Anda di halaman 1dari 23

LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA

PASIEN DENGAN HF (GAGAL JANTUNG)


Disusun Untuk Memenuhi Tugas Asuhan Keperawatan Kritis & Gawat darurat Profesi

Ners

Dosen CI akademik : Rahmat Chusnul Choerin M. Kep,Ns

DISUSUN OLEH:

NAMA : Febria Natara

NIM : 2022611020

KELOMPOK :6

MINGGU :3

PROGRAM STUDI PROFESI NERS

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS TRIBHUWANA TUNGGADEWI

MALANG

2023
LEMBAR PENGESAHAN

LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA


PASIEN DENGAN HF ( GAGAL JANTUNG )
MINGGU 3

Hari/Tanggal :

Disusun Oleh :
Febria Natara
2022611020

Dan dinyatakan memenuhi kompetensi:

Preseptor klinik Preseptor Akademik

( ) (Rahmat Chusnul Choerin M. Kep,Ns)


Kata Pengantar

Puji syukur saya panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena telah
melimpahkan rahmat-Nya berupa kesempatan dan pengetahuan sehingga LP dan
ASKEP tentang gagal jantung (HF) ini bisa selesai pada waktunya. Terima kasih
juga saya ucapkan kepada teman-teman yang telah berkontribusi dengan
memberikan ide-idenya sehingga asuhan keperawatan ini bisa disusun dengan baik dan
rapi. Saya berharap semoga asuhan keperawatan ini bisa menambah
pengetahuan para pembaca. Namun terlepas dari itu, saya memahami bahwa
LP dan ASKEP ini masih jauh dari kata sempurna, sehingga saya sangat mengharap
kankritik serta saran yang bersifat membangun demi terciptanya asuhan keperawatan
selanjutnya yang lebih baik.

Malang, 03 Mei 2023

Febria Natara
Daftar Isi

Halaman Sampul………………………………………………………………………
Halaman Pengesahan …………………………………………………………………i
Kata Pengantar………………………………………………………………………….ii
Daftar Isi………………………………………………………………………………..iii
Bab 1 Pendahuluan……………………………………………………………………..1
A. Latar belakang………………………………………………………………..…………1
B. Tujuan ……………….………………..………………………………………….……2
C. Manfaat…………………………………..……………………………………….……2
A. Konsep Penyakit…………………………………………………………………...3
1. Defenisi………………………………………………………………………….3
2. Etiologi………………………………………………………………………….3
3. Patofisiologi…………………………………………………………………….4
4. Tanda dan Gejala………………………………………………………………..7
5. Pemeriksaan Penunjang…………………………………………………………8
6. Penatalaksanaan…………………………………………………………………8
7. Pengobatan………………………………………………………………………9
B. Konsep Askep………………………………………………………………………13
1. Diagnosa Keperawatan…………………………………………………………..13
a. Definisi…………………………………………………………………….13
b. Tanda Mayor dan Minor…………………………………………………..13
c. Faktor Berhubungan ………………………………………………………14
d. Kondisi Klinis Terkait…………………………………………………….14
2. Standar Luaran/Tujuan Keperawatan (SLKI)……………………………………14
3. Intervensi Keperawatan (SIKI)……………………………………………………15
BAB III Penutup……………………………………………………………………….17
A. Kesimpulan ………………………………………………………………………17
B. Saran………………………………………………………………………………17
Daftar Pustaka………………………………………………………………….………18
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Gagal jantung adalah suatu keadaan dimana jantung tidak mampu lagi
menjalankan fungsinya yaitu untuk memompakan darah ke seluruh jaringan tubuh
untuk metabolisme1. Hal ini menyebabkan seluruh organ akan kekurangan asupan darah
sehingga mencetuskan reaksi kompensasi yang dapat memperberat kerja jantung dan
mempercepat kegagalan jantung.
Seiring perkembangan zaman, gagal jantung dapat ditemui pada usia muda,
dimana usia diatas 45 tahun bagi laki-laki dan 55 tahun bagi perempuan memiliki faktor
risiko terbesar untuk menderita gagal jantung.
Di Indonesia, gagal jantung merupakan salah satu penyebab kematian yang
paling tinggi dan merupakan salah satu penyakit yang memiliki prevalensi tinggi di
rumah sakit, baik rawat inap maupun rawat jalan.
Tingginya prevalensi dan mortalitas pasien gagal jantung perlu menjadi
perhatian khusus seiring dengan buruknya pola makan masyarakat masa kini dan
kurangnya olahraga karena aktivitas yang padat. Orang-orang dengan obesitas,
merokok, usia tua, memiliki faktor risiko yang lebih besar menderita gagal jantung.

