(ASIDI – ALKALIMETRI)
Disusun Oleh :
Farmasi 3C
Kelompok : 16
2018
I. Praktikum ke :1
III. No.Sampel : 2E
IV. Judul Praktikum : Penentuan kadar Asam Benzoat dalam sediaan farmasidengan
Untuk mengidentifikasi zat dalam suatu sampel sediaan dan mampu meentukan
Penentuan kadar aam benzoate dengan terjadinyareaksi netralisi antara ion H+ dari asam
dengan ion H- dari basa dimana titik akhirnya di tandai dengan larutan berwarna merah muda oleh
indicator fenolftalin (pp).
IX. Dasar teori
Asidi-alkalimetri termasuk reaksi netralisasi yakni reaksi antara ion hydrogen yang berasal
dari asam dengan ion hidroksida yang berasal dari basa untuk menghasilkan air yang bersifat
netral.Netralisasi juga dapat dikatakan sebagai reaksi antara pemberi proton ( asam ) dengan
penerima proton ( basa ) .
Asidimetri merupakan penetapan kadar senyawa kuantitatif terhadap senyawa-senyawa
basa dengan menggunakan baku asam. Sebaliknya alkalimetri merupakan penetapan kadar
seyawa-senyawa yang bersifat asam dengan menggunakan baku basa.
Titrasi asam basa melibatkan asam maupun basa sebagai titer ataupun titrant. Kadar larutan
asam ditentukan dengan menggunakan larutan basa atau sebaliknya. Titrant ditambahkan titer tetes
demi tetes sampai mencapai keadaan ekuivalen ( artinya secara stoikiometri titrant dan titer tepat
habis bereaksi) yang biasanya ditandai dengan berubahnya warna indikator. Keadaan ini disebut
sebagai “titik ekuivalen”, yaitu titik dimana konsentrasi asam sama dengan konsentrasi basa atau
titik dimana jumlah basa yang ditambahkan sama dengan jumlah asam yang dinetralkan :[H+] =
[OH-].
Sedangkan keadaan dimana titrasi dihentikan dengan cara melihat perubahan warna
indikator disebut sebagai “titik akhir titrasi”. Titik akhir titrasi ini mendekati titik ekuivalen, tapi
biasanya titik akhir titrasi melewati titik ekuivalen. Oleh karena itu, titik akhir titrasi sering disebut
juga sebagai titik ekuivalen.
Pada saat titik ekuivalen ini maka proses titrasi dihentikan, kemudian catat volume titer
yang diperlukan untuk mencapai keadaan tersebut. Dengan menggunakan data volume titran,
volume dan konsentrasi titer maka bisa dihitung konsentrasi titran tersebut..
Indikator Phenolftalein adalah pewarna yang berperan sebagai indikator pH. Phenolftalein
adalah senyawa kimia dengan rumus molekul C20H14O4 dan sering ditulis sebagai "HIn" atau "pp"
dalam notasi singkat. Fenolftalein sering digunakan sebagai indikator dalam titrasi asam–basa.
Dari berubah warna dari tak berwarna dalam larutan asam menjadi merah muda dalam larutan
basa.
