Disusun oleh:
Latifa Yasmine
030.15.101
Pembimbing:
dr. Afifah Is, Sp.PD
Disusun oleh:
Latifa Yasmine
030.15.101
Telah diterima dan disetujui oleh dr. Afifah Is, Sp.PD selaku pembimbing
Kepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit Dalam RSUD Budhi Asih
Latifa Yasmine
030.15.101
BAB I
PENDAHULUAN
Lanjut usia adalah seseorang yang telah mencapai usia 60 tahun ke atas.
Lanjut usia merupakan bagian dari proses kehidupan yang tidak dapat dihindari
dan akan dialami oleh setiap manusia (proses menua). Menua didefinisikan
sebagai proses yang mengubah seorang dewasa sehat menjadi seorang yang ‘frail’
(lemah, rentan) dengan berkurangnya sebagian besar cadangan sistem fisiologis
dan meningkatnya kerentanan terhadap berbagai macam penyakit, perubahan
lingkungan, dan kematian. Menua juga berarti hilangnya mobilitas dan
ketangkasan.1,2
Geriatri merupakan lanjut usia (lebih dari 60 tahun) dengan
penyakit
kronik. Dalam penanganan masalah pada geriatri dibutuhkan suatu
penatalaksanaan yang holistik, dimana karakteristik penyakit pada pasien geriatri
multifaktorial dan gejala penyakit tersebut tidak khas. Pada tahun 2013, jumlah
penduduk lanjut usia (lansia) di dunia mencapai 841 juta dan diperkirakan akan
menjadi lebih dari 2 milyar pada tahun 2050. 2 Sekitar dua pertiga dari penduduk
lansia dunia berada pada negara berkembang, bahkan diperkirakan akan menjadi
delapan persepuluh pada tahun 2050. Jumlah lansia di Indonesia pada tahun 2012
adalah sebesar 18.582.905 penduduk dan semakin meningkat dari tahun ke tahun.
Indonesia termasuk lima besar negara dengan jumlah penduduk
usialanjutterbanyak di dunia, yaitu mencapai 18,1 juta jiwa atau 7,6 persen dari
total penduduk.Jumlah penduduk usia lanjut (diatas 60 tahun) diperkirakan akan
meningkat menjadi27,1 juta jiwa pada tahun 20203,4
Pasien lanjut usia mempunyai ciri-ciri: memiliki beberapa penyakit
kronis/menahun, gejala penyakitnya tidak khas, fungsi organ yang menurun,
tingkat kemandirian berkurang, sering disertai masalah nutrisi, karena alasan
tersebut perawatan pasien lanjut usia berbeda dengan pasien yang lain.4
Istilah lain yang terkait dengan proses menua adalah “geriatri”. Geriatri
merupakan cabang ilmu kedokteran yang mengobati kondisi dan penyakit yang
terkait dengan proses menua dan usia lanjut. Pasien geriatri adalah pasien usia
lanjut dengan multipatologi (penyakit ganda).3 Masalah yang sering dijumpai
pada pasien usia lanjut adalah sindroma geriatri.Sindroma geriatri merupakan
kumpulan gejala dan atau tanda klinis, dari satu atau lebih penyakit, yang sering
dijumpai pada pasien geriatri yang perlu penatalaksanaan segera dan dilakukan
identifikasi penyebab. Sindroma geriatri terdiri dari malnutrisi, imobilisasi,
instabilitas, infeksi, inkontinensia, insomnia dan lainnya, sering dijumpai pada
pasien geriatri yang sering dikeluhkan oleh para lanjut usia dan atau keluarganya
(istilah 14 I), yaitu:
1. immobility (kurang bergerak),
2. instability (mudah jatuh),
3. incontinence (gangguan BAB/BAK),
4. intellectual impairment (gangguan intelektual/ demensia),
5. infection (infeksi),
6. impairement of hearing, vision and smell (gangguan pendengaran,
penglihatan, dan penciuman),
7. isolation (depresi),
8. inanition (malnutrisi),
9. impecunity (kemiskinan),
10. iatrogenic (menderita penyakit pengaruh obat-obatan),
11. insomnia (sulit tidur),
12. immuno-defficiency (penurunan sistem kekebalan tubuh),
13. impotence (gangguan seksual),
14. dan impaction (sulit buang air besar).