1
Hipertensi heart disease merupakan risiko morbiditas dan mortalitas, yang
meningkat sesuai dengan peningkatan tekanan sistolik dan diastolik menuju jantung.
Tekanan darah persisten dimana tekanan sistoliknya diatas 140 MmHg dan tekanan
diastolik 90 MmHg sehingga meningkatnya tekanan darah menuju jantung.
Meningkatnya tekanan darah menuju jantung merupakan penyebab utama gagal
jantung, stroke, dan gagal ginjal.B. TUJUAN
Tujuan penulisan laporan kasus ini adalah untuk mempelajari dan mengetahui
definisi, faktor resiko, gejala klinis, diagnosis, pemeriksaan penunjang, pengobatan dan
prognosis gagal jantung terutama yang disebabkan oleh hipertensi heart disease dan
gagal jantung kongestif. Selain itu, penulisan laporan kasus ini juga bertujuan untuk
memenuhi tugas profesi ners.
C. MANFAAT
Laporan kasus ini bermanfaat sebagai bahan informasi bagi pembaca mengenai
gagal jantung yang disebabkan hipertensi heart disease.
BAB II

TINJAUAN TEORI

A. KONSEP DASAR PENYAKIT


1. Definisi Gagal Jantung Kongestif
Gagal jantung, sering disebut juga gagal jantung kongesti adalah ketidak
mampuan jantung untuk memompa darah yang adekuat untuk memnuhi kebutuhan
jaringan akan oksigen dan nutrisi. Istilah gagal jantung kongestif paling sering
digunakan kalau terjadi gagal jantung sisi kiri dan sisi kanan.
Congestive Heart Failure (CHF) adalah suatu kondisi dimana jantung
mengalami kegagalan dalam memompa darah guna mencukupi kebutuhan sel-sel tubuh
akan nutrien dan oksigen secara adekuat. Hal ini mengakibatkan peregangan ruang
jantung (dilatasi) guna menampung darah lebih banyak untuk dipompakan ke seluruh
tubuh atau mengakibatkan otot jantung kaku dan menebal. Jantung hanya mampu
memompa darah untuk waktu yang singkat dan dinding otot jantung yang melemah
tidak mampu memompa dengan kuat. Sebagai akibatnya, ginjal sering merespons
dengan menahan air dan garam. Hal ini akan mengakibatkan bendungan cairan dalam
beberapa organ tubuh seperti tangan, kaki, paru, atau organ lainnya sehingga tubuh
klien menjadi bengkak (congestive) (Udjianti, 2014).

2. Etiologi
Di negara – negara berkembang, penyebab tersering adalah penyakit arteri
koroner yang menimbulkan infark miokard dan tidak berfungsinya miokardium
(kardiomiopati iskemik). Penyebab paling sering adalah kardiomiopati alkoholik,
miokarditis viral (termasuk infeksi HIV) dan kardiomiopati dilatasi tanpa penyebab
pasti (kardiomiopati idiopatik). Hipertensi tetap merupakan penyebab gagal jantung
kongestif yang penting. Selain itu penyakit katup jantung juga merupakan penyebab
gagal jantung, namun saat ini agak jarang penyakit katup jantung menyebabkan gagal
jantung. Stenosis aorta masih tetap merupakan penyebab yang sering dan dapat
diperbaiki.

