Anda di halaman 1dari 8

I.

JUDUL :
Ekstraksi cair-cair: penentuan koefisisen distribusi

II. TUJUAN :
Untuk menentukan koefisien distribusi zat terlarut (NaOH) dalam system
n-Heksan dan air berdasarkan ekstraksi pelarut.

III. PENDAHULUAN
Ekstraksi adalah kegiatan penarikan kandungan kimia yang dapat larut
sehingga terpisah dari bahan yang tidak dapat larut dengan pelarut cair.
Hasil dari ekstraksi adalah ekstrak. Ekstrak adalah sediaan kental yang
diperoleh dengan mengekstraksi senyawa aktif dari simplisia nabati atau
simplisia hewani menggunakan pelarut yang sesuai, kemudian semua atau
hampir semua pelarut diuapkan dan massa atau serbuk yang tersisa
diperlakukan sedemikian hingga memenuhi baku yang telah ditetapkan
(Saputra dkk., 2020).

Ekstraksi cair - cair adalah proses yang memungkinkan pemisahan dua


atau lebih komponen tergantung pada perbedaan kelarutan masing –
masing komponen dalam dua fasa cairan yang tidak saling larut.
Komponen terlarut (solute) pada sebagian besar kasus masuk ke ekstraktor
terdapat dalam umpan fasa air. Umpan fasa air dan fasa organik diaduk,
masing – masing solute terdistribusi diantara dua fasa, serta kemudian
kedua fasa tersebut dipisahkan. Oleh karena itu ekstraksi cair – cair sangat
handal untuk proses pemisahan yang menyangkut logam – logam dengan
sifat sedemikian mirip (Husnurrofiq dkk., 2021)

Angka banding distribusi menyatakan perbandingan konsentrasi total zat


terlarut dalam pelarut organik (fasa organik) dan pelarut air (fasa air).
Untuk keperluan analisis kimia angka banding distribusi akan lebih
bermakna dari pada koefisien distribusi. Pada kondisi ideal dan tidak

PRODI S1 KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS TADULAKO
terjadi asosiasi, disosiasi atau polimerisasi, maka harga koefisien distribusi
sama dengan distribusi (Triyas, 2012).

Titrasi asam basa merupakan titrasi yang melibatkan asam maupun basa
sebagai titer ataupun titran. Titrasi asam basa berdasarkan reaksi
penetralan. Dalam titrasi asam basa digunakan larutan standar.
Berdasarkan kemurniannya larutan standar terbagi menjadi dua jenis, yaitu
larutan standar primer dan larutan standar sekunder (Simanjutak, 2018).
Dimana pada percobaan ini digunakan HCl sebagai titran dan NaOH
digunakan sebagai titrat.

Berdasarkan uraian diatas hal sesuai dengan judul percobaan, yaitu


Ekstraksi cair-cair: penentuan koefisien distribusi, yang dimana percobaan
ini bertujuan untuk menentukan koefisien distribusi zat terlarut (NaOH)
dalam system n-Heksan dan air berdasarkan ekstraksi pelarut.

PRODI S1 KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS TADULAKO
IV. HASIL PERCOBAAN
No. Perlakuan Hasil

1. Ditimbang 0,4 gr NaOH + aquades Larutan NaOH 0,1 N


100 mL (sampai tanda batas)
2. Masukkan 25 mL NaOH 0,1 N Terbentuk dua fasa, fasa
dalam corong pisah + 25 mL organik terdapat diatas dan
n-Heksan + dikocok fasa air terdapat dibawah
3. Diambil fraksi NaOH dalam air + Larutan berwarna merah
indikator PP + dititrasi dengan HCl muda dan volume titrasinya
0,1 N 7,8 mL
4. 5 mL NaOH 0,1 N + dititrasi Volume titrasi yang
dengan HCl 0,1 N dihasilkan 24,2 mL

PRODI S1 KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS TADULAKO
V. PEMBAHASAN
Ekstraksi solvent atau yang lebih dikenal dengan ekstraksi cair-cair
merupakan proses pemisahan fasa cair yang memanfaatkan perbedaan
kelarutan zat yang akan dipisahkan antara larutan asal dan pelarut
pengekstrak (solvent) (Mirwan dan waicakso, 2008). Tujuan dari
percobaan ini adalah untuk menentukan koefisien distribusi zat terlarut
(NaOH) dalam sistem n-Heksan air berdasarkan ekstraksi pelarut, di mana
sampel NaOH diharapkan dapat terpisah dalam salah satu pelarut.

