Anda di halaman 1dari 15

MANAJEMEN PENGADAAN DAN AKUNTANSI FARMASI

POLTEKKES KEMENKES MAKASSAR

MAKALAH GUDANG FARMASI

Disusun Oleh :
KELOMPOK 2
HASNI (PO713251191010)
HILDAYANTI SIJAYA ( PO713251191011)
HUSNAH SUL ( PO713251191012)
HUSNUL KHAIRIYAH ( PO713251191013)
INDAH MAYA SARI ( PO713251191014)
IRA ARMAWANTI ( PO713251191015)
KRISTINA RINI LUMME (PO713251191016)

Kelas : A/II

JURUSAN FARMASI

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MAKASSAR

TAHUN AJARAN 2021/2022


KATA PENGANTAR

Alhamdulillah penyusun haturkan kehadirat Allah SWT, atas rahmat dan karunia-Nya
jualah penyusun dapat menyelesaikan tugas pembuatan makalah yang berjudul “Gudang
Farmasi” guna memenuhi tugas mata kuliah Manajemen pengadaan dan ankuntansi Farmasi.

Penyusun sangat menyadari, bahawa dalam makalah ini masih banyak kekurangan
maupun kesalahan, untuk itu kepada para pembaca yang budiman harap memaklumi adanya
mengingat keberadaan penyusunlah yang masih banyak kekurangannya. Dalam kesempatan
ini pula penyusun mengharapakan kesediaan pembaca untuk memberikan saran yang bersifat
perbaikan, yang dapat menyempurakan isi makalah ini dan dapat bermanfaat dimasa yang
akan datang.

Ucapan terimakasih sangat perlu penyusun haturkan kepada dosen mata kuliah
Framakologi, sekaligus sebagai pembimbing dalam pembuatan makalah ini, semoga atas atas
kebesaran hati dan kebaikan beliau mendapat rahmat dari Allah SWT. Amin

Akhir kata semoga makalah ini dapat membawa wawasan, khususnya bagi penyusun
dan umumnya bagi para pembaca yang budiman.

Makassar, Maret 2021

Penyusun
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Pekerjaan kefarmasian yang berhubungan dengan proses penyaluran atau
pendistribusian sediaan farmasi pada fasilitas distribusi atau penyaluran sediaan
farmasi wajib dicatat oleh tenaga kefarmasian sesuai dengan tugas dan fungsinya.
Tenaga Kefarmasian dalam melakukan pekerjaan Kefarmasian dalam fasilitas
distribusi dan penyaluran sediaan farmasi harus mengikuti perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi di bidang distribusi atau penyaluran (PP Nomor 51, 2009).
Sistem Informasi merupakan sistem di dalam suatu organisasi yang mempertemukan
kebutuhan pengolahan transaksi harian, mendukung operasi, bersifat manajerial dan
kegiatan srategis dari suatu organisasi serta menyediakan pihak luar tertentu dengan
laporan-laporan yang diperlukan (Robert A. Leitch, 1983). Sistem Informasi adalah
suatu sistem di dalam suatu organisasi yang merupakan kombinasi dari orang-orang,
teknologi, media, fasilitas, prosedurprosedur dan pengendalian. (Jogiyanto, 1985).
UPT Gudang Farmasi Dinas Kesehatan Bengkulu Selatan Kabupaten Bengkulu
Selatan merupakan satu-satunya Gudang Farmasi milik Pemerintah Kabupaten
Bengkulu Selatan. Gudang Farmasi memiliki tanah bangunan kantor seluas 1820 M2,
tahun pengadaan 1979 yang beralamatkan di Jl. Kolonel Berlian Kelurahan Kota
Medan Kecamatan Kota Manna Kabupaten Bengkulu Selatan. Gudang Farmasi
Bengkulu Selatan keberadaannya penting mengingat Gudang Farmasi memudahkan
puskesmas se-Kabupaten Bengkulu Selatan untuk mendapatkan obat-obatan guna
pelayanan kesehatan, pencegahan dan pemberantasan penyakit di Kabupaten
Bengkulu Selatan.
Dari permasalahan yang ada, peneliti tertarik untuk membuat sistem informasi
berbasis web dengan metode MVC (Model-View-Controller). MVC merupakan suatu
cara kerja guna menghasilkan aplikasi yang membedakan data model dari tampilan
dan bagaimana cara prosesnya. Kebanyakan aplikasi website dan framework untuk
penerapannya menggunakan basis arsitektur MVC. Komponen terpenting agar MVC
dalam memisahkan perkembangan yaitu salah satunya aplikasi web pada bagian yang
menjadi kontrol, antarmuka pengguna dan manipulasi data.3 Active Server Pages
NET atau disebut dengan ASP.NET adalah bahasa pemograman yang dikembangkan
oleh Microsoft. ASP.NET merupakan bagian integral dari Microsoft .NET framework
yang digunakan untuk membuat halaman web yang. Sebagai anggota dari .NET,
ASP.NET adalah tool yang sangat berguna bagi programmer yang memudahkan
programmer untuk membuat website yang dinamis yang disertai dengan bahasa VB
dan C#. ASP.NET MVC adalah sebuah web application development framework atau
kerangka kerja aplikasi web yang dibangun dengan lisensi Microsoft dan .NET
Framework. MVC sendiri juga merupakan salah satu model pemrograman web
ASP.NET selain ASP.NET Web Form.
B. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang diatas dapat diidentifikasikan rumusan permasalahan
yaitu: Bagaimana merancang dan membuat suatu sistem informasi berbasis MVC
dalam pengelolaan pencatatan stok obat yang ada di Gudang Farmasi secara cepat dan
terbaharui setiap harinya, dan proses penyimpanan data serta pencetakan laporan lebih
efektif dan efisien.
C. TUJUAN PENELITIAN
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk membuat perancangan sistem
informasi berbasis web yang berguna untuk mempermudah proses transaksi serta
meminimalisir kesalahan dalam pembuatan laporan transaksi yang ada di Gudang
Farmasi
BAB II
PEMBAHASAN
A. Tata Cara Pengelolaan Obat/Perbekalan Farmasi di Gudang Farmasi.
a. Perencanaan

