Anda di halaman 1dari 10

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA FARMASI ANALITIK II

ANALISIS ASAM BENZOAT DENGAN MENGGUNAKAN METODE


TITRASI ASAM BASA

Kelompok 11
3D Farmasi
- Fahmi Kamil (31118164)
- Santi Sulistiawati (31118163)
- Riska Prolina (31118181)

PROGRAM STUDI FARMASI


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
BAKTI TUNAS HUSADA TASIKMALAYA
SEMETER GENAP TA 2020/2021
Praktikum ke :1
Hari / Tanggal Praktikum: Senin / 12 April 2021
Judul praktikum : Analisis asam benzoat dengan menggunakan metode titrasi asam
basa.
No. Sampel :23

I. Tujuan
- Mampu mengetahui dan memahami cara menganalisis kadar suatu zat dalam sediaan
farmasi, serta menetukan kadar asam benzoate dalam sediaan farmasi.
- Dapat menentukan kadar asam benzoat dalam sediaan farmasi dengan menggunakan
titrasi asam basa (langsung).
II. Tinjauan Pustaka
Titrasi merupakan suatu metoda untuk menentukan kadar suatu zat dengan
menggunakan zat lain yang sudah dikethaui konsentrasinya. Titrasi biasanya dibedakan
berdasarkan jenis reaksi yang terlibat di dalam proses titrasi, sebagai contoh bila
melibatkan reaksi asam basa maka disebut sebagai titrasi asam basa, titrasi redox untuk
titrasi yang melibatkan reaksi reduksi oksidasi, titrasi kompleksometri untuk titrasi yang
melibatan pembentukan reaksi kompleks dan lain sebagainya. Zat yang akan ditentukan
kadarnya disebut sebagai “titrant” dan biasanya diletakan di dalam Erlenmeyer,
sedangkan zat yang telah diketahui konsentrasinya disebut sebagai “titer” dan biasanya
diletakkan di dalam “buret”. Baik titer maupun titrant biasanya berupa larutan. (Siti
Marwati, 2012)
Titrasi asam basa melibatkan asam maupun basa sebagai titer ataupun titrant. Kadar
larutan asam ditentukan dengan menggunakan larutan basa atau sebaliknya. Titrant
ditambahkan titer tetes demi tetes sampai mencapai keadaan ekuivalen ( artinya secara
stoikiometri titrant dan titer tepat habis bereaksi) yang biasanya ditandai dengan
berubahnya warna indikator. Keadaan ini disebut sebagai “titik ekuivalen”, yaitu titik
dimana konsentrasi asam sama dengan konsentrasi basa atau titik dimana jumlah basa
yang ditambahkan sama dengan jumlah asam yang dinetralkan : [H+] = [OH-].
Sedangkan keadaan dimana titrasi dihentikan dengan cara melihat perubahan warna
indikator disebut sebagai “titik akhir titrasi”. Titik akhir titrasi ini mendekati titik
ekuivalen, tapi biasanya titik akhir titrasi melewati titik ekuivalen. Oleh karena itu, titik
akhir titrasi sering disebut juga sebagai titik ekuivalen. (Esdi, 2011)
Selesainya titrasi dapat dilihat karena terjadi suatu perubahan warna. Perubahan warna
ini dapat dihasilkan oleh larutan standarnya sendiri. Hal ini disebabkan karena
penambahan suatu zat yang disebut sebagai indikator (Sukmariah, 1990).
Indikator asam basa adalah zat yang berubah warnanya atau membentuk fluoresen
atau kekeruhan pada suatu range (trayek) pH tertentu. Indikator asam-basa terletak pada
titik ekivalen dan ukuran dari pH. Zat-zat indikator dapat berupa asam atau basa, larut,
stabil dan menunjukan perubahan warna yang kuat serta biasanya adalah zat organik.
Perubahan warna disebabkan oleh resonansi isomer elektron. Berbagai indikator mempu
nyai tetapan ionisasi yang berbeda dan akibatnya mereka menunjukan warna pada range
ph yang berbeda (Khopkar, 1990).
Indikator asam basa secara garis besar dapat diklasifikasikan dalam tiga golongan :
(Khopkar, 1990)
1. Indikator ftalein dan indikator sulfotalalein
2. Indikator azo
3. Indikator trifenilmetana.
Indikator ftalein dibuat dengan kondensasi anhidria ftalein dengan fenol, yaitu
fenoftalein. Pada pH 8,0-9,8 berubah warnanya menjadi merah. Anggota-anggota lainnya
adalah o-cresolftalein, thimol-ftalein dan α-naftolftalein.Indikator sulfoftalein dibuat dari
kondensasi anhidrida ftalein dan sulfonat. Untuk indikator izo, diperoleh dari reaksi
amina romatik dengan garam dizonium (Khopkar, 1990).
Kasus asam benzoat menggunakan indikator yang dibatasi hanya pada indikator yang
terletak pada titik infeksi pada kurva titrasi. Dengan demikian PP merupakan indikator
yang sesuai. Sementara metil orange tidak sesuai jika digunakan sebagai indikator dalam
kasus ini (Gandjar & Abdul, 2009).
 Sifat Fisika Kimia Asam Benzoat (FI edisi V : hal 151)
- Sinonim : Acidum Benzoicum
- Rumus Molekul : C7H6O2
- Struktur Kimia :

