Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

KURANGNYA TENAGA KESEHATAN DAN FASILITAS PELAYANAN


KESEHATAN DI PROVINSI BANTEN
Diajukan Untuk memenuhi Tugas
Mata Kuliah Peraturan Perundang-undangan Kefarmasian
Dosen : Dr. Saeful Amin, M.Si.,Apt

OLEH :
Devi Andriani
31118162

KELAS : FARMASI 4-D

PROGRAM STUDI S1 FARMASI


STIKes BAKTI TUNAS HUSADA
KOTA TASIKMALAYA
2020/2021
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan nikmat serta hidayah-Nya
terutama nikmat kesempatan dan kesehatan sehingga saya bisa menyelesaikan makalah mata
kuliah “PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN KEFARMASIAN”. Shalawat serta
salam kita sampaikan kepada Nabi besar kita Muhammad SAW yang telah memberikan
pedoman hidup yakni Al-Qur’an dan sunnah untuk keselamatan umat di dunia.

Makalah ini merupakan salah satu tugas mata kuliah PERATURAN PERUNDANG-
UNDANGAN KEFARMASIAN di program studi S1 Farmasi STIKes Bakti Tunas Husada
Tasikmalaya. Selanjutnya penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada
bapak Dr. Saepul Amin, M.Si.,Apt. selaku dosen pembimbing mata kuliah peraturan
perundang-undangan kefarmasian dan kepada segenap pihak yang telah memberikan
bimbingan serta arahan selama penulisan makalah ini.

Penulis menyadari bahwa terdapat banyak kekurangan dalam penulisan makalah ini,
maka dari itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari para pembaca
demi kesempurnaan makalah ini.

Tasikmalaya, 05 september 2021

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .....................................................................................i


DAFTAR ISI ...................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang .........................................................................1
1.2 Rumusan Masalah ....................................................................3
1.3 Tujuan .......................................................................................3
BAB II PEMBAHASAN
2.1 pengertian tenaga kesehatan dan fasilitas pelayanan ...................5
2.2 klasifikasi tenaga kesehatan dan fasilitas pelayanan ....................
2.3 Dampak kurangnya tenaga kesehatan ......................................
2.4 cara mengatasi kurangnya tenaga kesehatan.............................
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan ..............................................................................6
3.2 Saran..........................................................................................
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kesehatan merupakan hal yang sangat penting agar manusia dapat bertahan hidup dan
melakukan aktivitas. Pentingnya kesehatan ini mendorong pemerintah untuk mendirikan
layanan kesehatan, agar masyarakat dapat mengakses kebutuhan kesehatan. Layanan
kesehatan salah satu jenis layanan publik merupakan ujung tombak dalam pembangunan
kesehatan masyarakat.
Pemerintah mendirikan lembaga kesehatan seperti Puskesmas, Rumah Sakit Umum
Daerah dan Rumah Sakit Umum Pusat. Lembaga kesehatan yang sering diakses oleh
masyarakat adalah Puskesmas. Keterbatasan fasilitas yang ada pada puskesmas, membuat
masyarakat memilih rumah sakit umum daerah menjadi rujukan untuk mengakses layanan
kesehatan.
Rumah sakit sebagai suatu industri jasa yang memberikan pelayanan kesehatan
kepada masyarakat baik yang bersifat kuratif dan rehabilitatif. Namun, selain memberikan
dampak positif bagi masyarakat sekitarnya, rumah sakit memberikan pula berbagai
kemungkinan dampak negatif berupa pencemaran apabila pengelolaan limbahnya tidak
dikelola dengan baik sesuai dengan prinsip-prinsip pengelolaan lingkungan secara
menyeluruh. Sampah yang dihasilkan rumah sakit hampir 80% berupa sampah non medis
dan 20% berupa sampah medis. Sebesar 15% dari sampah rumah sakit merupakan limbah
infeksius dan limbah jaringan tubuh, limbah benda tajam sebanyak 1%, limbah kimia dan
farmasi sebesar 3%, dan limbah gonotoksik serta radioaktif sebesar 1% . Negara
berkembang menghasilkan 0,5 sampai 3 kilogram per orang per tahun.
Pengaturan tanaga kesehatan yang lebih lengkap saat ini diatur dalam UU Tenaga
Kesehatan yang mengelompokkan tenaga kesehatan menjadi tiga belas jenis yaitu: tenaga
medis, tenaga psikologi klinis, tenaga keperawatan, tenaga kebidanan, tenaga
kefarmasian, tenaga kesehatan masyarakat, tenaga kesehatan lingkungan, tenaga gizi,
tenaga keterapian fisik, tenaga keteknisian medis, tenaga teknis biomedika, tenaga
kesehatan tradisional, dan tenaga kesehatan lainnya. Pengaturan tenaga kesehatan pada
UU Tenaga Kesehatan tersebut belum secara rinci dan spesifik untuk masing-masing
tenaga kesehatan, sebagaimana yang tercantum pada ketentuan Pasal 21 ayat (3) UU
Kesehatan yang berbunyi “Ketentuan mengenai tenaga kesehatan diatur dengan Undang-
Undang.” Rumusan norma tersebut di atas menunjukkan adanya delegasi pengaturan