Perencanaan perbekalan farmasi adalah salah satu fungsi yang menetukan


dalam proses pengadaan perbekalan farmasi di rumah sakit. Tujuan
perencanaan perbekalan farmasi adalah untuk menetapkan jenis dan jumlah
perbekalan farmasi seseuai dengan pola penyakit dan kebutuhan pelayanan di
rumah sakit. Tahapan perencanaan kebutuhan perbekalan farmasi meliputi :
b.  Pemilihan.  
Fungsi pemilihan adalah untuk menentukan apakah perbekalan farmasi
benar-benar diperlukan sesuai dengan jumlah pasien/kunjungan dan pola
penyakit di rumah sakit. Kriteria pemilihan kebutuhan obat yang baik yaitu
meliputi : Jenis obat yang dipilih seminimal mungkin dengan cara
menghindari kesamaan jenis, memilih obat berdasarkan pilihan (drug of
choice) dari penyakit yang prevalensinya tinggi.
Pemilihan obat di rumah sakit merujuk pada Daftar Obat Esensial
Nasional (DOEN) sesuai dengan kelas rumah sakit masing-masing,
Formularium RS, Formularium Jaminan kesehatan bagi masyarakat miskin,
Daftar Plafon Harga Obat (DPHO) Askes dan Jaminan Sosial Tenaga Kerja
(Jamsostek). Sedangkan pemilihan alat kesehatan di rumah sakit dapat
berdasarkan dari data pemakaian oleh pemakai, daftar harga alat, daftar alat
kesehatan yang dikeluarkan oleh Ditjen Binfar dan Alkes, serta spesifikasi
yang ditetapkan oleh rumah sakit.
c. Metode Perencanaan
Metode perencanaan kebutuhan perbekalan farmasi yaitu :
Metode konsumsi. Perhitungan kebutuhan dengan metode konsumsi
didasarkan pada data real konsumsi perbekalan farmasi periode yang lalu,
dengan berbagai penyesuaian dan koreksi. Beberapa hal yang harus
diperhatikan dalam rangka menghitung jumlah perbekalan farmasi yang
dibutuhkan adalah : Pengumpulan dan pengolahan data, analisa data untuk
informasi dan evaluasi, perhitungan perkiraan kebutuhan perbekalan farmasi,
dan penyesuaian jumlah kebutuhan perbekalan farmasi dengan alokasi dana.
d. Metode morbiditas/epidemiologi .
Metode morbiditas/epidemiologi adalah perhitungan kebutuhan perbekalan
farmasi berdasarkna pola penyakit, perkiraan kenaikan kunjungan dan waktu
tunggu. Langkah-langkah dalam metode ini adalah:  Menetukan jumlah pasien
yang akan dilayani, meentukan jumlah kunjungan kasus bedasarkan prevalensi
penyakit, menyediakan formularium / standar / pedoman perbekalan farmasi,
menghitung perkiraan kebutuhan perbekalan farmasi.Penyesuaian dengan
alokasi dana yang tersedia.
e. Metode kombinasi.
Metode kombinasi adalah metode yang mengkombinasikan antara metode
konsumsi dan metode morbiditas/epidemiologi yang disesuaikan dengan
anggaran yang tersedia. Acuan yang digunakan yaitu : DOEN, Formularium
RS, Standar Terapi RS (Standard Treatment Guidelines/STG) dan kebijakan
setempat yang berlaku, data catatan medik/rekam medik, anggaran yang
tersedi, penetapan prioritas, pola penyakit, sisa persediaan , sata penggunaan
periode yang lalu, rencana pengembangan.
f. Evaluasi perencanaan.
Setelah dilakukan perhitungan kebutuhan perbekalan farmasi untuk tahun
yang akan datang, biasanya akan diperoleh jumlah kebutuhan dan idealnya
diikuti denan evaluasi. Cara evaluasi yang dapat dilakukan adalah :
Analisa nilai ABC, untuk evaluasi aspek ekonomi. Dengan analisa ABC,
jenis-jenis perbekalan farmasi dapat diidentifikasi untuk kemudian dilakukan
evaluasi lebih lanjut. Evalusia ini misalnya dengan mengoreksi kembali
