Anda di halaman 1dari 15

LAPORAN PRAKTIKUM KI407

PRAKTIKUM KIMIA PEMURNIAN DAN IDENTIFIKASI


SENYAWA ORGANIK

PRAKTIKUM PEMISAHAN ZAT METODE KROMATOGRAFI


Tanggal: Selasa, 28 September
Dosen Pengampu:
Prof. Dr. Ratnaningsih Eko Sardjono, M.Si.
Vidia Afina Nuraini, S.Si., M.Sc

Nama: Fannisa Hafidhia Suryana


NIM: 2007769

DEPARTEMEN PENDIDIKAN KIMIA


FAKULTAS PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN
ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
BANDUNG
2021
1. Tujuan :- Mengetahui prinsip-prinsip dasar pemisahan
zat dengan metode kromatografi kertas, lapis
tipis, dan kolom.
- Terampil dalam melakukan pemisahan zat
dengan metode kromatografi kertas, lapis tipis,
dan kolom
- Mengetahui perbedaan pemisahan zat metode
kromatografi kertas, lapis tipis, dan kolom
2. Dasar Teori :
Kromatografi adalah suatu teknik pemisahan campuran berdasarkan perbedaan
distribusi dari komponen-komponen dalam fasa gerak dan fasa diam (Rizalina et al.,
2018). Fasa gerak dapat berupa gas atau cairan, sedangkan fasa diam dapat berupa
cairan atau padatan. Fasa gerak berupa gas disebut kromatografi gas (Gas
Chromatography). Kegunaan dari gas chromatography adalah untuk identifikasi semua
jenis senyawa organik yang mudah menguap dan juga dapat digunakan untuk analisis
kualitatif dan kuantitatif senyawa dalam suatu campuran (McNair & Miller, 2009).
Analisis kuantitatif dengan gas chromatography menggunakan metode standar internal.
Metode ini digunakan karena terdapat ketidakpastian yang disebabkan injeksi sampel
dan kecepatan aliran. Metode ini seringkali digunakan untuk sampel yang tidak sesuai
atau tidak mungkin diinjeksi langsung pada gas chromatography (Hidayat et al., 2015).
Kromatografi kertas merupakan metode pemisahan sederhana yang digunakan
untuk memisahkan komponen pigmen zat warna (Agustiani, Vini. Efkar, Tasfiri &
Tania, 2018). Prinsip kromatografi kertas yaitu metode pemisahan dari substansi
menjadi komponen-komponennya yang bergantung pada distribusi suatu senyawa pada
dua fase yaitu fase diam dan fase gerak, pelarut bergerak lambat pada kertas,
komponen-komponen bergerak pada laju yang berbeda dan campuran dipisahkan
berdasarkan pada perbedaan bercak warna. Berbagai jenis pemisahan dengan
kromatografi kertas dilakukan yang dikenal sebagai "analisa kapiler". Metode ini
sangat sesuai dengan kromatografi serapan dan kromatografi kertas sebagai
perkembangan dari sistem partisi (Suryadarma, 2014). Salah satu zat padat yang dapat
digunakan untuk menyokong fasa tetap yaitu bubuk selulosa.
Kromatografi Lapis Tipis (KLT) merupakan cara pemisahan campuran senyawa
menjadi senyawa murninya dan mengetahui kuantitasnya (Sastrohamidjojo, 1991).
Kromatografi juga merupakan analisis cepat yang memerlukan bahan sangat sedikit,
baik penyerap maupun cuplikannya. KLT dapat digunakan untuk memisahkan
senyawa-senyawa yang sifatnya hidrofobik seperti lipida-lipida dan hidrokarbon yang
sukar dikerjakan dengan kromatografi kertas (Kemendikbud, 2018). KLT juga dapat
