Anda di halaman 1dari 9

WORSHEET PRAKTIKUM PRAKTIKUM KIMIA ANALITIK

DASAR (KI406)

TITRASI ASAM-BASA : PENENTUAN KADAR ASAM


ASETAT

Nama: Fannisa Hafidhia Suryana

NIM: 2007769

DEPARTEMEN PENDIDIKAN KIMIA

FAKULTAS PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN

ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

BANDUNG

2021

| 1
WORKSHEETS PRAKTIKUM KIMIA ANALITIK DASAR (KI 226)
SEMESTER GANJIL 2021-2022

JUDUL PERCOBAAN : Titrasi Asam Basa


TUJUAN PERCOBAAN : Menentukan kadar asam asetat dalam sampel cuka
HARI DAN TANGGAL PERCOBAAN : Jumat, 22 November 2021

A. KAJIAN TEORI

Titrasi adalah metode penetapan kadar suatu larutan dengan menggunakan larutan
standar yang sudah diketahui konsentrasinya. Dalam hal ini, suatu larutan yang konsentrasinya
telah diketahui secara pasti (larutan standar), ditambahkan secara bertahap ke larutan lain yang
konsentrasinya tidak diketahui, sampai reaksi kimia antara kedua larutan tersebut berlangsung
sempurna. Sebelum basa ditambahkan harga pH adalah larutan asam kuat, sehingga pH < 7
dan ketika basa ditambahkan sebelum titik ekivalen, harga pH ditentukan oleh asam lemah.
Pada titik ekivalen jumlah basa yang ditambahkan secara stokiometri ekivalen terhadap jumlah
asam yang ada. Oleh karena itu pH ditentukan oleh larutan garam (pH=7). Titik ekivalen dalam
titrasi adalah titik keadaan (kuantitas) asam-basa dapat ditentukan secara stokiometri.

(Chandra & Cordova, 2012)

Keberhasilan dalam titrasi asam-basa sangat ditentukan oleh kinerja indikator yang
mampu menunjukkan titik akhir dari titrasi (Ratnasari et al., 2016). Indikator merupakan
suatu zat yang ditambahkan ke dalam larutan sampel sebagai penanda yang menunjukkan telah
terjadinya titik akhir titrasi pada analisis volumetrik. Suatu zat dapat dikatakan sebagai
indikator titrasi asam basa jika dapat memberikan perubahan warna sampel seiring dengan
terjadinya perubahan konsentrasi ion hidrogen atau perubahan pH (Day & Underwood, 1986).
Indikator asam basa yang sering digunakan di laboratorium untuk titrasi asam basa merupakan
indikator sintetis contohnya fenolftalein (PP) dan metil jingga (MJ) (Ratnasari et al.,
2016).

B. ALAT-ALAT DAN BAHAN PERCOBAAN (isi sesuai prosedur yang akan digunakan)

Alat
 Neraca analitik  Batang pengaduk
 Gelas kimia 100 mL  Labu ukur 100 mL dan 250 mL
 Botol semprot  Corong kaca

| 2
 Pipet volumetri 25 ml  Labu Erlenmeyer 250 mL
 Pipet tetes  Buret
Bahan
 Padatan asam oksalat  Larutan cuka
 Aquades  Fenolftalein
 Larutan NaOH

C. PROSEDUR PERCOBAAN

1. Pembuatan larutan standar primer Asam Oksalat (H 2 C 2 O 4 .2H 2 O ± 0,05 M)


Timbang dengan teliti 0,6300 gram asam oksalat (H2C2O4.2H2O). Pindahkan ke dalam
labu ukur 100 mL. Larutkan dengan aquades sampai tanda batas. Tutup labu ukur
kemudian kocok.

