PEMBUATAN LARUTAN
Dibimbing Oleh :
Dr. Drs. Aman Santoso, M.Si
OLEH :
KELOMPOK 7
WAHYU ANDRIYANTO (180341617533)
WIDAD LAZUARDI (180341617519)
WILDAN SHOLIHAN AMIEN (180341617503)
JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI MALANG
SEPTEMBER 2018
A. TUJUAN PERCOBAAN
a) Mengaplikasikan cara perhitungan jumlah bahan padat atau larutan pekat
yang digunakan untuk membuat suatu larutan dengan molaritas tertentu.
b) Memilih alat-alat yang dibutuhkan dalam membuat larutan dari bahan
padat atau larutan pekat.
c) Membuat larutan dari bahan padat dan larutan pekat dengan molaritas
tertentu.
B. DASAR TEORI
Larutan adalah campuran homogen dua zat atau lebih yang saling melarutkan
dan masing-masing zat penyusunnya tidak dapat dibedakan lagi secara fisik.
Larutan terdiri dari zat pelarut dan terlarut (Sumardjo, 2008).
Komposisi dan sifat fase suatu larutan berbeda dengan air murni. Larutan
merupakan campuran yang terdiri dari dua bahan. Larutan terbagi menjadi larutan
homogen dan larutan heterogen. Larutan homogen mempunyai sifat-sifat yang
sama diseluruh cairan, sedangkan larutan heterogen merupakan campuran dua
fase dan memiliki sifat-sifat yang tidak seragam (Achmadi, 2004).
Sifat larutan :
1. Memiliki komposisi dan ukuran yang sama
2. Tidak memiliki bidang batas antara zat pelarut dengan zat terlarut (tidak
bedakan secara langsung antara)
3. Partikel ukurannya berukuran sama (baik ion, atom, maupun molekul) dari
dua zat atau lebih
4. Dalam larutan fase cair, pelarutnya adalah cairan dan zat yang terlarut bisa
berwujud padat, cair, atau gas
5. Khusus untuk larutan cair, maka pelarutnya adalah volume terbesar
(Underwood, 2006).
Suatu larutan pekat adalah solute (zat yang terlarut) yang konsentrasinya
relatif tinggi, dan larutan encer adalah yang konsentrasinya kecil. Faktor-faktor
yang mempengaruhi kelarutan yaitu temperatur, sifat pelarut, efek ion sejenis,
efek ion berlainan, pH, hidrolisis, pengaruh kompleks dan lain-lain.
Untuk menyatakan komposisi larutan secara kuantitatif digunakan
konsentrasi. Konsentrasi merupakan cara untuk menyatakan hubungan kuantitatif
antara zat terlarut dan pelarut. Umunya dinyatakan dalam perbandingan jumlah
zat terlarut dengan jumlah total zat dalam larutan (Underwood, 2006).
Teknik dasar pembuatan larutan merupakan salah satu keahlian yang harus
dimiliki seseorang yang bekerja di Laboratorium Kimia. Pembuatan larutan untuk
keperluan khusu di Laboratorium Kimia dapat dilakukan dari: (1) zat padatnya
jika senyawa berwujud padat seperti NaOH, (2) larutan pekat jika senyawanya
berwujud cair seperti HCl, dan (3) pengenceran dari larutan yang sudah diketahui
konsentrasinya. Satuan konsentrasi yang paling sering digunakan adalah molaritas
yang dinyatakan dengan simbol M. Molaritas adalah jumlah mol zat terlarut
dalam tiap 1 L (1000 mL) larutan. Banyaknya zat terlarut (a) yang digunakan
untuk membuat larutan yang zat terlarutnya berupa padatan dengan pelarut air
dalam satuan molaritas dapat dihitung dengan persamaan:
M x Mr x V
a=
1000
dengan a = massa (gram) zat terlarut, M = molaritas, Mr = massa molekul
relatif zat terlarut dan V = volume larutan (mL).
Pembuatan larutan dari larutan pekatnya yang belum diketahui molaritasnya,
maka harus dihitung terlebih dahulu molaritas larutan pekat tersebut yang dapat
dihitung melalui persamaan:
10 x d x ρ
M=
Mr
dengan M = molaritas, d = kadar (% (b/v) larutan, ρ = massa jenis larutan
(Kg/L), dan Mr = massa molekul relatif zat terlarut.
