkubasi. Diameter zona hambatan sekitar pencadang digunakan untuk
dipengaruhi oleh beberapa faktor fisika dan kimia, misalnya sifat medium,
kemampuan difusi, ukuran molekular dan stabilitas obat (Brooks dkk., 2001).
2.9 Sterilisasi
Steril merupakan keadaan suatu zat yang terbebas dari mikroba hidup,
sedangkan sterilisasi adalah suatu proses untuk membuat ruang atau benda
menjadi steril (Waluyo, 2007) .Peralatan yang dipergunakan dalam uji antibakteri
harus dalam keadaan steril, artinya pada peralatan tersebut tidak boleh didapatkan
bakteri, baik yang akan merusak media maupun pada proses pengujian yang
Metode sterlisasi ini tidak memerlukan air sehingga tidak ada uap air yang
membasahi alat atau bahan. Pemanasan secara kering menggunakan alat yang
dilengkapi dengan termometer dan lubang tempat keluar masuknya udara, dan
dipanaskan dengan gas atau listrik (Pratiwi, 2008).Sterilisasi selain dengan oven,
pemanasan secara kering bisa dilakukan dengan pemijaran yang dilakukan dengan
memakai api gas dengan nyala api tidak berwarna atau api dari lampu spiritus.
Cara ini sangat sederhana, cepat dan menjamin sterilitas bahan atau alat yang
disterilkan, tetapi penggunaannya terbatas hanya untuk beberapa alat atau bahan
saja. Biasanya alatalat yang dapat disterilkan dengan pemijaran ini antara lain
23
benda - benda logam (pinset, penjepit krus), tabung reaksi, mulut wadah seperti
erlenmeyer, botol dan lainnya, sedangkan mortar dan stamfer disterilkan dengan
Sterilisasi panas basah dapat dilakukan pada suhu air mendidih 100°C
selama 10-15 menit yang efektif untuk sel-sel vegetatif, namun tidak efektif untuk
endospora bakteri. Tingkat sterilisasi panas basah pada temperatur kurang dari
anzim dan membran sel mikroorganisme dengan suhu 121°C (dengan tekanan 15
psi) selama 15- 20 menit. Siklus sterilisasi dengan pemanasan basah meliputi
24
BAB III
METODE PENELITIAN
ekstrak etanol daun sibo dengan cara masserasi kemudian difraksinasi berturut-
Penelitian ini dilakukan pada bulan Juni 2018 sampai dengan September
3.2.1 Alat
HLF 1200 L), bunsen, cawan petri, cawan porselin, cawan porselin berdasar rata,
inkubator (Memmert), jangka sorong, jarum ose, kapas, kertas perkamen, kompor
25
mikroskop, neraca kasar (Ohaus), neraca analitik (Metler AE 200), oven (Fisher),
penangas uap, pencadang kertas, pinset, pipet tetes, rak tabung, rotary
3.2.2 Bahan
Bahan tumbuhan yang digunakan dalam penelitian ini adalah daun sibo.
Bahan kimia yang digunakan jika tidak disebutkan adalah berkualitas pro analisa
yaitu: asam klorida pekat, asam nitrat pekat, asamsulfat pekat, asam asetat
anhidrida, amil alkohol, α-naftol, besi (III) klorida, bismuth nitrat, serbuk
magnesium, timbal (II) asetat dan toluene, etanol 96%, iodium, isopropanol,
karakterisasi simplisia dan pembuatan ekstrak etanol daun sibo (Leea indica F.).
membandingkan dengan tumbuhan yang sama dari daerah lain. Sampel yang
digunakan adalah daun sibo yang diambil dari Jalan. Bunga ester 2,Psr VI Padang
26
3.3.2 Identifikasi tumbuhan
Bagian yang digunakan adalah daun sibo.. Daun dibersihkan dari kotoran
yang melekat, dicuci dengan air bersih, ditiriskan, ditimbang berat basah,
apabila sudah rapuh (bila diremas menjadi hancur) kemudian diserbuk dengan
kadar sari larut etanol, penetapan kadar abu total dan penetapan kadar abu tidak
pemeriksaan bentuk, bau, warna dan rasa dan juga dilakukan pemeriksaan
27
3.3.4.2 Pemeriksaan mikroskopik simplisia
membujur daun sibo segar untuk melihat susunan anatomis dari daun sibo.