Menurut Wajan Juni Udjianti (2014) etiologi gagal jantung kongestif (CHF)
dikelompokan berdasarkan faktor etiolgi eksterna maupun interna, yaitu:
1. Faktor eksterna (dari luar jantung); hipertensi renal, hipertiroid, dan anemia
kronis/ berat.
2.   Faktor interna (dari dalam jantung)
a. Disfungsi katup: Ventricular Septum Defect (VSD), Atria Septum Defect
(ASD), stenosis mitral, dan insufisiensi mitral.
b. Disritmia: atrial fibrilasi, ventrikel fibrilasi, dan heart block.
c.  Kerusakan miokard: kardiomiopati, miokarditis, dan infark miokard.
d.   Infeksi: endokarditis bacterial sub-akut

3. Patofisiologi
Menurut Safery (2015) Respon kompensasi terhadap Cardiac Output yang tidak
adekuat memicu beberapa respon kompensasi yang berusaha untuk mempertahankan
perfusi organ- organ tubuh yang vital.
Respon awal adalah stimulus kepada saraf simpati yang menimbulkan dua pengaruh
utama :
1.      Meningkatkan kecepatan dan kekuatan kontraksi myocardium.
2.      Vasokontriksi perifer
Vasokontriksi perifer menggeser arus darah arteri ke organ-organ yang kurang
vital, seperti kulit dan ginjal dan juga organ-organ yang lebih vital, seperti otak.
Kontriksi vena meningkatkan arus balik dari vena ke jantung. Peningkatan peregangan
serabut otot myocardium memungkinkan kontraktilitas.
Pada permulaan respon berdampak perbaikan terhadap cardiac out put, namun
selanjutnya meningkatkan kebutuhan oksigen untuk myocardium, meregangkan serabut-
serabut myocardium dibawah garis kemampuan kontraksi. Bila orang tidak berada
dalam status kekurangan cairan untuk memulai peningkatan volume ventrikel dapat
memperberat preload dan kegagalan komponen- komponen. Jenis kompensasi yang
kedua yaitu dengan mengaktivkan sistem renin angiotensin yang akhirnya berdampak
pada peningkatan preload maupun afterload pada waktu jangka panjang dan seterusnya.
Kompensasi yang ketiga yaitu dengan terjadinya perubahan struktur micardium itu
sendiri yang akhirnya lama- kelamaan miocrdium akan menebal atau menjadi hipertropi
untuk memperbaiki kontraksi namun ini berdampak peningkatan kebutuhan oksigen
untuk miocardium.
1.   Kegagalan ventrikel kiri
Kegagalan ventrikel kiri untuk memompakan darah yang mengandung oksigen
guna memenuhi kebutuhan tubuh berakibat dua hal :
a.  Tanda- tanda dan gejala- gejala penurunan cadiac output.
b.  Kongesti paru- paru.
2.   Dispnea
Pernafasan yang memerlukan tenaga merupakan gejala dini dari kegagalan
ventrikel. Bisa timbul akibat gangguan pertukaran gas karena cairan di dalam
alveoli. Hal ini bisa menjadi payah karena pergerakan tubuh, misal menaiki
tangga, berjalan mendaki dll. Karena dengan kegiatan tersebut memerlukan
peningkatan oksigen.
3.   Orthopnea
Timbul kesukaran bernafas pada waktu berbaring terlentang dan orang harus
tidur pakai sandaran di tempat tidur atau tidur duduk pada sebuah kursi. Bila
orang tidur terlentang ventilasi kurang kurang dan volume darah pada pembuluh-
pembuluh paru- paru meningkat.
4.   Kegagalan ventrikel kanan
Kegagalan ventrikel kanan terjadi bila bilik ini tidak mampu memompa
melawan tekanan yang naik pada sirkulasi pada paru- paru. Kegagalan ventrikel
kanan dalam memompakan darah akan mengakibatkan oedema pada ekstrimitas.
Pada hati juga mengalami pembesaran karena berisi cairan intra vaskuler,
tekanan di dalam sistem portal menjadi begitu tinggi sehingga cairan didorong
melalui pembuluh darah masuk ke rongga perut (acites) akibatnya akan
mendesak diafragma yang akhirnya akan susah untuk bernafas.
Pathway CHF

