Anda di halaman 1dari 9

LAPORAN PRAKTIKUM

PEMISAHAN KIMIA

PERCOBAAN VI
RESIN PENUKAR ION

Disusun Oleh :

Nama : Mohammad Lutfi


NIM : G30121008
Kelompok : I (Satu)
Asisten :

LABORATORIUM KIMIA ANALITIK


PROGRAM STUDI S1 KIMIA JURUSAN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS TADULAKO
NOVEMBER, 2023
I. JUDUL :
Resin Penukar Ion

II. TUJUAN :
Untuk mengetahui kapasitas resin penukar ion-ion dan mampu melakukan
pemisahan ion dalam campuran larutan menggunakan resin penukar ion

III. PENDAHULUAN
Air merupakan kebutuhan pokok bagi kehidupan manusia yang semakin
hari semakin meningkat kebutuhannya. Hal ini menjadi masalah bagi
masyarakat yang sulit mendapatkan air bersih, higenis dan tawar.
Umumnya bagi mereka yang menggunakan air tanah untuk kebutuhan air
sehari-harinya. Air payau memiliki tingkat salinitas tinggi, yang berarti
mengandung kadar chlorida yang tinggi pula. Air payau mengandung
kadar chlorida sebesar 500-5000 mg/lt dan memberikan rasa asin pada air.
Baku mutu untuk air bersih, kadar klorida maksimum yang di perbolehkan
adalah 600 mg/lt. Proses desalinasi yang selama ini sudah dilakukan
adalah dengan cara penguapan (evaporasi) dan proses Reverse Osmosis
namun kedua cara tersebut memerlukan biaya dalam cukup mahal dan
perawatannya pun cukup rumit (Apriani dan wesen, 2010).

Salah satu alternatif proses yanng bisa digunakan adalah resin penkar ion.
Resin penukar ion (ion exchange resin) adalah resin/polimer yangbersifat
tidak larut, berbentuk butiran kecil (jari-jari 0.25-1.43mm), berpori baik di
permukaan maupun di dalam, sehingga luas permukaan sangat besar untuk
terjadinya proses pertukaran ion. Matriks resin ada yang gel (transparan)
dan ada yang macroporous (opaque). Setiap resin penukar ion di
strukturnya terdapat ion tetap (fixed ion) dan ion lawannya (counter ion)
supaya tetap netral. Counter ion bersifat mobile sehingga dapat keluar
masuk dalam butiran resin. counter ion inilah yang akan bertukar dengan
ion-ion dalam TDS air, tentu saja harus dengan ion bermuatan sama,
PRODI S1 KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS TADULAKO
kation dengan kation dan anion dengan anion, supaya muatan dalam resin
tetap netral. Jadi resin penukar ion sudah pasti resin penukar kation atau
resin penukar anion, tidak bisa penukar anion dan kation sekaligus dalam
satu resin (Shahab dan setiorini, 2023).

Berdasarkan uaraian diatas hal yang melatarbelakangi percobaan ini, yaitu


Untuk mengetahui kapasitas resin penukar ion-ion dan mampu melakukan
pemisahan ion dalam campuran larutan menggunakan resin penukar ion.

PRODI S1 KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS TADULAKO
IV. HASIL PENGAMATAN

I. Pemisahan Mg (II) dan Zn (II)

No. Perlakuan Hasil


1. Kolom resin + 5 mL larutan (ion Zn Dihasilkan eluen
dan Mg) + 5 mL HCl 2 M + 50 mL ion Mg
HCl 2 M
2. Eluen + diencerkan dilabu ukur 250 Larutan berwarna biru
mL, kemudian dipipet 10 mL larutan kehitaman
tersebut + 10 mL NaOH 1 M + 3 mL
buffer ammoniak + indikator EBT + Volume titrasi = 20 mL
aquadest 100 mL + ditirasi dengan
EDTA

II. Pelepasan ion Zn dan penentuan kadar Zn (II)

No. Perlakuan Hasil


1. Masukkan 30 mL aquadest didalam Dihasilkan eluen
kolom resin + 40 mL asam nitrat 0.25 ion Zn
M
2. Eluen + diencerkan dilabu ukur 250 Larutan menjadi lebih
mL, kemudian dipipet 10 mL larutan keruh
tersebut + 10 mL NaOH 1 M + 3 mL
buffer ammoniak + indikator EBT + Volume titrasi = 10 mL
aquadest 100 mL + ditirasi dengan
EDTA