Caranya: Dibuat irisan melintang dan membujur dari daun sibo kemudian
diletakkan di atas objek gelas lalu ditetesi larutan kloralhidrat, dipanaskan dengan
lampu spiritus, dicuci dengan air, ditutup dengan kaca penutup dan dilihat di
bawah mikroskop.
1. Penjenuhan
selama 30 menit dan dibaca volume air pada tabung penerima dengan
Setelah toluena mendidih, kecepatan tetesan diatur lebih kurang 2 tetes tiap
dinaikkan hingga 4 tetes tiap detik. Setelah semua air terdestilasi, bagian
air dan toluena memisah sempurna, volume air dibaca dengan ketelitian 0,05
28
ml. Selisih kedua volume air yang dibaca sesuai dengan kandungan air yang
terdapat dalam bahan yang diperiksa. Kadar air dihitung dalam persen
dimaserasi dengan 100 ml air kloroform P (2,5 ml kloroform dalam 1000 ml air)
selama 24 jam, sambil sesekali dikocok selama 6 jam pertama dan kemudian
dalam cawan dangkal berdasar rata yang telah ditara, sisanya dipanaskan pada
suhu 105oC sampai bobot tetap. Hitung kadar dalam persen sari yang larut dalam
air, dihitung terhadap bahan yang telah dikeringkan udara (Depkes RI, 1995).
kemudian dimaserasi dengan 100 ml etanol 95% selama 24 jam, sambil sesekali
dikocok selama 6 jam pertama dan kemudian dibiarkan selama 18 jam. Disaring,
sejumlah 20 ml filtrat diuapkan sampai kering dalam cawan dangkal berdasar rata
yang telah ditara, sisanya dipanaskan pada suhu 105oC sampai bobot tetap. Hitung
kadar dalam persen sari yang larut dalam air, dihitung terhadap bahan yang telah
dimasukkan dalam krus porselin yang telah dipijar dan ditara, kemudian
diratakan. Krus dipijar pada suhu 600oC sampai arang habis. Selanjutnya
29
didinginkan dan ditimbang sampai diperoleh bobot tetap. Kadar abu dihitung
Abu yang telah diperoleh dalam penetapan kadar abu total dididihkan pada
25ml asam klorida 2 N selama 5 menit, bagian yang tidak larut dalam asam
dikumpulkan, disaring melalui kertas saring bebas abu dan dicuci dengan air
panas. Residu dan kertas saring dipijar pada suhu 600oC sampai bobot tetap,
kemudian didinginkan dan ditimbang. Kadar abu yang tidak larut dalam asam
1,3 g merkuri (II) klorida dalam 60 ml air suling. Larutan dikocok dan
dicampur dengan larutan kalium iodida sebanyak 27,2 g dalam 50 ml air suling.
30
ditambah 2 g iodium sambil diaduk sampai larut, lalu ditambah air suling
Sebanyak 1 g besi (III) klorida dilarutkan sedikit demi sedikit dalam asam
klorida 0,5 N dan volume dicukupkan hingga volume 100 ml (Ditjen POM, 1995).
Sebanyak 16,67 ml asam klorida pekat diencerkan dalam air suling hingga
31
3.5 Skrining fitokimia
fraksi n-heksana dan fraksi etilassetat daun sibo meliputi pemeriksaan senyawa
kimia golongan alkaloid, glikosida, saponin (Depkes RI, 1995); tanin, flavonoida,
klorida 2 N dan 9 ml air suling, dipanaskan di atas penangas air selama 2 menit,
didinginkan dan disaring. Filtrat yang diperoleh dipakai untuk tes alkaloid.
Pada masing-masing tabung reaksi untuk simplisia dan ekstrak etanol daun
sibo:
Alkaloid positif jika terjadi endapan atau kekeruhan pada dua dari tiga
7 bagian volume etanol 96% dan 3 bagian volume air suling. Direfluks selama 30
suling dan 25 ml timbal (II) asetat 0,4 M, dikocok, lalu didiamkan selama 5 menit
32
isopropanol dilakukan berulang sebanyak tiga kali. Kumpulan sari air diuapkan
pada temperatur tidak lebih dari 50oC. Sisanya dilarutkan dalam 2 ml metanol.