Preload Afterload
Arterosklerosis Kontraktilitas
Retensi cairan  Stenosis
Congenital defect  Hipertensi sistemik dan pulmonal
(Left to right shut) Aliran darah ke otot Peradangan dan
jantung ↓ penyakit myokardium
Beban kerja jantung meningkat
Merusak serabut otot
Hipoksia & asidosis jantung
Hipertropi miocard

Kontraksi otot jantung ↓

Gagal jantung kiri Gagal Jantung Kongestif Gagal jantung kanan

Ventrikel tidak mampu Volume darah yang diejeksikan oleh atrium ke ventrikel ↓ Akumulais residu ventrikel kanan
memompa darah
Darah dari atrium kanan
tidak dapat masuk ke
Volume residu meningkat Blood Brain Bladder Bone ventrikel kanan

Tekanan ventrikel kiri meningkat ↑ Tekanan atrium kanan


Perfusi jaringan otak Penurunan aliran Penurunan aliran
Penurunan menurun darah ke ginjal darah sistemik
Breath ↑Tekanan vena sistemik
curah jantung
Suplai O2 ke otak ↓ Gangguan pada tubulus Suplai O2 ke tbh ↓
↑ permeabilitas kapiler paru & nefron
Bowel
Blood Bone
PK syok Hipoksia Sianosis,
Cairan masuk ke intrakeintravaskuler kardiogenik jaringan GFR ↓ Lelah, Dipsnea
otak Hepatomegali, Edema di Penurunan
distensi abdomen ektremitas aliran darah
Oliguri, nokturia Intoleransi
Edema paru Pusing, gangguan ke jaringan
aktifitas Anoreksia
kesadaran, Hipervolemia
Penurunan Perubahan pola , mual
Proses difusi antara Perfusi pada
kesadaran eliminasi urin muntah
O2 & CO2 terganggu jaringan
kulit yang
Bed rest total
Resiko cidera tertekan
Sesak, dipsnea, pH↓ Co2↓, O2 ↓ Defisit Nutrisi kurang
Kerusakan
integritas
Gangguan Resiko
Pola Napas Tidak kulit
pertukaran gas kerusakan
Efektif
intregitas kulit
4. Tanda dan Gejala
Menurut Nurarif & Kusuma (2015), klasifikasi gagal jantung menurut letaknya
yaitu:
1. Gagal jantung kiri
Kongestif paru menonjol pada gagal ventrikel kirikarena vetrikel kiri tidak
mampu memompa darah yang datang dari paru, sehingga peningkatan tekanan
dalam sirkulasi paru menyebabkan cairan terdorong ke jaringan paru.
Manifestasi klinis yang terjadi pada gagal jantung kiri yaitu :
a. Dispnea
b. Batuk
c. Mudah lelah
d. Insomnia
e. Kegelisahan dan kecemasan
2. Gagal jantung kanan
Kongestif jaringan perifer dan viscelar menonjol, karena sisi kananjantung tidak
mampu mengosongkan volume darah dengan adekuat sehingga tidak dapat
mengakomondasikan semua darah yang secara normal kembali dari sirkulasi
vena. Manifestasi klinis yang terjadi yaitu :
a. Edema ekstremitas bawah
b. Distensi vena leher dan escites
c. Hepatomegali dan nyeri tekan pada kuadran kanan atas abdomen
terjadi akibat pembesaran vena di hepar.
d. Anorexia dan mual
e. Kelemahan
Selain itu, terdapat kriteria mayor dan minor dari gagal jantung yaitu :
Kriteria mayor gagal jantung:
 dipsnea noktural paroksismal atau orthopnea
 peningkatan tekanan vena jugularis
 ronkhi basah dan nyaring
 kardiomegali
 edema paru akut
 irama S3
 peningkatan tekanan vena
 refluk hepatojugular
Kriteria minor:
 edema pergelangan kaki
 batuk malam hari
 dipsnea de’effort
 hepatomegali
 effuse pleura
 takikardia
5. Pemeriksaan Penunjang
1. Hitung darah dapat menunjukan anemia , merupakan suatu penyebab gagal
jantung output tinggi dan sebagai faktor eksaserbasi untuk bentuk disfunsi
jantung lainnya
2. Pemeriksaan biokimia untuk menunjukan insufiensi ginjal
3. Tes fungsi ginjal untuk menentukan apakah gagal jantung ini berkaitan dengan
azotemia prerenal
4. Pemeriksaan elektrolit untuk mengungkap aktivitas neuroendokrin
5. Fungsi tiroid pada pasien usia lanjut harus dinilai untuk mendeteksi
tirotoksikosis atau mieksedema tersembunyi
6. Pemeriksaan EKG
7. Radiografi dada
8. Angiografi radionuklir mengukur fraksi ejeksi ventrikel kiri dan memungkinkan
analisis gerakan dinding regional
9. Kateterisasi jantung untuk menentukan penyakit arteri koroner sekaligus luas
yang terkena.