PRODI S1 KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS TADULAKO
V. PEMBAHASAN

Metode pertukaran ion merupakan suatu metode yang digunakan untuk


memisahkan ion-ion yang tidak dikehendaki berada dalam larutan, untuk
dipindahkan ke dalam media padat yang disebut dengan media penukar ion
dimana media penukar ion ini melepaskan ion ke dalam larutan (Apriani &
Wesen, 2022). Adapun tujuan dari percobaan ini yaitu untuk mengetahui
kapasitas resin penukar ion-ion dan mampu melakukan pemisahan ion dalam
campuran larutan menggunakan resin penukar ion.

Pada pelakuan peratama yaitu pemisahan Mg (II) dan Zn (II) diawali dengan
mempersiapakan alat kolom resin dan dimasukkan kapas serta resin penukar
anion secukupnya. Menurut Utomo dkk (2012) Kolom resin berfungsi untuk
menempatkan resin penukar ion, kapas berfungsi untuk mengganjal resin
agar tidak ikut jatuh kedalam gelas kimia. Sedangkan resin merupakan
senyawa hidrokarbon terpolimerisasi sampai tingkat yang tinggi yang
mengandung ikatan-ikatan hubung silang (cross-linking) serta gugusan yang
mengandung ion-ion yang dapat dipertukarkan (Maitsa, 2014). Selanjutnya
dipipet larutan sampel yang mengandung ion Zn dan Mg kedalam gelas kimia
ditambahkan larutan HCl 2 M kemudian dialirkan ke dalam kolom resin
anion. Menurut Maitsa (2014) HCl digunakan sebagai regenerasi resin kation.
Kemudian ditampung eluen dan diencerkan sampai tanda batas menggunakan
labu ukur. Menurut Munawang (2019) labu ukur adalah alat laboratorium
yang digunakan untuk mengencerkan larutan sampai volume tertentu. Setelah
itu dipipet larutan tersebut dan ditambahkan NaOH 1 M. Menurut Maitsa
(2014) NaOH digunakan untuk regenerasi resin anion. Selanjutnya larutan
dicek (apakah larutan bersifat basa) menggunakan lakmus merah dan
hasilnya kertas lakmus berubah menjadi biru. Hal ini sesuai dengan literatur
menurut Jannah (2022) bahwa kertas lakmus merah digunakan untuk
mendeteksi pH basa yang ditandai dengan perubahan warna kertas lakmus

PRODI S1 KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS TADULAKO
menjadi biru. Kemudian larutan ditambahkan buffer amoniak dan sedikit
indicator EBT. Menurut Jannah (2022) larutan buffer amoniak berfungsi
untuk mempertahankan pH larutan agar tetap bersifat basa. Dan indikator
EBT berfungsi untuk menentukan titik akhir titrasi. Diperoleh larutan
berwarna ungu. Kemudian larutan kembali diencerkan dan diperoleh larutan
berwarna Ungu bening. Selanjutnya larutan dititrasi menggunakan EDTA
yang sudah dibakukan dan diperoleh volume EDTA yang digunakan
sebanyak 20 mL dengan warna larutan menjadi biru kehitaman. Hasil Yang
diperoleh sudah sesuai dengan literatur menurut Utomo dkk (2014) bahwa
Jika sebelum titrasi ditambahkan indikator EBT maka indikator akan
membentuk kompleks dengan Mg2+ (berwarna merah anggur) kemudian Mg2+
pada komplek akan bereaksi dengan EDTA yang ditambahkan. Jika semua
Mg2+ sudah bereaksi dengan EDTA maka warna merah akan hilang
selanjutnya kelebihan sedikit EDTA akan menyebabkan terjadinya titik akhir
titrasi yaitu terbentuknya warna biru pada larutan.

Selanjutnya pada perlakuan Pelepasan Ion Zn dan penentuan kadar Zn (II).