apakah penggunaannya memang banyak atau apakah data alternatif sediaan
lain yang lebih efesiensi biaya (misalnya merek dagang lain, bentuk sediaan
lain, dsb). ABC bukan singkatan melainkan suatu penamaan yang
menunjukkan peringkat/rangking dimana urutan dimulai dengan yang
terbaik/terbanyak.
g. Pertimbangan/kriteria VEN, untuk evaluasi aspek medik/terapi. 
Berbeda dengan istilah ABC yang menunjukkan urutan, VEN adalah
singkatan dari  V = vital, E = Esensial, dan N = non esensial. Jadi melakukan
analisa VEN artinya menentukan priorotas kebutuhan auatu perbekalan
farmasi. Dengan kata lain, menentukan apakah suatu jenis perbekalan farmasi
termasuk vita (harus tersedia), esensial (perlu tersedia), atau non esensial
(tidak prioritas untuk disediakan).
h. Kombinasi ABC dan VEN. 
Jenis perbekalan farmasi yang termasuk kategori A dari analisis ABC
adalah benar-benar jenis perbekalan farmasi yang diperlukan untuk
penanggulangan penyakit terbnayak. Dengan kata lain, statusnya harus E dan
sebagian V dari VEN. Sebaliknya, jenis perbekalan farmasi dengan status N
seharusnya masuk kategori C.
i. Revisi daftar perbekalan farmasi . 
Bila langkah-langkah dalam analisa ABC maupun VEN terlalu sulit
dilakukan atau diperlukan tindakan cepat untuk mengevaluasi daftar
perencanaan, sebagai langkah awal dapat dilakukan suatu evaluasi cepat (rapid
evaluation), misalnya dengan melakukan revisi daftar perencanan perbekalan
farmasi. Namun sebelumnya, perlu dikembangkan dahulu kriterianya,
perbekalan farmasi atau nama dagang apa yang dapat dikeluarkan dari daftar.
Manfaatnya tidak banyak dari aspek ekonomik dan medik, tetapi juga dapat
berdampak positif pada beban penanganan stok.
   Pengadaan
Pengadaan merupakan kegiatan untuk merealisasikan kebutuhan yang telah
direncanakan dan disetujui, malalui :
a. Pembelian
b. Produksi/pembuatan sediaan farmasi
c. Sumbangan/hibah
Pembelian dengan penawaran yang kempetitif (tender) merupakan suatu metode
penting untuk mencapai keseimbangan yang tepat antara mutu dan harga, apabila ada
dua atau lebih pemasok, apoteker harus mendasarkan pada kriteria berikut : mutu
produk, reputasi produsen, harga, berbagai syarat, ketepatan waktu pengiriman, mutu
pelayanan pemasok, dapat dipercaya, kebijakan tentang barang yang dikembalikan
dan pengemasan. Tujuan pengadaan adalah mendapatkan perbekalan farmasi dengan
harga yang layak, dengan mutu yang baik, pengiriman barang terjamin dan tepat
waktu, proses berjalan lancar dan tidak memerlukan tenaga serta waktu berlebih.
Pengadaan perbekalan farmsi dilakukan oleh bagian pengadaan/panitian
pengadaan/unit pengadaan. Pada proses pengadaan ada tiga elemen penting yang
harus diperhatikan, yaitu :
a.       Pengadaan yang dipilih, bila tidak teliti dapat menjadikan (biaya tinggi)
b.      Penyusunan dan persyaratan kontrak kerja (harga kontrak = visible cost +
hidden cost), sangat penting untuk menjaga agar pelaksanaan pengadaan terjamin
mutu (misalnya persyaratan masa kadaluarsa, sertifikat analisa/standar mutu, harus
mempunyai Material Safety Data Sheet (MSDS), untuk bahan berbahaya, khusus
untuk alat kesehatan harus mempunyai certificate of origin, waktu dan kelancaran
bagi semua pihak, dan lain-lain)
c.       Order pemesanan agar barang dapat sesuai, waktu dan tempat.