2. Standarisasi Larutan NaOH dengan larutan asam oksalat

Pipet 25 mL larutan standar primer asam oksalat 0,05 M masukkan ke dalam erlenmeyer
250 mL. Tambahkan 3 tetes indikator Fenolftalein lalu titrasi dengan larutan NaOH
dari buret sampai terbentuk warna merah muda yang tidak hilang setelah dikocok selama
15 detik. Lakukan titrasi sampai didapatkan volumen konstan. Tentukan konsentrasi
natrium hidroksida (NaOH) tersebut dengan tepat.
3. Penetapan Kadar Asam Asetat pada sampel larutan cuka
Ukur 10 mL sampel cuka kemudian encerkan dengan aquades dalam labu ukur 250 mL,
homogenkan. Pipet 25 mL larutan ini masing-masing ke dalam dua buah Erlenmeyer,
kemudian tambahkan tiga tetes indikator fenolftalein. Titrasi sampel cuka dalam Erlenmeyer
tersebut dengan larutan NaOH yang telah dibakukan, sampai larutan berubah menjadi
merah muda. Lakukan titrasi sampai didapatkan volume konstan, kemudian hitung kadar
asam asetat dalam sampel (dalam satuan %massa).

D. DATA PENGAMATAN DAN PERHITUNGAN


Diberikan data sekunder praktikum sebagai berikut
1. Standarisasi Larutan NaOH
Data penimbangan H2C2O4.2H2O = 0,6322 g

Diasumsikan massa jenis larutan cuka = 1 g/ml

| 3
Tabel Titrasi Penentuan Konsentrasi NaOH

Titrasi ke 1 2 3 4 5
Volume awal 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00
Volume
30,00 28, 25 27,80 27,85 27,85
akhir
Keterangan Merah Merah Merah
warna Ungu Ungu sangat sangat sangat
muda muda muda

Perhitungan standarisasi NaOH


27,80 + 27,85 +27,85
Volume NaOH = 3

= 27,83 mL
Reaksi : 2NaOH(Aq) + H2C2O4 . 2H2O(Aq)  Na2C2 O4(Aq) + 2H2O(l)
𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 𝑎𝑠𝑎𝑚 𝑜𝑘𝑠𝑎𝑙𝑎𝑡 632,2 𝑚𝑔
Mol H2C2O4 . 2H2O(Aq) = = = 5,02 𝑚𝑚𝑜𝑙
𝑀𝑟 𝑎𝑠𝑎𝑚 𝑜𝑘𝑠𝑎𝑙𝑎𝑡 126 𝑔/𝑚𝑜𝑙

Mol NaOH = 2 x mmol asam asetat = 2 x 5,02 mol = 10,04 mmol


𝑀 𝑎𝑠𝑎𝑚 𝑜𝑘𝑠𝑎𝑙𝑎𝑡 . 𝑣 𝑎𝑠𝑎𝑚 𝑜𝑘𝑠𝑎𝑙𝑎𝑡. 𝑚𝑜𝑙 𝑁𝑎𝑂𝐻
MNaOH =
𝑛 𝑎𝑠𝑎𝑚 𝑜𝑘𝑠𝑎𝑙𝑎𝑡 . 𝑣 𝑁𝑎𝑂𝐻
0,05 𝑀 . 25 𝑚𝐿 . 10,4 𝑚𝑚𝑜𝑙
MNaOH = = 0,093 M
5,02 𝑚𝑚𝑜𝑙 . 27,83 𝑚𝐿

2. Penentuan Kadar Asam Asetat dalam sampel cuka

Tabel Titrasi Penentuan Kadar CH3COOH dalam sampel cuka

Titrasi ke 1 2 3
Volume awal 0,00 24,20 0,00
Volume 24,20 48,25 24,00
akhir
Keterangan Merah Merah Merah
warna sangat sangat sangat
muda muda muda

Reaksi kimia = NaOH(Aq) + CH3COOH(Aq)  CH3 COONa(Aq) + H2O(l)