Menurut Fried et al., seringkali keluhan utama tidak mewakili kondisi
patologis spesifik yang mendasari perubahan status kesehatan. Dalam beberapa
kasus, kedua proses tersebut mungkin melibatkan organ yang berbeda dan organ
yang jauh tidak berkaitan antara lokasi lesi fisiologis yang mendasari dan gejala
klinis yang dihasilkan. Sebagai contoh, ketika infeksi yang melibatkan saluran
kemih menghasilkan delirium, itu adalah fungsi saraf yang diubah dalam bentuk
perubahan kognitif dan perilaku yang memungkinkan diagnosis delirium dan
menentukan banyak outcome fungsional.5,6
BAB II
LAPORAN KASUS
Riwayat penyakit: Stroke (ya) DM (-) Hipertensi (Ya) Peny.Jantung (-) Peny. Lain (- )
Item Tes Nilai Nilai
maks.
ORIENTASI
1. Sekarang (tahun), (musim), (bulan), (tanggal), (hari) 5 2
apa?
2. Kita berada dimana? (negara), (propinsi), (kota), 5 3
(rumah sakit), (lantai/kamar)
REGISTRASI
3. Sebutkan 3 buah nama benda ( jeruk, uang, mawar), 3 3
tiap benda 1 detik, pasien disuruh mengulangi ketiga
nama benda tadi. Nilai 1 untuk tiap nama benda yang
benar. Ulangi sampai pasien dapat menyebutkan
dengan benar dan catat jumlah pengulangan
ATENSI DAN KALKULASI
4. Kurangi 100 dengan 7. Nilai 1 untuk tiap jawaban 5 2
yang benar. Hentikan setelah 5 jawaban. Atau
disuruh mengeja terbalik kata “ WAHYU” (nilai
diberi pada huruf yang benar sebelum kesalahan;
misalnya uyahw=2 nilai)
MENGINGAT KEMBALI (RECALL)
5. Pasien disuruh menyebut kembali 3 nama benda di atas 3 1
BAHASA
6. Pasien diminta menyebutkan nama benda yang 2 2
ditunjukkan (pensil, jam)
7. Pasien diminta mengulang rangkaian kata: ”tanpa 1 0
kalau dan atau tetapi ”
8. Pasien diminta melakukan perintah: “ Ambil kertas 3 3
ini dengan tangan kanan, lipatlah menjadi dua dan
letakkan di lantai”.
9. Pasien diminta membaca dan melakukan perintah 1 0
“Angkatlah tangan kiri anda”
10. Pasien diminta menulis sebuah kalimat (spontan) 1 0
11. Pasien diminta meniru gambar di bawah ini 1 0
Skor Total 30 16
Skor :
Nilai 24-40 : normal
Nilai 17-23 : probable gangguan kognitif
Nilai 0-16 : definitif gangguan kognitif
STATUS FUNGSIONAL BARTHEL (INDEKS ADL BARTHEL / BAI)
Nama : Ny. S Tanggal penilaian : 29 Desember 2020
No Fungsi Sko Keterangan Nilai
. r skor
1 Mengendalikan 0 Tak terkendali/tak teratur (perlu pencahar) 2
rangsang 1 Kadang-kadang tak terkendali (1x seminggu)
pembuangan tinja 2 Terkendali teratur
2 Mengendalikan 0 Tak terkendali atau pakai kateter 2
rangsang berkemih 1 Kadang-kadang tak terkendali (hanya 1x/ 24
jam)
2 Mandiri
3 Membersihkan diri 0 Butuh pertolongan orang lain 1
(seka muka, sisir 1 Mandiri
rambut, sikat gigi)
4 Penggunaan jamban, 0 Tergantung pertolongan orang lain 1
masuk dan keluar 1 Perlu pertolongan pada beberapa kegiatan
(melepaskan, tetapi dapat mengerjakan sendiri beberapa
memakai celana, kegiatan yang lain
membersihkan, 2 Mandiri
menyiram)
5 Makan 0 Tidak mampu 2
1 Perlu pertolongan memotong makanan
2 Mandiri
6 Berubah sikap dari 0 Tidak mampu 3
berbaring ke duduk 1 Perlu banyak bantuan untuk bisa duduk (2
orang)
2 Bantuan minimal 1 orang
3 Mandiri
7 Berpindah / berjalan 0 Tidak mampu 2
1 Bisa (pindah) dengan kursi roda
2 Berjalan dengan bantuan 1 orang
3 Mandiri
8 Memakai baju 0 Tergantung orang lain 2
1 Sebagian di bantu (misalnya mengancing baju)
2 Mandiri
9 Naik turun tangga 0 Tidak mampu 1
1 Butuh pertolongan
2 Mandiri
10 Mandi 0 Tergantung orang lain 1
1 Mandiri
TOTAL SKOR : 17
Keterangan :
Skor BAI
20 : mandiri
12-19 : tergantung ringan
9-11 : tergantung sedang
