STROKE
Pembimbing :
dr. Dian Cahyani, Sp.S
Oleh:
Nabila Tarafui
030.15.124
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS TRISAKTI
JAKARTA
PERSETUJUAN PEMBIMBING
REFERAT
Judul:
STROKE
Nama Koass:
Nabila Tarafui / 030.15.124
Pembimbing
1
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur saya panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas
berkat rahmat-Nya saya dapat menyelesaikan presentasi kasus dengan judul “Stroke”.
Presentasi ini disusun untuk memenuhi salah satu tugas dalam kepaniteraan
klinik di bagian Ilmu Penyakit Saraf di RSUD Budhi Asih.
Dalam kesempatan ini saya mengucapkan terima kasih kepada berbagai pihak
yang telah membantu dalam penyusunan penyelesaian kasus ini, terutama kepada:
1. dr. Dian Cahyani Sp.S selaku pembimbing dalam referat ini.
2. Dokter dan staf-staf SMF Saraf di RSUD Budhi Asih.
3. Rekan-rekan Kepaniteraan Klinik Saraf RSUD Budhi Asih atas bantuan dan
dukungannya.
Saya menyadari dalam pembuatan presentasi kasus ini masih banyak terdapat
kekurangan, oleh karena itu segala kritik dan saran guna penyempurnaan presentasi
kasus ini sangat saya harapkan.
Akhir kata, semoga presentasi kasus ini dapat bermanfaat bagi kita semua,
terutama dalam bidang ilmu penyakit saraf.
Penyusun
2
DAFTAR ISI
3
BAB I
PENDAHULUAN
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
5
A. Sistem anterior (Sistem Carotid)
Arteri karotis komunis berdekatan dengan serabut saraf simpatis asceden, oleh
karena itulesi pada ACC (trauma, diseksi arteri atau kadang oklusi thrombus)
mampu menyebabkan paralisis okulosimpatik sudomotor ke daerah wajah.
Arteri karotis interna bercabang menjadi dua bagian yaitu bagian ekstrakranial
dan intrakranial. Bagian ekstrakranial a. karotis interna setelah dipercabangkan
didaerah bifurkasio akan melalui kanalis karotikus untuk memvaskularisasi kavum
timpani dan akan beranastomisisdengan arteri maksilaris interna, salah satu cabang
ACE.
6
a. Arteri Cerebri Anterior
Arteri serebri anterior dipercabangkan dari bagian medial ACI di daerah prosesus
clinoideus anterior, arteri ini akan dibagi menjadi 3 bagian. Bagian proksimal a.
cerebri anterior kanan dan kiri dihubungkan oleh a. communican anterior, bagian medial
dan distal arteri ini akanmemberikan cabangnya menjadi a. pericallosum anterior dan
a. callosomarginal. Arteri cerebri anterior mempunyai cabang-cabang kecil yang
berupa arteri-arteri perforantes profunda, arteri-arteri ini sering disebut sebagai arteri
medial striata yang bertanggungjawab terhadap vaskularisasi corpus striatum
anterior, capsula interna bagian anterior limb, comisura anterior dan juga
memvaskularisasi traktus serta kiasma optika. Oklusi arteri-arteri medial striata ini
menyebabkan kelemahan wajah dan lengan.
Arteri cereberi media setelah dipercabangkan oleh ACI akan dibagi menjadi
beberapa bagian. Bagian pertama akan berjalan ke lateral diantara atap lobus
medial dan lantai lobus frontalis hingga mencapai fissure lateralis Sylvian.
Arteri-arteri lenticulostriata dipercabangkan dari bagian proksimal ini.
7
B. Sistem posterior (Sistem Vertebro Basiler)
Sistem ini berasal dari a. basilaris yang dibentuk oleh a. vertebralis kanan dan kiri
yang berpangkal di a. subklavia. Dia berjalan menuju dasar cranium melalui kanalis
transversalis di columna vertebralis cervikalis, kemudian masuk ke rongga cranium
akan melalui foramen magnum, lalu masing-masing akan mempercabangkan
sepasang a. cerebelli inferior.
Pada batas medulla oblongata dan pons, a. vertebralis kanan dan kiri tadi akan
bersatu menjadi a. basilaris. Arteri basilaris pada tingkat mesencephalon akan
mempercabangkan a. labyrintis, aa. pontis, dan aa. Mesenchepalica, kemudian yang
terakhir akan menjadi sepasang cabang a. cerebri posterior yang memvaskularisasi
lobus oksipitalis dan bagian medial lobus temporalis.
Cerebellum divaskularisasi oleh tiga pasang arteri panjang, yang mana arteri-arteri
ini berjalanmelingkupi cerebellum. Arteri-arteri tersebut adalah:
Arteri Cerebellaris Superior (ACS): memvaskularisasi permukaan atas
cerebellum, dipercabangkan oleh a. basilaris tepat sebelum bercabang menjadi
a. cerebri posterior.
Arteri Cerebellaris Inferior Anterior (ACIS): memvaskularisasi
8
permukaan anterior, dipercabangkan oleh a. basilaris bagian proksimal, atau
dipercabangkan oleh a. basilaris tepat setelah dibentuk oleh a. vertebralis
kanan dan kiri.
Arteri Cerebellaris Inferior Posterior (ACIP): memvaskularisasi
permukaan inferior, dipercabangkan oleh a. vertebralis tepat sebelum
bergabung menjadi a. basilaris.
Untuk menjamin pemberian darah ke otak, setidaknya ada 3 sistem kolateral antara
sitem carotisdan sistem vertebrobasiler, yaitu:
1. Sirkulus Wilisi, merupakan anyaman arteri di dasar otak yang dibentuk
oleh a. cerebri media kanan dan kiri yang dihubungkan dengan a. cerebri
posterior kanan dan kiri oleh a.communicant posterior, sedangkan a. cerebri
anterior kanan dengan kiri akan dihubungkan oleh a. communican anterior.
