Anda di halaman 1dari 7

PRAKTIKUM IV

STANDARISASI LARUTAN EDTA DENGAN LARUTAN KALSIUM


KLORIDA (CaCl2) TITRASI KOMPLEKSOMETRI

Hari/Tanggal : Jumat, 14 Desember 2012

Nama : Robiatul Rosyidah

NIM : P07134012 040

I. TUJUAN PRAKTIKUM
Untuk mengetahui kadar larutan EDTA yang sebenarnya melalui proses
standarisasi dengan larutan Kalsium Klorida (CaCl 2) pada titrasi kompleksometri.

II. DASAR TEORI

Titrasi merupakan suatu metode analisis kuantitatif untuk menentukan


konsentrasi dari suatu larutan menggunakan larutan lain yang telah distandarisasi
atau larutan yang konsentrasinya telah diketahui. Dalam metode titrimetri ini,
larutan yang akan ditentukan konsentrasinya disebut titran sedangkan larutan
yang diketahui konsentrasinya disebut titrat. Penambahan titran ke dalam titrat
dilakukan hingga tercapainya titik ekuivalen (artinya secara stoikiometri titran dan
titrat tepat habis bereaksi) dimana akan terjadi perubahan warna dari larutan
indikator. Larutan indikator yang digunakan disesuaikan dengan metode titrimetri
yang dilakukan.

Metode titrimetri atau yang juga dikenal dengan metode volumetri secara garis
besar diklasifikasikan dalam empat kategori berdasarkan jenis reaksinya, yaitu :
titrasi asidi-alkalimetri, titrasi reduksi oksidasi, titrasi pengendapan dan titrasi
kompleksometri.

Titrasi kompleksometri adalah titrasi berdasarkan pembentukan senyawa


kompleks antara kation dengan zat pembentuk kompleks. Salah satu zat
pembentuk kompleks yang banyak digunakan dalam titrasi kompleksometri adalah

1
garam diKalsium etilendiamina tetraasetat (diKalsium EDTA). Senyawa ini dengan
banyak kation membentuk kompleks dengan perbandingan 1 : 1, Beberapa
valensinya:

M++ + (H2Y) = (MY)= + 2 H+


M3+ + (H2Y) = (MY) + 2 H+
M4+ + (H2Y) = (MY) + 2 H+

Kompleksometri merupakan jenis titrasi dimana titran dan titrat saling


mengkompleks, membentuk hasil berupa kompleks. Reaksireaksi pembentukan
kompleks atau yang menyangkut kompleks banyak sekali dan penerapannya juga
banyak, tidak hanya dalam titrasi. Karena itu perlu pengertian yang cukup luas
tentang kompleks, sekalipun disini pertama-tama akan diterapkan pada titrasi.

Suatu hal penting dalam perkembangan titrasi EDTA, yaitu penemuan


indikator logam, yang memungkinkan titrasi ini dilakukan dalam larutan untuk
konsentrasi yang sangat encer. Indikator untuk menetukan titik akhir titrasi adalah
EBT (Erichrom Black T). Satuan yang digunakan molaritas.

EBT dipakai untuk titrasi dengan suasana pH = 7-11, untuk penetapan kadar
dari logam Cu, Al, Fe, Co, Ni, Pt dipakai cara titrasi tidak langsung, sebab ikatan
kompleks antara logam tersebut dengan EBT cukup stabil. EBT yang ditambahkan
kedalam larutan CaCl2 yang telah ditambahkan buffer menghasilkan larutan yang
berwarna merah anggur. Reaksi dengan EDTA yang dititrasi menghasilkan
perubahan warna dari merah anggur ke biru.

Ada lima syarat suatu indikator ion logam dapat digunakan pada pendeteksian
visual dari titik-titik akhir yaitu:

1. Reaksi warna harus sedemikian sehingga sebelum titik akhir, bila hampir
semua ion logam telah berkompleks dengan EDTA , larutan akan berwarna
kuat.
2. Reaksi warna itu haruslah spesifik (khusus) atau sedikitnya selektif.
3. Kompleks-indikator logam itu harus memiliki kestabilan yang cukup. Kalau
tidak, karena disosiasi tak akan diperoleh perubahan warna yang tajam.

2
4. Namun, kompleks indikator itu harus kurang stabil disbanding kompleks
logam-EDTA untuk menjamin agar pada titik akhir, EDTA memindahkan
ion-ion logam dari kompleks-indikator logam ke kompleks logam-EDTA
harus tajam dan cepat.
5. Kontras warna antara indikator bebas dan kompleks-indikator logam harus
sedemikian sehingga mudah diamati.