1
tenaga kesehatan yang perlu diatur dengan undang-undang, meskipun hanya terdiri dari 8
(delapan) kata, jelas sekali norma ini memberikan amanat pengaturan tenaga kesehatan
dengan undang- undang.
Kepastian hukum bagi tenaga kesehatan juga dipengaruhi keajegan peraturan
perundang-undangan, sehingga tidak mudah berubah-ubah yang berdampak pada
perubahan kebijakan serta sistem pengaturan tenaga kesehatan yang dimaksud. Pada
akhirnya berdampak pada tidak efektif pemberian pelayanan kesehatan oleh tenaga
kesehatan. Undang-Undang adalah satu bentuk Pengaturan yang diprediksi menjamin
keajegan tersebut karena Undang-Undang dibuat biasanya untuk kurun waktu yang
panjang dan tidak dengan mudah untuk dilakukan perubahan, disamping itu Undang-
Undang mempunyai kedudukan dan kekuatan hukum yang tinggi sehingga mengikat
seluruh komponen di dalam sebuah Negara. Oleh karena itu tenaga Kesehatan seharusnya
diatur dengan Undang-Undang.
Tenaga medis dan tenaga Keperawatan yang telah diatur dengan Undang-Undang
masing-masing, diharapkan dapat memberikan kepastian hukum pada pelaksanaan
praktik profesinya dalam sistem pelayanan kesehatan di Indonesia, namun demikian perlu
dipertanyakan adanya jaminan terjadinya kepastian hukum secara menyeluruh kepada
tenaga medis dan juga keperawatan, juga perlu dipertanyakan kepastian hukum bagi
tenaga kesehatan lainnya selain tenaga medis dan tenaga keperawatan, yang tidak lebih
terjamin karena belum diatur dengan undang-undang. Hal tersebut perlu dilakukan telaah
atau kajian yang mendalam.
Kekurangan tenaga kerja dan fasilitas pelayanan kesehatan di provinsi banten
menyebabkan kurangnya pelayanan yang baik terhadap masyarakat di provinsi banten
tersebut karena minimnya tenaga kesehatan dan juga fasilitas pelayanan kesehatan
sehingga masyarakat mengalami kesusahan karena kasus tersebut dan juga masyarakat
mengalami peningkatan kematian,maka dari itu pemerintah harus lebih memperhatikan
masyarakat dan meningkatan pelayanan fasilitas serta tenaga kesehatan.

2
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan tenaga kesehatan dan fasilitas pelayanan kesehatan?
2. Apa saja klasifikasi tenaga kesehatan dan fasilitas kesehatan?
3. Apa saja Dampak kurangnya tenaga kesehatan?
4. Bagaimana Cara mengatasi kurangnya tenaga kesehatan?

1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian dari tenaga kerja dan fasilitas pelayanan kesehatan
2. Untuk mengetahui klasifikasi tenaga kesehatan dan fasilitas kesehatan
3. Untuk mengetahui dampak kurangnya tenaga kesehatan
4. Untuk mengetahui cara mengatasi kurangnya tenaga kesehatan

3
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian tenaga kesehatan dan fasilitas pelayanan kesehatan