- BM : 122,12
- Pemerian : Hablur bentuk jarum atau sisik; putih; sedikit berbau, biasanya bau
bau benzaldehida atau benzoin. Agak mudah menguap dalam uap air.
- Kelarutan : dukar larut dalam air; mudah larut dalam etanol; dalam kloroform
dan dalam eter.
III. Alat dan Bahan
1. Alat
- Buret
- Statif dan klem
- Erlenmeyer
- Gelas ukur
- Labu ukur
- Pipet volume
- Corong
- Tissue
2. Bahan
- Sampel (Asam Benzoat)
- Etanol
- Aquadest
- NaOH 0,1 N
- Indikator PP
- Asam Oksalat
IV. Prosedur Kerja
 Pembakuan NaOH dengan Asam Oksalat

Masukan Asam OKsalat ke dalam


Pipet 10 ml Asam Oksalat
erlemeyer

Titrasi dengan larutan standar


Tambahkan 2-3 tetes indicator PP
NaOH 0,1 N hingga terbentuk
larutan berwarna merah.

Catat volume NaOH yang Ulangi 2-3 kali dan hitung.


digunakan
 Pembakuan HCL dengan NaOH

Pipet HCL 10 ml dengan Masukan kedalam erlenmeyer


konsentrasi yg dibutuhkan

Titrasi dengan NaOH Tambahkan indicator PP 2-3 tts

 Titrasi Blanko

Pipet 10 ml etanol Masukan kedalam erlenmeyer

Titrasi menggunakan NaOH Tambahkan indicator PP 2-3 tts


hingga terbentuk warna
merah muda

 Penetapan Kadar Asam Benzoat

Pipet 10 ml sampel lalu Ad etanol hingga tanda batas (50 ml)


masukan kedalam labu ukur

Tambahkan indicator PP Pipet 10 ml larutan yang telah


2-3 tts diencerkan, masukan ke dalam
Erlenmeyer.

Titrasi dengan NaOH sampai Catat hasilnnya ,hitung kadar asam


mencapai titik akhir titrasi benzoate dalam sampel. Ulangi 2-3 kali
( merah muda )

V. Hasil Pengamatan
a. Pembakuan NaOH

V as.oksalat (ml) V NaOH (ml)


10 10,4
10 10,2
10 10,1
Rata-rata 10,23
V asam oksalat . N asam oksalat = V NaOH . N NaOH

10 .10 = 10,23 . N NaOH


1
N NaOH =
10,23
N NaOH = 0,098 N
b. Titrasi Blanko

V etanol (ml) V NaOH (ml)


10 0,3
10 0,2
10 0,1
Rata-rata 0,27

c. Penetapan kadar sampel (Asam benzoat)

V sampel(ml) V NaOH (ml)


10 12,8
10 12,5
10 12,3
Rata-rata 12,33

N NaOH X ( V NaOH −V Blanko)


 N asam benzoate =
V sampel
0,98 X (12,5−0,27)
=
10
0,98 X 12,23
=
10
= 0,12 N
 G asam benzoate = N asam benzoate x BE asam benzoate x V sampel
= 0,12 X 122,12 X 0,05
= 0,73 gram
g Sampel
 % kadar Asam Benzoat = X 100%
V Sampel
0,73
= x 100%
50 ml
= 1,46 %

VI. Pembahasan
Titrasi asam basa merupakan reaksi netralisasi yakni reaksi antara ion hidrogen yang
berasal dari asam dengan ion hidroksida yang berasal dari basa untuk menghasilkan air
yang bersifat netral. Netralisasi juga dapat dikatakan sebagai reaksi antara pemberi proton
(asam) dengan penerima proton (basa).
Titrasi asam basa umumnya dilakukan untuk menetapkan konsentrasi suatu larutan
asam / basa yang tidak diketahui dengan pasti atau menentukan kadar asam/ basa yang
ada dalam sampel.
Pada praktikum ini mendapatkan sampel dengan sediaan larutan yaitu asam benzoate
C₇H₆O₆. Asam benzoate sendiri sebagai sampel merupakan asam lemah sehingga dapat
dititrasi dengan basa kuat yaitu natrium hidroksida. Asam benzoate ini larut dalam pelarut
organic seperti eter , kloroform, etanol sehingga pada proses isolasi digunakan etanol
96% sebagai pelarut.