berguna untuk mencari eluen untuk kromatografi kolom, analisis fraksi yang diperoleh
dari kromatografi kolom, identifikasi senyawa secara kromatografi, dan isolasi
senyawa murni skala kecil.
Kromatografi kolom terbagi dalam kromatografi kolom terbuka (konvensional) dan
kromatografi kolom tertutup. Ditinjau dari mekanismenya kromatografi kolom
merupakan kromatografi serapan atau adsorpsi. Kromatografi adsorpsi banyak
digunakan dalam pemisahan senyawa-senyawa organik, senyawa-senyawa nonpolar
dan konsistuen-konstituen yang sulit untuk menguap (Sastrohamidjojo, 1991).
3. Alat dan Bahan
Alat
 Gelas kromatografi  Pensil
 Kertas kromatografi  Penggaris
 Kertas lapis tipis  Benang
 Lumping dan alu  Gunting
 Gelas kimia  Botol penimpanan
 Botol  Kain wol
 Aplikator kapiler  Kolom kromatografi
 Bejana kertas lapis tipis  Tabung reaksi
 Kertas saring
Bahan
 Daun 4 buah  Sampel Y
 Aseton  Sampel unknown
 Petroleum eter  Serbuk silica
 Pasir  eluen
 Sampel x  Sampel senyawa mentah
4. Sifat Fisik dan Kimia Bahan
No Nama Bahan Sifat Penanganan
Bentuk: cair Saran Umum
Warna: tidak berwarna Konsultasikan dengan dokter.
Bau: seperti buah Tunjukan lembar data keselamatan ini
Ambang Bau: 0,1 - 662,5 ppm ke dokter
pH 5 - 6 pada 395 g/l 20 °C Jika terhirup
Titik lebur: -95,4 °C Jika dihirup, pindahkan korban ke
Titik didih/rentang didih: 56,2 °C udara segar (hirup udara segar ). Jika
pada 1.013 hPa tidak bernapas, berikan pernapasan
Titik nyala: < -20 °C Metoda: DIN buatan. Konsultasikan dengan dokter.
51755 - 1 Dalam kasus kontak dengan kulit
Laju penguapan: Tidak tersedia Tanggalkan segera semua pakaian
informasi. yang terkontaminasi. Bilaslah kulit
Flamabilitas: (padatan, gas) Tidak dengan air/ pancuran air yang banyak.
tersedia informasi. Dalam kasus kontak pada mata
1. Aseton Terendah batas ledakan: 2,6 %(V) Bilas secara menyeluruh dengan air
Tertinggi batas ledakan: 12,8 %(V) yang banyak setidaknya selama
Tekanan uap: 233 hPa pada 20 °C minimal 15 menit , angkat kelopak
Kerapatan (densitas) uap relative: mata bagian atas dan bawah sesekali.
2,01 Segera dapatkan bantuan medis /
Densitas: 0,79 g/cm3 pada 20 °C periksakan ke Dokter mata.
Kerapatan (den-sitas) relative: Tidak Jika tertelan
tersedia informasi. JANGAN menyebabkan muntah.
Kelarutan: dalam air pada 20 °C larut Jangan pernah memberikan apapun
Koefisien partisi (n-oktanol/air): log melalui mulut kepada orang yang
Pow: -0,24 (percobaan) Diperkirakan tidak sadar. Bilas mulut dengan air.
tidak ada potensi bioakumulasi. (Lit.) Konsultasikan dengan dokter.
Suhu dapat membakar sendiri (auto- perhatian jika korban muntah. Resiko
ignition temperature): Tidak tersedia pengeluaran! Jaga agar aliran udara
informasi. tetap bebas. Kerusakan paru-paru
Suhu penguraian: Dapat didistilasi mungkin terjadi setelah pengeluaran
dalam kondisi tidak terurai muntah. Segera panggil dokt
(undecomposed) pada tekanan
normal.
Viskositas, dinamis: 0,32 mPa.s pada
20 °C
Sifat peledak: Tidak diklasifikasikan
sebagai mudah meledak.
Sifat oksidator: tidak ada