Tenaga kesehatan adalah setiap orang yang mengabdikan diri dalam bidang kesehatan
serta memiliki pengetahuan dan kemampuan serta keterampilan melalui pendidikan di bidang
kesehatan yang untuk jenis tertentu memerlukan kewenangan untuk melakukan upaya kesehatan.
Tenaga kesehatan merupakan komponen utama pemberi pelayanan kesehatan kepada
masyarakat dalam rangka tercapainya tujuan pembangunan kesehatan yang sesuai dengan tujuan
nasional sebagaimana diamanatkat oleh konstitusi. Selaku komponen utama pemberi pelayanan
kesehatan tentunya keberadaan, peran, dan tanggung jawab tenaga kesehatan sangatlah penting
dalam kegiatan pembangunan kesehatan. Pelaksanaan dan pendayagunaan terhadap keberadaan,
peran, dan tanggung jawab tenaga kesehatan tersebut berjalan dengan baik, seimbang, teratur,
terjaga mutunya, dan terlindungi baik bagi tenaga kesehatan itu sendiri maupun bagi masyarakat
yang menerima pelayanan kesehatan tersebut tentu perlu pengaturan yang dituangkan dalam
bentuk peraturan perundang-undangan.
Menurut Anna Kurniati dan Ferry Efendi pengertian tenaga kesahatan adalah Setiap orang
yang memperoleh pendidikan baik formal maupun non formal yang mendedikasikan diri dalam
berbagai upaya yang bertujuan mencegah, mempertahankan serta meningkatkan derajat kesehatan
masyarakat.
Pengaturan pelayanan kesehatan secara umum telah pula dikonkritisasi dengan adanya
Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan (selanjutnya disebut UU Kesehatan)
yang merupakan pengaturan sistem kesehatan yang terdiri dari berbagai aspek pelayanan
kesehatan sebagai subsistemnya. Keberhasilan pelayanan kesehatan juga sangat tergantung pada
kualitas tenaga kesehatan sebagai pemberi pelayanan kesehatan sebagaimana disebutkan dalam
undang-undang. Oleh karenanya pengaturan tenaga kesehatan sebagai unsur penting pelayanan
kesehatan harus dapat menjamin pemberdayaan tenaga kesehatan.
pengadaan tenaga keseh dilakukan melalui pendidikan tinggi bidang kesehatan,pendidikan
tinngi bidang kesehtan diarahkan untuk menghasilkan tenaga kesehatan yang bermutu sesuai
dengan standar profesi dan standar pelayanan profesi,pendidikan tinggi bidang kesehatan
sebagaimana yang dimaksud pada ayat (3) diselenggarakan dengan memperhatikan:

4
 Keseimbangan antara kebutuhan penyelengaraan,upaya kesehatan dan dinamika
kesempatan kerja,baik di dalam negri maupun di luar negri;
 Keseimbangan antara kemampuan produksi tenaga kesehatan dan sumber daya yang
tersedia;dan
 Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi
 Penyelenggaraan Pendidikan dilaksnakan oleh pemerintah dan/atau masyarakat sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan
 Ketentuan lebih lanjut mengenai pengadaan tenaga kesehatan di atur dengan peraturan
pemerintah.
Fasilitas pelayanan kesehatan adalah suatu alat dan/atau tempat yang digunakan untuk
menyelenenggarakan upaya pelayanan kesehatan promotif, preventif, kuratif, maupun rehabilitatip
yang dilakukan pemerintah,pemerintah daerah,dan/atau masyarakat.
Fasilitas pelayanan kesehatan wajib memberikan akses yang luas bagi kebutuhan
penelitian dan pengembangan di bidang kesehatan&mengirimkan laporan hasil penelitian dan
pengembangan kepada pemerintah daerah atau Menteri.
2.2 klasifikasi tenaga kesehatan dan fasilitas pelayanan kesehatan
Klasifikasi fasilitas tenaga kesehatan diantaranya adalah :
 Tenaga medis
Tenaga medis adalah tenaga kesehatan yang lebih spesipik, yang masuk dalam
kategori tenaga medis adalah dokter, dokter, dokter spesialis, dokter gigi, dan dokter
umum.
 Tenaga kebidanan
Bidan adalah tenaga professional yang bertanggung-jawab dan akuntabel, yang
bekerja sebagai mitra perempuan untuk memberikan dukungan, asuhan dan nasehat
selama masa hamil, masa persalinan dan masa nifas, memfasilitasidan memimpin
persalinan atas tanggung jawab sendiri dan memberikan asuhan kepada bayi baru lahir.
 Tenaga keperawatan
Perawat adalah profesi/tenaga kesehatan yang jumlah dan kebutuhannya paling
banyak di antara tenaga kesehatan lainnya.
 Tenaga kefarmasian
Tenaga Kefarmasian adalah tenaga yang membantu Apoteker dalam menjalankan
pekerjaan kefarmasian,
 Tenaga gizi