Perlakuan pertama dalam percobaan ini yaitu memasukkan NaOH 0,1 N


dan larutan n-Heksan ke dalam corong pisah masing-masing 25 mL,
kemudian mengocoknya dengan kuat agar kedua larutan dapat tercampur
secara sempurna sehingga terjadi kesetimbangan konsentrasi zat yang akan
diekstraksi pada kedua lapisan larutan tersebut. Kemudian kedua larutan
dalam corong pisah tersebut didiamkan selama 20 menit, dengan tujuan
untuk memisahkan NaOH dalam air dan NaOH dalam n-Heksan, ditandai
dengan terbentuknya dua lapisan pada larutan. Pada lapisan yang
terbentuk, lapisan atas merupakan larutan NaOH dalam n-Heksan
sedangkan lapisan bawah merupakan larutan NaOH dalam air. Pada
perlakuan ini n-Heksan berperan sebagai pelarut organik, sehingga
menghasilkan lapisan NaOH dalam n-Heksan. Terbentuknya dua lapisan
dikarenakan adanya perbedaan berat jenis dari kedua pelarut yang
digunakan. Menurut Rahma (2012), berat jenis larutan n-Heksan yaitu
0,659 g/cm3, lebih rendah dibandingkan dengan berat jenis air yaitu 1
g/cm3 sehingga larutan NaOH dalam n-Heksan berada pada lapisan bagian
atas dan larutan NaOH dalam air berada pada lapisan bagian bawah.
Kedua lapisan ini kemudian dipisahkan dengan membuka tutup corong
pisah, sehingga diperoleh fraksi NaOH dalam air dalam n-Heksan.

PRODI S1 KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS TADULAKO
Selanjutnya fraksi NaOH dalam air dalam n-heksan dititrasi menggunakan
larutan HCl 0,1 N dengan indikator PP. Menurut Simanjutak (2018)
Penggunaan indikator PP bertujuan untuk menunjukkan titik akhir titrasi,
yaitu terbentuknya larutan bening atau hilangnya warna merah muda pada
larutan. Indikator yang digunakan adalah indikator fenolftalein karena
titrasi yang dilakukan adalah titrasi asam-basa (titrasi penetralan), di mana
trayek pH indikator PP adalah 8,2-10,0, dengan perubahan warna bening
menjadi merah muda (Tri dkk, 2018). Titrasi NaOH dengan larutan HCl
ini bertujuan untuk mengetahui konsentrasi total NaOH yang akan
terdistribusi pada pelarut organik dan air. Pada titrasi ini diperoleh volume
HCl yang digunakan adalah 7,8 mL dan konsentrasi NaOH dalam air
dalam n-Heksan adalah 0,0312 N. Selanjutnya, yaitu menitrasi 5 mL
larutan NaOH dengan HCl menggunakan indikator PP. Tujuan dari titrasi
ini yaitu untuk mengetahui konsentrasi NaOH dalam larutan awal
(Simanjutak, 2018). Setelah terjadi perubahan warna larutan dari merah
muda menjadi bening, diperoleh volume HCl yaitu 24,2 mL dan
konsentrasi NaOH awal yang diperoleh yaitu 0,3025 N.

Berdasarkan konsentrasi NaOH awal dan konsentrasi NaOH dalam air


dalam n-heksan, diperoleh nilai koefisien distribusi sebesar 8,6955.
Menurut Anita (2011), jika koefisien distribusi <1, berarti NaOH lebih
banyak terdistribusi dalam air; jika koefisien distribusi =1, berarti jumlah
NaOH yang terdistribusi dalam air setara dengan jumlah NaOH yang
terdistribusi dalam n-Heksan; jika koefisien distribusi >1, berarti NaOH
lebih banyak terdistribusi dalam n-heksan. Maka, dapat dikatakan dalam
percobaan ini NaOH lebih banyak terdistribusi dalam n-Heksan
dibandingkan dalam air. Hal ini ditunjukkan dengan nilai koefisien
distribusi yang nilainya lebih dari 1.