Suhu menyala: 465 °C DIN 51794
Konduktifitas: 0,01 µS/cm
Saran Umum
Bentuk: cair
Konsultasikan dengan dokter.
Warna: tidak berwarna
Tunjukan lembar data keselamatan ini
Bau: seperti benzene
ke dokter
Ambang Bau: Tidak tersedia
Setelah menghirup:
informasi.
Hirup udara segar. Konsultasikan
pH: Tidak berlaku
dengan dokter jika merasa tak sehat.
Titik lebur: < -80 °C
Bila terjadi kontak kulit:
Titik didih/rentang didih: 36 - 83 °C
Tanggalkan segera semua pakaian
pada 1.013 hPa
yang terkontaminasi. Bilaslah kulit
2. Petroleum eter Titik nyala: < -21 °C Metoda: c.c.
dengan air/ pancuran air. Setelah
Laju penguapan: Tidak tersedia
kontak pada mata :
informasi.
Bilaslah dengan air yang banyak.
Flamabilitas (padatan, gas): Tidak
Lepaskan lensa kontak.
tersedia informasi.
Setelah tertelan:
Terendah batas ledakan: 1,0 %(V)
Perhatian jika korban muntah. Resiko
Tertinggi batas ledakan: 7,4 %(V)
pengeluaran! Jaga agar aliran udara
Tekanan uap: 370 hPa pada 25 °C
tetap bebas. Kerusakan paru-paru
Kerapatan (densitas) uap relative:
mungkin terjadi setelah pengeluaran
Tidak tersedia informasi.
muntah. Segera panggil dokter.
Densitas: 0,645 - 0,665 g/cm3 pada
15 °C
Kerapatan (den-sitas) relative: Tidak
tersedia informasi.
Kelarutan: dalam air praktis tidak
larut
Koefisien partisi (n-oktanol/air):
Tidak tersedia informasi.
Suhu dapat membakar sendiri (auto-
ignition temperature): Tidak dapat
menyala dengan sendirinya
Suhu penguraian: Tidak tersedia
informasi.
Viskositas, dinamis: Tidak tersedia
informasi.
Sifat peledak: Tidak diklasifikasikan
sebagai mudah meledak.
Sifat oksidator: tidak ada
Keadaan fisik: Padatan Kontak kulit
Bau: Tidak ada. Cuci seluruhnya dengan sabun dan
Penampilan: Bubuk air. Cari pertolongan medis jika gejala
Ambang bau: Tidak berlaku timbul.
Warna: Putih Kontak mata
pH: 3.6-4.5 Langsung bilas mata dengan gunakan
3. Serbuk silica Titik leleh/titik beku: 1700 °C air yang banyak selama 15 minit. Cari
Titik didih / rentang didih: 2230 °C pertolongan medis jika gejala timbul.
Panduan Saku NIOSH tentang Penghirupan
Bahaya Kimia Tingkat Penguapan: Jika batuk, sesak atau gangguan
Tidak berlaku pernapasan yang lain akan muncul,
Tekanan uap: Tidak berlaku pindah ke tempat yang berudara
Kerapatan Uap: Tidak berlaku segar. Cari bantuan medis jika gejala
Kerapatan: 2.2 g/cm3 @ 20 °C terjadi terus menerus. Jika diperlukan,
Kerapatan curah: 30 - 150 kg/m3 kembalikan napas normal melalui
DIN/ISO 787:11 tindakan standar pertolongan
Gravitasi Spesifik: pada suhu 20°C: pertama.
Kelarutan air: Sedikit larut Menurut Proses Pencernaan
OECD 105 Jangan memancing supaya muntah.
Koefisien Partisi (n-oktanol/air): Jika sadar, berikan beberapa gelas air.
Tidak berlaku Jangan pernah memberikan sesuatu
Suhu dekomposisi: Tidak berlaku melalui mulut ke orang yang tak
Viskositas: Tidak berlaku sadarkan diri.
Kekentalan kinematic: Tidak berlaku
Kekentalan dinamis: Tidak berlaku
Sifat Pengoksidasi: Tidak ada sifat
pengoksidasi
5. Diagram Alir Praktikum
A. Kroatografi kertas