Larutan sisa digunakan untuk percobaan berikut, yaitu 0,1 ml larutan percobaan
dalam 2 ml air suling dan 5 tetes pereaksi Molish. Kemudian secara perlahan
ditambahkan 2 ml asam sulfat pekat. Glikosida positif jika terbentuk cincin ungu
selama 10 detik, timbul busa yang mantap tidak kurang dari 10 menit setinggi
1-10 cm. Ditambahkan 1 tetes larutan asam klorida 2 N, bila buih tidak hilang
lalu didinginkan dan disaring. Filtrat diencerkan sampai hampir tidak berwarna,
lalu ditambahkan 1-2 tetes pereaksi besi (III) klorida 1% (b/v), jika terjadi warna
1966).
selama 5 menit dan disaring dalam keadaan panas. Filtrat yang diperoleh
kemudian diambil 5 ml lalu ditambahkan 0,1 g serbuk Mg dan 1 ml HCl pekat dan
33
2 ml amil alkohol, dikocok dan dibiarkan memisah. Flavonoida positif jika terjadi
warna merah, kuning, jingga pada lapisan amil alkohol (Farnsworth, 1966).
Jika terbentuk warna biru atau hijau menunjukan adanya steroid, jika terbentuk
warna ungu atau merah yang berubah menjadi biru ungu atau biru hijauan
96%. Masukkan 800 g simplisia ke dalam wadah berwarna gelap, tuang 75 bagian
cairan penyari, tutup, biarkan selama 5 hari terlindung dari cahaya sambil sering
diaduk, serkai, peras, cuci ampas dengan cairan penyari secukupnya hingga
sejuk, terlindung dari cahaya, selama 2 hari, lalu disaring. Maserat diuapkan
dengan rotary evaporator pada temperatur ±40oC sampai diperoleh ekstrak kental,
34
memisah. Lapisan etilasetat dipisahkan dan fraksinasi dilanjutkan sampai
penambahan pereaksi FeCl3. Kumpulan hasil fraksi n-heksana dan fraksi etilasetat
Alat-alat gelas disterilkan di dalam oven pada suhu 170°C selama 1 jam. Media
disterilkan di otoklaf pada suhu 121°C selama 15 menit dan kawat ose dan pinset
Agar-agar 12,0 g
Air suling ad 1 L
Cara pembuatan:
sebanyak1000 ml, lalu dipanaskan sampai bahan larut sempurna lalu disterilkan
35
Komposisi : Peptone 5,0 g
Air suling ad 1 L
Cara pembuatan:
reaksi, ditutup dan dibungkus lalu disterilkan di dalam otoklaf selama 15 menit
pada suhu 121°C pada tekanan 15 psi. Kemudian tabung yang berisi media agar
tutup tabung. Agar dibiarkan menjadi dingin dan keras (Anonim, 1982).
sinambung pada permukaan media agar miring, ditutup mulut tabung reaksi
telah tumbuh diambil dengan jarum ose steril lalu disuspensikan kedalam tabung
36
yang berisi 10 ml media nutrient broth. Diinkubasi 1-2 jam. Kemudian diukur
nm, diperoleh transmitan 25% (konsentrasi 106 CFU/ml) sesuai dengan standar
sampai diperoleh ekstrak dengan konsentrasi 400 mg/ml.300 mg/ml, 200 mg/ml,
memadat. Pencadang kertas yang telah direndam ke dalam larutan uji pada
diinkubasi pada suhu 36-37°C selama 18-24 jam, selanjutnya diameter daerah
37
BAB IV
adalah tanaman sibo (Leea indica F.), familia Leeaceae. Hasil identifikasi dapat
pertulangan daun menyirip, ujung daun runcing panjang dan bulat, permukaan
daun licin , warna daun hijau, panjang daun 8-16 cm, lebar daun 2- 8 cm, berbau
terdapat trikoma glandular dan trikoma non glandular. Pada daun terdapat kristal
Ca okslaat yang banyak dengan tipe druse. Pada daun juga terdapat berkas
pengangkut.
