PRAKTIKUM SUBLIMASI Tanggal: Selasa, 12 Oktober 2021 Dosen Pengampu: Prof. Dr. Ratnaningsih Eko Sardjono, M.Si. Vidia Afina Nuraini, S.Si., M.Sc
Nama: Fannisa Hafidhia Suryana
NIM: 2007769
DEPARTEMEN PENDIDIKAN KIMIA
FAKULTAS PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA BANDUNG 2021 1. Tujuan : - Mengetahui prinsip dasar metode pemisahan sublimasi - Mengetahui zat padat yang disublimasi dapat tersublimasi. 2. Dasar Teori : Sublimasi adalah suatu proses dimana zat-zat tertentu bila dipanaskan secara langsung berubah dari bentuk padat menjadi uap tanpa meleleh (Oxtoby, 1986). Sublimasi merupakan suatu proses penguapan zat padat menjadi gas karena pemanasan,yang akan terkondensasi jika didinginkan. Sublimasi dapat terjadi pada tekanan atmosfir, sedangkan untuk zat yang mempunyai titik didih rendah maka digunakan vakum untuk menurunkan tekanan (Rahman, 2007). Salah satu contoh aplikasi sublimasi yang paling mudah dilihat yaitu pada proses pembuatan kapur barus. Campuran kapur barus dan arang dipanaskan sehingga kapur barus yang dapat menyublim akan menguap, setelah didinginkan zat tersebut berubah kembali menjadi padat kembali. (Keenan,1984). 3. Alat dan Bahan Alat Cawan porselein Kawat kasa Corong kaca Kaki tiga Pemanas bunsen Kapas Bahan Padatan caphor 4. Sifat Fisik dan Kimia Bahan No Nama Bahan Sifat Penanganan Bentuk: padat Saran umum Warna: putih Tunjukkan lembar data Bau: berbau khas keselamatan ini kepada dokter 1. Padatan capor Ambang Bau: Data tidak tersedia yang merawat. pH: Data tidak tersedia Jika terhirup Titik lebur/rentang: 180 °C - Setelah terhirup: hirup udara Pedoman Tes OECD 102 bersih. Segera hubungi dokter. Jika Titik didih awal/rentang didih: 204 napas terhenti: segera berikan °C pada 1.013 hPa - Pedoman Tes pernapasan buatan secara OECD 103 mekanik, jika diperlukan berikan Titik nyala: 64,4 °C - cawan oksigen. tertutup Jika kontak dengan kulit Laju penguapan: Data tidak Bila terjadi kontak kulit: tersedia Tanggalkan segera semua pakaian Flamabilitas (padatan, gas): Bahan yang terkontaminasi. Bilaslah kulit atau campuran ini adalah padatan dengan air/ pancuran air. yang mudah menyala dengan Periksakan ke dokter. kategori 2. Jika kontak dengan mata Tertinggi batas ledakan: 3,5 %(V) Setelah kontak pada mata : bilaslah Terendah batas ledakan: 0,6 %(V) dengan air yang banyak. Segera Tekanan uap: 0,87 hPa pada 25 °C hubungi dokter mata. Lepaskan - Pedoman Tes OECD 104 lensa kontak. Densitas uap: Data tidak tersedia Jika tertelan Kerapatan (densitas) relative: Setelah tertelan: segera beri korban 0,992 g/cm3 pada 25 °C - minum air putih (dua gelas paling Pedoman Tes OECD 109 banyak). Periksakan ke dokter. Kelarutan dalam air: 1,5373 g/l pada 25 °C - Pedoman Tes OECD 105- larut Koefisien partisi (noktanol/air): log Pow: 2,414 pada 25 °C - Pedoman Tes OECD 107 - Diperkirakan tidak ada potensi bioakumulasi. Suhu dapat membakar sendiri (auto-ignition temperature): Data tidak tersedia Suhu penguraian: Data tidak tersedia Viskositas, kinematis: Data tidak tersedia Viskositas, dinamis: Data tidak tersedia Sifat peledak: Data tidak tersedia Sifat oksidator: Data tidak tersedia
5. Diagram Alir Praktikum
Cawan porselein
Tambahkan 2 sudu camphor
Tutup dengan corong yang sudah diberi kapas diujungnya Panaskan dengan pemanas bunsen
Hasil
6. Data & Pengamatan
No Cara Kerja Pengamatan Padatan berwarna putih dituangkan ke Menuangkan padatan camphor ke dalam 1. dalam cawan porselein. Tidak dianjurkan cawan porselein. menggunakan gelas kimia. Untuk memastikan agar uap tidak keluar 2. Pasang kapas pada ujung corong ke udara bebas Pastikan corong sudah menutupi cawan 3. Tutup cawan dengan corong. dengan baik Cawan porselein diletakkan pada kawat kasa 4. di atas kaki tiga dan pemanas bunsen 5. Nyalakan pemanas bunsen Terbentuk uap dan padatan 7. Pembahasan Sublimasi adalah proses perubahan suatu zat dari fasa padat menjadi fasa gas tanpa melewati fasa cair (pelelehan) terlebih dahulu dengan bantuan panas. Sublimasi dapat dilakukan untuk memisahkan atau memurnikan zat padat yang mudah menguap dari zat padat yang tidak mudah menguap. Zat padat akan semakin mudah menguap apabila tekanan uap nya melebihi tekanan atmosfer nya (760 mmHg) dan perbedaan titik uap dan titik lelehnya semakin tinggi Pada praktikum sublimasi ini menggunakan zat padat camphor berwarna putih yang memiliki tekanan uap sebesar 370 mmHg dan titik lelehnya sebesar 179oC, dimana jika ingin memudahkan sublimasi pada camphor harus menurunkan tekanannya dari tekanan atmosfer agar camphor dapat menyublim dan tidak menguap begitu saja. Kepolaran pada suatu zat juga dapat memengaruhi kemudahan suatu zat tersebut untuk menyublim dengan melihat struktur molekul nya. Pada senyawa camphor dengan rumus molekul C10H16O memiliki struktur sebagai berikut
Berdasarkan strukturnya, camphor memiliki senyawa hidrokarbon dan gugus karbonil.