Penerimaan
Penerimaan adalah kegiatan untuk menerima perbekalan farmasi yang telah
diadakan sesuai dengan aturan kefarmasian, melalui pembelian langsung, tender,
atau sumbangan. Penerimaan perbekalan farmasi harus dilakukan oleh petugas yang
bertanggung jawab. Petugas yang dilibatkan dalam penerimaan harus terlatih baik
dalam tanggung jawab dan tugas mereka, serta harus mengerti sifat penting dari
perbekalan farmasi. Dalam tim penerimaan harus ada tenaga farmasinya. Tujuan
penerimaan adalah untuk menjamin perbekalan farmasi yang diterima sesuai kontrak
baik spesifikasi mutu, jumlah maupun waktu kedatangan. Semua perbekalan farmasi
yang diterima harus diprikasa dan disesuaikan dengan spesifiksi pada order
pembelian RS.
Semua perbekalan farmasi harus ditempatkan dalam tempat persediaan,
segera setelah diterima. Perbekalan farmasi harus segera disimpan didalam lemari es
atau ditempat lain yang aman. Perbekalan farmasi yang diterima harus sesuai dengan
spesifikasi kontrak yang telah ditetapkan. Hal lain yang perlu diperhatikan dalam
penerimaan yaitu :
a.       Harus mempunyai Material Safety Data Sheet (MSDS), untuk bahan berbahaya.
b.      Khusus untuk alat kesehatan harus mempunyai certificate of origin.
c.       Sertifikat analisa produk.