(48,25 −24,20) +24,00
Volume NaOH = = 24,025 𝑚𝐿
3

Massa cuka = 10 mL x 1 g/mL = 10 g x 1000 = 10000 mg


250 𝑚𝐿
Faktor pengenceran = = 10x
25 𝑚𝐿
𝑣 𝑁𝑎𝑂𝐻 𝑥 𝐹𝑎𝑘𝑡𝑜𝑟 𝑝𝑒𝑛𝑔𝑒𝑛𝑐𝑒𝑟𝑎𝑛 𝑥 𝑘𝑜𝑛𝑠𝑒𝑛𝑡𝑟𝑎𝑠𝑖 𝑁𝑎𝑂𝐻 𝑥 𝑀𝑟 𝑎𝑠𝑎𝑚 𝑎𝑠𝑒𝑡𝑎𝑡
% asam asetat = 𝑥 100%
𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 𝑐𝑢𝑘𝑎
24,025 𝑚𝐿 𝑥 10 𝑥 0,093 𝑀 𝑥 72 𝑔/𝑚𝑜𝑙
= 𝑥 100%
10000 𝑚𝑔

= 16,10 %

| 4
D. DISKUSI DAN PEMBAHASAN
Titrasi asam basa sering disebut sebagai titrasi penetralan. Dalam reaksinya
menggunakan larutan standar asam dan larutan standar basa. Reaksi netralisasi terjadi antara
ion hidrogen sebagai asam dan ion hidroksida debagai basa. Reaksi netralisasi terjadi antara
ion hidrogen sebagai asam dengan ion hidroksida sebagai basa dan membentuk air yang
bersifat netral. Berdasarkan konsep lain netralisasi juga dapat dikatakan sebagai reaksi antara
donor proton (asam) dan aseptor proton (basa).
Pada praktikum titrasi asam basa ini bertujuan untuk menentukan kadar asam asetat
dalam cuka dengan % massa. Untuk menentukan kadar asam asetat dalam cuka, dilakukan
standarisasi larutan NaOH dengan asam oksalat 0,05 M. Padatan asam oksalat ditimbang
sebanyak 0,6300 gram lalu diencerkan dan dibakukan terlebih dahulu ke dalam labu ukur
250 mL. Kemudian larutan NaOH dituangkan ke dalam buret sebagai pentitran. Langkah
selanjutnya dalam menstandarisasi larutan NaOH dengan asam oksalat adalah memipet
larutan asam oksalat dengan pipet volumetri sebanyak 25 mLke dalam labu Erlenmeyer dan
ditambahkan indikator feneolftalein. Erlenmeyer diletakkan di bawah buret dan dibuka kran
buret secara perlahan-lahan agar NaOH dapat mengalir setetes demi tetes sambil dikocok
selama 15 menit. Maka, terjadilah perubahan warna larutan dalam Erlenmeyer yaitu dari tak
berwarna menjadi merah muda keunguan seulas dan tak hilang kembali. Titrasi dapat
dilakukan berulang kali untuk mendapatkan volume NaOH (pentitran) yang konstan Pada
titrasi ini larutan standar yang dititrasi yakni asam oksalat bersifat asam lemah dan pentitran
yakni larutan NaOH bersifat basa kuat. Maka, titik ekuivalennya antara 6,0-7,0 (titik akhir
titrasi > 7). Oleh karena titik ekivalennya dala rentang 6,0 – 7,0, indikator yang dipakai
adalah fenolftalein yang memiliki trayek pH lebih dari 7 (8,3 – 10,0). Jika warna larutan
sudah tidak kembali hilang, maka hal tersebut menunjukkan titik akhir dari titrasi.
Volume akhir NaOH pada 3x titrasi adalah 30,00 mL ; 28, 25 mL; 27,80mL; 27,85 mL;
27,85 mL. Tujuan dari dilakukannya pengulangan titrasi adalah untuk mendapatkan hasil
konstan dari volume NaOH. Untuk menghitung konsentrasi dari NaOH dilakukan
perhitungan rata-rata dari volume konstan dengan selisih 0,05. Didapat konsentrasi dari
NaOH dengan perbandingan mol asam oksalat 2:1 dan didapat dari hasil perhitungan,
konsentrasi NaOH sebesar 0,093 M. Setelah mencari konsentrasi dari NaOH yaitu mencari
konsentrasi dari asam asetat untuk menentukan kadar asam asetat dari sampel cuka. Langkah
pertama membuat larutan standar sampel cuka 10 mL kedalam labu ukur 250 mL (ditambah
dengan aquades sampai tanda batas). Kemudian dipipet sebanyak 25 mL ke dalam labu