Namun, berdasarkan struktur molekul pada senyawa camphor hidrokarbon lebih banyak dari gugus karbonil nya. Berdasarkan kepolarannya, camphor bersifat nonpolar dan tidak dapat terlarut dalam air yang memiliki tingkat kelarutan yang tinggi. Pada struktur molekul nonpolar memiliki gaya antar molekul van der waals. Kemudahan suau zat untuk menyublim yaitu jika suatu zat memiliki gaya antar molekul van der waals. Pada tahap pertama proses sublimasi pada camphor yaitu menuangkan camphor ke dalam cawan porselein. Namun, jika ingin melakukan sublimasi dengan metode kuantitatif dapat menimbang cawan poselein kosong serta cawan yang sudah berisi sampel untuk mendapatkan jumlah berat sampel yang digunakan. Perlu diketahui bahwa sebaiknya tidak digunakan gelas kimia sebagai media untuk menampung padatan, karena permukaan mulut gelas kimia yang tidak rata menyebabkan banyak uap yang akan keluar dari area tertutup antar corong dengan wadah. Hal tersebut menyebabkan proses sublimasi menjadi tidak maksimal. Setelah itu cawan porselein ditutup dengan corong kaca yang ditutup ujungnya dengan kapas. Lalu, pemanas bunsen dinyalakan sampai terbentuk uap dan terlihat Kristal-kristal pada corong kaca sudah terbentuk. Terbentuknya padatan kembali pada corong kaca menyebabkan adanya penurunan suhu yang berasal dari suhu ruang yang terlibat dalam proses pendinginan padatan hasil penyubliman. Untuk meningkatkan jumlah padatan yang menempel pada corong dapat membalut corong kaca bagian luar nya dengan kain yang direndam dengan air dingin. Padatan yang terdapat dalam corong kemudian diambil dan ditimbang pada neraca. Untuk menguji kemurnian pada camphor dapat dilakukan dengan mengidentifikasi sifat fisik dari warna maupun bau atau identifikasi dengan uji titik leleh. Pengujian titik leleh dapat dilakukan dengan alat Melting Point Tester. 8. Kesimpulan Prinsip kerja dari pemisahan atau pemurian zat metode sublimasi adalah mengubah zat padat menjadi gas dan terbentuk hasil padatan kembali dengan pengaruh penurunan suhu. Faktor yang memengaruhi pemisahan zat metode sublimasi adalah: 1. Tekanan uap Apabila tekanan uap lebih tinggi dari tekanan atmosfer (760 mmHg) maka zat padat mudah menguap. Namun, apabila tekanan uap suatu zat kurang dari tekanan aimosfer, maka tekanan pada zat harus diturunkan sampai mencapai tekanan uap yang sama dengan zat tersebut atau kurang dari tekanan uap nya. 2. Kepolaran Semakin rendah kepolaran suatu senyawa maka semakin mudah zat untuk disublimasi. 3. Gaya ikatan antar molekul Gaya antar molekul yang menjadi ciri dari suatu zat yang mudah disublimasi adalah senyawa yang memiliki gaya van der waals, yaitu gaya yang memiliki tingat elektronegatifan antar molekul kecil. 4. Suhu Untuk mendapatkan kembali padatan yang sudah diuapkan dapat dilakukan penurunan suhu dengan menggunakan kain yang direndam air dingin atau menambahkan Gekas yang berisi air dingin di atas zat yang disublimasi. 9. Referensi Keenan, Charless W., et al. (1984). Kimia untuk Universitas Oxtoby.,D.W, 1986, Prinsip-prinsip Kimia Modern Edisi-4, Jakarta: Erlangga.
Rahman.,J, 2007, Kimia Organik, Jakarta: Erlangga.