4.      Penyimpanan
Penyimpanan adalah suatu kegiatan menyimpan dan memelihara dengan cara
menempatkan erbekalan farmasi yang diterima pada tempat yang dinilai aman dari
pencurian serta gangguan fisik yang dapat merusak mutu obat. Tujuan penyimpanan
adalah memelihara mutu sediaan farmasi, menghindari penggunaan yang tidak
bertangung jawab, menjaga ketersediaan, serta memudahkan pencarian dan
pengawasan. Metode penyimpanan dapat dilakukan berdasarkan kelas terapi,
menurut bentuk sediaan dan alfabetis, dengan menerapkan prinsip FEFO, FIFO dan
LASA, disertai sistem informasi yang selalu menjamin ketersediaan perbekalan
farmasi sesuai kebutuhan. Penyimpanan sebaiknya dilakukan dengan memperpendek
jarak gudang dan pemakai, dengan cara ini secara tidak langsung terjadi efisiensi.
Untuk mendapatkan kemudahan dalam penyimpanan, penyusunan, pencarian dan
pengawasan perbekalan farmasi, diperlukan pengaturan tata ruang gudang dengan
baik. Faktor yang perlu dipertimbangkan dalam merangcang bangunan gudang
adalah :
a.       Kemudahan bergerak,
b.      Sirkulasi udara yang baik.
c.       Rak dan pallet.
d.      Kondisi penyimpanan khusus seperti obat keras misalnya narkotik.
e.       Pencegahan kebakaran
Untuk penyusunan stok perbekalan farmasi disusun menurut bentuk sediaan
dan alfabetis. Untuk memudahkan pengendalian stok maka dilakukan langkah-
langkah sebagai berikut :
a.       Menggunakan prinsip FEFO (First Expired First Out), FIFO (First In First Out) dan
LASA (Look Alike Sound Alike) dalam penyusunan perbekalan farmasi. FEFO
yaitu perbekalan farmasi yang masa kadaluarsanya lebih awal harus digunakan lebih
dulu, FIFO yaitu perbekalan farmasi yang diterima lebih awal harus digunakan lebih
dulu, karena umumnya perbekalan farmasi yang diproduksi lebih awal relatif lebih
tua atau masa kadaluarsanya lebih awal, sedangkan LASA yaitu obat-obat dengan
nama generik maupun nama dagang, yang rupa, nama dan bunyi hampir sama
dengan obat lain.
b.      Menggunakan lemari khusus untuk penyimpan narkotik.
c.       Simpan perbekalan farmasi yang dapat dipengaruhi oleh temperatur, udara, cahaya
dan kontaminasi bakteri pada tempat yang sesuai.
d.      Simpan perbekalan farmasi dalam rak dan masing-masing rak diberi nomor kode,
dipisahkan perbekalan farmasi dalam dengan perbekalan farmasi untuk penggunaan
luar, dan lain-lain
 Pendistribusian
Distribusi adalah kegiatan mendistribusikan perbekalan farmasi di rumah
sakit untuk pelayanan individu dalam proses terapi bagi pasien rawat inap dan rawat
jalan serta untuk menunjang pelayanan medis. Tujuan pendistribusian adalah
tersedianya perbekalan farmasi si unit-unit pelayanan secara tepat waktu tepat jenis
dan jumlah. Metode yang digunakan dalam mendistribusikan perbekalan farmasi
yaitu :
a.       Resep perorangan.
Resep perorangan adalah resep yang ditulis dokter untuk tiap pasien. Dalam
sistem ini perbekalan farmasi disiapkan dan didistribusikan oleh Instalasi Farmasi
Rumah Sakit (IFRS) sesuai yang tertulis pada resep. Keuntungannya antara lain
yaitu : Semua resep dikaji langsung oleh apoteker, yang kemudian memberikan
keterangan atau informasi kepada pasien secara langsung, memberi kesempatan
interaksi antara apoteker dan pasien, mempermudah penagihan biaya perbekalan
farmasi baginpasien .
Sedangkan kelemahan dari sistem resep perorangan antara lain
yaitu : memerlukan waktu yang lebih lama, pasien membayar obat yang
kemungkinan tidak berguna.
b.      Sistem distribusi persediaan lengkap di ruang
Sistem distribusi persediaan lengkap di ruang adalah tatanan kegiatan
penghantaran sediaan perbekalan farmasi sesuai dengan yang ditulis dokter pada
order perbekalan farmasi, yang disiapkan dari persediaan di ruang oleh perawat
dengan mengambil dosis/unit perbekalan farmasi dari wadah persediaan yang
langsung diberikan kepada pasien di ruamg tersebut.
Keuntungan persediaan lengkap di ruang yaitu : Pelayanan lebih cepat,
menghindari pengembalian perbekalan farmasi yang tidak terpakai ke IFRS.