2. Anastomosis a. carotis interna dan a. carotis externa di daerah orbital.
3. Hubungan antara sistem vertebral dengan a. carotis externa.
9
c. Arteri yang memvaskularisasi Thalamus
10
Gambar 2. Anastomosis arteri pada otak5
11
2.2 Definisi Stroke
Stroke adalah suatu sindrom yang ditandai dengan gejala dan atau tanda klinis
yang berkembang dengan cepat yang berupa gangguan fungsional otak fokal maupun
global secara mendadak dan akut yang berlangsung lebih dari 24 jam yang tidak
disebabkan oleh sebab lain selain penyebab vaskuler.1
Stroke iskemik disebut juga stroke sumbatan atau stroke infark dikarenakan
adanya kejadian yang menyebabkan aliran darah menurun atau bahkan terhenti
sama sekali pada area tertentu di otak, misalnya terjadinya emboli atau trombosis.
Penurunan aliran darah ini menyebabkan neuron berhenti berfungsi. Aliran darah
kurang dari 18 ml/100 mg/menit akan mengakibatkan iskemia neuron yang sifatnya
irreversibel. Hampir sebagian besar pasien atau sebesar 83% mengalami stroke
jenis ini. Aliran darah ke otak pada stroke iskemik terhenti terutama karena
aterosklerosis (penumpukan kolesterol pada dinding pembuluh darah) atau adanya
bekuan darah yang telah menyumbat suatu pembuluh darah ke otak. 1
1. Gangguan vaskular
a. Aterosklerosis
Terjadi penumpukan plak pada lumen arteri terutama pada percabangan
atau lekukan pada pembuluh darah. Lokasi aterosklerosis yang paling sering
menyebabkan stroke yaitu pada percabangan arteri karotis komunis dengan
12
arteri karotis interna, pada pangkal arteri serebri media dan anterior, pada
pangkal arteri vertebralis dan arteri basilaris. 7,8
Terdapat 3 mekanisme terjadinya iskemia yaitu emboli yang terbentuk
dari plak tersebut terlepas sehingga mengoklusi arteri serebral yang lebih
distal, plak tersebut dapat menyebabkan stenosis pada arteri sehingga pada
akhirnya dapat mengakibatkan oklusi total dan infark dari trombosis lokal,
dan jika pada distal dari penyempitan atau oklusi yang terjadi akibat
aterosklerosis tersebut terjadi kegagalan perfusi terus menerus akibat
gagalnya aliran darah kolateral.7
Aterosklerosis disebabkan karena adanya kerusakan pada sel endotel
pembuluh darah oleh karena LDL, radikal bebas, hipertensi, diabetes
melitus, shear sress karena turbulensi aliran darah, dan agen-agen infeksius
dapat menyebabkan perubahan dari permeabilitas endotel sehingga LDL
dapat masuk ke dalam dinding arteri. Monosit dan limfosit T akan
menempel pada endotel yang rusak dan bermigrasi ke subendotel dimana
monisit dan makrofag akan mengendositosis LDL dan mengubahnya
menjadi foam cells, sehingga membentuk fatty streak. Setelah itu terjadi
proliferasi dan migrasi sel otot polos dari tunika media ke tunika intima.
Sel-sel tersebut mensekresi matriks ekstraselular sehingga menyebabkan
terbentuknya fibrous cap diatas plak. Pada keadaan tertentu, fibrous cap
tersebut dapat robek dan menyebabkan ruptur dari plak yang akan
menyebabkan keluarnya faktor-faktor prokoagulan dan selanjutnya
menyebabkan trombosis.8
b. Fibromuskular displasia
Fibromuskular displasia merupakan kondisi dimana terdapat cincin
fibrosa dan hiperplasia muskular secara bergantian pada tunika media yang
terutama ditemukan pada arteri renalis dan karotis anak-anak dan dewasa
muda. Kondisi pembuluh darah tersebut dapat menyebabkan diseksi arteri,
stenosis, tromboembli atau ruptur aneruisma sehingga menyebabkan
timbulya gejala cerebral.8
13
c. Diseksi arteri karotis atau vertebralis
Diseksi arteri karotis atau vertebralis menyebabkan perdarahan pada
dinding pembuluh darah sehingga dapat menyebabkan oklusi atau
menyebabkan predisposisi untuk terbentuknya trombus dan emboli. 8
d. Lakunar infark
Lakunar infark disebabkan karena oklusi pembuluh darah kecil dari
arteri serebral mayor terutama yang memberikan perdarahan pada basal
ganglia, talamus, kapsula interna, dan pons. Penyebab dari oklusi pembuluh
darah tersebut adalah karena adanya kerusakan pada endotel yang
diakibatkan oleh hipertensi lama atau diabetes sehingga menyebabkan
terbentuknya trombus.7,8
e. Obat-obatan
Penggunaan kokain, amfetamin, atau heroin merupakan faktor risiko
untuk terjadinya stroke pada orang dengan usia kurang dari 35 tahun.
Penggunaan secara intravena dapat mengakibatkan endokarditis infektif
sehingga dapat menyebabkan stroke emboli. Selain itu, dapat juga terjadi
drug-induced vasospasm, vaskulitis, dan ruptur dari aneurisma atau
malformasi vaskular yang sudah ada sebelumnya. 8
2. Gangguan pada jantung
Emboli yang berasal dari jantung berjalan ke sirukulasi otak dan
menyebabakan obstruksi pada arteri dimana diameter lumen arteri tersebut
sama dengan besar emboli sehingga menyebabkan gangguan aliran darah otak.
Penyebab terbentuknya emboli antara lain adalah:7
a. Mural trombus
Mural trombus merupakan komplikasi dari infark miokard atau
kardiomiopati yang dapat menyebabkan terbentuknya emboli serebral. 8
b. Penyakit jantung rematik
14
Kejadian iskemia serebral meningkat terutama pada penderita penyakit
jantung rematik dengan mitral stenosis dan atrial fibrilasi, hal ini
disebabkan karena terbentuknya emboli.8
c. Aritmia seperti atrial fibrilasi dan tachycardia-bradycardia syndrome.8
d. Endokarditis infeksi (bakteri atau jamur) merupakan penyebab infark
serebri oleh karena emboli terutama pada daerah perdarahan arteri serebri
media dan penyebab perdarahan intraserebral atau subarachnoid oleh
karena rupturnya aneurisma mikotik. Selain itu endokarditis nonbakterial
sering ditemukan pada pasien kanker. Jenis kanker yang sering
diasosiasikan adalah adenokarsinoma paru atau traktus gastrointestinal. 8
e. Katup jantung prostetik
Pasien dengan katup jantung prostetik memiliki risiko lebih tinggi untuk
terbentuknya emboli, hal ini juga bergantung pada komposisi dan lokasi
dari katup. Katup mekanik memiliki risiko tertinggi sedangkan katup
bioprostetik memiliki risiko terendah untuk komplikasi tromboemboli. 8
3. Gangguan hematologi8
a. Trombositosis jika platelet melebihi 1.000.000/µL
b. Polisistemia dengan hematokrit lebih dari 46% berhubungan dengan
menurunnya aliran darah serebral dan meningkatkan risiko untuk terjadinya
stroke.