6. Penatalaksanaan
1. Koreksi sebab – sebab yang dapt diperbaiki, penyebab – penyebab utama yang
dapt diperbaiki adalah lesi katup jantung, iskemia miokard, aritmia, depresi
miokardium diinduksi alcohol, pirau intrakrdial dan keadaan output tinggi.
2. Diet dan aktivitas, pasien – pasien sebaiknya membatasi garam (2 gr natrium
atau 5 gr garam). Pada gagal jantung berat dengan pembatasan aktifitas, tetapi
bila pasien stabil dianjurkan peningkatan aktifitas secara teratur
7. Pengobatan
 Terapi diuretic
 penggunaan penghambat sistem rennin – angiotensin – aldosteron
 Terapi beta blocker
 terapi glikosida digitalis
 terapi vasodilator
 Obat inotropik positif generasi baru
 Penghambat kanal kalsium
 Atikoagulan
 Terapi antiaritmia
 Revaskularisasi koroner
 Transplantasi jantung
 Kardoimioplasti

KONSEP DASAR HHF


1. Definisi
Hipertensi Heart Disease (HHD) adalah istilah yang diterapkan untuk
menyebutkan penyakit jantung secara keseluruhan, mulai dari left ventricle
hyperthrophy (LVH), aritmia jantung, penyakit jantung koroner, dan penyakit
jantung kronis, yang disebabkan karena peningkatan tekanan darah, baik secara
langsung maupun tidak langsung. (Morton, 2012).
2. Etiologi
Tekanan darah tinggi meningkatkan beban kerja jantung,  dan seiring
dengan berjalannya waktu hal ini dapat menyebabkan penebalan otot jantung.
Karena jantung memompa darah melawan tekanan yang meningkat pada
pembuluh darah yang meningkat, ventrikel kiri membesar dan jumlah darah
yang dipompa jantung setiap menitnya (cardiac output) berkurang. Tanpa terapi,
gejala gagal jantung akan makin terlihat. Penyakit jantung hipertensi adalah
penyebab utama penyakit dan kematian akibat hipertensi (Miller, 2008).
3. Patofisiologi
Pada stadium permulaan hipertensi, hipertrofi yang terjadi adalah
difus (konsentrik). Rasio massa dan volume akhir diastolik ventrikel kiri
meningkat tanpa perubahan yang berarti pada fungsi pompa efektif ventrikel
kiri. Pada stadium selanjutnya, karena penyakir berlanjut terus, hipertrofi
menjadi tak teratur, dan akhirnya eksentrik, akibat terbatasnya aliran darah
koroner. Khas pada jantung dengan hipertrofi eksentrik menggambarkan
berkurangnya rasio antara massa dan volume, oleh karena meningkatnya
volume diastolik akhir. Hal ini diperlihatkan sebagai penurunan secara
menyeluruh fungsi pompa (penurunan fraksi ejeksi), peningkatan tegangan
dinding ventrikel pada saat sistol dan konsumsi oksigen otot jantung. Hal-hal
yang memperburuk fungsi mekanik ventrikel kiri berhubungan erat bila disertai
dengan penyakit  jantung  koroner.
4. Tanda dan Gejala
Pada tahap awal, seperti hipertensi pada urmumnya kebanyakan pasien tidak ada
keluhan. Bila simtomatik, maka binasanya disebabkan oleh:
1. Peninggian tekanan darah itu sendiri. Seperti berdebar-debar, rasa
melayang (dizzy) dan impoten.
2. Penyakit jantung/hipertensi vaskular seperti cepat capek, sesak
napas, sakit dada (iskemia miokard atau diseksi aorta), bengkak kedua
kaki atau perut. Gangguan vaskular lainnya adalah epistaksis, hematuria,
pandangan kabur karena perdarahan retina, transient serebral
ischemic.
3. Penyakit dasar seperti pada hipertensi sekunder: polidipsia, poliuria, dan
kelemahan otot pada aldosteronisme primer, peningkatfin BB dengan
emosi yang labil pada sindrom Cushing. Feokromositoma dapat muncul
dengan keluhan episode sakit kepala, palpitasi, banyak keringat dan rasa
melayang saat berdiri (postural dizzy) (Marulam, 2006).
5. Pemeriksaan Penunjang
Menurut Somantri (2008), pemeriksaan penunjang untuk pasien Hipertensi
Heart Disease (HHD), yaitu :
a. Riwayat dan pemeriksaan fisik secara menyeluruh.
b. Pemeriksaan retina.
c. Pemeriksaan laboratorium untuk mengetahui kerusakan organ seperti
ginjal dan jantung.
d. EKG untuk mengetahui hipertropi ventrikel kiri.
e. Urinalisa untuk mengetahui protein dalam urin, darah, glukosa.
f. Pemeriksaan; renogram, pielogram intravena arteriogram renal,
pemeriksaan fungsi.
g. Ginjal terpisah dan penentuan kadar urin.
h. Foto dada dan CT scan

