Lumpang
+ 4 lembar daun
+ aseton dan petroleum eter
Dihaluskan sampai terlarut
Hasil
Hasil pengamatan
C. Kromatografi kolom
Kolom kromatografi
KROMATOGRAFI KOLOM
Kolom kromatorafi harus tertahan dengan
Siapkan kolom kromatografi dengan
1. tepat dan kencang pada klem dan posisi
memasangnya pada klem di statif
harus tegak tidak miring.
Masukkan kapas ke dalam kolom
Untuk memudahkan kapas masuk sampai ke
2. kromatografi sampai mengenai ujung dari
mulut kolom kromatografi dapat
mulut kolom.
menggunkan bantuan termometer bagian
ujungnya untuk mendorong kapas tersebut.
Pasir dituangkan ke dalam kolom
Tuangkan pasir ke dalam kolom kromatografi dengan sampai kedalaman 1
3.
kromatografi menggunakan bantuan corong cm dari bawah atau mulut kolom.terlihat
pasir berada diatas kapas
Pelarut dituangkan ke dalam silika dan
Tambahkan pelarut atau eluen ke dalam
4. dilarutkan dengan cara menggoyangkan
silika dan larutkan
gelas kimia tersebut selama beberapa detik.
Perhatikan leher corong jangan sampai
Tuangkan larutan ke dalam kolom
5. menghambat aliran dari larutan. Goyangkan
kromatografi.
sesekali ditengah menuangkan larutan
Ulangi proses penambahan eluen dan
Tambahkan eluen kembali untuk melarutkan pelarutan untuk memastikan bahwa tidak
6. sisa-sisa silika yang tertinggal dan buka ada lagi silika yang tersisa atau tertiggal
kran. dalam gelas kimia. Kran dibuka agar eluen
dapat turun dan silika kering
Larutkan cairan hijau dengan eluen dan
Ketika menuangkan larutan hijau harus
7. tuangkan ke dalam kolom kromatografi
melalui dinding-dinding kolom.
dengan pipet tetes.
Cairan yang ditampung dalam beberapa
Buka kran dan sesekali tambahkan eluen.
tabung reaksi menunjukkan adanya
8. Tampung cairan dalam beberapa tabung
perubahan warna dan seberapa besar cairan
reaksi.
yang dituju telah terpisahkan.
7. Pembahasan
Kromatografi kertas
Pada praktikum kromatografi kertas, pengujiannya dilakukan dengan 4 lembar
daun pelarut petroleum eter dan aseton dengan perbandingan 9:1. Keromatografi kertas
merupakan pemisahan sederhana yang digunakan untuk memisahkan komponen
pigmen zat warna.
Ketika akan mempersiapkan larutan uji, 4 lembar daun dipotong sampai ukurannya
kecil-kecil agar dapat memudahkan ketika dihaluskan. Setelah daun dipotong dan
dihaluskan, masukkan pasir dengan tujuan untuk memecah dinding-dinding sel pada
daun sehingga kandungan yang terdapat dalam daun dapat dengan mudah terlihat pada
jalannya proses kromatografi. Pelarut yang digunakan adalah petroleum eter dan aseton
dengan perbandingan 9:1. Pelarut pada proses kromatografi diidentifikasikan sebagai
fase gerak pada praktikum pemisahan kromatografi kertas. Setelah dilakukan
penghalusan, larutan disaring dengan kertas saring untuk diambil ekstraknya dan
terihat warna ekstrak dari daun tersebut berwarna ungu.
Ketika mempersiapkan kromatografi, beri jarak dengan sisi bawah sebesar 1 cm
dan buatlah garis dengan pensil. Jangan menggunakan spidol atau pulpen atau alat tuli
lainnya yang bertinta, karena tinta dari alat tulis akan ikut terlarut sehingga tidak terjadi
pemisahan. Maka, pensil digunakan untuk membuat garis agar ketika eluen bergerak
dan mengenai bagian garis, tidak ikut terlarut dengan eluen. Setelah itu gunting dengan
bentuk V di bawah garis yang sudah digambar. Tujuan digunting dengan bentuk V agar
jalannya eluen yang bergerak dapat bersamaan ke sisi-sisi lain. Setelah itu disisi lain
atau di seberang bentuk V lipat sedikit ujung nya sebagai batas akhir dari eluen yang
berjalan. Balik kertas sehingga lipatan berada diatas. Untuk menahan kertas agar
tergantung dengan baik, tambahkan benang dibagian atas atau mulut kromatografi dan
tegakkan atau kencangkan dengan bantuan selotip. Teteskan larutan 3-10 kali selulosa
sebagai fasa diam nya.
Ketika mengisi gelas kromatografi dengan eluen, perhatikan batas garis
selulosanya. Jagan sampai ketika kertas digantungkan pada benang dan masuk ke
dalam gelas, pelarut langsung mengenai bagian selulosa, maka selulosa akan larut pada
eluen dan pemisahan tidak berlangsung dengan maksimal. Kertas yang dicelupkan
akan bergerak ke atas dan membawa selulosa dan semakin ke atas akan semakin
terlihat beberapa perbedaan warna atau warna-warna yang terpisah yang dapat
diidentifikasi kandungannya. Terlihat urutas warna yang terlihat dari bawah adalah
klorofil A, klorofil B, Xantofil, dan karoten.