c. Sickle cell disease
Pada sickle cell disease terdapat mutasi dari hemoglobin sehingga
menyebabkan deformitas dari eritorisit, anemia hemolitik dan oklusi
vaskular.
d. Kondisi hiperkoagulasi seperti pada orang dengan terapi estrogen,
kontrasepsi oral, postpartum, postoperasi, kanker, dan koagulopati
herediter.
e. Penyebab lain bisa karena emboli lemak pada fraktur tulang, udara pada
trauma atau operasi, dan gelembung nitrogen oleh karena penurunan
tekanan barometrik yang cepat.7
15
C. Stroke hemoragik
16
2.5 Klasifikasi Stroke 9
Stroke iskemik
o TIA
o Trombosis serebri
o Emboli serebri
Stroke hemoragik
o Perdarahan intraserebral:
Perdarahan intraserebral terjadi karena adanya ekstravasasi
darah ke dalam jaringan parenkim yang disebabkan ruptur arteri
perforantes dalam. Stroke jenis ini berjumlah sekitar 10% dari
seluruh stroke tetapi memiliki persentase kematian lebih tinggi
dari yang disebabkan stroke lainnya. Di antara orang yang berusia
lebih tua dari 60 tahun, perdarahanintraserebral lebih sering terjadi
dibandingkan perdarahan subarakhnoid. Perdarahan intraserebral
sering terjadi di area vaskularis dalam pada lapisan hemisfer
serebral. Perdarahan yang terjadi kebanyakan pada pembuluh
darah berkaliber kecil dan terdapat lapisan dalam (deep arteries).
Perdarahan intraserebral sangat sering terjadi ketika tekanan darah
tinggi kronis (hipertensi) melemahkan arteri kecil,
menyebabkannya menjadi pecah.
o Perdarahan subarachnoid:
Perdarahan subarakhnoid adalah perdarahan ke dalam ruang
(ruang subarachnoid ) diantara lapisan dalam ( pia mater ) dan
lapisan tengah (arachnoid mater) para jaringan yang
17
melindungan otak (meninges). Penyebab yang paling umum
adalah pecahnya tonjolan pada pembuluh (aneurisma).
TIA
Gejala neurologik yang timbul akibat gangguan peredaran darah di otak
akan menghilang dalam waktu 24 jam.
RIND (reversible ischemic neurologic deficit)
Gejala neurologik yang timbul akan menghilang dalam waktu lebih
lama dari 24 jam tetapi tidak lebih dari seminggu.
Stroke in evolution
Gejala neurologik yang makin lama makin berat.
Completed stroke
Gejala klinis sudah menetap.
Berdasarkan vaskularsiasi:
18
tunika muskularis yang menyebabkan lumen pembuluh darah menyempit
dan berkelok-kelok. Pada hipertensi kronik akan terbentuk nekrosis
fibrinoid yang menyebabkan kelemahan dan herniasi dinding arteriol serta
rupture tunika intimia sehingga terbentuk mikroaneurisma yang disebut
Charcot-Bouchard.10
Pengerasan dinding pembuluh darah dapat mengakibatkan gangguan
autoregulasi yaitu sulitnya pembuluh darah untuk berkontraksi atau
berdilatasi terhadap perubahan tekanan darah sistemik. Oleh karena itu,
jika terjadi penurunan tekanan darah sistemik yang mendadak akan
menyebabkan tekanan perfusi otak menjadi tidak adekuat sehingga
menyebabkan iskemik jaringan otak, sedangkan jika terjadi peningkatan
tekanan darah sistemik maka akan terjadi peningkatan perfusi yang hebat
sehingga menyebabkan hiperemia, edema, dan perdarahan. 10
2. Diabetes melitus
Pada diabetes melitus terjadi akumulasi sorbitol di dinding pembuluh
darah sehingga menyebabkan gangguan osmotik dan bertambahnya
kandungan air di dalam sel yang menyebabkan kurangnya oksigenasi. 10
3. Merokok
Rokok mengandung nikotin yang diduga berperan meningkatkan
sistem saraf simpatis, termasuk sistem saraf simpatis kardiovaskular
sehingga akan meningkatkan tekanan darah, denyut jantung, dan aliran
darah ke otak. Selain itu, nikotin juga berperan terhadap proses trombotik
melalui enzim ziklooksigenasi yang menyebabkan penurunan produksi
prostasiklin dan tromboksan sehingga mengakibatkan peningkatan
agregasi trombosit dan penyempitan lumen pembuluh darah. Selain itu,
merokok dalam waktu yang lama akan meningkatkan agregasi trombosit
dan viskositas darah serta menurunkan aliran darah ke otak yang
memudahkan untuk terjadinya stroke iskemik. 10
4. Kondisi hiperurisemia diduga dapat meningkatkan agregasi trombosit.10
5. Hiperkolesterol
19
Kadar HDL yang rendah dan kadar LDL yang tinggi dapat
mempercepat aterosklerosis pembuluh darah koroner dan serebral. 10
b. Faktor risiko yang tidak dapat dimodifikasi
1. Usia
Seiring dengan meningkatnya usia, terjadi juga peningkatan kejadian
aterosklerosis. Selain itu faktor risiko stroke lainnya seperti atrial fibrilasi
dan hipertensi juga sering ditemukan pada usia lanjut. 10
2. Jenis kelamin
Laki-laki memiliki risiko stroke 1.25-2.5 kali lebih tinggi daripada
perempuan. Pada perempuan terdapat peran estrogen dalam mencegah
pembentukan plak aterosklerosis di seluruh pembuluh darah. Sehingga
perempuan pada usia produktif memiliki proteksi terhadap kejadian
vaskular dan aterosklerosis. Tetapi, pada usia lanjut produksi estrogen
menurun sehingga fungsi protektif estrogen juga menurun. 10
3. Etnis
Pada stroke iskemik diawali dengan adanya sumbatan pembuluh darah oleh
trombus atau emboli yang mengakibatkan sel otak tidak mendapatkan suplai darah,
oksigen, dan energi. Trombus dapat terbentuk oleh karena proses aterosklerosis pada
arkus aorta, arteri karotis, atau pada pembuluh darah serebral. Proses tersebut diawali
dengan cedera endotel dan inflamasi sehingga terbentuk plak pada dinding pembuluh
darah. Plak tersebut akan makin menebal dan sklerotik. Trombosit kemudian akan
menempel pada plak dan melepaskan faktor-faktor yang menginisiasi kaskade
koagulasi dan pembentukan trombus. Trombus tersebut dapat lepas sehingga menjadi
emboli dan menyebabkan oklusi pada pembuluh darah tersebut. Emboli dapat berasal
dari trombus di pembuluh darah tetapi sebagian besar berasal dari jantung yang
terbentuk pada keadaan tertentu seperti atrial fibrilasi dan infark miokard. Iskemia
20
jaringan otak dapat menyebabkan kerusakan yang bersifat sementara atau menjadi
permanen yang disebut infark.10
Sekeliling area sel otak yang mengalami infark disebut daerah penumbra. Pada
daerah tersebut terjadi gangguan metabolisme dan penurunan perfusi sementara
(daerah iskemia). Daerah tersebut dapat diselamatkan jika dilakukan reperfusi segera.