5-8 : tergantung berat
0-4 : tergantung total
Keterangan:
Skor 1-3 : risiko jatuh rendah
Skor ≥ 4 : risiko jatuh tinggi
SKOR INSTRUMENTAL ACTIVITIES OF DAILY LIVING (IADL)
No. Parameter Skor
1 Kemampuan menggunakan telepon 1
a. Menggunakan telepon atas inisiatif sendiri, mampu mencari dan
memencet nomor telepon
b. Mampu memencet beberapa nomor telepon yang diketahui
c. Hanya bisa menjawab telepon tapi tidak mampu memencet nomor
telepon
d. Sama sekali tidak menggunakan telepon
2 Bebelanja 0
a. Mampu menangani semua kebutuhan belanja secara mandiri
b. Mampu berbelaja sendiri untuk barang-barang kecil
c. Perlu ditemani setiap kali berbelanja
d. Sama sekali tidak bisa berbelanja
3 Menyiapkan makanan 0
a. Merencanakan, menyiapkan/memasak, dan menyajikan makanan
secara mandiri
b. Menyiapkan/memasak makanan jika bahannya sudah disediakan
Memanaskan, menyajikan, dan menyiapkan makanan namun tidak
memenuhi kebutuhan yang cukup
c. Perlu bantuan menyiapkan/memasak dan menyajikan makanan
4 Urusan rumah tangga 1
a. Memelihara rumah sendiri atau sekali-sekali perlu bantuan untuk
pekerjaan yang berat
b. Melakukan pekerjaan rumah tangga yang ringan seperti mencuci
piring dan merapihkan tempat tidur
c. Melakukan pekerjaan rumah tangga yang ringan namun kurang
baik/tidak bersih
d. Bantuan untuk semua pekerjaan rumah tangga
e. Sama sekali tidak mampu melakukan pekerjaan rumah tangga
5 Mencuci pakaian 1
a. Mampu mencuci pakaian sendiri
b. Mampu mencuci pakaian-pakaian yang ringan, seperti kaus kaki,
dll
c. Kegiatan mencuci pakaian dilakukan oleh orang lain
6 Penggunaan transportasi 0
a. Dapat berpergian dengan menggunakan kendaraan umum atau
menyetir sendiri
b. Dapat berpergian dengan taxi, bajaj, atau ojeg namun tidak dengan
kendaraan umum
c. Dapat berpergian dengan kendaraan umum jika ditemani
d. Berpergian hanya bisa dengan taxi atau mobil sendiri dengan
ditemani
e. Sama sekali tidak mampu berpergian
7 Tanggung jawab terhadap obat sendiri 1
a. Mampu bertanggung jawab terhadap minum obat dengan dosis
yang tepat
b. Mampu bertanggung jawab terhadap obat jika telah disiapkan
c. Tidak mampu minum obat sendiri
8 Mampu mengatur keuangan 0
a. Mampu mengatur masalah keuangan sendiri ( merencanakan,
membuat catatan, membayar tagihan, dll )
b. Mampu mengatur belanja sehari-hari, namum perlu bantuan dalam
hal perbankan, dll
c. Tidak mampu mengatur keuangan sendiri
Skor PENGKAJIAN: 6
Skor PENAPISAN: 6
PENILAIAN TOTAL: 12
Mohon beri tanda √ pada kotak yang paling sesuai untuk pernyataan
tentang tingkat kesehatan Bapak/Ibu,
MOBILITAS
Saya tidak mempunyai masalah untuk berjalan
Saya ada masalah untuk berjalan
xx
Saya hanya mampu berbaring
AKTIVITAS SEHARI-HARI
(Mis. Pekerjaan rumah tangga, aktivitas keluarga, bersantai)
Saya tak mempunyai kesulitan dalam melaksanakan kegiatan sehari-hari
Saya mempunyai keterbatasan dalam melaksanakan kegiatan sehari-hari
Saya tak mampu melaksanakan kegiatan sehari-hari
RASA CEMAS
BAGIAN / DEPRESI
KEDUA DARI EQ5D x
Saya tidak merasa cemas / gelisah atau depresi (jiwa tertekan)
Saya suka merasa agak cemas atau depresi
Saya merasa sangat cemas atau sangat depresi
BAGIAN KEDUA DARI EQ5D
Untuk membantu menyatakan tingkat kesehatan Bapak/Ibu, berikut ini
adalah sebuah alat ukur dengan skala yang dapat menggambarkan tingkat kesehatan
yang menurut Bapak/Ibu paling sesuai. Jika tingkat kesehatan yang dirasakan sangat
baik maka dapat ditandai ke angka 100 sedangkan jika tingkat kesehatan Bapak/Ibu
sangat buruk maka dapat diberi tanda di angka 0.