Kromatografi lapis tipis
Pada kromatografi lapis tipis dalam pengujiannya mengidentifikasi sampel yang
tidak diketahui dengan sampel x, sampel y, dan sampel x+y. sampel tersebut
merupakan fase diam nya sedangkan fase geraknya adalah eluen. Pada kromatografi
lapis tipis, bejana digunakan sebagai media untuk proses terjadinya proses
kromatografi.
Ketika mempersiapkan kertas lapis tipis, buat garis dengan jarak yang tidak terlalu
dekat dengan bagian akhir kertasnya dan buatlah garis sebagai tempat untuk sampel-
sampel tersebut dan buat garis di bagian atas nya sebagai tanda batas akhir garis untuk
jalannya eluen. Kemudian buat titik dengan jarak antara titik yang satu dengan yang
lainnya sama dan tempatkan masing-masing sampel pada masing-masing titik.
Kemudia isi bejana dengan eluen tersebut dan diamkan beberapa saat. Lalu, kertas
dicelupkan pada bejana dan posisi kertas harus dalam keadaan tegak lurus tidak
bengkok atau miring, agar jalannya eluen dapat konstan mengenai semua sisi. Jika
eluen sudah tepat di akhir garis, kertas kromatografi lapis tipis dipindahkan pada alat
sinar ultraviolet untk mengetahui seberapa jauh eluen dapat membawa sampel tersebut
dan tandai titik yang terlihat pada sinar ultraviolet dengan pensil. Terbukti bahwa
sampel yang tidak diketahui merupakan sampel x, karena posisi titik sama dengan
sampel x
Kromatografi kolom
Prinsip dari kromatografi kolom jenis ini adalah kecenderungan komponen kimia
untuk terdistribusi ke dalam fase diam atau fase gerak dengan proses elusi berdasarkan
gaya gravitasi. Mekanisme dari kromatografi kolom yaitu eluen akan bergerak masuk
ke dalam fase diam (silica gel).
Pada praktikum ini proses pembuatan larutan silica dibuat dalam cara basah karena
cara basah lebih efektif dibandingkan cara kering dalam pengemasan silica. Silica
dilarutkan dengan eluen terlebih dahulu hingga homogen sehingga proses untuk
ekstrak melewati fase diam cepat dan pemisahannya lebih baik.
Sebelum menuangkan eluen ke dalam kolom, masukkan kapas terlebih dahulu
sampai batas dari mulut kolom dan tambahkan pasir samai terlihat jarak dari bawah
sampi batas pasir 1 cm. Tujuan dimasukkannya kapas dalam kolom adalah untuk
membatasi pasir agar tidak langsung jatuh ke dalam penampung. Lalu tuangkan eluen
dan silika yang dilarutkan dengan bantuan corong. Buka kran saat eluen dan silika
sudah cukup tertampung dalam kolom. Tambahkan eluen pada gelas kimia yang berisi
larutan silika dan eluen sampai silika sudah tidak tersisa lagi di dalam gelas kimia.
Eluen akan masuk ke dalam pasir dan kapas, tambahkan eluen sedikit sesekali untuk
memastikan bahwa silika sudah tertampung.
8. Kesimpulan
Prinsip dasar dari kromatografi kertas adalah pemilihan pelarut yang sesuai sehingga
dapat memisahkan warna dari kandungan suatu objek yang diuji dengan jelas. Bila
sampel lebih polar ke fase gerak maka akan terikut elusi dan warna yang bergerak lebih
pendek menandakan bahwa kandungan dalam sampel lebih cepat terlarut. Komponen
sampel campuran terpisah karena perbedaan afinitas terhadap air daripada fase diam.
Prinsip dari kromatografi kertas lapis tipis adalah pemisahan senyawa multi komponen
dengan menggunakan dua fase yaitu fase diam dan fase gerak dengan perbedaan
kepolaran masing-masing sampel. Prinsip dasar dari kromatografi kolom adalah
kecenderungan komponen kimia untuk terdistribusi ke dalam fase diam atau fase gerak
dengan proses elusi berdasarkan gaya gravitasi.
9. Referensi
Agustiani, Vini. Efkar, Tasfiri & Tania, L. (2018). Pengembangan Animasi Berbasis Simulasi
Molekul pada Metode Destilasi. Universitas Lampung, 1.
Hidayat, R., S.P. Pasaribu, & C. Saleh. 2015. Penggunaan Internal Standar Nitrobenzena untuk
Penentuan Kuantitatif Btex dalam Kondensat Gas Alam dengan Kromatografi Gas. Jurnal
Kimia Mulawarman, 12(2): 90-96
McNair, H.M. & M. Miller. 2009. Basic Gas Chromatograhy (2nd ed). United States of
America: A John Wiley & Sons, Inc.
Rizalina, H., Cahyono, E., Mursiti, S., & Nurcahyo, B. (2018). Optimasi Penentuan Kadar
Metanol dalam Darah Menggunakan Gas Chromatography. Indonesian Journal of Chemical
Science, 7(3), 254–261.
Mulya Suryadarma, dkk. 2004, Pengembangan Metode Analisis, Airlangga Press, Surabaya.