| 5
Erlenmeyer dan dititrasi dengan NaOH. Volume akhir NaOH saat mentitrasi asam asetat
ditunjukkan sebagai berikut.
Titrasi ke 1 2 3
Volume awal 0,00 24,20 0,00
Volume 24,20 48,25 24,00
akhir
Keterangan Merah Merah Merah
warna sangat sangat sangat
muda muda muda

Warna yang timbul merah mudah keunguan seulas dan tidak hilang kembali menunjukkan
berakhirnya titrasi. Indikator yang digunakan pada saat mentitrasi sampel cuka adalah
fenolftalein. Lalu didapat dari hasil perhitungan dengan konsentrasi NaOH yang sudah
diketahui beserta perhitungan faktor pengenceran dan volume NaOH, kadar asam asetat dalam
asam cuka sebesar 16,10%.
E. KESIMPULAN
Kadar asam asetat dari hasil perhitungan dan titrasi asam basa sebesar 16,10%. Penentuan kadar
asam asetat dalam asam cuka melalui beberapa tahap, yaitu
1. Membuat larutan standar primer asam oksalat untuk menstandarisasi larutan NaOH dengan
melarutkan dalam gelas kimia dan mengencerkan & menyimpan dalam labu ukur.
2. Memipet larutan standar asam oksalat dan indikator fenolftalein ke dalam labu Erlenmeyer
dan dititrasi dengan larutan NaOH dalam buret dan dilakukan secara berulang sampai
mencapai titik akhir titrasi.
3. Menghitung konsentrasi NaOH dengan perolehan volume konstan ketika mentitrasi asam
oksalat.
4. Membuat larutan cuka dengan melakukan pengenceran ke dalam labu ukur
5. Dipipet larutan standar cuka dan fenolftalein ke dalam labu Erlenmeyer dan dititrasi dengan
larutan NaOH hingga mencapai titik akhir titrasi.
6. Menghitung kadar dari asam asetat dari rata-rata volume NaOH yang digunakan untuk
mentitrasi sampel cuka.
G. REFERENSI

Chandra, A. D., & Cordova, H. (2012). Rancang Bangun Kontrol pH Berbasis Self Tuning
PID Melalui Metode Adaptive Control. Teknik Pomits, 1(1), 1–6.
Day, R.A. & Underwood, A.L. (1986). Analisis Kimia Kuantitatif. Jakarta: Erlangga
Permanasari, A. (2000). Titrasi Volumetri. Universitas Terbuka, 1–25.

| 6
Ratnasari, S., Suhendar, D., & Amalia, V. (2016). STUDI POTENSI EKSTRAK DAUN
ADAM HAWA (Rhoeo discolor) SEBAGAI INDIKATOR TITRASI ASAM-BASA.
Chimica et Natura Acta, 4(1), 39. https://doi.org/10.24198/cna.v4.n1.10447
Sulistiowati, Nuryati, L., & Yudianingrum, R. Y. (2018). MODUL 1. TEORI KIMIA
ANALISIS-1 (VOLUMETRI). Bogor: SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN -
SMAK BOGOR.

LAMPIRAN

Soal dan Jawaban PRE-LAB (Jawablah soal-soal berikut ini)


