Anda di halaman 1dari 17

Laporan Praktikum Kimia Dasar 1

TITRASI ASAM BASA 1


Asam cuka dan Soda abu
Dosen : Fitria Fatichatul Hidayah, S.Si, M.Pd

Disusun oleh :
Ravenia Ghani Putri
B2C018009

S1 Pendidikan Kimia
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Universitas Muhammadiyah Semarang
2019
I. TUJUAN

1. Menggunakan larutan standar NaOH 0,1 M untuk menetapkan kadar asam


asetat cuka perdagangan ( CH3COOH )
2. Menggunakan larutan standar HCl 0,1 M untuk mentapkan kadar natrium
karbonat atau soda abu ( Na2CO3 )

II. DASAR TEORI

Titrasi asam basa ( netralisasi ) merupakan contoh analisis volumetri yaitu suatu
cara atau metode, yang menggunakan larutan yang disebut titran, dan
dilepaskan dari perangkat gelas yang disebut buret. Proses titrasi asam basa
sering dipantau dengan penggambaran pH larutan yang dianalisis sebagai fungsi
jumlah titran yang ditambahkan gambar yang diperoleh tersebut disebut kurva
pH atau kurva titrasi yang didalamnya terdapat kurva ekivalen yaitu titik
dimana titrasi dihentikan. Berikut ini yang termasuk dalam titrasi netralisasi
adalah :
a. Titrasi asidimetri yaitu titrasi terhadap larutan basa bebas dan larutan
garam-garam terhidrolisis yang berasal dari asam lemah dengan larutan
standar asam.
b. Titrasi Alkalimetri yaitu titrasi terhadap larutan asam bebas dan larutan
garam-garam terhidrolisis yang berasal dari basa lemah dengan larutan
standar basa.

Pada titrasi asam-basa, pH titik akhir titrasi ditentukan dengan banyaknya


konsentrasi H+ yang berlebihan dalam larutan, yang besarnya tergantung pada
sifat asam, basa dan konsentrasi larutan. Oleh karena itu, pada penambahan
titran yang lebih lanjut pada titik akhir titrasi akan menyebabkan perubahan pH
yang cukup besar dan indikator yang digunakan harus berubah warna sehingga
perubahan indikator asam-basa tergantung pada pH titik ekivalen.
Sebelum mencapai titik ekuivalen Setelah mencapai titik ekuivalen

Untuk mengetahui kapan penambahan larutan standar itu harus dihentikan,


digunakan suatu zat yang biasanya berupa larutan, yang disebut larutan
indikator yang ditambahkan dalam larutan yang diuji sebelum penetesan larutan
uji dilakukan. Larutan indikator ini menanggapi munculnya kelebihan larutan uji
dengan perubahan warna. Perubahan warna ini dapat atau tidak dapat tepat
pada titik kesetaraan. Titrasi asam-basa pada saat indikator berubah warna
disebut titik akhir. Tentu saja diinginkan agar titik akhir ini sedekat mungkin ke
titik kesetaraan. Dengan memilih indikator untuk menghimpitkan kedua titik itu
(atau mengkoreksi selisih diantara keduanya) merupakan salah satu aspek
penting dari analisis titrasi asam-basa. Indikator digunakan untuk mengindikasi
apakah larutan bersifat asam, basa atau netral seperti larutan indikator
fenolftalein, metil merah dan metil jingga.

Standarisasi dilakukan untuk mengetahui konsentrasi sebenarnya dari suatu


larutan. Standarisasi dapat dilakukan dengan menggunakan metode titrasi asam
basa yaitu proses penambahan larutan standar dengan larutan asam atau dengan
larutan basa. Dengan melibatkan asam maupun basa sebagai titer ataupun
titrant. Standarisasi larutan dilakukan dengan menggunakan larutan baku
primer atau dengan larutan baku sekunder

Larutan baku primer adalah larutan yang dibuat dari zat yang memenuhi
syarat-syarat tertentu yaitu :
 memiliki tingkat kemurnian yang tinggi,
 kering, stabil, tidak higroskopis,
 mudah larut dalam air, dan
 mempunyai massa ekivalen yang tinggi.
Pada pembuatan larutan baku primer penimbangan harus teliti dan
dilarutkan dengan volume yang tepat dengan menggunakan labu takar. Zat
yang dapat dibuat sebagai larutan baku primer adalah Natrium tetraborat
( boraks ), asam benzoat, dan asam oksalat.

Larutan baku sekunder adalah larutan yang zat terlarutnya tidak harus zat yang
memiliki tingkat kemurnian tinggi. Larutan baku sekunder konsentrasinya
ditentukan berdasarkan standarisasi dengan cara titrasi terhadap larutan baku
primer. Zat yang dapat digunakan sebagai larutan baku sekunder adalah
natrium hidroksida ( NaOH ) dan asam klorida ( HCl ).