Lumpang

 + 4 lembar daun
 + aseton dan petroleum eter
 Dihaluskan sampai terlarut

Hasil

 Disaring menggunakan kertas saring

Campuran diambil dengan aplikator


kapiler dan diletakkan pada kertas yang
sudah diberi tanda

Celupkan kertas pada pelarut


di dalam gelas kromatografi

Amati dan catat perubahan


B. Kromatografi lapis tipis

Kertas lapis tipis

 + 3 sampel di masing-masing titik pada


kertas
 Celupkan pada pelarut dalam bejana

Hasil pengamatan

 diuji menggunakan sinar ultraviolet

Hasil dan amati

C. Kromatografi kolom

Kolom kromatografi

 + silika yang sudah dilarutkan dengan eluen


 + pasir
 + zat senyawa mentah yang dilarutkan

Buka kran kolom dan


tampung larutan

6. Data & Pengamatan (Pengamatan dikosongkan)


KROMATOGRAFI KERTAS
No/Perc Cara Kerja Pengamatan
Tambahkan 4 lembar daun ke dalam Dihaluskan daun dengan pasir dan eluen
lumping. Tambahkan sedikit pasir dan sampai benar-benar halus. Eluen yang
1.
pelarut petroleum eter dan aseton dan halus digunakan adalah petroleum eter dan aseton
kan dengan alu. dengan perbandingan 9:1.
Penyaringan dilakukan untuk mengambil
Menyaring ekstrak daun dan tampung ekstrak dari daun tersebut dan memudahkan
2. supernatant atau filtrat dalam labu dalam proses kromatografi jika dalam
Erlenmeyer.dan tutup. ukuran partikel yang lebih kecil. Ekstrak
berwarna ungu.
Gunting kertas dengan panjang 20 cm. Beri
garis memanjang dari atas kebawah dengan
jarak 1 cm dari bagian atas kertas dan buat
3. Membuat garis batas menggunakan pensil
titik di tengah-tengah garis. Gunting dengan
bentuk V dari batas garis yang telah dibuat
ke bagian atas kertas.
Letakkan benang di atas gelas kromatografi Benang dipasang di atas gelas kromatografi
4.
dengan keadaan kencang dan tegak. dengan selotip agar tetap kencang dan tegak
5. Teteskan ekstrak daun di tengah-tegah garis. Ekstrak diteteskan 3-10 kali
Dilipat kertas di bagian lain atau di depan
Lipat sedikit di bagian depan sisi yang
6. sisi yang berbentuk V sebagai batas akhir
berbentuk V.
dari eluen yang berjalan ke atas.
Mengisi gelas kromatografi dengan eluen
Isi gelas kromatografi dengan eluen tetapi
7. tetapi tidak sampai langsung mengenai garis
tidak sampai penuh.
pembatas
8. Tutup gelas kromatografi

Amati sampai eluen membawa ekstrak daun


9. dan terlihat warna-warna yang tampak dan
terpisah.

KROMATOGRAFI LAPIS TIPIS


Siapkan kertas kromatografi lapis tipis dan Membuat garis pembatas menggunakan
1. buat pembatas garis dengan jarak yang tidak pensil dengan intensitas ketebalan yang
terlalu jauh dari sisi kertas . samar-samar.
Berilah 4 titik pada batas garis tersebut dan
Tandai antara titik 1 dengan yang lainnya
2. tandai titik-titik tersebut dengan A, B, C, dan
dengan jarak yang sama
D
Ambil masing-masing sampel menggunakan
cappilary applicator.

Tambahkan beberapa tetes masing-masing


3. sampel pada masing-masing titik yang telah
ditentukan.

Ukur jumlah pelarut yang digunakan, jangan


Isi bejana dengan pelarut dan tutup beberapa sampai langsung mengenai atau melewati
4.
saat sampai udara ruangan. batas garis yang sudah memiliki tanda
masing-masing sampel.
Celupkan kertas yang sudah ditandai ke Pelarut jangan sampai mengenai atau
5.
dalam larutan yang berada dalam bejana. melewati batas
Tandai dengan pensil titik-titik yang terlihat
pada kertas di bawah sinar ultraviolet.

Amati kertas lapis tipis dengan sinar


6.
ultraviolet.

KROMATOGRAFI KOLOM
Kolom kromatorafi harus tertahan dengan
Siapkan kolom kromatografi dengan
1. tepat dan kencang pada klem dan posisi
memasangnya pada klem di statif
harus tegak tidak miring.
Masukkan kapas ke dalam kolom
Untuk memudahkan kapas masuk sampai ke
2. kromatografi sampai mengenai ujung dari
mulut kolom kromatografi dapat
mulut kolom.
menggunkan bantuan termometer bagian
ujungnya untuk mendorong kapas tersebut.
Pasir dituangkan ke dalam kolom
Tuangkan pasir ke dalam kolom kromatografi dengan sampai kedalaman 1
3.
kromatografi menggunakan bantuan corong cm dari bawah atau mulut kolom.terlihat
pasir berada diatas kapas
Pelarut dituangkan ke dalam silika dan
Tambahkan pelarut atau eluen ke dalam
4. dilarutkan dengan cara menggoyangkan
silika dan larutkan
gelas kimia tersebut selama beberapa detik.
Perhatikan leher corong jangan sampai
Tuangkan larutan ke dalam kolom
5. menghambat aliran dari larutan. Goyangkan
kromatografi.
sesekali ditengah menuangkan larutan
Ulangi proses penambahan eluen dan
Tambahkan eluen kembali untuk melarutkan pelarutan untuk memastikan bahwa tidak
6. sisa-sisa silika yang tertinggal dan buka ada lagi silika yang tersisa atau tertiggal
kran. dalam gelas kimia. Kran dibuka agar eluen
dapat turun dan silika kering
Larutkan cairan hijau dengan eluen dan
Ketika menuangkan larutan hijau harus
7. tuangkan ke dalam kolom kromatografi
melalui dinding-dinding kolom.
dengan pipet tetes.
Cairan yang ditampung dalam beberapa
Buka kran dan sesekali tambahkan eluen.
tabung reaksi menunjukkan adanya
8. Tampung cairan dalam beberapa tabung
perubahan warna dan seberapa besar cairan
reaksi.
yang dituju telah terpisahkan.