X. Alat dan bahan
I. Alat Dan Bahan
a. Alat
Buret
Erlenmeyer
Statif
Gelas ukur
Gelas kimia
Pipet volume
Pipet ukur
Corong pisah
Spatula
Corong
Cawan uap
Pipet tetes
b. Bahan
NaOH
Kloroform
Asam oksalat
Hcl
Indicator pp
Eter
II. Prosedur
a. isolasi sampel
Disentrifugasi
Filtrat Residu
c. Titrasi blanko
10 ml Etanol ditambahkan
2-3 tetes indicator pp
10 ml Sampel ditambahkan
2-3 tetes indikator pp
63 mg 10 ml 12,1 ml
63 mg 10 ml 12,1 ml
63 mg 10 ml 12,2 ml
Rata-rata 12,13 ml
Perhitungan : V1.N1 = V2 . N2
Vasam oksalat . N asam oksalat = V rata rata . N NaOH
10 . 0,1 = 12.13 . N NaOH
N. NaOH = 0,08 N
b). Pembakuan blanko
Volume Etanol (ml) Volume NaOH
10 ml 0,7ml
10 ml 0,8 ml
10 ml 0,8 ml
Rata-rata 0,73 ml
10 ml 0,6 ml
10 ml 0,6 ml
10 ml 0,7 ml
Perhitungan : V1 . V1 = N1 . N2
0,63 . 0,08 = 10 . Nsampel
Nsampel = 0,005 N
Gr = BE x N x 0,01
= 122,12 x 0,005 x 0,01
= 0,006 gr
0,006
% b/b = x 100%
2,5
= 0,0024 x 100%
= 0,24 %
XII. Pembahasan
Pada praktikum kali ini yaitu mengenai identifikasi kuantitatif golongan asam hidroksi
benzoat (asam benzoate) Dimana metode yang digunakan dalam percobaan ini adalah titrasi asam
basa secara langsung. Titrasi asam basa langsung merupakan titrasi yang dilakukan untuk
senyawa-senyawa yang konsentrasinya besar dan hasil reaksinya satu arah. Sehingga dalam
penentuan kadar natrium salisilat tidak dilakukan titrasi asam basa tidak langsung, karena metode
ini digunakan untuk senyawa yang garamnya larut dalam air, sedangkan asamnya tidak larut dalam
air tetapi larut dalam pelarut organik yang tidak bercampur dengan air, selain itu juga asam
benzoate merupakan asam lemah kemudian apabila dititrasi secara tidak langsung maka akan
mudah terhidrolisis dan tidak terjadi reaksi dua arah sehingga akan sulit untuk menentukan titik
akhir titrasi. Sampel yang di dapat dalam bentuk serbuk yang di dalamnya terdapat eksipien. Maka
dari itu harus di lakukan isolasi terlebih dahulu untuk mendapatkan isolat murni dari Asam
Benzoat.
Berdasarkan teori Arhenius asam benzoate bersifat asam lemah karena H+ tidak dapat
terionisasi sempurna didalam air. Asam Benzoat merupakan turunan asam hidroksi benzoat dalam
bentuk orto karena gugus hidroksilnya berada pada orto. Asam Benzoat termasuk ke dalam asam
kuat dan dapat digunakan sebagai baku primer untuk pembakuan basa kuat dengan idikator
fenolftalin.
Asam benzoat merupakan pengawet yang sering digunakan dalam sediaan farmasi seperti
salep, tablet, serbuk, ataupun sediaan larutan. Pada penetapan kadar asam benzoate dimulai dari
isolasi analit dari matrik dengan menggunakan ekstraksi cair-cair dan penetapan kadar asam
benzoate dengan menggunakan metode titrasi alkali-asidimetri. Asam benzoate memiliki struktur
kimia :
Untuk penetapan kadar asam benzoate jika dilihat dari struktur keasamannya dapat
dilakukan Metode Titrasi Asidi-Alkalimetri. Selain titrasi juga sebenarnya dapat dilakukan
penetapan menggunakan spektrofotometri Uv-vis karena struktur asam benzoate memiliki ikatan
rangkap terkonjugasi dan ikatan non-bonding atau memiliki Pasangan Elektron Bebas (PEB),
sehingga dapat diderivatisasi dan masih banyak metode lain yang bisa digunakan seperti dengan
larutan NaOH 0.1 N yang bersifat basa kuat karena berdasarkan teoritis asam benzoate yang
bersifat asam lemah dapat bereaksi dengan larutan NaOH 0.1N membentuk garam yaitu Natrium
benzoate. Pemilihan Normalitas NaOH 0.1 N berdasarkan Sujadi dikatakan penambahan NaOH
Asam benzoate dilarutkan didalam NaOH 0.1 N supaya asam benzoate dapat terselamatkan
karena dilihat dari kelarutan matriks didalam serbuk. Divortex supaya homogeny dan di
sentrifugasi supaya dapat mengendapkan eksipien. Setelah mendapatkan Kedua fase Setelah
mendapatkan 2 fase yang berbeda kepolaran dimana yang diambil adalah filtrate dalam bentuk
natrium benzoate. Untuk meminimalisir terjadinya kesalahan maka dilakukan penambahan FeCl3
pada residu yang berisi matrix memastikan masih ada atau tidak nya asam benzoate didalam matrix
jika masih ada maka dilakukan ekstraksi ulang kembali dimana residu ditambahkan NaOH
kembali dan eter sampai dapat dipastikan sudah tidak adanya asam benzoate didalam matrix.
