Anda di halaman 1dari 22

Asidimetri

Dosen Pengampu: Elly Juliana Suoth S.Si, M.Farm


Anggota Kelompok 4

Alda Lumihi Gazhy Andika T.Yusuf Keynes Mattango


(20101105081) (20101105103) (20101105035)

Yuspita Borotoding Ribka Margareth Naray Eklesya Soriton


(20101105043) (20101105045) (20101105101)

Gregorius Giani Adikila Cristy Badoa


(20101105059) (20101105065)

2
TUJUAN
“Mahasiswa dapat memahami dan mengetahui cara:
1. Membuat larutan HCl 1 N
2. Standarisasi larutan HCl 1 N
3. Menentukan kadar NaHCO3 (soda kue)”

3
Dasar teori
Analisis kuantitatif yang paling sering diterapkan yaitu analisis titrimetri atau analisis kuantitatif yang terkait
dengan volume. Analisis titrimetri dilakukan dengan menitrasi suatu sampel tertentu dengan larutan standar, yaitu
larutan yang sudah diketahui konsentrasinya. Perhitungan didasarkan pada volume titran yang diperlukan hingga
tercapai titik ekuivalen titrasi. Analisis titrimetri yang didasarkan pada terjadinya reaksi asam dan basa antara sampel
dengan larutan standar disebut analisis asidi – alkalimetri.
Apabila larutan yang bersifat asam maka analisis yang dilakukan adalah analisis asidimetri. Sebaliknya jika
digunakan suatu basa sebagai larutan standar, analisis tersebut disebut sebagai analisis alkalimetri.
Titrasi merupakan suatu proses analisis dimana suatu volum larutan standar ditambahkan ke dalam larutan
dengan tujuan mengetahui komponen yang tidak dikenal. Standardisasi larutan merupakan proses saat konsentrasi
larutan standar sekunder ditentukan dengan tepat dengan cara mentitrasi dengan larutan standar primer. Titrasi
merupakan proses penentuan konsentrasi suatu larutan dengan mereaksikan larutan yang sudah ditentukan
konsentrasinya

4
Dasar teori
Bagian lain yang perlu diperhatikan dalam analisis kuantitatif titrimteri adalah penggunaan indikator asam basa.
Indikator asam-basa ialah zat yang dapat berubah warna apabila pH lingkungannya berubah. Setiap indikator asam-basa
mempunyai trayeknya sendiri, demikian pula warna asam dan warna basanya.
Pada titrasi asam basa dikenal istilah ekuivalen dan titik akhir titrasi. Titik ekuivalen adalah titik pada proses
titrasi ketika asam dan basa tepay habis bereaksi. Untuk mengetahui titik ekuivalen digunakan indikator. Saat perubahan
warna terjadi, saat itu disebut titik akhir titrasi (Sukmariah, 1990).

Asidi dari kata acid (bahasa Inggris) yang berarti asam sedang metri dari (bahasa Yunani) yang berarti ilmu,
proses, atau seni mengukur. Asimetri berarti pengukuran jumlah asam atau pengukuran dengan asam. Berdasarkan
reaksinya dengan pelarut, asam dan basa diklasifikasikan menjadi asam-basa kuat dan lemah sehingga titrasi asam-basa
meliputi titrasi asam kuat dengan basa kuat, asam kuat dengan basa lemah, asam lemah dengan basa kuat, asam kuat
dengan garam dari asam lemah, dan basa kuat dengan garam dari basa lemah (Padmaningrum, 2006).

5
Metode
Praktikum

6
Alat dan Bahan
✘ Alat • ✘ Bahan
Kaca arloji • Indikator PP da
MM
• Pipet volume 10 dan 20 • • Larutan HCl pekat
Erlenmeyer
mL • • 250
Gelas beker Natrium
mL kabornat
• Buret/otomatik titrator anhidrat (Na2CO3)
• Labu ukur 100 dan 250 • Soda kue
mL (NaHCO3)

7
Cara
Kerja

8
a. Membuat larutan HCl 1 N LV sesuai dengan Farmakope Indonesia edisi IV
Encerkan 85 mL HCl pekat dengan air hingga 1000 mL dalam labu ukur.

b. Pembakuan larutan HCl 1 N LV menurut Farmakope Indonesia edisi IV


a. Timbang saksama lebih kurang 1,5 gram baku primer natrium karbonat anhidrat yang sebelumnya
telah dipanaskan pada suhu 270°C selama 1 jam.
b. Larutkan dalam 100 mL air.
c. Tambahkan 2 tetes indikator MM.
d. Titrasi dengan HCl 1 N.
Keterangan : (1 mL HCl 1 N setara dengan 52,99 mg natrium karbonat anhidrat).