Tetapi jika tidak dapat diselamatkan akan menjadi daerah infark. Infark tersebut
disebabkan oleh sumbatan, proses inflamasi, gangguan sawar darah otak (blood brain
barrier), zat neurotoksik oleh karena hipoksia, dan menurunnya aliran darah
mikrosirkulasi kolateral.10
Pada daerah yang mengalami iskemia terjadi penurunan kadar ATP sehingga
terjadi kegagalan pompa Na/K dan peningkatan kadar laktat intraselular. Kegagalan
pompa Na/K menyebabkan depolarisasi sehingga menyebabkan peningkatan kadar
kalsium intraselular. Selain itu, terjadi juga peningkatan pelepasan glutamat oleh
karena kegagalan pompa Na/K. Glutamat yang dilepaskan akan berikatan dengan
reseptor glutamat yaitu N-metil-D-aspartat (NMDA) dan α-amino-3-hydroxy-5-
methyl-4-isonazolipropionid-acid (AMPA) yang juga akan menyebabkan masuknya
kalsium intraselular. Kalsium intraselular akan memicu terbentuknya radikal bebas,
nitrit oksida (NO), inflamasi, dan kerusakan DNA yang keseluruhannya berkontribusi
pada kematian sel.10
B. Stroke hemoragik
21
kasus, pecahnya pembuluh darah hanya dikarenakan peningkatan tekanan darah yang
mendadak, tanpa didahului oleh terbentuknya aneurisma. 10
Hematom yang sudah terbentuk dapat menyusut sendiri jika terjadi absorbsi.
Darah akan kembali ke peredaran sistemik melalui sistem ventrikel otak. Selain
hipertensi, hematom intraserebral dapat disebabkan oleh trauma, obat-obatan,
gangguan pembekuan darah, dan proses degeneratif pada pembuluh darah otak.10
C. Hiperglikemia reaktif
Pada penyakit serius termasuk stroke, akan disertai dengan reaksi stres yang
melibatkan aktivasi aksis hipotalamus-hipofisis-adrenal (HPa). Aktivasi sirkuit saraf
kompleks ini menyebabkan peningkatan kadar glukokortikoid serum, termasuk
kortisol, dan aktivasi sistem saraf otonom simpatis, yang mengakibatkan peningkatan
pelepasan katekolamin. Oleh karena itu, pada fase akut dari stroke iskemik dan minggu
pertama setelah stroke, akan disertai dengan kadar kortisol dan katekolamin yang
tinggi.11
22
Peningkatan kadar hormon stres seperti kortisol akan meningkatkan
glikogenolisis, glukoneogenesis, proteolisis dan lipolisis, yang semuanya akan
menyebabkan produksi glukosa yang berlebihan. Selain itu, epinefrin menghambat
transportasi glukosa ke dalam sel dengan cara menghambat pengikatan insulin ke
reseptornya, oleh karena itu peningkatan kadar epinefrin yang bersirkulasi dapat
menyebabkan resistensi insulin dengan hiperinsulinemia. Stroke juga dikaitkan dengan
peningkatan respon inflamasi dan pelepasan sitokin. Sitokin tertentu, seperti tumor
necrosis factor, telah terbukti mengaktifkan aksis HPa, dan aktivitas sitokin juga
dikaitkan dengan perkembangan resistensi insulin. Oleh karena itu, stroke berpotensi
menyebabkan hiperglikemia secara tidak langsung melalui aktivasi respon inflamasi. 11
Kesulitan menelan
Nyeri kepala
Penglihatan ganda.
Pingsan.
23
Berdasarkan lokasinya di tubuh, gejala-gejala stroke terbagi menjadi berikut:
Jika tanda-tanda dan gejala tersebut hilang dalam waktu 24 jam, dinyatakan
sebagai Transient Ischemic Attack (TIA), dimana merupakan serangan kecil atau
serangan awal stroke.
Stroke iskemik dan hemoragik menampakkan gejala awal yang sama, misalnya
anggota gerak pertama-tama terasa lemah, lalu semakin parah dan lumpuh. Penderita
juga mengalami gangguan penglihatan dan kaki sering kesemutan. Bila telah
terserang, dokter biasanya akan mudah mendeteksi. Bila hanya organ sebelah kiri
yang lumpuh, berarti serangan stroke terjadi disebelah kanan dan sebaliknya. Gejala
stroke iskemik tergantung pada lokasi dan luasnya sumbatan atau perdarahan.5
Bentuk ringan stroke dikenal dengan Serangan Otak Sepintas (Transient
Ischaemic Attack/ TIA). Gejala terkadang hanya berupa rasa lemah di satu sisi wajah,
atau mungkin rasa kesemutan di lengan atau tungkai. Ada pula yang mengeluhkan
gangguan dari fungsi berbicara. Gejala stroke ringan biasanya akan kembali normal
dalam waktu cepat, kurang dari satu jam. Gejala stroke yang lebih berat umumnya
akan menimbulkan gejala yang lebih khas, seperti kelumpuhan.