Sedangkan kelemahan persediaan lengkap di ruang yaitu : Kesalahan perbekalan
farmasi sangat meningkat karena order perbekalan farmasi tidak dikaji oleh
apoteker, persediaan perbekalan farmasi di unit pelayanan meningkat, dengan
fasilitas ruangan yang sangat terbatas. Pengendalian persediaan dan mutu, kurang
diperhatikan oleh apoteker, kemungkinan hilangnya perbekalan farmasi meningkat,
meningkatnya kerugian dan bahaya karena kerusakan perbekalan farmasi, dan lain
sebagainya
c.       Sistem distrisbusi dosis unit
Sistem perbekalan farmasi dosis unit adalah perbekalan farmasi yang diorder oleh
dokter untuk pasien, terdiri atas satu atau beberapa jenis perbekalan farmasi yang
masing-masing dalam kemasan dosis unit tunggal dalam jumlah persediaan yang
cukup untuk suatu waktu tertentu. Sistem distribusi dosis unit dapat dioperasikan
dengan salah satu dari tiga faktor metode di bawah ini, yang pilihannya tergantung
pada kebijakan dan kondidi suatu rumah sakit.
Sistem distribusi dosis unit sentralisasi.Sentralisasi dilakukan oleh IFRS sentral
ke semua unit rawat inap di rumah sakit secara keseluruhan. Artinya di rumah sakit
tersebut mungkin hanya satu IFRS tanpa adanya depo IFRS di beberapa unit
pelayanan.
Sistem distribusi dosis unit desentralisasi dilakukan oleh beberapa depo IFRS di
rumah sakit. Pada dasarnya sistem distribusi desentralisasi ini sama dengan sistem
distribusi obat persediaan lengkap di ruang, hanya saja sistem distribusi
desentralisasi ini dikelola seluruhnya oleh apoteker yang sama dengan pengelolaan
dan pengendalian oleh IFRS sentral.
Dalam sistem distribusi dosis unit kombinasi sentralisasi dan desentralisasi,
biasanya hanya dosis awal dan dosis keadaaan daruratdilayani depo IFRS. Dosis
selanjutnya dilayani oleh IFRS sentral. Semua pekerjaan tersentralisasi yang lain,
seperti pengemasan dan pencampuran sediaan intravena juga dimulai dari IFRS
sentral.
Beberapa keuntungan sistem distribusi dosis unit yang lebih rinci antara lain
sebagai beirikut : Pasien hanya membayar perbekalan farmasi yang dikonsumsinya
saja, semua dosis yang diperlukan pada unit perawatan telah disiapkan oleh IFRS,
mengurangi kesalahan pemberian perbekalan farmasi, meningkatkan pemberdayaan
petugas profesional dan non profesional yang lebih efisien, mengurangi resiko
kehilangan dan pemborosan perbekalan farmasi .
Sedangkan kelemahan dari distribusi dosis unit sebagai beirikut : Meningkatkan
kebutuhan tenaga farmasi, meningkatkan biaya operasional
d.      Sistem distribusi kombinasi
Sistem distribusi kombinasi adalah sistem distribusi yang menerapkan sistem
distribusi resep individual sentralisasijuga menerapkan distribusi persediaan di
ruangan yang terbatas. Perbekalna farmasi yang disediakan di ruang adalah
perbekalan farmasi yang diperlukan oleh banyak penderita, setiap hari diperlukan.
Keuntungan sistem distribusi kombinasi yaitu : Semua resep perorangan dikaji
langsung oleh apoteker, adanya kesempatan berinteraksi profesional antara apoteker
atau keluarga pasien, perbekalan farmasi yang diperlukan dapat segera tersedia bagi
pasien.
e.        Pencatatan dan Pelaporan
Pencatatan merupakan suatu kegiatan yang bertujuan untuk memonitor trasaksi
perbekalan farmasi yang keluar dan masuk di ligkungan IFRS. Adanya pencatatan
akan memudahkan petugas untuk melakukan penulusuran bila terjadi adanya mutu
obat yang sub standar dan harus ditarik dari peredaran. Pencatatan dapat dilakukan
dengan menggunakan bentuk digital maupun manual. Kartu yang umum digunakan
untuk melakukan pencatatan adalah Kartu Stok dan Kartu Stok Induk.
Pelaporan adalah kumpulan catatan dan pendataan kegiatan administrasi
perbekalan farmasi, tenaga dan perlengkapan kesehatan yang disajikan kepada pihak
yang berkepentingan.
Tujian pelaporan yaitu : Tersedianya data yang akurat sebagai bahan evaluasi,
tersedianya informasi yang akurat, tersedianya arsip yang memudahkan penelusuran
surat dan laporan, tersedianya data yang lengkap untuk membuat perencanaan

