KIMIA FISIK I
“DISTRIBUSI ZARUT ANTARA DUA PELARUT YANG TIDAK
BERCAMPUR”
Nama Asdos :
Thifani Aulia Putri Pane (A1C118009)
Erik Surya Kurniawan (A1C118027)
2021
PERCOBAAN 8
1. Untuk dapat menentukan konstanta keseimbangan suaru zarut terhadap dua pelarut
yang tidak bercampur, dan menentukan disosiasi zarut dalam pelarut tersebut
IV. LANDASAN TEORI
Bila dua macam pelarut yang tidak bercampur kita masukkan dalam suatu tempat
maka akan terlihat suatu batas, diantaranya hal ini menunjukkan dua pelarut tidak
bercampur. Jika suatu zarut dapat bercampur baik dalam pelarut I maupun pelarut II,
maka akan terjadi pembagian kelarutan ke dalam dua pelarut tersebut. Pada suatu waktu
terjadi kesetimbangan yang berarti zarut yang keluar dari pelarut yang lain dan
sebaliknya, sehingga banyaknya zat dalam pelarut II pada keadaan setimbang disebut
koefisien distribusi:
CI
K=
C II
dimana:
K = Koefisien distribusi
Harga K tetap jika berat molekul zarut pelarut I sama dengan berat molekul dalam pelarut
II. Jika berat molekul tidak sama akan terjadi disosiasi zarut atau asosiasi zarut dalam
salah satu pelarut.
misalnya:
Cn Nc
2
Harga konstanta kesetimbangan :
Cn
K= C = 1 mol
Cn
C
Cn = mol
n
C n (air)
K= C
(organik )
n
C
log K = n log C (air) – log (organik)
n
n
log C (organik) = n log C (air) + log
K
Dengan membuat grafik log C organik melawan log C (air) maka akan didapat harga n
sebagai slope dan harga n/k sebagai intersep, sehingga harga K dapat ditentukan (Tim
Kimia Fisik 1, 2021).
Ekstraksi pelarut didasarkan pada prinsip hukum distribusi nerst. Distribusi nerst
menyatakan bahwa dalam dua pelarut yang tidak saling bercampur dimasukkan solute
yang dapat larut dalam kedua partai tersebut maka akan terjadi pembagian solute dengan
perbandingan tertentu. Perbandingan konsentrasi solute di kedua pelarut tersebut akan
tetap dan merupakan suatu ketetapan pada suhu tetap. Tetapan tersebut dinamakan
dengan tetapan distribusi atau koefisien distribusi. Dari nilai koefisien distribusi yang
didapat akan ditentukan faktor pisah (FP) dari unsur satu dengan unsur lainnya. Faktor
bisa digunakan sebagai ukuran keberhasilan suatu proses ekstraksi dan mengetahui
3
kondisi optimum ekstraksi dan menjadi pembanding antara koefisien distribusi suatu
unsur dengan koefisien distribusi unsur yang lainnya (Handini et al., 2019).
Ekstraksi cair-cair melibatkan distribusi suatu zat terlarut atau salut diantara dua
fase air yang tidak saling bercampur. Melalui proses ekstraksi ion logam dalam pelarut air
akan ditarik keluar dengan suatu pelarut organik dan akan terpisah dari komponen
campuran nya. Faktor yang mempengaruhi proses ekstraksi adalah jenis dan konsentrasi
ekstraktan, konsentrasi asam, waktu, dan kecepatan pengadukan (Dan et al., 2017).