5
Ahli Gizi merupakan tenaga spesialis yang bertugas memberikan saran dan
informasi kepada pasien terkait tata pelaksanaan gizi dan nutrisi yang kaitannya terhadap
diagnosis atau masalah kesehatan.
 Tenaga kesehatan masyarakat
Kesehatan masyarakat didefinisikan sebagai "ilmu dan seni mencegah penyakit",
memperpanjang hidup, dan meningkatkan kualitas hidup dengan melakukan upaya-upaya
terorganisasi dan memberi pilihan informasi kepada masyarakat, organisasi, komunitas,
dan individu.
 Tenaga kesehatan lingkungan
Ahli Kesehatan Lingkungan adalah tenaga profesional di bidang kesehatan
lingkungan yang memberikan perhatian terhadap aspek kesehatan lingkungan air, udara,
tanah, makanan dan vector penyakit pada kawasan perumahan, tempat-tempat umum,
tempat kerja, industri, transportasi dan matra.
Klasifikasi fasilitas pelayanan kesehatan diantaranya adalah :
 Fasilitas pelayanan kesehatan, menurut jenis pelayanannya terdiri atas:
 pelayanan kesehatan perseorangan
 pelayanan kesehatan masyarakat
 Fasilitas pelayanan kesehatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi:
 pelayanan kesehatan tingkat pertama
 pelayanan kesehatan tingkat kedua
 pelayanan kesehatan tingkat ketiga.
 Penentuan jumlah dan jenis fasilitas pelayanan kesehatan sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) dilakukan oleh pemerintah daerah dengan mempertimbangkan:
 Luas wilayah
 Kebutuhan kesehatan
 Jumlah dan persebaran penduduk
 Pola penyakit
 Pemanfaatannya
 Fungsi sosial dan
 Kemampuan dalam memanfaatkan teknologi

6
2.3 Dampak kurangnya tenaga kesehatan

Kurangnya kesadaran pemerintah terhadap masyarakat yang membutuhkan pelayanan


kesehatan di daerahnya sehingga berdampak buruk terhadap masyarakat salah satu kasus
yang terjadi di provinsi banten adalah kurangnya tenaga kesehan dan juga fasilitas
pelayanan kesehatan baik di rumah sakit maupun di puskesmas.
Banten merupakan provinsi dengan jumlah angka kesehatan yang rendah,kesehatan di
provinsi banten perlu dibenahi,masih tingginya angka kematian bayi dan ibu melahirkan,
angka penderita gizi buruk,DBD,TBC,ketersediaan fasilitas kesehatan serta masih
minimnya ketersediaan tenaga kesehatan untuk dapat melayani warga banten.
Dalam hal pelayanan kesehatan di puskesmas maupun di RSUD,warga banten masih
banyak yang mengeluhkan terhadap kasus pelayanan kesehatan di provinsi
banten,sulitnya akses fasilitas untuk melahirkan menjadi salah satu faktor kematian ibu
dan anak,tercatat pada tahun 2015 ada sekitar 330 kasus kematian ibu dan 1.066 bayi
yang meninggal pada saat dilahirkan.
Karena sulitnya akses fasilitas membuat banyak masyarakat yang memilih untuk
melahirkan di dukun beranak dibandingkan ke puskesmas atau rumah sakit, dan banyak
pula masyarakat yang keberatan akan biaya rumah sakit sehingga banyak diantara mereka
yang lebih memilih alternatif lainnya sehingga membuat dampaknya lebih buruk kepada
masyarakat.

2.4 cara mengatasi kurangnya tenaga kesehatan

Berdasarkan kasus di atas memberikan gambaran bahwa telah terjadi kurangnya


tenaga kesehatan dan juga fasilitas pelayanan kesehatan sehingga membuat
masyarakat di daerah tersebut sulit mendapatkan pelayanan kesehatan yang baik.

Keadaan ini menandakan aspek Distribusi tenaga kesehatan strategis yang tidak
merata. Fenomena inilah yang menjadikan situasi tenaga kesehatan di fasilitas pelayanan
kesehatan mengalami “permasalahan ganda”, di mana semestinya sudah membicarakan
soal kualitas pelayanan dengan kompetensi tenaga kesehatan, namun di sisi lain
ketidakmerataan distribusi tenaga kesehatan menjadikan kendala yang cukup serius
dalam rangka peningkatan kualitas layanan terhadap masyarakat. Sehingga
“permasalahan ganda” ini mau tidak mau harus diselesaikan secara simultan bersama-
sama. Kebijakan relokasi tenaga kesehatan dari yang berlebih ke yang kurang diikuti
oleh peningkatan kualitas kompetensinya. Suatu upaya yang tidak mudah namun

7
mendesak perlu, jika tidak ingin kekosongan tenaga kesehatan tersebut diisi oleh tenaga
kesehatan Asing yang di kontrak.