38
Tabel 4.1 Hasil pemeriksaan karakterisasi serbuk simplisia daun sibo
No Parameter Kadar(%)
1 Kadar air 9,33%
2 Kadar sari larut air 11,32%
3 Kadar sari larut etanol 6,92%
4 Kadar abu total 8,1%
5 Kadar abu tidak larut asam 0,88%
Penetapan kadar air dari simplisia daun sibo dilakukan untuk mengetahui
jumlah air yang terkandung di dalamnya. Kadar air simplisia ditetapkan untuk
pertumbuhan jamur ataupun kapang. Hasil penetapan kadar air daun sibo
diperoleh lebih kecil dari 10% yaitu 9.33%. Kadar air yang melebihi 10% dapat
menjadi media yang baik untuk pertumbuhan mikroba, keberadaan jamur atau
1992).
Penetapan kadar sari dilakukan menggunakan dua pelarut, yaitu air dan
etanol, Penetapan kadar sari larut air adalah untuk mengetahui kadar senyawa
kimia bersifat polar yang terkandung di dalam simplisia, sedangkan kadar sari
larut dalam etanol dilakukan untuk mengetahui kadar senyawa larut dalam etanol,
baik senyawa polar maupun non polar. Hasil karakterisasi simplisia daun sibo
menunjukkan kadar sari yang larut dalam air sebesar 11,32%, sedangkan kadar
internal (abu fisiologis) yang berasal dari jaringan tanaman itu sendiri yang
terdapat di dalam sampel (Ditjen POM RI, 2000; WHO., 1992). Kadar abu tidak
larut asam untuk menunjukkan jumlah silikat, khususnya pasir yang ada pada
simplisia dengan cara melarutkan abu total dalam asam klorida (WHO, 1992).
39
Penetapan kadar abu pada simplisia daun sibo menunjukkan kadar abu total
sebesar 8,1% dan kadar abu tidak larut dalam asam sebesar 0,88%.
dan fraksi etilasetat dari daun sibo dapat dilihat ditabel 4.2 dibawah ini.
glikosida, saponin dan tanin. Fraksi n-heksana menunjukan hasil positif terhadap
alkaloid dan triterpenoid. Pada fraksi etil asetat mengandung senyawa saponin,
40
senyawa kimia yang memiliki potensi sebagai antibakteri dan antivirus. Senyawa
berbagi cara perusakan pada anatomi bakteri. Senyawa fenol dan turunannya
merupakan salah satu antibakteri yang bekerja dengan dengan mengganggu fungsi
peptidoglikan pada sel bakteri, sehinggan lapisan dinding sel tidak terbentuk
secara utuh dan menyebabkan kematian sel tersebut (Juliantina, 2008). Selain itu
terdapat gugus basa yang mengandung nitrogen akan bereaksi dengan senyawa
asam amino yang menyusun dinding sel bakteri dan DNA bakteri. Reaksi ini
akan mengalami kerusakan akan mendorong terjadinya lisis sel bakteri yang akan
Hasil ekstraksi dari 800 g simplisia daun sibo dengan cara maserasi
menggunakan pelarut etanol 96% diperoleh ektrak etanol daun sibo sebanyak 50,5
41
diuapkan diperoleh sebanyak 1,5 g dengan nilai rendemen 15 %. Hasil
Fraksi n-heksana dan dan fraksi etil asetat yang diperoleh, kemudian
4.5 Hasil Uji Aktivitas Antibakteri Fraksi n-Heksana dan Fraksi Etilasetat
Daun Sibo
untuk mengukur kekuatan hambatan obat terhadap bakteri yang diuji. Metode
difusi agar dipilih karena metode ini lebih praktis namun tetap dapat memberikan
Fraksi n-heksan dan fraksi etilasetat dapat dilihat pada Tabel 4.3 sampai 4.4.
42
Tabel 4.3 Hasil pengukuran diameter daerah hambatan fraksi n-heksana daun sibo
1 500 10,5 10
2 400 9,5 9,16
3 300 8,7 8,06
4 200 7,56 7,5
5 100 7,4 7
6 50 6,86 -
7 25 - -
Blanko - -
10
(DMSO)
Keterangan: (mm*) = Diameter rata-rata daerah hambatan pertumbuhan bakteri
(-) = Tidak terdapat daerah hambatan
DMSO = Dimetilsulfoksida
Tabel 4.4 Hasil pengukuran diameter daerah hambatan fraksi etilasetat daun sibo
43
aureus,dan Escherichia coli pada konsentrasi 500 mg adalah 10,5 mm dan 10
mm.