Sebelum dilakukan titrasi larutan NaOH harus terlebih dulu dibakukan dengan asam
oksalat karena natrium hidroksida tidak dapat dianggap sebagai baku primer karena
kemurniannya cukup bervariasi. Pada saat pembakuan NaOH menggunakan asam oksalat,
asam oksalat ini sebagai larutan standar karena asam oksalat memiliki berat ekivalen (BE)
yang cukur besar yaitu 126 sehingga tidah mudah terpengaruh kemurniaanya. Larutan
NaOH harus distandarisasikan terlebih dahulu karena untuk dapat mengetahui normalitas
NaOH yang sesungguhnya yang akan digunakan sebagai titran sehingga perhitungan yang
akan didapat akan lebih akurat.Pembakuan natrium hidroksida dilakukan terhadap larutan
asam oksalat yang ditetesi dengan indikator fenolftalein (pemilihan indikatir berdasarkan
rentan ph dan titik ekivalen) kemudian di titrasi dengan NaOH sampai yang semula
berwarna bening menjadi merah muda, perubahan warna pada larutan disebabkan oleh
resonansi isomerelektron. Berbagai indicator mempunyai tetapan ionisasi yang berbeda,
sehingga menunujukan warna rang pH yang berbeda. Indicator fenolptalein adalah
indicator yang dibuat dengan kondensasi anhidrida fthalein dengan fenol. Dan selanjutnya
di dapat normalitasnya yaitu 0,098 N. Reaksi yang terjadi antara NaOH dengan asam
oksalat membentuk garam natrium okasalat sebagai hasil netralisasi antara asam dan basa
dengan persamaan reaksi :

H2C2H4 + 2 NaOH → Na2C2O4 + 2 H2O

Kemudian dilakukan titrasi blanko titrasi ini berguna untuk menetralkan si pelarut
atau zat selain sampel agar tidak ikut bereaksi pada saat proses titrasi.

Untuk titrasi penetapan kadar asam benzoat dipilih dengan menggunakan metode
langsung, sampel dititrasi dengan NaOH menggunakan indikator phenoftalein. Titik akhir
titrasi adalah dimana titran terjadi perubahan warna, perubahan warna yang didapatkan
tidak terlalu muda juga tidak terlalu tua, agar mendapatkan hasil titrasi yang maksimal
yaitu warna yang didapatkan warna yang berada ditengah-tengah yakni tidak telalu muda
juga tidak terlalu tua.proses titrasi ini juga dilakukan pengulangan sebanyak tiga kali agar
hasil yang didapat maksimal. Pada proses titrasi terjadi reaksi antara asam benzoate
dengan NaOH. Reaksi yang terjadi yaitu proses netralisasi kembali lagi membentuk
natrium benzoate.

Reaksi yang terjadi :

Dari pentapan kadar ini ,kadar asam benzoate dapat diketahui sebesar 0,73 gram dan
dinyatakan dalam persen sebesar 1,46%.

VII. Kesimpulan
Dari hasil praktikum yang telah dilakukan maka dapat disimpulkan bahwa:
- Penetapan kadar asam benzoat dapat dilakukan dengan metode titrasi asam basa.
- Kadar asam benzoat yang diperoleh yaitu 1,46 %
Daftar Pustaka

Depkes RI. 1979. Farmakope Indonesia Edisi V. Departemen Kesehatan Republik Indonesia.
Jakarta.Hal:151

Marwati, Siti. 2012. Ekstraksi dan Preparasi Zat Warna Alami Sebagai IndikatorTitrasi
Asam Basa.Prosiding Seminar Nasional Penelitian. Pendidikan dan Penerapan MIPA.
Fakultas MIPA, Universitas Negri Yogyakarta.Yogyakarta.

Khopkar, S.M. 1990. Konsep Dasar Kimia Analitik. Universitas Indonesia Press. Jakarta.

Sukmariah. 1990. Kimia Kedokteran Edisi 2. Bina Rupa Aksara. Jakarta.

Gandjar, I.G., & Abdul R. 2007. Kimia Farmasi Analisis. Pustaka Pelajar. Yogyakarta.

Day, R.A., Underwood, A.L. 1998. Analisis Kimia Kuantitatif. Jakarta: Erlangga

Ganjar, Prof. Dr. Ibnu Gholib dan Abdul Rohman. 2007. Kimia Farmasi Analisis.
Yogyakarta : Pustaka Pelajar

Kovar, Dr.Karl-Arthur, Dr. Harry Autherhoff. 2002. Identifikasi Obat. Bandung : ITB.

Sudjadi dan Abdul Rohman. 2008. Analisis Kuantitatif Obat. Yogyakarta : Gadjah Mada
University Press.
LAMPIRAN

Sampel yang sudah Saat memasukan Saat melakukan Hasil titrasi untuk
di encerkan diambil indicator pp titrasi penetapan kadar
10 ml sampel

Anda mungkin juga menyukai