Beberapa fase organik mudah membentuk emosi dengan fase cair, khususnya jika
terdapat partikel kecil atau terbentuk oleh pengendapan. Kemarin terakhir rasio
konsentrasi senyawa dalam kedua fase tersebut dinamakan koefisien partisi (K). Senyawa
yang berbeda akan mempunyai koefisien partisi yang berbeda, sehingga jika suatu
senyawa sangat polar koefisien partisi relatifnya ke fase polar lebih tinggi daripada
senyawa non polar (Najib. Ahmad, 2018)
Adapun alat dan bahan yang digunakan dalam percobaan ini adalah:
5.1 Alat
1. Corong pisah
2. Gelas ukur
3. Sudip
4. Corong
5. Pengaduk
6. Pipet tetes
7. Erlenmeyer
4
5.2 Bahan
1. Eter
2. Asam asetat
3. Indikator PP
4. NaOH
5. Aquades
VI. PROSEDUR KERJA
Erlenmeyer
Buret
5
Dilakukan hal yang sama pada asam asetat konsentrasi 0,75
N dan 0,5 N
Hasil
VIII. PERHITUNGAN
8.1 Penentukan Konsentrasi Asam Asetat
Konsentrasi CH3COOH 1 N
Diketahui :
V CH3COOH = 10 ml
C NaOH = 0,5 N
V NaOH = 19 ml
6
( C ×V ) NaOH
C CH 3 COOH =
V CH 3 COOH
0,5 N ×19 ml
¿ =0,95 N
10 ml
(0,5 ×19,5)NaOH
C air = =0,975 M
10 mL
7
C H 3 COOH 0,75 N
Diketahui :
VC H 3 COOH = 10 mL
C NaOH = 0,5 N
V NaOH = 14,1 mL
(C ×V ) NaOH
C air =
Vair
8
C CH3COOH = 0,905 M
C air = 0,705 M
CPE = CH3COOH – Cair
= 0,905 – 0,705
= 0,2 M
CH3COOH 0,5 N
C CH3COOH = 0,525 M
C air = 0,4125 M
CPE = CH3COOH – Cair
= 0,525 – 0,4125
= 0,1125 M
8.4 Perhitungan Koefisien Distribusi
C1
KD1 = C2
- 0,025
¿
0,975
¿ -0,0256
C1
KD2 =
C2
0,200
¿
0, 705
¿ 0,2836
C1
KD3 = C2
0,115
¿
0, 41
¿ 0,2804
KD 1+ KD 2+ KD 3
RATA – RATA ¿ ¿ 0,1796
3
9
NO Asam Konsentrasi Konsentrasi Konsentrasi KD Log C1 Log C2
Asetat mula-mula di fase air di fase
(N) (C1) organik (C2)
1 1N 0,95 0,975 -0,025 -0,0256 -0,0109 0
2 0,75N 0,905 0,705 0,2 0,2836 -0,1518 -0,6989
3 0,5 N 0,525 0,41 0,115 0,2804 -0,3872 -0,9488
Rata-rata 0,7196
Slope= 2,371653
Intersep= -0,11451 log C1 Vs Log C2
0
Slope = n, maka
-0.5 -0.4 -0.3 -0.2 -0.1 0
f(x) = 2.37 x −-0.2
0.11 log C1 Vs Log C2
n = 2,371653 R² = 0.84
Log C2
-0.4
Linear (log C1 Vs
-0.6 Log C2)
Intersep = n/K, maka
-0.8
K= Slope/Intersep -1
K = 2,371653/-0,11451 Log C1
K = -20,7113
IX. PEMBAHASAN
X. PERTANYAAN PASCA PRAKTIKUM
XI. KESIMPULAN
1. Asam asetat yang larut dalam air akan berada dibawah. Semakin banyak volume
NaOH 1 N yang dititrasi maka warna yang dihasilkan menjadi semakin pink.
Pada percobaan ini digunakan indikator pp karena titrasi yang dialkukan akan
menghasilkan basa pada keadaan setimbang . Pp adalah indikaor basa yang akan
berubah menjadi pink dalam suasana basa. Untuk menghitung konsentrasi Asam
Asetat digunakan rumus sebagai berikut :
10
XII. DAFTAR PUSTAKA
11
Akselerator. November, 429–436.
Handini, T., Sukarna, I. M., & Yuniyanti, A. D. (2019). Pemisahan Itrium dengan Cara
Ekstraksi Menggunakan Solven TOPO. Eksplorium, 39(2), 105.
https://doi.org/10.17146/eksplorium.2018.39.2.4419
Najib. Ahmad. (2018). Ekstraksi Senyawa Bahan Alam (1st ed.). Deepublish.
Syah. Dahrul. (2018). Pengenalan Teknologi Pangan (T. dan Y. H. E. Frandy (ed.)). PT
Penerbit IPB Press.
Tim Kimia Fisik 1. (2021). Penuntun Praktikum Kimia Fisik 1. Jambi : Universitas Jambi.
XIII. LAMPIRAN
13.1Lampiran Gambar
12
Persiapan alat dan bahan
13
Pengocokan dengan corong pisah
14
15
16
17
18