9
c. Menentukan kadar soda kue sesuai dengan Farmakope Indonesia edisi IV

a. Timbang soda kue dengan saksama lebih kurang 3 gram.


b. Larutkan dalam 100 mL air.
c. Tambahkan indikator MM LP.
d. Titrasi dengan HCl 1 N LV sampai berwarna merah muda lemah.
e. Panaskan larutan hingga mendidih.
f. Dinginkan dan lanjutkan titrasi sampai warna merah muda lemah tidak hilang setelah
dididihkan.

10
Hasil
Praktikum
1). Data Pengamatan
a. Pembakuan larutan HCL

Bobot Na2CO3 (gram) Volume titran HCl (mL)


X

Titrasi 1,5 15

12
b. Penentuan kadar soda kue

Bobot NaHCO3 (gram) Volume titran HCl (mL)

Titrasi 3 12,5

13
 1). Normalitas HCL pekat
Diketahui :
• N =
- Konsentrasi HCl pekat = 37% (v/v)
N =
- BJ HCl = 1,19 gr/mL
N 12,06% (HCl pekat)
- BM HCl = Ar H + Ar Cl = 1 + 35,5 = 36,5 g/mol
• rmalitas HCl 1 N
M1 x V1 = M2 x V2
1 x 100 = 12,06 x V2

V2 = 8,3 mL

Jadi untuk membuat HCl dengan konsentrasi 1 N volume


100 ml, kita pipet 8,3 ml HCl pekat kemudian tambahkan
dengan pelarut (air) sebanyak 9,17 ml .
14
2) Pembakuan HCl 1 N Larutan Volumetri dengan natrium karbonat (Na2CO3)

 Penyelesaian :
 Diketahui:
− 106 gr/mol

• Konsentrasi HCl dari volume 100 ml dan konsentrasi


0,284
− (0,1 L)

Ditanya: N HCl = …?

Jadi,
  normalitas HCl adalah 1,89 N.
Persamaan reaksi:
15 Na2CO3 + HCl NaCl + H2CO3
3. Penetapan Kadar Soda Kue (NahCO3)

 
Diketahui :  
Penyelesaian :
• BE NaHCO3
= 84/1
= 84 gr/mol
− BM NaHCO3 = 84 g/mol
− Massa soda kue = 3 gr =
100%
Ditanya: Kadar soda kue (NaHCO3) = …? =66,15 %
 
• Kadar soda Kue adalah 66,15%

16
Pembahasan

17
Praktikum kali ini menggunakan titrasi asidimetri dimana larutan standar asam yang dipakai untuk titrasi
adalah HCl. Larutan HCl sebelum digunakan untuk titrasi harus distandarisasi terlebih dahulu dengan Na2CO3.
HCl harus distandarisasi untuk memastikan bahwa HCl yang digunakan memiliki nilai normalitas sebagaimana
yang diharapkan pada penuntun, yaitu 1 N. Fungsi HCl dalam praktikum adalah agar sampel tetap berada pada
keadaan setimbang. Pemilihan HCl sebagai larutan standar asam untuk penetapan kadar bikarbonat karena HCl
memenuhi persyaratan dari larutan standar yang tidak dimiliki oleh asam lain. Persyaratan tersebut adalah HCl
merupakan asam kuat, yakni sangat disosiasi, larutan asam yang stabil, garam dari larutan asam mudah larut, HCl
bukan pengoksidasi yang cukup kuat untuk menghancurkan senyawa-senyawa organik yang digunakan sebagai
indikator.