Asam etilen diamin tetra asetat atau yang lebih dikenal dengan EDTA,
merupakan salah satu jenis asam amino polikarboksilat. EDTA sebenaranya
adalah ligan seksidentat yang dapat berkoordinasi dengan suatu ion logam lewat
kedua nitrogen dan keempat gugus karboksil-nya atau disebut ligan multidentat
yang mengandung lebih dari dua atom koordinasi permolekul, misalnya asam 1,2-
diaminoetanatetraasetat (asametilenadiaminatetraasetat, EDTA) yang mempunyai
dua atom nitrogen penyumbang dan empat atom oksigen penyumbang dalam
molekul.

III. PRINSIP KERJA

Prinsip kerja Etilen Diamin Tetra Acetid Acid (EDTA) dan garamnya membentuk
senyawa kompleks yang larut bila bereaksi dengan kation logam (Ca 2+). Bila
indicator Erichrom Black T (EBT) ditambahkan kepada suatu larutan yang
mengandung ion Ca2+ pada pH 10 larutan akan menjadi merah anggur. Bila
kemudian dititrasi dengan EDTA, ion Ca akan terikat sebagai kompleks. Pada titik
akhir titrasi, yaitu bila seluruh ion Ca sudah terikat oleh EDTA, larutan yang
berwarna merah anggur akan berubah menjadi biru.

Reaksi: CaCl2 + NaH2C10H12O8N2 NaCaC10H12O8N2 + 2HCl

IV. ALAT-ALAT DAN REAGENSIA


A. Alat-Alat
1. Neraca analitik merck Sartorius
2. Buret volume 50,00 ml dan statif
3. Labu erlenmeyer volume 250 ml
4. Labu ukur volume 250,0 ml dan tutup asah
5. Gelas beker volume 100 ml, 2 buah
6. Gelas ukur volume 25,0 ml
7. Pipet gondok volume 10 ml
8. Pipet ukur volume 5,0 ml
9. Pipet tetes

3
10. Pipet filler
11. Corong
12. Botol timbang
13. Botol semprot
14. Tissue
B. Reagensia
1. Larutan EDTA 0,01 M
2. Larutan CaCl2 0,01 M
3. Indikator EBT
4. Larutan Buffer pH 10
5. Aquadest

V. CARA KERJA
A. Pembuatan Larutan Kalsium Klorida (CaCl2) 0,01 M Sebanyak 250,0 ml
1. Siapkan alat dan reagensia yang akan digunakan dalam praktikum
kemudian pastikan alat-alat yang digunakan bersih. Apabila belum
bersih maka cuci alat menggunakan detergent bebas posfat dan/atau
aquadest.
2. Ditimbang secara seksama Kalsium Klorida 0,3675 gram
3. Dimasukkan ke dalam labu ukur volume 250,0 ml dengan menggunakan
corong.
4. Bilas sisa zat kemudian masukkan bilasan ke dalam labu ukur.
5. Tambahkan kembali aquadest sampai tanda batas volume labu ukur.
6. Larutkan Kalsium Klorida hingga homogen.
7. Tuang ke dalam gelas beker agar mudah dipipet.

B. Standarisasi Larutan EDTA 0,01 M dengan Larutan Kalsium Klorida 0,01


M
1. Masukkan larutan EDTA ke dalam buret dengan menggunakan corong
hingga skala batas volume 00,00 ml. Jangan lupa memperhatikan
miniskus larutan. Karena larutan EDTA merupakan larutan tidak
berwarna maka miniskus yang digunakan adalah miniskus dasar atau
bawah.
2. Dipipet 10,0 ml larutan Kalsium Klorida kemudian masukkan ke dalam
labu erlenmeyer volume 250 ml.
3. Ditambahkan dengan aquadest kurang lebih 25 ml dan 5,0 ml larutan
buffer.
4. Tambahkan sepucuk sendok indikator EBT.
5. Titrasi larutan Kalsium Klorida dengan larutan EDTA hingga larutan
berubah warna menjadi warna biru (end point) kemudian hentikan titrasi.
6. Hitung molaritas larutan EDTA tersebut.