6. Penatalaksanaan
Pengobatan pasien dengan penyakit jantung hipertensi terbagi dalam
dua kategori pengobatan dan pencegahan tekanan darah yang tinggi dan
pengobatan penyakit jantung hipertensi menurut Oman (2008), yaitu :
a. Pengaturan Diet
Berbagai studi menunjukkan bahwa diet dan pola hidup sehat dan atau
dengan obat-obatan yang menurunkan gejala gagal jantung dan bisa
memperbaiki keadaan LVH. Beberapa diet yang dianjurkan, yaitu :
1) Rendah garam,beberapa studi menunjukan bahwa diet rendah garam
dapat menurunkan tekanan darah pada pasien hipertensi.Dengan
pengurangan komsumsi garam dapat mengurangi stimulasi system
renin-angiotensin sehingga sangat berpotensi sebagai anti
hipertensi.Jumlah intake sodium yang dianjurkan 50–100 mmol atau
setara dengan 3-6 gram garam per hari.
2) Diet tinggi potassium,dapat menurunkan tekanan darah tapi
mekanismenya belum jelas.Pemberian Potassium secara intravena
dapat menyebabkan vasodilatasi,yang dipercaya dimediasi oleh nitric
oxide pada dinding vascular.
3) Diet kaya buah dan sayur.
4) Diet rendah kolesterol sebagai pencegah terjadinya jantung koroner.
5) Tidak mengkomsumsi Alkohol.
b. Olahraga Teratur
Olahraga teratur seperti berjalan, lari, berenang, bersepeda bermanfaat
untuk menurunkan tekanan darah dan dapat memperbaiki keadaan jantung.
Olaharaga isotonik dapat juga bisa meningkatkan fungsi endotel,
vasodilatasi perifer, dan mengurangi katekolamin plasma. Olahraga teratur
selama 30 menit sebanyak 3-4 kali dalam satu minggu sangat dinjurkan
untuk menurunkan tekanan darah.
c. Penurunan Berat Badan
Pada beberapa studi menunjukkan bahwa obesitas berhubungan dengan
kejadian hipertensi dan LVH. Jadi penurunan berat badan adalah hal yang
sangat efektif untuk menurunkan tekanan darah. Penurunan berat badan
(1kg/minggu) sangat dianjurkan. Penurunan berat badan dengan
menggunakan obat-obatan perlu menjadi perhatian khusus karena
umumnya obat penurun berat badan yang terjual bebas mengandung
simpatomimetik, sehingga dapat meningkatan tekanan darah,
memperburuk angina atau gejala gagal jantung dan terjainya eksaserbasi
aritmia. Menghindari obat-obatan seperti NSAIDs, simpatomimetik, dan
MAO yang dapat meningkatkan tekanan darah atau menggunakannya
dengan obat antihipertensi.
7. Pengobatan
Pengobatan hipertensi atau penyakit jantung hipertensi dapat menggunakan
berbagai kelompok obat antihipertensi seperti thiazide, beta-blocker dan
kombinasi alpha dan beta blocker, calcium channel blockers, ACE inhibitor,
angiotensin receptor blocker dan vasodilator seperti hydralazine. Hampir pada
semua pasien memerlukan dua atau lebih obat antihipertensi untuk mencapai
tekanan darah yang diinginkan.
B. KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN
1. DIAGNOSA KEPERAWATAN
 Pola Napas Tidak Efektif