Dari hasil uji yang dilakukan diperoleh bahwa fraksi etilasetat dari daun
sibo memberikan aktivitas antibakteri yang lebih kuat dibanding dengan fraksi n-
coli. Hal ini dikarenakan kandungan senyawa metabolit sekunder yang terdapat
dalam fraksi etilasetat daun sibo memiliki aktivitas antibakteri yaitu adanya
etilasetat.
sebagai hasil antara flavonoid dengan DNA bakteri, mekanisme yang berbeda
dikemukakan oleh dalam Sabir (2005) yang menyatakan bahwa gugus hidroksil
transpor nutrisi yang akan mengakibatkan timbulnya efek toksik terhadap bakteri.
reverse transcriptase dan DNA topoisomerase sehingga sel bakteri tidak dapat
44
Hasil uji aktivitas antibakteri fraksi n-heksana menunjukan aktivitas
antibakteri yang lemah terhadap Staphylococcus aureus dan Escherichia coli ini
memiliki zona hambat lebih besar dibandingkan dengan bakteri Escherichia coli
pada fraksi n-heksana dan fraksi etilasetat. Menurut Volk and Wheeler (1994),
perbedaan tersebut terjadi karena kedua bakteri uji tersebut memilki komposisi
dan struktur dinding sel yang berbeda sehingga mengakibatkan bakteri gram
Struktur dinding sel bakteri gram positif lebih sederhana, yaitu berlapis tunggal
bioaktif masuk ke dalam sel. Struktur dinding sel bakteri gram negatif lebih
kompleks, yaitu berlapis tiga terdiri dari lapisan luar lipoprotein, lapisan tengah
tinggi (11-12).
45
BAB V
5.1 Kesimpulan
Hasil penelitian yang dilakukan terhadap daun sibo (Leea indica F.)
diperoleh kesimpulan.:
a. Hasil karakterisasi simplisia daun sibo diperoleh kadar air 9,33%, kadar sari
larut air 11,32%, kadar sari larut etanol 6,92%, kadar abu total 8,1% dan kadar
b. Hasil skrining serbuk simplisia dan ekstrak etanol daun sibo menunjukan hasil
5.2 Saran
Disarankan untuk penelitian selanjutnya untuk melakukan uji aktivitas
46
DAFTAR PUSTAKA
47
Khare, C. P. 2007. Indian Medicinal Plants An Illustrated Dictionary. Verlag
Berlin/Heidlberg: Springer Science + Business Media, LLC. Halaman
366.
Markham, K. R. 1982. Techniques of Flavonoid identification. Penerjemah:
Padmawinata K. 1988. Cara mengidentifikasi Flavonoid. Bandung:
Penerbit ITB. Halaman 20-24.
Muchtaridi, Hasanah, A. N., dan Musfiroh, I. 2015. Ekstraksi Fasa Padat:
Aplikasi Pada Persiapan Analisis. Cetakan pertama. Yogyakarta: Graha
Ilmu. Halaman 3-4.
Nuria, M. C., Faizatun. M., dan Sumantri. 2009. UJI ANTIBAKTERI EKSTRAK
ETANOL DAUN JARAK PAGAR (Jatropa cuircas L.) TERHADAP
BAKTERI Staphylococus aureus ATCC 25923, Escherichia coli ATCC
25922 DAN Salmonella typhi ATCC 1408. Mediagro. Volume 5.
Halaman 26- 37.
Odugbemi, T. 2008. A Textbook of Medicinal Plants from Nigeria. Nigeria:
University of Lagos Press. Halaman 219-220.
Pelczar, Jr, M. J. dan Chan E. C. S.. 1988. Basic Microbiology. Penerjemah:
Hadioetomo, R. S., Imas, T., Tjitrosomo, S. S., dan Angka, S. L. (2005).
Dasar-dasar Mikrobiologi. Jakarta: Penerbit UI Press. Halaman 132-133.
Pratiwi, S. T. 2008. Mikrobiologi Farmasi. Jakarta: Penerbit Erlangga. Halaman
6.