4
VI. RUMUS PERHITUNGAN
1. Menghitung massa Kalsium Klorida.2H2O
w = M x BM x V(L)
Keterangan: w : massa (gram)
M : Molaritas (M)
V : Volume (L)
BM : Berat Molekul
2. Molaritas baku primer
M1 = w
BM x V0
Keterangan: M1 : Molaritas larutan baku primer (M)
V0 : Volume larutan baku primer (L)
3. Molaritas baku sekunder (EDTA)
M2 = M1 x V1
Vt
Keterangan: M1 : Molaritas larutan baku primer (M)
V1 : Volume larutan baku primer (L)
M2 : Molaritas baku sekunder (EDTA) (M)
Vt : Volume rata-rata titrasi (L)

VII. DATA PERCOBAAN


A. Data Penimbangan
Dari hasil penimbangan, ditemukan massa Kalsium Klorida sebenarnya adalah
0,3899 gram.

B. Data Titrasi

No Pembacaan Buret (ml) Volume Titrasi (ml)


1 00,00 16,00 16,00
2 16,00 32,00 16,00
3 32,00 48,00 16,00

VIII. PERHITUNGAN
A. Massa Kalsium Klorida.2H2O yang Ditimbang
Diketahui: BM = 147
M = 0,01 M
V = 250,0 ml
Ditanya: w = .?
Jawab: w = N x BM x V(L)
w = 0,0100 x 147 x 0,25
w = 0,3675 gram
B. Molaritas Baku Primer
Diketahui: wBP = 0,3899 gram
V0 = 250,0 ml
BM = 147
Ditanya: M1 = .?

5
Jawab: M1 =w
BM x V0
M1= 0,3899
147 x 0,25
M1= 0,0106 N
C. Molaritas Baku Sekunder
Diketahui: Vt = 16,00 ml
M1 = 0,0106 M
V1 = 10,0 ml
Ditanya: M2 = .?

Jawab: M2 = M1 x V1
Vt
M2 = 0,0106 x 10,0
16,00
M2 = 0,0066 M

D. HASIL PERCOBAAN DAN KESIMPULAN


A. Hasil Percobaan
Dari hasil percobaan dapat diketahui bahwa molaritas larutan EDTA adalah
0,0066 M.
B. Kesimpulan

Dari hasil percobaan dapat diketahui bahwa pada saat end point titrat berubah
warna, dari warna merah anggur menjadi warna biru. Dari hasil perhitungan
dapat diketahui bahwa molaritas larutan EDTA adalah 0,0066 M.

E. PEMBAHASAN

Pada percobaan pembakuan larutan EDTA (Etilen Diamin Tetra Acetid Acid)
dengan larutan Kalsium Klorida. Pertama-tama yang dilakukan adalah
memasukkan 10,0 ml larutan Kalsium Klorida ke dalam labu erlenmeyer kemudian
tambahkan 25 ml aquadest. Tambahkan kembali larutan buffer pH 10 sebanyak
5,0 ml dan sepucuk sendok indicator EBT kemudian titrasi titrat dengan titran.
Titrasi dilakukan hingga tercapainya titik ekuivalen (end point) dimana akan terjadi
perubahan warna dari larutan indikator yang mulanya berwarna merah anggur
menjadi biru. Perubahan warna terjadi karena perubahan pH larutan yang telah
dititrasi.

Reaksi yang terjadi adalah sebagai berikut :


6
CaCl2 + NaH2C10H12O8N2 NaCaC10H12O8N2 + 2HCl
Setelah terjadi titik akhir titrasi, volume buret dicatat dan dihitung molaritas
dari larutan EDTA yang sebenarnya. Sehingga, dari data-data yang ada dapat
dihitung molaritas dari larutan EDTA yaitu 0,0066 M.

F. CATATAN DAN DOKUMENTASI


A. Catatan
1. Timbangan yang digunakan harus diperhatikan posisi dan letak
penempatannya karena dapat mempengaruhi hasil penimbangan.
2. Pada saat memasukkan Kalsium Klorida, perhatikan tehnik atau cara
memasukkan zat agar zat tidak tercecer karena hal itu dapat
mengakibatkan neraca menjadi berkarat atau rusak.
3. Setelah membilas sisa zat dalam wadah. Bilasan tersebut dimasukkan ke
dalam wadah tempat zat akan dilarutkan. Hal ini dimaksudkan agar massa
zat tidak berkurang.
4. Dalam menggunakan alat harus tetap menjaga kebersihan alat. Hal ini
dilakukan agar alat-alat tidak cepat rusak.
5. Penggunaan buret yang baik adalah 20%80%

B. DOKUMENTASI

(Gambar 1. Sebelum titrasi) (Gambar 2. Sesudah Titrasi)

Anda mungkin juga menyukai