Equity dalam kesehatan terbagi menjadi 3 dimensi, yaitu: (1) Equity dalam status
kesehatan (2) Equity dalam penggunaan layanan kesehatan dan (3) Equity dalam
pembiayaan kesehatan. Di dalam kasus di atas merupakan dimensi ke 2 yaitu Equity
dalam penggunaan layanan kesehatan.

Pada Pasal 27 ayat 1:

“Tenaga kesehatan yang diangkat oleh Pemerintah dan/ atau Pemerintah Daerah dapat
dipindah tugaskan antar propinsi, antar kabupaten atau antar kota karena alasan fasilitas
pelayanan kesehatan dan atau promosi”

Berdasarkan dari Undang-undang tersebut di atas, maka tidak boleh ada alasan apa
pun untuk bisa dipindah tugaskan dari puskesmas yang kelebihan tenaga kesehatan ke
puskesmas yang kekurangan tenaga kesehatan. Proses meredistribusi tenaga kesehatan
itu berlangsung secara berjenjang sesuai wilayah administrasinya yaitu kabupaten/ kota
meredistribusi antar Puskesmas di wilayah kabupaten/kota atau Propinsi meredistribusi
tenaga kesehatan antarkabupaten/kota. Hal ini sesuai dengan Peraturan Menteri Bersama
(PMB) antara Menteri Kesehatan, Menteri Dalam Negeri dan Menteri, tentang
Perencanaan dan Pemerataan Tenaga Kesehatan di Fasilitas Pelayanan Kesehatan Milik
Pemerintah Daerah.

BAB III
8
PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan yang tertera diatas dapat disimpulkan sebagai berikut :
 Tenaga kesehatan adalah setiap orang yang mengabdikan diri dalam bidang
kesehatan serta memiliki pengetahuan dan kemampuan serta keterampilan
melalui pendidikan di bidang kesehatan yang untuk jenis tertentu memerlukan
kewenangan untuk melakukan upaya kesehatan.
 Fasilitas pelayanan kesehatan adalah suatu alat dan/atau tempat yang
digunakan untuk menyelenenggarakan upaya pelayanan kesehatan promotif,
preventif, kuratif, maupun rehabilitatip yang dilakukan pemerintah,pemerintah
daerah,dan/atau masyarakat.
 Klasifikasi fasilitas tenaga kerja diantaranya adalah :
o Tenaga medis
o Tenaga kefarmasian
o Tenaga keperawatan
o Tenaga gizi
o Tenaga kesehatan masyarakat
o Tenaga kesehatan lingkungan
4.2 Saran
Agar masyarakat mendapatkan bantuan dari tenaga kesehatan maka
lebih baik dilakukan pendistribusian tenaga kesehatan secara merata, atau
relokasi tenaga kesehatan dari daerah yang strategis ke daerah yang
terpencil,agar masyarakat mendapatkan pelayanan kesehatan dengan baik.

DAFTAR PUSTAKA

9
Asriwandari, Hesti. 2013. Potensi Konflik Lokal: Sebuah Pendekatan Sosiologis.
Disampaikan pada kegiatan fasilitas peningkatan kapasitas anggota Forum
Kewaspadaan Dini Masyarakat (FKDM) Propinsi Riau, tanggal 25 November 2013.
Riau.
Direktorat Bina Upaya kesehatan Dasar Kementerian Kesehatan RI. 2012. Buku Saku
Gatekeeper dalam Pelaksanaan SJSN. Jakarta 2012
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2009 tentang Tenaga Kesehatan.
Jakarta.
Turniani L, Didik Budijanto dkk. 2011. Riset Indikator Keberhasilan Desentralisasi Bidang
Kesehatan di Indonesia. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan. Pusat
Humaniora, Kebijakan Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat. Jakarta.
Siagian SP. 2009. Manajemen Sumber Daya Manusia. Edisi ke 7. PT Bumi Aksara, Jakarta
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 75 Tahun 2014 tentang Pusat
Kesehatan Masyarakat. Jakarta.

10

Anda mungkin juga menyukai