Apabila pembuatan larutan berasal dari larutan yang lebih pekat dan diketahui
kosentrasinya, maka dapat dilakukan pengenceran dengan mengikuti persamaan :
M1 V1 = M2 V2
Dengan :
M1 = molaritas sebelum pengenceran (larutan yang diketahui konsentrasinya),
V1 = volume larutan yang diencerkan (larutan yang diketahui konsentrasinya),
M2 = molaritas setelah pengenceran (larutan yang dibuat),
V2 = volume larutan yang akan dibuat.
C. ALAT DAN BAHAN
Alat yang digunakan :
1) Beaker glass 100 ml
2) Labu takar 100 ml
3) Gelas arloji
4) Batang pengaduk
5) Pipet ukur 10 ml
6) Pipet tetes
7) Spatula
8) Bola hisap (filler)
D. PROSEDUR PERCOBAAN
Pembuatan Larutan Induk NaOH
a) Sebanyak 4,00 gram NaOH ditimbang menggunakan gelas arloji pada
neraca analitik
b) Dilarutkan NaOH dengan ±40 ml dalam gelas piala hingga larut
c) Larutan NaOH dimasukkan dalam labu takar 100 ml
d) Sisa NaOH dibilas dalam gelas piala dan dimasukkan ke dalam labu takar
e) Ditambahkan akuades hingga tanda batas, dan labu takar ditutup, dan
dikocok beberapa kali hingga larutan homogen
f) Konsentrasi larutan induk NaOH dihitung
10 x d x ρ
putih dan pekat, hal ini sesuai dengan persamaan M = , molaritas
Mr
berbanding lurus dengan kadar suatu larutan.
Pengenceran larutan induk NaOH 10x 1 M dibuat dengan cara mengambil
10 ml larutan induk NaOH menggunakan pipet ukur. Penggunaan pipet ukur
ini lebih akurat dalam mengambil suatu larutan/pelarut dibandingkan dengan
pipet tetes. kemudian dimasukkan ke dalam labu takar 100 ml sampai batas
dan kocok sampai larutan homogen. Dari hasil diperoleh larutan NaOH(aq) 0,1
M dengan warna putih transparan dan tidak terlalu pekat. Hal ini terjadi
akibat konsentrasi larutan yang lebih kecil dari larutan induk per 100 ml
larutan. Begitu juga pada pengenceran larutan induk NaOH 25x, dengan
konsentrasi 0,04 M, wujud hampir tidak pekat dan warna yang bening.
Pada pembuatan larutan HCl 0,01M diambil HCl(aq) (36%) sebanyak 0,9 ml
dengan perhitungan yang diperoleh pada analisis data. Pengambilan HCl(aq)
(36%) harus menggunakan pipet ukur karena ketelitian yang tinggi dan harus
di lamela air flow dengan tujuan agar gas yang dikeluarkan ketika
pengambilan tidak meracuni seorang praktikum, mengingat HCl adalah zat
yang berbahaya. Hasil yang diperoleh ialah HCl 100 ml, konsentrasi 0,01 M
dengan wujud encer dan warna bening, dan pada awal reaksi mengeluarkan
panas di permukaan labu takar.
F. KESIMPULAN
Pembuatan larutan sangat ditentukan oleh keterampilan praktikan dan
pengetahuan mengenai molaritas dengan alat-alat yang sesuai dengan
jenis zat yang akan dilarutkan.
Wujud fisis larutan sangat ditentukan oleh jumlah konsentrasi larutan
tersebut.
G. DAFTAR PUSTAKA
Achmadi, Suminar. 2004. Kimia Dasar. Jakarta: Erlangga.
Baroroh, Umi L. U. 2004. Diktat Kimia Dasar I. Banjarbaru: Universitas
Lambung Mangkurat.
Maryami, T., dkk. 2013. Petunjuk Praktikum Kimia Dasar II. Malang:
Jurusan Kimia FMIPA UM.
Sumardjo, Damin. 2009. Pengantar Kimia: Buku Panduan Kuliah
Mahasiswa Kedokteran dan Program Strata I Fakultas Bioeksakta. Jakarta:
EGC.
Underwood, A.L. 2006. Quantitative Analysis Sixth Edition. London:
Prentice-Hall, Inc.