III. ALAT DAN BAHAN

ALAT :
No. Gambar Bahan Nama Bahan

1 Statif dan klem

2 Burret

Erlenmeyer 250
3
ml
4 Gelas beaker

Pipet volume 10
5
ml

6 Pipet tetes

7 Filler
8 Corong

Labu ukur 1 L
9
dan 500 ml

10 Cawan arloji

11 Neraca analitik
12 Spatula

BAHAN :

No. Gambar Bahan Nama Bahan

1 NaOH

Asam asetat cuka


2 perdagangan
CH3COOH

3 HCl
Natrium
karbonat atau
4 soda abu
( Na2CO3 )

5 Indikator PP

6 Indikator MR

7 Aquades
IV. CARA KERJA
Titrasi Alkalimetri :

Sebanyak 10 mL larutan Asam asetat cuka perdagangan CH3COOH dengan


menggunakan pipet volume, dilarutkan dalam gelas beker
dengan.menggunakan aquades, dipindahkan kedalam labu ukur 100 ml dan
diencerkan hingga tanda batas (pengenceran 10 kali, Fp = 10).

Ambil 10 ml larutan asam asetat cuka perdagangan CH3COOH


menggunakan pipet volume kemudian masukkan kedalam erlenmeyer
250 ml

Beri 2-3 tetes Indikator PP lalu dititrasi dengan larutan NaOH


0,1 M hingga terjadi perubahan warna

Titrasi dilakukan dengan menambahkan larutan NaOH


(teteskan dengan hati-hati) sampai menjelang titik
ekuivalen

Catat volume NaOH yang ditambahkan selama titrasi

Lakukan triplo
Titrasi Asidimetri :

Ditimbang 0,28 gram Natrium karborat atau soda abu ( Na2CO3 )


dengan menggunakan neraca analitik, dilarutkan dalam gelas beker
dengan.menggunakan aquades, dipindahkan kedalam labu ukur 50 ml
dan diencerkan hingga tanda batas.

Ambil 10 ml larutan Natrium karborat ( Na2CO3 ) menggunakan


pipet volume kemudian masukkan kedalam erlenmeyer

Beri 2-3 tetes Indikator MR lalu dititrasi dengan larutan HCl 0,1 M
hingga terjadi perubahan warna

Titrasi dilakukan dengan menambahkan larutan HCl (teteskan


dengan hati-hati) sampai menjelang titik ekuivalen

Catat volume HCl yang ditambahkan selama titrasi

Lakukan triplo
V. DATA

Alkalimetri :

Volume Volume Indikator Perubahan


No. Percobaan
CH3COOH NaOH pp warna
1 I 10 ml 4,8 ml 2 tetes Pink tua
2 II 10 ml 5 ml 2 tetes Pink tua
3 III 10 ml 4,1 ml 2 tetes Pink muda
Rata-rata 4,63 ml

Asidimetri :

Volume Volume Indikator Perubahan


No. Percobaan
Na2CO3 HCl mr warna
Merah muda
1 I 10 ml 5,7 ml 2 tetes hampir tak
berwarna
Merah muda
2 II 10 ml 5,6 ml 2 tetes hampir tak
berwarna
Merah muda
3 III 10 ml 5,7 ml 2 tetes hampir tak
berwarna
Rata-rata 5,67 ml

VI. ANALISIS DATA

Alkalimetri :
a. Standarisasi NaOH dengan CH3COOH (asam asetat)
Diket : Vrata-rata (V2)= 4,63 ml
V1 = 10 ml
M1 = 0,1 M
Dit : M2 ?
M 1 . V 1=M 2 . V 2
0 , 1 .10=M 2 . 4 ,63
0 ,1.10
M 2=
4 , 63
M 2=0,215 M
Kadar % Cuka perdagangan
fp x V ( NaOH ) x M ( NaOH ) x BE
% CH 3 COOH = x 100 %
massa CH 3 COOH (mg)

10 x 4 ,63 x 0,215 x 53
% CH 3 COOH = x 100 %
1000 mg

% CH 3 COOH =52 ,75 %

Asidimetri :
a. Standarisasi HCl dengan Na2CO3 ( Natrium karborat )
Diket : Vrata-rata (V2)= 5,67 ml
V1 = 10 ml
M1 = 0,1 M
Dit : M2 ?