Gejala klinis stroke iskemik dapat terjadi pada lokasi yang berbeda tergantung
neuroanatomi dan vaskularisasi yang diserang, antara lain:
24
1. Arteri serebri anterior
25
Dengan demikian, akan terjadi hemiparesis dan hemisensorik kontralateral,
yang lebih melibatkan wajah dan lengan dibanding kaki, terjadi homonimus
hemianopia, dan bila mengenai sisi dominan akan terjadi afasia global
(perseptif dan ekspresif).
26
Gejala yang muncul apabila terjadi oklusi pada arteri serebri
posterior menyebabkan terjadinya homonimus hemianopia yang mengenai
lapangan pandang kontralateral. Sedangkan oklusi yang terjadi pada daerah
awal arteri serebri posterior pada mesensefalon akan memberikan gejala
paralisis pandangan vertikal, gangguan nervus kranialis okulomotorik,
oftalmoplagia internuklear, dan defiasi vertikal drai bola mata.
27
basilaris mengakibatkan penurunan aliran darah menuju formasio retikularis
asendens di mesensefalon dan talamus sehingga timbul penurunan kesadaran.
Sedangkan emboli yang lebih kecil dapat menyumbat lebih rostral dan pada
kasus demikian, mesensefalon, talamus, lobus temporal, dan oksipital dapat
mengalami infark. Kondisi ini dapat mengakibatkan gangguan visual
(hemianopia homonim, buta kortikal), visiomotor (gangguan gerak
konvergen, paralisis penglihatan vertikal, diplopia), dan prilaku (terutama
disorientasi) abnormal tanpa gangguan motorik.
6. Cabang vertebrobasilar Sirkumferensial
28
okulomotor (N.III) ipsilateral disertai ataksia. Paresis nervus abdusen (N.VI)
dan nervus fasialis (N.VII) ipsilateral terjadi pada lesi daerah pons, sedang
paresis nervus hipoglosus (N.XII) terjadi jika letak lesi setinggi medula
oblongata. Manifestasi klinis dapat berupa koma apabila lesi melibatkan
kedua sisi batang otak.
Infark lakunar sering terjadi pada nukleus dalam dari otak (putamen
37%, talamus 14%, nukleus kaudatus 10%, pons 26%, kapsula interna krus
posterior 10%). Terdapat 4 macam sindrom infark lakunar yaitu hemiparesis
murni, stroke sensorik murni, hemiparesisataksik, dan sindroma dysarthria-
clumsy hand.
Gejala yang paling umum ditemukan adalah sakit kepala dan muntah.
Walaupun tidak spesifikdan tergantung lokasi lesi, hal ini membedakannya dengan
stroke iskemik. Sakit kepala pada saat onset merupakan suatu gejala klinis yang
penting pada pasien dengan perdarahan lobar, diakibatkan karena adanya distensi
lokal, distorsi, atau peregangan struktur intrakranial superfisial yang sensitif
29
terhadap rasa sakit.
Gejala lainnya yaitu kejang yang menunjukkan adanya suatu perdarahan
lobaris dibandingkan perdarahan pada bagian yang lebih dalam. Kecepatan
penurunan kesadaran pada pasien bervariasi sesuai lokasi dan luas perdarahan yang
terjadi.
Mayoritas kasus dari perdarahan intraserebral terdapat pada kompartemen
supratentorialdan sebagian lagi pada bagian hemisfer serebral, ganglia basalis, dan
talamus. Berikut ini adalah penjelasan mengenai jenis-jenis perdarahan yang dapat
terjadi pada stroke perdarahan dan gejalayang diakibatkannya:
1.1 Perdarahan Putaminal
Perdarahan putaminal merupakan bentuk perdarahan intracerebral
yang palingsering terjadi. Gambaran klasik dari perdarahan putaminal
adalah kelemahan motorik unilateral yang diikuti abnormalitas sensorik
visual dan perilaku. Apabila lesi mengenai hemisfer sisi dominan akan
terjadi afasia global, sedangkan bila mengenai hemisfer non-dominan
akan menyebabkan gejala hemi-inattention.
1.2 Perdarahan kaudatus
30
yang disertaai sindrom hemisensorik berupa penurunan sistem sensorik
tungkai, wajah dan punggung kontralateral. Gejala utama pada
perdarahan talamik adalah kelainan pada nervus okulomotoris yang
mengakibatkan kelumpuhan pandanganatas, paralisis konvergen, retraksi
nistagmus, deviasi asimetris.
1.4 Perdarahan substansia alba (perdarahan lobaris)
31
umumnya bertahap dan progresif. Kerap terjadi ataksia dan oftalmoplegia
juga hidrposefalus akibat blokade atau distensi pada akuaduktus. Gejala
lain yang ditimbulkan antara lain berupa kelumpuhan bilateral nervus III,
kelemahan bulbar, reflek extensor plantar, sakit kapal yang menyeluruh,
muntah, hemiparesis, diplopia, dan pinpoint pupil.
1.7 Perdarahan pons
Perdarahan pons terjadi karena peningkatan tekanan intrakranial yang
disebabkan masuknya darah keruangan tertutup intrakranial. Gejala klinis
yang terjadi adalah sakitkepala yang hebat di daerah oksipital sebelum
terjadi koma, gejala kejang, menggigil hebat, dan terjadi disfungsi sistem
otonom. Selain itiu gajala lainnya adalah mati rasa pada wajah dan
tungkai atas, ketulian, diplopia, kelemahan kaki bilateral, dan
pola pernapasan yang abnormal, apnea.
2. Perdarahan Subarakhnoid 6
Sakit kepala, yang bisa tiba-tiba tidak seperti biasanya dan berat
(kadangkala disebut sakit kepala thunderclap).
32
Nyeri muka atau mata.
Penglihatan ganda.
Kehilangan penglihatan sekelilingnya.
33
mati, seperti stroke iskemik. Vasopasm bisa menyebabkan gejala yang
serupa pada stroke iskemik, seperti kelemahan atau kehilangan
rasa pada salah satu bagian tubuh, kesulitan menggunakan atau
memahami bahasa, vertigo, dan koordinasi lemah.