Untuk melepaskan ion seng dimasukkan aquades kedalam kolom resin.
Menurut Maitsa (2014) aquadest berfungsi untuk mengelusi resin. Kemudian
ditambahkan larutan asam nitrat 0,25 M untuk membantu melepaskan ion
seng. Selanjutnya eluen ditampung dan diencerkan menggunakan labu ukur
sampai tanda batas. Selanjutnya larutan ditambahkan NaOH 1 M. Menurut
Maitsa (2014) NaOH digunakan untuk regenerasi resin anion. Selanjutnya
larutan dicek (apakah larutan bersifat basa) menggunakan lakmus merah dan
hasilnya kertas lakmus berubah menjadi biru. Hal ini sesuai dengan literatur
menurut Jannah (2022) bahwa kertas lakmus merah digunakan untuk
mendeteksi pH basa yang ditandai dengan perubahan warna kertas lakmus
menjadi biru. Kemudian larutan ditambahkan buffer amoniak dan sedikit
indicator EBT. Menurut Jannah (2022) larutan buffer amoniak berfungsi
untuk mempertahankan pH larutan agar tetap bersifat basa. Dan indikator

PRODI S1 KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS TADULAKO
EBT berfungsi untuk menentukan titik akhir titrasi. Diperoleh larutan
berwarna ungu. Kemudian larutan kembali diencerkan dan diperoleh larutan
berwarna Ungu bening. Selanjutnya larutan dititrasi menggunakan EDTA
yang sudah dibakukan dan diperoleh volume EDTA yang digunakan
sebanyak 10 mL, dan larutan menjadi lebih keruh. Hasil yang diperoleh tidak
sesuai dengan hasil yang didapatkan Rahman dan Akhsan (2016) yang
menyatakan bahwa EBT yang ditambahkan kedalam larutan Zn yang telah
ditambahkan buffer menghasilkan Zn EBT yang berwarna merah anggur.
Raeaksi dengan EDTA yang dititrasi menghasilkan perubahan warna dari
merah anggur ke biru. Faktor pembeda hasil keduanya dikarenakan terdapat
perbedaan larutan yang digunakan percobaan yang mereka lakukan
menggunakan Ion sulfat sedangkan pada percobaan ini menggunakan asam
nitrat.

PRODI S1 KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS TADULAKO
VI. KESIMPULAN
Adapun kesimpulan dari percobaan ini, yaitu Resin penukar ion dapat
didefinisikan sebagai senyawa hidrokarbon terpolierisasi yang mengandung
ikatan silang (crosslinking) serta gugus-gugus fungsional yang mempunyai
ion-ion yang dapat dipertukarkan. Kapasitas Penukaran ion, Sifat ini
menggambarkan ukuran kuantitatif jumlah ion-ion yang dapat dipertukarkan
dan dinyatakan dalam mek (milliekivalen) per gram resin kering dalam
bentuk hydrogen atau kloridanya atau dinyatakan dalam milliekivalen tiap
milliliter resin (meq/ml).

VII. SARAN
Adapun saran yang dapat saya berikan, yaitu untuk alat lebih dilengkapi
lagi, agar praktikum dapat berjalan dengan lancar dan hasil yang didapatkan
lebih bagus lagi.

PRODI S1 KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS TADULAKO
VIII. DAFTAR PUSTAKA

Apriani, R, S Dan Wesen, P. Penurunan Salinitas Air Payau Dengan


Menggunakan Resin Penukar Ion. Jurnal Teknik Lingkungan. 2.(10).

Jannah, N. (2022). Asam-Basa. Laporan Praktium Kimia Dasar.


Universitas Hassanudin : Makassar.

Maitsa, L.N. (2014). Resin Penukar Ion. Laporan Praktikum Kimia Dasar.
Universitas Pasundan : Bandung.

Munawang. R. (2019). Laporan Praktikum Resin Penukar Ion. Universitas


Padjadjaran : Bandung.

Rahman, F.A Dan Akhsan,L.F. (2016). Laporan Praktikum Kimia Analitik


Kompleksometri. Universitas Jendral Soedirman : Purwokerto

Shahab, A Dan Setiorini, I, A. 2023. Efektifitas Volume Resin Ion


Exchanger Terhadap Kapasitas Pertukaran Ion Dan Waktu Jenuh
Pada Unit Demin Plant Di Pt Pln (Persero) Updk Keramasan. Journal
Of Innovation Research And Knowledge. 2(9)

Utomo,S.B. Lestari, D. E. Pujiarta.S. Dan Royadi. (2012). Analisis Dan


Pengendalian Konduktivitas Air Pada Kolom Resin Campuran Sistem
Air Bebas Mineral (Gca 01). Buletin Pengelolaan Reaktor Nuklir. Vol
9 (2) Hal.27-34.

PRODI S1 KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS TADULAKO

Anda mungkin juga menyukai