1. Standarisasi Larutan NaOH
a. Mengapa larutan NaOH perlu distandarisasi?
b. Selain menggunakan H2C2O4, standarisasi larutan NaOH dapat dilakukan dengan
larutan apa?
c. Selain menggunakan indikator fenofthalein, titrasi standarisasi NaOH dapat
menggunakan indikator yang lain, sebutkan dan jelaskan mengapa indikator tersebut
bisa digunakan?
d. Tuliskan reaksi yang terjadi pada proses standarisasi.
e. Jelaskan perubahan warna yang terjadi selama titrasi.
Jawab:
a. Larutan NaOH perlu distandarisasi sebelum digunakan karena NaOH termasuk zat
baku sekunder yang bersifat tidak stabil, sukar dimurnikan, dan tidak tahan lama
jika dibentuk suatu larutan. Maka, sebelum NaOH digunakan sebagai pentitran
perlu dibakukan terlebih dahulu.
b. Standrisasi larutan NaOH dapat dilakukan dengan larutan kalium hidrogen platat
(KHC8H4O4), asam benzoat (C6H5COOH), asam sulfarnat (NH2SO3H).
c. Selain menggunakan indikator fenolfthalein, indikator lain yang dapat digunakan
untuk standarisasi NaOH adalah bromtimol biru (BTB) dan fenol merah. Titrasi
asam lemah oleh basa kuat umumnya memiliki pH titik ekivalen sekitar 6-7 (titik
akhir titrasi > 7). Trayek pH dari bromtimol biru (BTB) dan fenol merah adalah
| 7
6,0 – 7,6 dan 6,4 – 8,0. Pada penggunaan indikator bromtimol biru, titrasi berakhir
ketika warna larutan berubah dari tidak berwarna menjadi biru seulas. Sedangkan,
pada penggunaan indikator fenol merah, titrasi akan berakhir jika larutan berubah
dari tak berwana menjadi merah muda seulas (Permanasari, 2000).
d. Reaksi yang terjadi ketika proses standarisasi

2NaOH(Aq) + H2C2O4(Aq)  Na2C2O4(Aq) + 2H2O(l)


e. Larutan asam oksalat ditambahkan 3 tetes dengan indikator fenolftalein, lalu
dititrasi dengan larutan NaOH yang belum diketahui konsentrasinya. Ketika
diteteskan larutan NaOH melalui buret, terjadi perubahan warna yaitu menjadi
merah jambu sedikit keunguan seulas.
2. Penetapan Kadar CH3COOH dalam sampel cuka
a. Tuliskan reaksi yang terjadi
b. Jelaskan perubahan warna yang terjadi selama titrasi
c. Jelaskan cara menentukan titik akhir titrasi
d. Sebutkan indikator lain yang dapat digunakan pada penentuan kadar CH 3COOH, dan
jelaskan alasannya
Jawab:
a. Reaksi yang terjadi
NaOH(Aq) + CH3COOH(Aq)  CH3COONa(Aq) + H2O(l)
b. Larutan cuka ditambahkan 3 tetes indikator fenolftalein, lalu dititrasi dengan larutan
NaOH yang belum diketahui konsentrasinya. Ketika diteteskan larutan NaOH
melalui buret, terjadi perubahan warna yaitu menjadi merah jambu sedikit keunguan
seulas.
c. Cara menentukan titik akhir titrasi adalah ketika warna larutan yang timbul setelah
ditambahkan 3 tetes fenolftalein dan dititrasi dengan NaOH (merah jambu
keunguan seulas) tidak berubah kembali menjadi tidak berwarna dan volume NaOH
terlihat konstan.
d. Selain menggunakan indikator fenolfthalein, indikator lain yang dapat digunakan
untuk standarisasi NaOH adalah bromtimol biru (BTB) dan fenol merah. Titrasi
asam lemah seperti larutan asam asetat oleh basa kuat NaOH umumnya memiliki
pH titik ekivalen sekitar 6-7 (titik akhir titrasi > 7). Trayek pH dari bromtimol biru
(BTB) dan fenol merah adalah 6,0 – 7,6 dan 6,4 – 8,0. Pada penggunaan indikator
bromtimol biru, titrasi berakhir ketika warna larutan berubah dari tidak berwarna

| 8
menjadi biru seulas. Sedangkan, pada penggunaan indikator fenol merah, titrasi
akan berakhir jika larutan berubah dari tak berwana menjadi merah muda seulas
(Permanasari, 2000).

| 9

Anda mungkin juga menyukai