3. Pecahan kedua: kadangkala pecahan kedua terjadi, biasanya dalam waktu
seminggu.
Pada anamnesis perlu ditanyakan identitas, kronologis terjadinya keluhan, faktor risiko
pada pasien dan keluarga seperti diabetes melitus, hipertensi, dislipidemia, obesitas,
penyakit jantung, merokok, dan kondisi sosial ekonomi pasien. 10
Pada stroke iskemik onset defisit fokal terjadi secara mendadak. Pada 25%
pasien dengan stroke iskemik dapat mengeluh nyeri kepala tetapi lebih banyak
ditemukan pada pasien dengan perdarahan intraserebral atau subarachnoid. Mual dan
muntah dapat terjadi jika melibatkan batang otak dan serebelum. Penurunan kesadaran
umumnya jarang terjadi pada beberapa jam pertama kecuali melibatkan RAS di batang
otak.7
Pada stroke iskemik karena trombosis umumnya terjadi pada saat bangun tidur
dan memiliki defisit neurologis yang masih dapat berevolusi dalam menit atau jam
(stepwise), sedangkan pada stroke iskemik karena emboli umumnya terjadi pada saat
beraktivitas dan defisit neurologis mencapai puncaknya saat onset. Pada pasien dengan
penyakit jantung seperti penyakit jantung katup, kardiomegali, aritmia, atau
endokarditis dapat menyebabkan terjadinya kardioemboli.7,8
34
pada 50% pasien dan juga terdapat muntah dan penurunan kesadaran yang lebih awal
jika terdapat hematom yang besar sehingga menyebabkan peningkatan TIK.10
Penggunaan antikoagulan atau trombolitik perlu ditanyakan. Selain itu dapat juga
ditemukan kejang dan kaku kuduk.10
Gejala gangguan fungsi otak pada stroke bergantung pada daerah otak yang
terkena. Defisit neurologi yang ditimbulkan dapat bersifat global seperti gangguan
kesadaran ataupun fokal, seperti kelumpuhan sesisi/kedua sisi, kelumpuhan otot-otot
pergerak bola mata, otot-otot untuk menelan, dan bicara, gangguan fungsi
keseimbangan, fungsi penghidu, fungsi penglihatan, fungsi pendengaran, fungsi
somatic sensoris, fungsi kongitif seperti gangguan atensi, memori, bicara verbal,
mengerti pembicaraan, pengenalan ruang, dan sebagainya. 10
B. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan sederhana untuk mengenali gejala dan tanda stroke dengan
sensitivitas 85% dan spesifisitas 68% yaitu FAST, mencakup:10
Pemeriksaan fisik yang utama meliputi keadaan umum, kesadaran, dan tanda
vital.10 Pola pernapasan karena dapat menjadi petunjuk lokasi perdarahan. 10
Selanjutnya dilakukan pemeriksaan dari kepala, mata, telinga, hidung, tenggorokan,
dada terutama jantung untuk mendeteksi adanya aritmia atau murmur yang berkaitan
dengan penyakit katup, abdomen, dan ekstremitas.8,10 Pada ekstremitas terutama untuk
mencari terdapat edema tungkai akibat trombosis vena dalam atau gagal jantung. 10
35
pemeriksaan motorik dibandingkan kanan dan kiri serta atas dan bawah untuk
menentukan luas dan lokasi lesi. Pemeriksaan sensorik dan otonom terutama yang
berkaitan dengan inkontinensia atau retensio urin dan alvi.10
Sistem skoring dapat digunakan bila tidak terdapat fasilitas pencitraan otak
yang dapat membedakan secara jelas patologi penyebab stroke. Salah satu sistem
skoring yang sering digunakan yaitu Skor Stroke Siriraj, yaitu: 10
Komponen Skor
Kesadaran Kompos mentis 0
Somnolen 1
Sopor/koma 2
Vomitus Tidak ada 0
Ada 1
Nyeri Kepala Tidak ada 0
Ada 1
Ateroma Tidak ada 0
Ada diabetes, angina, atau
1
penyakit pembuluh darah
Tabel 1. Skor stroke siriraj7
36
Sistem penskoran:
Interpretasi:
C. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan laboratorium di IGD yaitu hematologi rutin untuk mendeteksi
anemia, leukositosis, dan jumlah trombosit. 7,10,14 Anemia dapat disebabkan karena
adanya keganasan yang dapat menyebabkan kondisi hiperkoagulasi.7 Leukositosis
mencerminkan adanya infeksi sistemik seperti endokarditis atau pneumonia aspirasi.7
Selain itu perlu juga diperiksa glukosa darah sewaktu, elektrolit, dan fungsi
ginjal (ureum, kreatinin) di IGD.10,14 Di ruang perawatan dilakukan pemeriksaan
glukosa darah puasa dan 2 jam paskaprandial, HbA1C, profil lipid, CRP, dan LED.10,14
Peningkatan LED dapat mencerminkan adanya penyakit inflamatori sistemik seperti
vaskulitis.7 Pemeriksaan hemostasis seperti activated partial thrombin time (APTT),
prothrombin time (PT), dan international normalized ratio (INR), enzim jantung
(troponin, CKMB), fungsi hati, serta elektrolit dilakukan atas indikasi.10,14 Peningkatan
PT dapat disebabkan karena penggunaan warfarin jangka panjang atau karena penyakit
liver kronis.7 Peningkatan APTT dapat ditemukan pada penggunaan heparin.7
Pemeriksaan lain seperti ekokardiografi, pungsi lumbal, dan EEG juga dapat dilakukan
atas indikasi.10
37
Pemeriksaan penunjang baku emas dalam mendiagnosis stroke hemoragik
adalah CT scan. Pemeriksaan penunjang dilakukan untuk memastikan diagnosis dan
untuk mengetahui faktor risiko dan etiologi stroke berupa elektrokardiogram (EKG)
dan rontgen thoraks. Penunjang lain antara lain adalah CT angiografi atau MRI serta
magnetic resonance angiogram (MRA); doppler karotis dan vertebralis, dan doppler
transcranial (TCD) 10,14
38
stroke diketahui dan didiagnosis dalam golden period 4.5 jam setelah gejala pertama
muncul.
39
Pasien stroke iskemik akut yang nonhipoksia tidak mernerlukan terapi oksigen.