Rachmawati, N. dan Nursyamsi. 2015. EFEK ANTIBAKTERI EKSTRAK
ETANOL BUAH PARE (Momordica charantia) TERHADAP
PERTUMBUHAN STAPHYLOCOCUS AURES PADA MEDIA
PEMBENIHAN DIFUSI. JURNAL ILMIAH KEDOKTERAN,VOLUME
2(1). Halaman 6.
Redaksi Agromedia. 2008. Buku Pintar Tanaman Obat. Cetakan Pertama. Jakarta
Selatan : PT Agromedia Pustaka. Halaman 1-2.
Robinson, T. 1991. The Organic Constituents of Higher Plants. 6th Edition.
Penerjemah: Padmawinata K. 1995. Kandungan Organik Tumbuhan
Tinggi. Bandung: Penerbit ITB. Halaman 139-140.
Rosidah, N. A., Lestari, P. E., dan Astuti, A. 2014. Daya Antibakteri Ekstrak
Daun Kendali (Hiproboma longiflora[L] g. Don) Terhadap Pertumbuhan
Streptococus mutans. Artikel Ilmiah Hasil Penelitian Mahasiswa 2014.
Sabir, A. 2005. Aktivitas Antibakteri Flavonoid Propolis Trigona terhadap bakteri
Streptococus Mutans (InVitro). Maj. Ked. Gigi. (Dent. J. ). Volume 38(3).
Halaman 135-141.
Sinaga, E. 2016. Uji Aktivitas Antikejang Ekstrak Etanol Daun Titanus( Leea
aequata ) terhadap ileum marmut (Cabia cobaya) terisolasi secara Invitro.
Skripsi. Medan: Universitas Sumatera Utara.
Siregar, A. F., Sabdono, A., dan Prigegenies, P. 2012. Potensi Antibakteri Ekstrak
Rumput Laut terhadap Penyakit Kulit Psedudomonas aeruginosa,
Staphylocouc epidermidis dan Micrococus luteus. Journal of Marine
Resaearch. Volume 1(2). Halaman 152-160.
Srinivasan, G. V., Ranjith, C., dan Vijayan, K. K. 2008. Identification of
chemical compunds from the leaves of Leea indica. Acta Pharm. 58.
(2008). 207-214.
48
Steenis, C. G. J. V. 1976. Spermatophyta Flowering Plants. Flora Malesiana.
Volume 7(4). Netherlands: Noordhoff International Publishing, Leyden
The Netherlands. Halaman 779-781.
Syahruchman, A., Chatim, A., Soebandrio, W. K. A., Karuniawati, A., Santoso,
A. U. S., Harun, B. M. H., dkk. 1993. Buku Ajar Mikrobiologi Kedokteran.
Tanggerang: Binarupa Aksara Publisher. Halaman 18-20.
Venn, R . F. 2008. Principles and Practices of Bioanalysis. Edisi kedua. Prancis:
Taylor and Francis Group Ltd. Halaman 23-25.
Volk, W. A. dan Wheeler, M. F. 1984. Basic Microbiology. Fifth Edition.
Newyork: Harper & Row Publishers.Halaman 212, 222, 267.
Waluyo, L. 2007. Mikrobiologi Umum. Edisi Revisi. Malang : UPT. Penerbitan
Universitas Muhamadiyah Malang. Halaman 39-44.
WHO. 1998. Quality Control Methods for Medicinal Materials. World Health
Organization Geveva. England: WHO Library Cataloguing in Publication
Data. Halaman 31-33.
Zimbro, M. J., Power, D. A., Miller, S. M., Wilson, G. E., dan Johnson, J. A.
2009. Difco & BBL Manual of Microbiological culture Media. Edisi
Kedua. USA: Becton, Dickinson and Company 7 Loveton Circle. Halaman
398, 402.
49
Lampiran 1. Hasil identifikasi tumbuhan
50
Lampiran 2. Gambar tumbuhan dan daun sibo
51
Lampiran 3. Simplisia dan serbuk daun sibo
52
Lampiran 4. Hasil pemeriksaan mikroskopik daun sibo
Stomata tipe
parasitik
Trikoma non
glandular
Trikoma glandular
53
Lampiran 4 (Lanjutan)
Kristal Ca Oksalat
bentuk druse
Berkas pengangkut
54
Lampiran 5. Bagan kerja penelitian
ditiriskan
Fraksi n- Fraksi
heksana etilasetat
55
Lampiran 6. Bagan pembuatan ekstrak etanol daun sibo (Leea indica F.)