a. Definisi :
Inspirasi dan/atau ekspirasi yang tidak memberikan ventilasi adekuat
b. Penyebab :
1. Depresi pUsat pernapasan
2. Hambatan upaya napas (mis. nyeri saat bernapas, kelemahan otot pernapasan)
3. Deformitas dinding dada.
4. Deformitas tulang dada.
5. Gangguan neuromuskular.
6 Gangguan neurologis (mis elektroensefalogram [EEG] positif, cedera kepala ganguan
kejang).
7. maturitas neurologis.
8. Penurunan energi.
9. Obesitas.
10. Posisi tubuh yang menghambat ekspansi paru.
11. Sindrom hipoventilasi.
12. Kerusakan inervasi diafragma (kerusakan saraf CS ke atas).
13. Cedera pada medula spinalis.
14. Efek agen farmakologis.
15. Kecemasan.
c. Tanda Mayor dan Minor
 Gejala dan Tanda Mayor :
Subjektif :
1. Dispnea
Objektif :
1. Penggunaan otot bantu pernapasan.
2. Fase ekspirasi memanjang.
3. Pola napas abnormal (mis. takipnea. bradipnea, hiperventilasi kussmaul cheyne-
stokes).
 
 Gejala dan Tanda Minor :
Subjektif : 1. Ortopnea
Objektif :
1. Pernapasan pursed-lip.
2. Pernapasan cuping hidung.
3. Diameter thoraks anterior—posterior  meningkat
4. Ventilasi semenit menurun
5. Kapasitas vital menurun
6. Tekanan ekspirasi menurun
7. Tekanan inspirasi menurun
8. Ekskursi dada berubah
d. Kondisi Klinis Terkait
 Depresi sistem saraf pusat
 Cedera kepala
 Trauma thorax
 Gullian barre syndrome
 Multiple sclerosis
 Myasthenia gravis
 Stroke
 Kuadriplegia
 Intoksikasi alkohol

2. Standar Luaran/Tujuan Keperawatan (SLKI)


Pola napas tidak efektif Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama….x…. jam
diharapkan status pola nafas membaik dengan Kriteria
Hasil :
 Dyspnea menurun
 Penggunaan otot bantu pernapasan menurun
 Pemanjangan fase ekspirasi menurun
 Frekuensi napas membaik
 Kedalaman napas membaik.

Penurunan Curah Jantung Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama…..X …


jam diharapkan curah jantung meningkat dengan Kriteria
Hasil :
 Kekuatan nadi perifer meingkat
 Dyspnea menurun
 Bradikardia menurun
 Takikardia menurun
 Batuk menurun
 Murmur jantung menurun
 Tekanan darah membaik
 CRT membaik
 Edema menurun
 Lelah menurun
 Suara jantung S3 menurun
 Suara jantung S4 Menurun

2. INTERVENSI KEPERAWATAN

NO DIAGNOSA INTERVENSI
KEPERAWATAN KEPERAWATAN
(SIKI)
1 Pola Napas Tidak Efektif Manajemen Jalan Napas
 Monitor pola napas
 Monitor bunyi napas tambahan
 Monitor sputum
 Pertahankan kepatenan jalan napas
 Posisikan semi fowler/fowler
 Berikan minum hangat
 Lakukan fisioterapi dada
 Lakukan suction <15 detik
 Berikan oksigen
 Anjurkan asupan cairan 2000 ml/hari
 Ajarkan teknik batuk efektif
 Kolaborasi pemberian bronkodlator, ekspetoran,
mukolitik.