6.       Monitoring dan Evaluasi


Salah satu upaya untuk terus mempertahankan mutu pengelolaan perbekalan
farmasi di rumah sakit adalah dengan melakukan kegiatan monitoring dan evaluasi
(monev). Kegiatan ini juga bermanfaat sebagai masukan guna penyusunan
perencanaan dan pengambilan keputusan. Pelaksanaan monev dapat dilakukan
secara periodik dan berjenjang. Keberhasilan monev ditentukan oleh supervisor
maupun alat yang digunakannya. Tujuan monitoring dan evaluasi adalah
menigkatkan produktivitas para pengelola perbekalan farmasi di rumah sakit agar
dapat ditingkatkan secara optimum. (Lap PKL/Akfar PIM/ 2010)

7.  Pengadaan dan penyimpanan obat di gudang farmasi


Pengadaan dan penyimpanan obat di apotek harus memenuhi ketentuan-ketentuan
berikut :
1.      Obat-obat dan perbekalan farmasi yang diperoleh apotek harus bersumber dari
pabrik farmasi, pedagang besar farmasi (PBF), apotek lain atau alat distribusi lain
yang sah. Obat tersebut harus memenuhi ketentuan daftar obat wajib apotek
(DOWA). Surat pesanan obat dan perbekalan farmasi lainnya harus ditandatangani
oleh apoteker dengan mencantumkan nama dan No Surat Izin Kerja (SIK). Bila
berhalangan, APA dapat diwakili oleh apoteker pendamping atau apoteker
pengganti. 
2.      Obat dan bahan obat harus disimpan dalam wadah yang cocok serta memenuhi
ketentuan pembungkusan dan penandaan yang sesuai dengan Farmakope edisi
terbaru atau yang telah ditetapkan oleh Badan POM 
3.      Penerimaan, penyimpanan, serta penyaluran obat dan perbekalan kesehatan di
bidang farmasi harus diatur dengan administrasi 
Pemusnahan obat 
Pemusnahan obat dan perbekalan farmasi karena rusak, dilarang atau
kadaluarsa dilakukan dengan cara dibakar, ditanam atau dengan cara lain yang
ditetapkan oleh Badan POM. Pemusnahan tersebut harus dilaporkan oleh APA
kepada Dinkes setempat dengan mencantumkan :
1.    Nama dan alamat apotek
2.    Nama APA 
3.    Perincian obat dan perbekalan kesehatan yang dimusnahkan 
4.    Rencana tanggal dan tempat pemusnahan 
Cara pemusnahan Apotek adalah suatu tempat tertentu untuk melaksankaan
pekerjaan kefarmasian dan penyaluran obat kepada masyarakat. Tugas dan fungsi
apotek
1.        Tempat pengabdian profesi seorang apoteker yang telah mengucapkan sumpah
jabatan 
2.        Sarana farmasi untuk melaksanakan peracikan, pengubahan bentuk,
pencampuran dan penyerahan obat atau bahan obat 
3.        Sarana penyeluran perbekalan farmasi dalam menyebarkan obat-obatan yang
diperlukan masyarakat secara luas dan merata 
Perbekalan farmasi disusun menurut bentuk sediaan dan alfabetis. Untuk
memudahkan pengendalian stok maka dilakukan langkah-langkah berikut: 
b.      Gunakan prinsip FEFO (First Expired First Out) dan FIFO (First In First Out)
dalam penyusunan perbekalan farmasi yaitu perbekalan farmasi yang masa
kadaluwarsanya lebih awal atau yang dietrima lebih awal harus digunakan lebih
awal sebab umumnya perbekalan farmasi yang datang lebih awal biasanya juga
diproduksi lebih awal dan umumnya relatif lebih tua dan masa kadaluwarsanya lebih
awal. 
c.       Susun perbekalan farmasi dalam kemasan besar di atas pallet secara rapi dan
teratur. 
d.      Gunakan lemari khusus untuk penyimpanan narkotika. 
e.       Simpan perbekalan farmasi yang dapat dipengaruhi oleh temperatur , udara,
cahaya dan kontaminasi bakteri pada tempat yang sesuai. 
f.       Simpan perbekalan farmasi dalam rak dan berikan nomor kode, pisahkan
perbekalan farmasi dalam dengan perbekalan farmasi perbekalan farmasi untuk
penggunaan luar. 
g.      Cantumkan nama masing-masing perbekalan farmasi pada rak dengan rapi. 
h.      Apabila persediaan perbekalan farmasi cukup banyak, maka biarkan perbekalan
farmasi tetap dalam boks masing-masing. 
i.        Perbekalan farmasi yang mempunyai batas waktu penggunaan perlu dilakukan
rotasi stok agar perbekalan farmasi tersebut tidak selalu berada di belakang sehingga
dapat dimanfaatkan sebelum masa kadaluwarsa habis. 
j.        Item perbekalan farmasi yang sama ditempatkan pada satu lokasi walaupun dari
sumber anggaran yang berbeda. 
B.     Tugas Gudang Farmasi
Gudang Farmasi mempunyai tugas pengelolaan (penerimaan, penyimpanan
dan pendistribusian) perbekalan farmasi dan peralatan kesehatan yang diperlukan
dalam rangka pelayanan kesehatan, pencegahan dan pemberantasan penyakit dan
pembinaan kesehatan masyarakat d i Kabupaten sesuai petunjuk Kepala Dinas
Kesehatan.
·                   Gudang Farmasi adalah Unit Pelaksana Teknis Dinas Kesehatan Gudang
Farmasi dipimpin oleh seorang Kepala yang dalam melaksanakan tugasnya berada
dibawah dan bertanggungjawab langsung kepada Kepala Dinas Kesehatan 
Untuk menyelenggarakan tugas tersebut Gudang Farmasi mempunyai fungsi : 
BAB III