M 1 . V 1=M 2 . V 2
0 , 1 .10=M 2 . 5 ,67
0 ,1.10
M 2=
5 ,67
M 2=0,176 M
Kadar % Soda abu

fp x V ( HCl ) x M ( HCl ) x BE
% Na 2 CO 3= x 100 %
massa Na 2 CO 3(mg)

10 x 5 , 67 x 0,176 x 53
% Na 2 CO 3= x 100 %
280 mg

% Na 2 CO 3=188 , 89 %

VII. PEMBAHASAN

Titrasi merupakan salah satu prosedur dalam ilmu kimia yang digunakan untuk
menentukan molaritas dari suatu asam dan basa. Reaksi kimia pada titrasi
dikenakan pada "larutan yang sudah diketahui volumenya, namun tidak
diketahui konsentrasinya" dan "larutan yang sudah diketahui volume dan
konsentrasinya". Tingkat keasaman atau kebasaan dapat ditentukan dengan
menggunakan asam atau basa yang ekivalen.
Perubahan warna terjadi saat jumlah asam sama dengan jumlah basa, yang
disebut dengan titik ekivalen. Hal ini terjadi dikarenakan adanya indikator asam
basa, yang merupakan suatu asam atau basa organik lemah yang mempunyai
warna yang berbeda pada keadaan terdisosiasi maupun tidak.

Pada percobaan kali ini praktikan melakukan analisa kuantitatif untuk


menstandarisasi larutan baku sekunderbdengan larutan baku primer. Dimana
pada percobaan pertama kali ini larutan baku sekunder yang akan digunakn
adalah NaOH (Natrium Hidroksida) dan larutan baku primer Asam asetat cuka
perdagangan ( CH3COOH ) ini merupakan titrasi Alkalimetri. Percobaan kedua
yang akan digunakan adalah HCl (Asam klorida) dan Natrium karbonat atau
soda abu ( Na2 CO3 ).

Berdasarkan hasil percobaan pertama dapat diketahui bahwa telah terjadi reaksi
asam basa antara asam asetat (sebagai asam lemah) dan NaOH (sebagai basa
kuat). Pada pembuatan larutan standar natrium hidroksida indikator yang
digunakan yaitu fenophtalein (indikator PP). Indikator fenophtalein digunakan
dalam percobaan ini karena fenophtalein taak berwarna dengan pH antata 8,3-
10,0 akan mempermudah praktikan dalam mengetahui bahwa dalam proses
sudah mencapai titik ekivalen. Perubahan yang terjadi pada proses penitrasian
ini adalah berubah menjadi warna merah muda yang konstan dari warna asal
mula bening. Perubahan warna ini terjadi karena telah tercapainya titik ekivalen.
Volume NaOH yang diperlukan untuk titrasi sebanyak 4,63 mL yang dihitung
dari rata-rata tiga kali percobaan. Dan dari hasil perhitungan di dapat kadar dari
asam asetat cuka perdagangan CH3COOH sebesar 52 ,75 % .

Berdasarkan hasil percobaan kedua dapat diketahui bahwa telah terjadi reaksi
asam basa antara HCl (sebagai asam kuat) dan Na2CO3 (sebagai basa lemah).
Pada pembuatan larutan standar asam klorida indikator yang digunakan yaitu
indikator MR. Indikator metil red digunakan dalam percobaan ini karena tidak
berwarna dengan pH antata 8,3-10,0 akan mempermudah praktikan dalam
mengetahui bahwa dalam proses sudah mencapai titik ekivalen. Perubahan
yang terjadi pada proses penitrasian ini adalah berubah menjadi warna merah
muda yang konstan dari warna asal mula kuning. Perubahan warna ini terjadi
karena telah tercapainya titik ekivalen. Volume HCl yang diperlukan untuk
titrasi sebanyak 5,67 mL yang dihitung dari rata-rata tiga kali percobaan. Dan
dari hasil perhitungan di dapat kadar dari Natrium karbonat atau soda abu
Na2CO3 sebesar 188 , 89 %.

VIII. KESIMPULAN

Titrasi pada percobaan kali ini merupakan suatu metode yang bertujuan untuk
menentukan banyaknya suatu larutan dengan konsentrasi yang telah diketahui
agar tepat habis bereaksi dengan sejumlah larutan yang dianalisis atau ingin
diketahui kadarnya. Dalam standarisasi larutan terdapat larutan baku primer
dan sekunder. Titrasi HCL dengan menggunakan Na2CO3 ini disebut metode
Asidimetri, dan Standarisasi NaOH dengan CH3COOH ini disebut metode
alkalimetri.

Indikator yang dipakai dalam titrasi asam basa adalah indikator yang
perubahan warnanya dipengaruhi oleh pH. Penambahan indikator diusahakan
sesedikit mungkin dan umumnya adalah 2-3 tetes.
Suatu zat yang akan ditentukan konsentrasinya disebut sebagai “titer” atau
“titrat” dan biasanya diletakkan di dalam labu Erlenmeyer, sedangkan zat yang
telah diketahui konsentrasinya disebut sebagai “titran” dan biasanya diletakkan
di dalam “buret”.
LAMPIRAN

Alkalimetri :

Asidimetri :

Anda mungkin juga menyukai