Maserat Ampas
Maserat Ampas
1
digabung filtrat I dengan filtrat II
dipekatkan dengan rotary evaporator
56
Lampiran 7. Bagan pembuatan fraksi n-heksana,fraksi etilasetat daun sibo
Dikumpulkan
Fraksi etilasetat
kental (6,5 g)
57
Lampiran 8. Bagan pengujian aktivitas antibakteri
Inokulum bakteri
Hasil
58
Lampiran 9. Perhitungan karakterisasi simplisia daun sibo
Volume air
Kadar air= x 100%
Berat sampel
1, 5,000 0.5 ml
2, 5,000 0.4 ml
3, 5,001 0.5 ml
0,5
1. Kadar air = x 100% = 10 %
5,000
0,4
2. Kadar air= x 100% = 8 %
5,000
0,5
3. Kadar air= x 100% = 9,99 %
5,001
10 %+ 8%+ 9,99%
% Rata-rata kadar air = = 9,33%
3
2. Perhitungan penetapan kadar sari larut dalam air simplisia daun sibo
0,11 100
1. Kadar sari larut dalam Air = x x100% = 10,98%
5,005 20
0,12 100
2. Kadar sari larut dalam Air = x x 100% = 11,99%
5,003 20
0,11 100
3. Kadar sari larut dalam Air = x x 100% = 11%
5,000 20
10,98%+11,99%+11%
% Rata-rata kadar sari larut dalam Air = = 11,32%
3
59
3.Perhitungan penetapan kadar sari larut dalam etanol simplisia daun sibo
Berat sari 100
Kadar sari= x x 100%
Berat sampel 20
1, 5,001 0,07
2, 5,004 0,07
1. Kadar sari larut dalam
3, 5,002 0,05
Etanol =
0,07 100
x x100% = 7,19%
5,001 20
0,07 100
2. Kadar sari larut dalam Etanol = x x100% = 7,69%
5,004 20
0,05 100
3. Kadar sari larut dalam Etanol = x x100% =5,89%
5,003 20
7,19%+7,69%+5,89%
% Rata-rata kadar sari larut dalam Etanol = = 6,92%
3
Berat abu
Kadar abu total= x 100%
Berat sampel
1, 3,002 0,24
2, 3,002 0,25
1. Kadar 3, 3,002 0,24 abu total =
0,24
x100% =
3,002
60
7,99%
0,25
2. Kadar abu total = x100% = 8,32%
3,002
0,32
3. Kadar abu total = x100% = 7,99%% Rata-rata kadar abu total =
3.002
5. Perhitungan penetapan kadar abu tidak larut asam simplisia daun sibo
Berat abu
Kadar abu total= x 100%
Berat sampel
1, 3,002 0,03
2, 3,002 0,02
1. Kadar 3, 3,002 0,03 abu tidak larut
dalam asam =
0,03
x100% = 0,99%
3,002
0,02
2. Kadar abu tidak larut dalam asam = x 100% = 0,66%
3,002
0,03
3. Kadar abu tidak larut dalam asam = x 100% = 0,99%
3,002
61
Lampiran 10. Hasil pengukuran daerah hambat pertumbuhan bakteri dari Fraksi
n-heksana daun sibo
62
Lampiran 11.Hasil pengukuran daerah hambat pertumbuhan bakteri dari fraksi
etilasetat daun sibo
63
Lampiran 12. Gambar pengujian aktivitas antibakteri Fraksi n-heksana daun sibo
200 300
100
50
400
500
25
Blanko DMSO
64
Lampiran 12. ( Lanjutan)
200
300
400
100
50
500
25
Blanko DMSO
65
Keterangan: Konsentrasi ekstrak dalam satuan mg/ml
Lampiran 13. Gambar pengujian aktivitas antibakteri fraksi etilassetat daun sibo
500
400
25
Blanko DMSO 200 50
300
100
66
Lampiran 13.(Lanjutan)
500
400
25 50
0
200
Blanko DMSO 0
300
100
Gambar 10: Pengujian aktivitas antibakteri fraksi etilassetat daun sibo terhadap
bakteri Escherichia coli
67
68