PENUTUP

Obat merupakan salah satu komponen penting dan barang yang tidak tergantikan dalam
pelayanan kesehatan. Oleh karena itu, obat perlu dikelola dengan baik, efektif dan efisien.
Tugas Gudang Farmasi Yaitu melaksanakan pengelolaan,  penerimaan,penyimpanan dan
pendistribusian perbekalan farmasi dan alat kesehatan yang diperlukan dalam rangka
pelayanan kesehatan, pencegahan dan pemberantasan penyakit dan pembinaan kesehatan
Ruang Lingkup Pengelolaan Obat di Kabupaten atau Dati II Pengelolaan obat merupakan
suatu rangkaian kegiatan yang meliputi aspek perencanaan pengadaan, pengadaan,
penyimpanan, pendistribusiaan dan penggunaan obat
Penggunaan obat yang rasional merupakan salah satu langkah untuk mendapatkan pelayanan
kesehatan yang baik
DAFTAR PUSTAKA

http://anishaazhildaa.blogspot.com/2014/02/gudang-farmasi.html
http://nailasuhada-m.blogspot.com/2012/04/pengadaan-obat-di-gudang-farmasi-
dinas.html
http://sarwan999.blogspot.com/2017/11/perbekalan-farmasi.html
Departemen Kesehatan, 2004. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 1197
tentang Standar Pelayanan Farmasi di Rumah Sakit. Jakarta: ISFI
Departemen Kesehatan, 2008. Pedoman Pengelolaan Perbekalan Farmasi Di Rumah
Sakit. Jakarta: Bina Farmasi Komunitas Dan Klinik.
Anonim. Tanpa Tahun. Sejarah RSUD Kanjuruhan Kepanjen . (Online) (http://rsud-
kanjuruhan.malangkab.go.id diakses tanggal 29 Juli 2013)
https://iwanpharm.blogspot.com/2015/04/pengelolaan-perbekalan-farmasi-di-
rumah.html

Anda mungkin juga menyukai