I. TUJUAN PRAKTIKUM
Untuk mengetahui kadar larutan EDTA yang sebenarnya melalui proses
standarisasi dengan larutan Kalsium Klorida (CaCl 2) pada titrasi kompleksometri.
Metode titrimetri atau yang juga dikenal dengan metode volumetri secara garis
besar diklasifikasikan dalam empat kategori berdasarkan jenis reaksinya, yaitu :
titrasi asidi-alkalimetri, titrasi reduksi oksidasi, titrasi pengendapan dan titrasi
kompleksometri.
1
garam diKalsium etilendiamina tetraasetat (diKalsium EDTA). Senyawa ini dengan
banyak kation membentuk kompleks dengan perbandingan 1 : 1, Beberapa
valensinya:
EBT dipakai untuk titrasi dengan suasana pH = 7-11, untuk penetapan kadar
dari logam Cu, Al, Fe, Co, Ni, Pt dipakai cara titrasi tidak langsung, sebab ikatan
kompleks antara logam tersebut dengan EBT cukup stabil. EBT yang ditambahkan
kedalam larutan CaCl2 yang telah ditambahkan buffer menghasilkan larutan yang
berwarna merah anggur. Reaksi dengan EDTA yang dititrasi menghasilkan
perubahan warna dari merah anggur ke biru.
Ada lima syarat suatu indikator ion logam dapat digunakan pada pendeteksian
visual dari titik-titik akhir yaitu:
1. Reaksi warna harus sedemikian sehingga sebelum titik akhir, bila hampir
semua ion logam telah berkompleks dengan EDTA , larutan akan berwarna
kuat.
2. Reaksi warna itu haruslah spesifik (khusus) atau sedikitnya selektif.
3. Kompleks-indikator logam itu harus memiliki kestabilan yang cukup. Kalau
tidak, karena disosiasi tak akan diperoleh perubahan warna yang tajam.
2
4. Namun, kompleks indikator itu harus kurang stabil disbanding kompleks
logam-EDTA untuk menjamin agar pada titik akhir, EDTA memindahkan
ion-ion logam dari kompleks-indikator logam ke kompleks logam-EDTA
harus tajam dan cepat.
5. Kontras warna antara indikator bebas dan kompleks-indikator logam harus
sedemikian sehingga mudah diamati.
Asam etilen diamin tetra asetat atau yang lebih dikenal dengan EDTA,
merupakan salah satu jenis asam amino polikarboksilat. EDTA sebenaranya
adalah ligan seksidentat yang dapat berkoordinasi dengan suatu ion logam lewat
kedua nitrogen dan keempat gugus karboksil-nya atau disebut ligan multidentat
yang mengandung lebih dari dua atom koordinasi permolekul, misalnya asam 1,2-
diaminoetanatetraasetat (asametilenadiaminatetraasetat, EDTA) yang mempunyai
dua atom nitrogen penyumbang dan empat atom oksigen penyumbang dalam
molekul.
Prinsip kerja Etilen Diamin Tetra Acetid Acid (EDTA) dan garamnya membentuk
senyawa kompleks yang larut bila bereaksi dengan kation logam (Ca 2+). Bila
indicator Erichrom Black T (EBT) ditambahkan kepada suatu larutan yang
mengandung ion Ca2+ pada pH 10 larutan akan menjadi merah anggur. Bila
kemudian dititrasi dengan EDTA, ion Ca akan terikat sebagai kompleks. Pada titik
akhir titrasi, yaitu bila seluruh ion Ca sudah terikat oleh EDTA, larutan yang
berwarna merah anggur akan berubah menjadi biru.
3
10. Pipet filler
11. Corong
12. Botol timbang
13. Botol semprot
14. Tissue
B. Reagensia
1. Larutan EDTA 0,01 M
2. Larutan CaCl2 0,01 M
3. Indikator EBT
4. Larutan Buffer pH 10
5. Aquadest
V. CARA KERJA
A. Pembuatan Larutan Kalsium Klorida (CaCl2) 0,01 M Sebanyak 250,0 ml
1. Siapkan alat dan reagensia yang akan digunakan dalam praktikum
kemudian pastikan alat-alat yang digunakan bersih. Apabila belum
bersih maka cuci alat menggunakan detergent bebas posfat dan/atau
aquadest.
2. Ditimbang secara seksama Kalsium Klorida 0,3675 gram
3. Dimasukkan ke dalam labu ukur volume 250,0 ml dengan menggunakan
corong.
4. Bilas sisa zat kemudian masukkan bilasan ke dalam labu ukur.
5. Tambahkan kembali aquadest sampai tanda batas volume labu ukur.
6. Larutkan Kalsium Klorida hingga homogen.
7. Tuang ke dalam gelas beker agar mudah dipipet.
4
VI. RUMUS PERHITUNGAN
1. Menghitung massa Kalsium Klorida.2H2O
w = M x BM x V(L)
Keterangan: w : massa (gram)
M : Molaritas (M)
V : Volume (L)
BM : Berat Molekul
2. Molaritas baku primer
M1 = w
BM x V0
Keterangan: M1 : Molaritas larutan baku primer (M)
V0 : Volume larutan baku primer (L)
3. Molaritas baku sekunder (EDTA)
M2 = M1 x V1
Vt
Keterangan: M1 : Molaritas larutan baku primer (M)
V1 : Volume larutan baku primer (L)
M2 : Molaritas baku sekunder (EDTA) (M)
Vt : Volume rata-rata titrasi (L)
B. Data Titrasi
VIII. PERHITUNGAN
A. Massa Kalsium Klorida.2H2O yang Ditimbang
Diketahui: BM = 147
M = 0,01 M
V = 250,0 ml
Ditanya: w = .?
Jawab: w = N x BM x V(L)
w = 0,0100 x 147 x 0,25
w = 0,3675 gram
B. Molaritas Baku Primer
Diketahui: wBP = 0,3899 gram
V0 = 250,0 ml
BM = 147
Ditanya: M1 = .?
5
Jawab: M1 =w
BM x V0
M1= 0,3899
147 x 0,25
M1= 0,0106 N
C. Molaritas Baku Sekunder
Diketahui: Vt = 16,00 ml
M1 = 0,0106 M
V1 = 10,0 ml
Ditanya: M2 = .?
Jawab: M2 = M1 x V1
Vt
M2 = 0,0106 x 10,0
16,00
M2 = 0,0066 M
Dari hasil percobaan dapat diketahui bahwa pada saat end point titrat berubah
warna, dari warna merah anggur menjadi warna biru. Dari hasil perhitungan
dapat diketahui bahwa molaritas larutan EDTA adalah 0,0066 M.
E. PEMBAHASAN
Pada percobaan pembakuan larutan EDTA (Etilen Diamin Tetra Acetid Acid)
dengan larutan Kalsium Klorida. Pertama-tama yang dilakukan adalah
memasukkan 10,0 ml larutan Kalsium Klorida ke dalam labu erlenmeyer kemudian
tambahkan 25 ml aquadest. Tambahkan kembali larutan buffer pH 10 sebanyak
5,0 ml dan sepucuk sendok indicator EBT kemudian titrasi titrat dengan titran.
Titrasi dilakukan hingga tercapainya titik ekuivalen (end point) dimana akan terjadi
perubahan warna dari larutan indikator yang mulanya berwarna merah anggur
menjadi biru. Perubahan warna terjadi karena perubahan pH larutan yang telah
dititrasi.
B. DOKUMENTASI