PRODI S1 KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS TADULAKO
VI. KESIMPULAN
kesimpulan dari percobaan ini adalah Ekstraksi solvent atau yang lebih
dikenal dengan ekstraksi cair-cair merupakan proses pemisahan fasa cair
yang memanfaatkan perbedaan kelarutan zat yang akan dipisahkan antara
larutan asal dan pelarut pengekstrak. Proses ekstraksi cair-cair bertujuan
untuk menetukan koefisien distribusi dari larutan NaOH, sehingga
didapatkan koefisien distribusinya yaitu 8,6955.

VII. SARAN
Adapun saran yang dapat saya berikan, yaitu untuk alat dan bahannya
lebih dilengkapi lagi, agar praktikum dapat berjalan dengan lancar dan
hasil yang didapatkan lebih bagus lagi.

PRODI S1 KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS TADULAKO
VIII. DAFTAR PUSTAKA
Anita. (2011). Penentuan Koefisien Distribusi. Ilmu Kimia. Erlangga.
Jakarta.
Husnurrofiq, D., Sediawan, W, B., Petrus, H, T, B, M. (2021). Distribusi
Hafnium Pada Model Kesetimbangan Cair – Cair Ekstraksi Pemisahan
Zirkoniumium Dan Hafnium. Prosiding Seminar Nasional Riset Dan
Teknologi Terapan.
Mirwan, A Dan Wicakso, D, R. (2008). Pengaruh Isian Jenis Bola Kaca
Terhadap Dinamika Tetes Dan Koefisien Pindah Massa Ekstraksi Cair-
Cair Dalam Kolom Isian. Teknik. 9(2):112-116
Rahma, A. (2012). Pemanfaatan Ekstrak Buah Senduduk (Melastoma
Malabathricum L) Sebagai Alternatif Indikator Alami Titrasi Asam
Basa Dan Implementasinya. Jurnal Pendidikan Kimia, Iv (3), 57-64.
Saputra, A., Arfi, F., Yulian, M. (2020). Literature Review: Analisis
Fitokimia Dan Manfaat Ekstrak Daun Kelor (Moringa Oleifera).
Amina.2(3):114-119
Simanjutak, R. (2018). Penetapan Kadar Asam Lemak Bebas Pada Sabun
Mandi Cair Merek “Lx” Dengan Metode Titrasi Asidimetri. Jurnal
Ilmiah Kohesi. Ii (4), 59-70.
Tri. H, I.M. Sukarna, Dan Anisa. D.Y. (2018). Pemisahan Itrium Dengan
Cara Ekstraksi Menggunakan Solven Topo. Eksplorium. Volume 39
No. 2: 105–112.
Triyas. (2012). Koefisien Distribusi. Buku Teks Analisis Anorganik
Kualitatif Makro Dan Semimikro Edisi Kelima. Pt Kalman Media
Pusaka. Jakarta.

PRODI S1 KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS TADULAKO
ANALISIS DATA
 Pengenceran NaOH setelah titrasi
1. Untuk volume titrasi 7,8 mL (a)
M 1 × V 1=M 2 × V 2
M 1 × 25 mL=0 ,1 N ×7 , 8 mL
M 1 × 25 mL=0 ,78 N /mL
0 ,78 N /mL
M 1= M 1=0,0312 N
25 mL

2. Untuk volume titrasi 24,2 mL (b)


M 1 × V 1=M 2 × V 2
M 1 × 5 mL=0 ,1 N ×24 ,2 mL
M 1 × 5 mL=2, 42 N /mL
2 , 42 N /mL
M 1= M 1=0,3025 N
5 mL

 Penentuan Koefisien distribusi (kd)


Kd=¿ ¿
0,3025 N −0,0312 N
Kd=
0,0312 N
0,2713 N
Kd=
0,0312 N
Kd=8,6955

PRODI S1 KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS TADULAKO

Anda mungkin juga menyukai