Pengujian dengan FeCl3 ini ditandai terbentuknya senyawa kompleks merah Fe3+ dalam residu
yang berisi matrix memastikan masih ada atau tidak nya asam benzoate didalam matrix jika masih
ada maka dilakukan ekstraksi ulang kembali dimana residu ditambahkan NaOH kembali dan eter
sampai dapat dipastikan sudah tidak adanya asam benzoate didalam matrix. Pengujian dengan
FeCl3 ini ditandai terbentuknya senyawa kompleks merah Fe3+ dalam residu. Larutan yang diambil
dari dua fasa zat cair tersebut adalah lapisan eter. Untuk memastikan sampel asam benzoat yang
diekstraksi tidak terdapat pada lapisan air maka dilakukan uji kualitatif pada lapisan air tersebut
seperti sebelumnya dengan penambahan FeCl3 dan ditandai dengan terbentuknya warna kompleks
Fe3+ jika didalam air tersebut masih terdapat sampel asam benzoat. Kemudian setelah dipastikan
tidak terdapatnya sampel dalam air, fasa eter (residu) diuapkan sampai terbentuk Kristal Asam
Benzoate. Kristal Asam Benzoat ini dapat dilarutkan dalam etanol 100 ml etanol untuk digunakan
sebagai larutan stok untuk penetapan kadar. Setelah di dapatkan asam benzoate murni dilakukan
penetapan kadar dengan titrasi alkalimetri dimana pentiter menggunakan NaOH 0,1 N dan di
tambahkan indicator phenoftalein sampai terjadi titik ekivalen dan terjadi perubahan warna dari
bening menjadi merah muda. Pemilihan indicator dilihat berdasarkan pH yang sesuai dengan
analisis yang akan digunakan karena indicator memiliki rentang pH yang berbeda-beda. Pemilihan
indicator phenoftalein pada praktikum ini karena indicator phenoftalein memiliki rentang pH yaitu
8.5-12 sesuai dengan titrasi alkalimetri dimana penentuan konsentrasi asam benzoate yang bersifat
asam dilakukan titrasi menggunakan larutan basa sebagai standar sehingga rentang pH nya antara
Sebelum dilakukan titrasi larutan NaOH 0.1 N dibakukan terlebih dahulu. Natrium
Hidroksida tidak dapat dianggap sebagai baku primer karena kemurniannya cukup bervariasi.
Pembakuan natrium hidroksida dilakukan terhadap asam oksalat dan di dapat normalitas 0,096 N.
Reaksi yang terjadi antara NaOH dengan asam oksalat membentuk garam natrium oksalat sebagai
Setelah itu sampel dititrasi dengan NaOH 0.1 N menggunakan indicator phenoftalein
dalam suasana basa. Pembentukan warna atau yang biasanya disebut titik ekivalen antara asam
benzoate yang ditambahkan 3 tetes phenoftalein dan pentiter NaOH yang bersifat basa kuat adalah
warna fuchsia atau merah muda karena pada kondisi asam phenoftalein akan membetuk warna
merah muda. Pada proses titrasi terjadi reaksi antara asam benzoate dengan NaOH. Reaksi yang
terjadi yaitu proses netralisasi kembali membentuk natrium benzoate. Reaksi yang terjadi:
NaOH + C6H5COOH→ NaC6H5COO- + H2O
Hasil akhir yang diperoleh dari penentapan kadar asam benzoate pada sediaan serbuk asam
XIII. Kesimpulan
Praktikum kali ini dapat disimpulkan dari analisis Kadar Asam benzoat pada sampel
berbentuk sediaan serbuk yang dalam 2,5gr sampel diteliti adalah 0,24%.
XIV. Daftar pustaka
Day, R.A dan Underwood, A.L.2001. Analisis Kimia Kuantitas. Jakarta : Erlangga.
RI: Jakarta.
Florey, Klaus. 1981. Analytical Profiles of Drug Substances Volume 10. London:
Academic press.
Pharmaceutical Press.
Taib, Muh.Zaid.,dkk. 2014. Analisis Senyawa Benzoat Pada Kecap Manis Produksi