Intubasi ETT (Endo Tracheal Tube) atau LMA (Laryngeal Mask Airway)
diperlukan pada pasien dengan hipoksia (p02 <60 mmHg atau pCO2 >50 mmHg),
atau syok, atau pada pasien yang berisiko untuk terjadi aspirasi.
Pipa endotrakeal diusahakan terpasang tidak lebih dari 2 minggu. Jika pipa
terpasang lebih dari 2 rninggu, maka dianjurkan dilakukan trakeostomi.
b. Stabilisasi Hemodinamik
Bila tekanan darah sistolik <120 mmHg dan cairan sudah mencukupi, maka
obat-obat vasopressor dapat diberikan secara titrasi seperti dopamin dosis
sedang/ tinggi, norepinefrin atau epinefrin dengan target tekanan darah sistolik
berkisar 140 mmHg.
40
Hipotensi arterial harus dihindari dan dicari penyebabnya. Hipovolemia harus
dikoreksi dengan larutan satin normal dan aritmia jantung yang mengakibatkan
penurunan curah jantung sekuncup harus dikoreksi
Tekanan darah
Pemeriksaan jantung
Pemeriksaan neurologi umum awal:
i. Derajat kesadaran
ii. Pemeriksaan pupil dan okulomotor
iii. Keparahan hemiparesis
Monitor TIK harus dipasang pada pasien dengan GCS <9 dan penderita yang
mengalami penurunan kesadaran karena kenaikan TIK.
Sasaran terapi adalah TIK kurang dari 20 mmHg dan CPP >70 mmHg.
41
v. Jaga normovolernia
42
xi. Tindakan bedah dekompresif pada keadaan iskemik sereberal yang
menimbulkan efek masa, merupakan tindakan yang dapat menyelamatkan
nyawa dan memberikan hasil yang baik.
f. Pengendalian Kejang
Bila kejang, berikan diazepam bolus lambat intravena 5-20mg dan diikuti oleh
fenitoin, loading dose 15-20 mg/kg bolus dengan kecepatan maksimum 50
mg/menit.
43
Pada pasien febris atau berisiko terjadi infeksi, harus dilakukan kultur dan
hapusan (trakea, darah dan urin) dan diberikan antibiotik. Jika memakai kateter
ventrikuler, analisa cairan serebrospinal harus dilakukan untuk mendeteksi
meningitis.
Jika didapatkan meningitis, maka segera diikuti terapi antibiotic
h. Pemeriksaan Penunjang
EKG
Pemeriksaan radiologi
ii. CT Scan
44
500 ml untuk kehilangan cairan yang tidak tampak dan ditambah lagi 300 ml
per derajat Celcius pada penderita panas).
d) Elektrolit (natrium, kalium, kalsium dan magnesium) harus selalu diperiksa
dan diganti bila terjadi kekurangan sampai tercapai nilai normal.
e) Asidosis dan alkalosis harus dikoreksi sesuai dengan hasil analisa gas darah.
f) Cairan yang hipotonik atau mengandung glukosa hendaklah dihindari kecuali
pada keadaan hipoglikemia.
2. Nutrisi
a) Nutrisi enteral paling lambat sudah harus diberikan dalam 48 jam, nutrisi oral
hanya boleh diberikan setelah hasil tes fungsi menelan baik.
b) Bila terdapat gangguan menelan atau kesadaran menurun makanan, nutrisi
diberikan melalui pipa nasogastrik.
c) Pada keadaan akut, kebutuhan kalori 25-30 kkal/kg/hari dengan komposisi:
Karbohidrat 30-40 % dari total kalori;
Lemak 20-35 % (pada gangguan nafas dapat lebih tinggi 35-55 %);
45
3. Pencegahan dan Penanganan Komplikasi
a) Mobilisasi dan penilaian dini untuk mencegah komplikasi subakut (aspirasi,
malnutrisi, pneumonia, thrombosis vena dalam, emboli paru, dekubitus,
komplikasi ortopedi dan kontraktur) perlu dilakukan .
b) Berikan antibiotika atas indikasi dan usahakan sesuai dengan tes kultur dan
sensitivitas kuman atau minimal terapi empiris sesuai dengan pola kuman.
c) Pencegahan dekubitus dengan mobilisasi terbatas dan atau memakai kasur
antidekubitus.
d) Pencegahan thrombosis vena dalam dan emboli paru.
e) Pada pasien tertentu yang beresiko menderita thrombosis vena dalam, heparin
subkutan 5000 IU dua kali sehari atau LMWH atau heparinoid perlu diberikan.
Resiko perdarahan sistemik dan perdarahan intraserebral perlu diperhatikan.6
Pada pasien imobilisasi yang tidak bias menerima antikoagulan, penggunaan
stocking eksternal atau aspirin direkomendasikan untuk mencegah thrombosis
vena dalam.
46
g) Kandung kemih yang penuh dikosongkan, sebaiknya dengan kateterisasi
intermiten.
h) Pemeriksaan penunjang lanjutan seperti pemerikssan laboratorium, MRI,
Dupleks Carotid Sonography, Transcranial Doppler, TTE, TEE, dan lain-lain
sesuai dengan indikasi.
i) Rehabilitasi / restorasi fisik, wicara,dan okupasi
j) Edukasi.
B. Stroke iskemik
1. Trombolisis intravena7
Menggunakan recombinant tissue plasminogen activator (rTPA) seperti
alteplase diberikan pada stroke iskemik akut dengan onset ≤3 atau 4.5 jam secara
intravena dengan dosis 0.9 mg/kgBB (maksimum 90 mg). rTPA dicampur
dengan aqueous steril untuk mencapai konsentrasi akhir 1 mg/ml. Berikan 10%
dari total dosis secara IV bolus dalam 1 menit dan sisa 90% secara IV infus
dalam 1 jam. Lakukan pemeriksaan neurologis dan tanda vital setiap 15 menit
selama 2 jam, setiap 30 menit selama 4 jam, dan setiap jam selama 18 jam.
Tekanan darah di kontrol selama 24 jam dengan TD sistolik < 180 dan TD
diastolic <105 mmHg. Selama 24 jam tidak boleh diberikan antikoagulan atau
antiplatelet, selain itu juga jika tidak diperlukan, hindari pemasangan NGT, foley
kateter, dan akses vena sentral. CT scan kepala perlu diulang dalam 24 jam atau
jika terjadi perburukan neurologis.