7. Pembahasan
Kromatografi kertas
Pada praktikum kromatografi kertas, pengujiannya dilakukan dengan 4 lembar
daun pelarut petroleum eter dan aseton dengan perbandingan 9:1. Keromatografi kertas
merupakan pemisahan sederhana yang digunakan untuk memisahkan komponen
pigmen zat warna.
Ketika akan mempersiapkan larutan uji, 4 lembar daun dipotong sampai ukurannya
kecil-kecil agar dapat memudahkan ketika dihaluskan. Setelah daun dipotong dan
dihaluskan, masukkan pasir dengan tujuan untuk memecah dinding-dinding sel pada
daun sehingga kandungan yang terdapat dalam daun dapat dengan mudah terlihat pada
jalannya proses kromatografi. Pelarut yang digunakan adalah petroleum eter dan aseton
dengan perbandingan 9:1. Pelarut pada proses kromatografi diidentifikasikan sebagai
fase gerak pada praktikum pemisahan kromatografi kertas. Setelah dilakukan
penghalusan, larutan disaring dengan kertas saring untuk diambil ekstraknya dan
terihat warna ekstrak dari daun tersebut berwarna ungu.
Ketika mempersiapkan kromatografi, beri jarak dengan sisi bawah sebesar 1 cm
dan buatlah garis dengan pensil. Jangan menggunakan spidol atau pulpen atau alat tuli
lainnya yang bertinta, karena tinta dari alat tulis akan ikut terlarut sehingga tidak terjadi
pemisahan. Maka, pensil digunakan untuk membuat garis agar ketika eluen bergerak
dan mengenai bagian garis, tidak ikut terlarut dengan eluen. Setelah itu gunting dengan
bentuk V di bawah garis yang sudah digambar. Tujuan digunting dengan bentuk V agar
jalannya eluen yang bergerak dapat bersamaan ke sisi-sisi lain. Setelah itu disisi lain
atau di seberang bentuk V lipat sedikit ujung nya sebagai batas akhir dari eluen yang
berjalan. Balik kertas sehingga lipatan berada diatas. Untuk menahan kertas agar
tergantung dengan baik, tambahkan benang dibagian atas atau mulut kromatografi dan
tegakkan atau kencangkan dengan bantuan selotip. Teteskan larutan 3-10 kali selulosa
sebagai fasa diam nya.
Ketika mengisi gelas kromatografi dengan eluen, perhatikan batas garis
selulosanya. Jagan sampai ketika kertas digantungkan pada benang dan masuk ke
dalam gelas, pelarut langsung mengenai bagian selulosa, maka selulosa akan larut pada
eluen dan pemisahan tidak berlangsung dengan maksimal. Kertas yang dicelupkan
akan bergerak ke atas dan membawa selulosa dan semakin ke atas akan semakin
terlihat beberapa perbedaan warna atau warna-warna yang terpisah yang dapat
diidentifikasi kandungannya. Terlihat urutas warna yang terlihat dari bawah adalah
klorofil A, klorofil B, Xantofil, dan karoten.
Kromatografi lapis tipis
Pada kromatografi lapis tipis dalam pengujiannya mengidentifikasi sampel yang
tidak diketahui dengan sampel x, sampel y, dan sampel x+y. sampel tersebut
merupakan fase diam nya sedangkan fase geraknya adalah eluen. Pada kromatografi
lapis tipis, bejana digunakan sebagai media untuk proses terjadinya proses
kromatografi.
Ketika mempersiapkan kertas lapis tipis, buat garis dengan jarak yang tidak terlalu
dekat dengan bagian akhir kertasnya dan buatlah garis sebagai tempat untuk sampel-
sampel tersebut dan buat garis di bagian atas nya sebagai tanda batas akhir garis untuk
jalannya eluen. Kemudian buat titik dengan jarak antara titik yang satu dengan yang
lainnya sama dan tempatkan masing-masing sampel pada masing-masing titik.
Kemudia isi bejana dengan eluen tersebut dan diamkan beberapa saat. Lalu, kertas
dicelupkan pada bejana dan posisi kertas harus dalam keadaan tegak lurus tidak
bengkok atau miring, agar jalannya eluen dapat konstan mengenai semua sisi. Jika
eluen sudah tepat di akhir garis, kertas kromatografi lapis tipis dipindahkan pada alat
sinar ultraviolet untk mengetahui seberapa jauh eluen dapat membawa sampel tersebut
dan tandai titik yang terlihat pada sinar ultraviolet dengan pensil. Terbukti bahwa
sampel yang tidak diketahui merupakan sampel x, karena posisi titik sama dengan
sampel x
Kromatografi kolom