2 Penurunan Curah Jantung Perawatan Jantung


 Identifikasi tanda/gejala primer penurunan curah
jantung (dyspnea, kelelahan,edema,ortopnea,
CVP)
 Identifikasi tanda/gejala sekunder penurunan
curah jantung (peningkatan BB, hepatomegaly,
distensi vena jugularis,palpitasi,ronchi basah,
oliguria, batuk)
 Monitor tekanan darah
 Monitor intake dan output cairan
 Monitor satuarsi oksigen
 Monitor keluhan nyeri dada
 Monitor EKG 12 sadapan
 Monitor aritmia
 Monitor nilai laboratorium jantung
 Posisikan pasien semi fowler / fowler dengan kaki
kebawah/posisi nyaman
 Berikan terapi relaksasi untuk megurangi stress
 Berikan dukungan emosional dan spiritual
 Berikan oksigen untuk memprtahankan saturasi
osigen >94%
 Anjurkan berhenti merokok
 Kolaborasi pemberian antiaritmia
BAB III
Penutup
A. Kesimpulan
Congestive Heart Failure (CHF) adalah suatu kondisi dimana jantung
mengalami kegagalan dalam memompa darah guna mencukupi kebutuhan sel-sel tubuh
akan nutrien dan oksigen secara adekuat (Udjianti, 2013). Penyulit pada jantung dan
segala manifestasi kliniknya, dinamakan penyakit jantung hipertensi (Hypertensi Heart
Disease). Hypertensi Heart Disease (HHD) atau Penyakit Jantung Hipertensi disebabkan
oleh hipertensi dalam jangka lama.
B. Saran
1) Pendekatan yang baik antara perawat pada pasien hendaknya dilakukan oleh
semua tim kesehatan terutama perawatan sehari-hari, hubungan yang dekat
pasien agar pasien merasa diperhatikan.
2) Didalam proses keperawatan perlu adanya motivasi atau bimbingan antara
pasien dan perawat, berharap agar keperawatan berjalan efektif dengan
menggunakan tujuan pelaksanaan dari tindakan yang dibuat seperti hasil dari
tujuan yang diberikan dengan bahasa yang sederhana dan mudah dimengerti.
3) Catatan perawatan di dokumentasikan dengan menggunakan implementasi dan
tindakan tersebut
DAFTAR PUSTAKA

Ardiansyah M. 2014. Medikal Bedah untuk Mahasiswa. Diva Press: Yogyakarta.

Austaryani Putri. 2015. Asuhan Keperawatan pada Tn. J dengan Congestif


Heart Failure (CHF) Vascular Care Unit (ICVCU) di Rumah Sakit Dr.
Moewardi Surakarta. Karya Tulis Ilmiah.Surakarta: Universitas
Muhammadiyah Surakarta.

Black & Hawks. 2014. Keperawatan Medikal Bedah Manajemen Klinis untuk
Hasil yang Diharapkan. Edisi 8.Sounders: Elsevier Philadelphia.

Mansjoer, A dkk. 2015. Kapita Selekta Kedokteran, Jilid 1 edisi 3. Jakarta: Media
Aesculapius

Udjianti, Wajan J. 2014. Keperawatan Kardiovaskuler. Jakarta: Salemba medika

Potter, Perry.2014. Buku Ajar Fundamental Keperawatan : Konsep, proses, dan praktik.

Jakarta: EGC.

Persatuan Perawat Nasional Indonesia. 2017. Standar Diagnosis Keperawatan

Indonesia : Definisi dan Indikator diagnostik. Jakarta : DPP PPNI

Persatuan Perawat Nasional Indonesia. 2017. Standar Luaran Keperawatan Indonesia.

Jakarta : DPP PPNI

Persatuan Perawat Nasional Indonesia. 2017. Standar Intervensi Keperawatan

Indonesia. Jakarta : DPP PPNI

Smeltzer, S.C. & Bare, B.G. 2015. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner &

Suddarth, edisi 8. Jakarta : EGC

Anda mungkin juga menyukai