Kriteria inklusi:
47
Kriteria eksklusi dengan onset 3 jam:
48
2. Terapi neurointervensi/endovaskular7,10
Menggunakan kateterisasi untuk melenyapkan trombus di pembuluh
darah dengan melisiskan trombus secara langsung (trombolisis intraarterial) atau
menarik trombus yang menyumbat dengan alat khusus (trombektomi mekanik)
pada stroke dengan onset <8 jam.
3. Pemberian antikoagulan sebagai pencegahan sekunder 7,10
Pemberian antikoagulan dilakukan jika pada hasil pencitraan otak tidak
ada perdarahan intrakranial primer. Warfarin dapat digunakan sebagai
pengobatan lini pertama untuk pencegahan sekunder stroke iskemik pada
kebanyakan kasus stroke kardio-emboli. Dosis warfarin dimulai 2 mg/hari
dengan target INR 2.0-3.0 Pemantuan INR rutin per 3 hari selama 2 minggu, lalu
1 minggu sekali selama 1 bulan, dan setelah itu 1 bulan sekali.
Selain warfarin, sebagai pencegahan sekunder dari stroke kardioemboli
karena fibrilasi atrial nonvalvular dapat diberikan new oral anticoagulant
(NOAC) seperti dabigatran (2x75 mg atau 2x110 mg), rivaroksaban (1x20 mg)
dan apiksaban (1x5 mg). Tidak diperlukan pemeriksaan darah untuk pemantauan
khusus selama pemberian NOAC.
4. Pemberian antiagregasi trombosit
Aspirin diberikan sebagai terapi pencegahan sekunder sehingga tidak
boleh digunakan sebagai pengganti tindakan intervensi yang bertujuan untuk
revaskularisasi. Jika direncanakan dilakukan pemberian trombolisis, aspirin
ditunda pemberiannya minimal selama 24 jam dan dapat dimulai jika tidak
terdapat komplikasi perdarahan. Dosis aspirin 50-325 mg sehari sekali per oral.7
Klopidogrel dapat diberikan dengan dosis 75 mg untuk pencegahan
kejadian stroke iskemik, infark jantung, dan kematian akibat vaskuler.
Pemberian klopidogrel dikombinasikan dengan aspirin selama 21 hari – 3 bulan
yang dilanjutkan dengan klopidogrel saja dapat mencegah stroke pada pasien
TIA dan stroke iskemik ringan.10
49
5. Tekanan darah
Secara umum pemberian terapi antihipertensi pada stroke iskemik akut
tidak diberikan pada 72 jam pertama. Tekanan darah akan menurun tanpa terapi
pada beberapa jam atau hari pada kebanyakan pasien. Terapi anithipertensi
diberikan jika TD sistolik >220 mmHg atau TD diastolik >120 mmHg. Obat
antihipertensi diberikan secara parenteral seperti labetalol atau nikardipin.4
Labetalol IV dapat diberikan dengan cara 10 mg selama 1-2 menit, dapat
diulang atau ditambah dosisnya menjadi dua kali lipat setiap 10-20 menit sampai
target tercapai atau dosis maksimal 300 mg. Kontraindikasi jika terdapat CHF,
asma, heart block derajat 2 atau 3, atau penggunaan kokain. Nikardipin IV dapat
diberikan dengan dosis awal 5 mg/jam dan dititrasi setiap 5-15 menit sebanyak
2.5 mg/jam sampai mencapai target atau dosis maksimal 15 mg/jam. 10
C. Stroke hemoragik
1. Koreksi koagulopati
Pemeriksaan hemostasis dilakukan antara lain PT, APTT, INR, dan trombosit
serta koreksi cepat jika terdapat kelainan. 10
2. Tekanan darah7
a. Pada TD sistolik >220 mmHg atau MAP >150 mmHg dapat dilakukan
penurunan tekanan darah secara agresif dengan antihipertensi IV seperti
nikardipin atau labetalol secara kontinu disertai pemantauan rutin.
b. Penurunan TD sistolik sebanyak 20% dalam 24 jam pertama atau sampai
<160 mmHg (manapun yang lebih tinggi).
3. Mempertahankan Cerebral Perfusion Pressure (CPP) >60-70 mmHg. Hal
tersebut dapat dicapai dengan menurunkan TIK ke nilai normal dengan
pemberian mannitol atau operasi.10
4. Penatalaksanaan bedah10
Indikasi bedah pada perdarahan intraserebral yaitu:
a. Hematom serebelar dengan diameter >3 cm disertai penekanan batang otak dan
atau hidrosefalus akibat obstruksi ventrikel.
50
b. Perdarahan dengan kelainan struktur seperti aneurisma atau malformasi
arteriovena (MAV).
c. Perdarahan lobaris dengan ukuran sedang-besar yang terletak dekat dengan
korteks (<1cm) pada pasien berusia <45 tahun dengan GCS 9-12.
51
BAB III
KESIMPULAN
Stroke adalah suatu sindrom yang ditandai dengan gejala dan atau tanda klinis
yang berkembang dengan cepat yang berupa gangguan fungsional otak fokal maupun
global secara mendadak dan akut yang berlangsung lebih dari 24 jam yang tidak
disebabkan oleh sebab lain selain penyebab vaskuler.1 Stroke dapat dibagi berdasarkan
patologi anatomi menjadi stroke iskmeik dan hemoragik, berdasarkan waktu menjadi
TIA, RIND, stroke in evolution, dan completed stroke, dan berdasarkan vaskularisasi
menjadi sistem karotis dan sistem vertebrobasiler.9
Faktor risiko stroke dapat dibagi menjadi dua yaitu dapat dimodifikasi dan tidak
dapat dimodifikasi. Faktor risiko yang dapat dimodifikasi antara lain adalah hipertensi,
diabetes melitus, merokok, obesitas, asam urat, dan hiperkolesterol, sedangkan faktor
risiko yang tidak dapat dimodifikasi antara lain adalah usia, jenis kelamin, dan etnis.
Stroke didiagnosis dengan adanya gejala defisit neurologis global atau salah
satu/beberapa defisit neurologis fokal yang terjadi mendadak dan gold standard
pembuktian dengan gambaran pencitraan otak (CT scan atau MRI).7
52
DAFTAR PUSTAKA
53