Prinsip dari kromatografi kolom jenis ini adalah kecenderungan komponen kimia
untuk terdistribusi ke dalam fase diam atau fase gerak dengan proses elusi berdasarkan
gaya gravitasi. Mekanisme dari kromatografi kolom yaitu eluen akan bergerak masuk
ke dalam fase diam (silica gel).
Pada praktikum ini proses pembuatan larutan silica dibuat dalam cara basah karena
cara basah lebih efektif dibandingkan cara kering dalam pengemasan silica. Silica
dilarutkan dengan eluen terlebih dahulu hingga homogen sehingga proses untuk
ekstrak melewati fase diam cepat dan pemisahannya lebih baik.
Sebelum menuangkan eluen ke dalam kolom, masukkan kapas terlebih dahulu
sampai batas dari mulut kolom dan tambahkan pasir samai terlihat jarak dari bawah
sampi batas pasir 1 cm. Tujuan dimasukkannya kapas dalam kolom adalah untuk
membatasi pasir agar tidak langsung jatuh ke dalam penampung. Lalu tuangkan eluen
dan silika yang dilarutkan dengan bantuan corong. Buka kran saat eluen dan silika
sudah cukup tertampung dalam kolom. Tambahkan eluen pada gelas kimia yang berisi
larutan silika dan eluen sampai silika sudah tidak tersisa lagi di dalam gelas kimia.
Eluen akan masuk ke dalam pasir dan kapas, tambahkan eluen sedikit sesekali untuk
memastikan bahwa silika sudah tertampung.
8. Kesimpulan
Prinsip dasar dari kromatografi kertas adalah pemilihan pelarut yang sesuai sehingga
dapat memisahkan warna dari kandungan suatu objek yang diuji dengan jelas. Bila
sampel lebih polar ke fase gerak maka akan terikut elusi dan warna yang bergerak lebih
pendek menandakan bahwa kandungan dalam sampel lebih cepat terlarut. Komponen
sampel campuran terpisah karena perbedaan afinitas terhadap air daripada fase diam.
Prinsip dari kromatografi kertas lapis tipis adalah pemisahan senyawa multi komponen
dengan menggunakan dua fase yaitu fase diam dan fase gerak dengan perbedaan
kepolaran masing-masing sampel. Prinsip dasar dari kromatografi kolom adalah
kecenderungan komponen kimia untuk terdistribusi ke dalam fase diam atau fase gerak
dengan proses elusi berdasarkan gaya gravitasi.
9. Referensi

Agustiani, Vini. Efkar, Tasfiri & Tania, L. (2018). Pengembangan Animasi Berbasis Simulasi
Molekul pada Metode Destilasi. Universitas Lampung, 1.

Hidayat, R., S.P. Pasaribu, & C. Saleh. 2015. Penggunaan Internal Standar Nitrobenzena untuk
Penentuan Kuantitatif Btex dalam Kondensat Gas Alam dengan Kromatografi Gas. Jurnal
Kimia Mulawarman, 12(2): 90-96

Kemendikbud. (2018). Buku Informasi Melaksanakan Analisa Secara Kromatografi


Konvensional Mengikuti Prosedur. Dk, 53(9), 80.

Hardjono Sastrohamidjojo, Dr., 1991, Kromatografi, Penerbit Liberty, UGM, Yogyakarta.

McNair, H.M. & M. Miller. 2009. Basic Gas Chromatograhy (2nd ed). United States of
America: A John Wiley & Sons, Inc.

Rizalina, H., Cahyono, E., Mursiti, S., & Nurcahyo, B. (2018). Optimasi Penentuan Kadar
Metanol dalam Darah Menggunakan Gas Chromatography. Indonesian Journal of Chemical
Science, 7(3), 254–261.

Mulya Suryadarma, dkk. 2004, Pengembangan Metode Analisis, Airlangga Press, Surabaya.

Anda mungkin juga menyukai