Pembuatan larutan HCL 1 N berdasarkan Farmakope Indonesia edisi IV dilakukan dengan pengenceran 85 mL HCl pekat
pada 1000 mL air. Hal ini sesuai dengan rumus normalitas, yang mana volume titran HCl 1 N 85 mL dalam 1000 mL air akan
menghasilkan normalitas HCl sebesar 1 N. Berdasarkan perhitungan menurut konsentrasi HCl pekat, maka diperoleh hasil yaitu
untuk membuat larutan HCl pekat dengan normalitas sebesar 1 N, maka dilarutkan 8,3 mL HCl dalam 91,7 mL pelarut.

18
Setelah dilakukan pembuatan larutan, maka larutan HCl pekat dibakukan dengan bantuan zat lain, yaitu natrium
karbonat anhidrat, untuk memastikan bahwa normalitas HCl tetap sesuai, yaitu 1 N. Hal ini dilakukan dengan pelarutan natrium
karbonat anhidrat sebanyak 1,5 gram (yang sebelumnya telah dipanaskan pada suhu 270°C selama 1 jam) ke dalam 100 mL air
dan kahirnya dititrasi dengan HCl 1 N. Setelah itu, ditambahkan 2 tetes indikator metil merah. Kemudian diperoleh bahwa
normalitas HCl yaitu sebesar 1,89 N. Hal ini cukup sesuai dengan hasil yang diharapkan, sesuai dengan yang ada dalam
penuntun yaitu normalitas sebesar 1 N. Adapun reaksi yang terjadi dalam tahap pembakuan ini yaitu:

Na
  2CO3 + HCl NaCl + H2CO3

Akhirnya setelah pembuatan larutan dan penetapan kadar HCl 1 N dilakukan, maka dilakukanlah penetapan kadar soda
kue dengan larutan standar asam yaitu HCl pekat dengan nilai normalitas sebesar 1 N. Hal ini dilakukan dengan pelarutan soda
kue sebanyak 3 gram dalam 100 mL air yang dilanjutkan dengan penambahan indikator metil merah LP. Setelah itu ditirasi
dengan HCl 1 N sebanyak 12,5 ml hingga terjadi perubahan warna ke warna merah muda lemah. Setelah itu dilakukan
pemanasan sampai larutan mendidih, lalu didinginkan dan titrasi dilanjutkan sampai warna merah muda tidak hilang setelah
pendidihan. Hasil penetapan kadar dari NaHCO3 dengan larutan standar asam HCl yaitu sebesar 66,15%. Adapun reaksi yang
terjadi dalam tahap ini yaitu:

NaHCO
  3 + HCl NaCl + CO 2 + H2O

19
Indikator yang digunakan dalam titrasi asidimetri dalam menentukan kadar sampel
bikarbonat adalah indikator metil merah. Indikator metil merah digunakan agar titik akhir titrasi
mendekati titik equivalen dan trayek pH-nya tidak jauh dari titik equivalen yaitu 3,1-4,4. Selain
itu, untuk memudahkan pengamatan titik akhir titrasi. Titik akhir titrasi ditandai dengan
perubahan warna dari merah menjadi merah muda yang berlangsung secara konstan.

Kendala yang dialami dalam praktikum ini yaitu kesulitan pengambilan data pengamatan
karena praktikum hanya dilakukan secara daring, yang mana data-data hasil percobaan hanya
diambil dari referensi laporan praktikum yang diambil dari internet. Akibatnya, hasil praktikum
yang ada hanyalah merupakan perkiraan dan bukan hasil praktikum yang dilakukan secara
langsung. Meski demikian, praktikum tetap dapat dijalankan dengan baik dan tetap dapat menjadi
saran untuk memperkuat pemahaman tentang materi yang dipelajari, yaitu asidimetri

20
Kesimpulan
1. Pembuatan larutan HCl pekat dengan normalitas 1 N dilakukan dengan
pelarutan 8,3 mL HCl pekat dalam 91,7 mL pelarut, atau sesuai dengan
penuntun yaitu dengan pelarutan 85 mL HCl dalam 1000 mL larutan.
2. Pembakuan HCl menggunakan natrium karbonat anhidrat (Na2CO3) memberi
hasil normalitas HCl sebesar 1,89 N.
3. Penetapan kadar soda kue (NaHCO­3) dilakukan dengan bantuan larutan standar
asam yaitu HCl dan diperoleh kadar sebesar 66,15%.

21
Thank you!
22

Anda mungkin juga menyukai