Mohon dapat menunjukkan tingkat kesehatan Bapak/Ibu saat ini dengan
menggunakan alat ukur ini dengan cara menarik garis dari kotak di bawah ini ke
titik mana saja yang menggambarkan tingkat kesehatan Bapak/Ibu.
Tingkat kesehatan
anda hari ini
Tingkat kesehatan
yang dirasakan
terburuk = 0
ANALISIS RUMAH
Tangga Ada
Lantai 2 lantai, menggunakan ubin
Penerangan Pencahayaan diruangan cukup, ventilasi udara cukup
Kloset Kloset duduk
Lain-lain Terdiri atas 3 kamar tidur, ruang tamu, dapur, ruang makan,
(lampiran denah 2 kamar mandi, dan ruang cuci. Lingkungan tidak padat
rumah jika penduduk.
perlu)
Denah Rumah
3
GENOGRAM
72 75
1 2 3 4 5
Keterangan :
Status generalis
Kepala : Normosefali, tidak ada deformitas
Rambut : Beruban, distribusi merata, tidak mudah dicabut
Mata : Konjungtiva anemis -/-, sklera ikterik -/-, pupil isokor (+), refleks
cahaya langsung +/+, refleks cahaya tidak langsung +/+, ptosis -/-,
ektropion -/- entropion -/-, alis mata lebih rendah dibandingkan rima
orbita superior, arcus senilis (+)
Telinga : Normotia, deformitas (-), nyeri tekan tragus (-), liang telinga lapang,
serumen (-), hiperemis (-)
Hidung : Deformitas (-), deviasi septum (-), krepitasi (-), liang hidung lapang,
konka hiperemis (-), konka edema (-), sekret (-), pernapasan cuping
hidung (-)
Mulut : Oral hygiene kurang baik, mukosa mulut basah dan kering, bibir
kering (+), bibir sianosis (-), gusi berdarah (-), gusi bengkak (-), lidah
kotor (-), bercak kemerahan pada mukosa (-), brercak putih pada
mukosa (-), gigi tanggal (+).
Tenggorokan : Uvula di tengah, arkus faring simetris, tonsil T1/T1, dinding faring
posterior tidak hiperemis, post nasal drip (-)
Leher : JVP 5-2 cmH2O, tidak teraba pembesaran KGB dan tiroid, trakea di
tengah, kaku kuduk (-)
Payudara : Benjolan -/-, hiperemis -/-, retraksi puting susu -/-, tidak terdapat
darah atau cairan yang keluar dari kedua puting susu
Paru
Inspeksi : Pergerakan dinding dada simetris kiri kanan, retraksi intercostal (+),
pemakaian otot bantu pernafasan (-), sela iga melebar (-), tipe
pernapasan torakoabdominal, barrel chest (-), benjolan (-)
Palpasi : Gerak dinding simetris saat statis dan dinamis, vocal fremitus
melemah di kedua lapang paru, nyeri tekan (-), benjolan (-)
Perkusi : Redup pada kedua lapang paru. Batas paru hepar di linea
midclavicularis kanan sela iga 6, batas paru lambung di linea aksilaris
anterior kiri sela iga 8
Auskultasi : Suara napas vesikuler melemah +/+, rhonki +/+, wheezing -/-
Jantung
Inspeksi : Pulsasi iktus cordis tidak terlihat
Palpasi : Pulsasi iktus cordis tidak teraba di sela iga 5 midclavicularis sinistra
Perkusi : Batas jantung kanan di sela iga 4 linea sternalis dekstra
Batas jantung kiri di sela iga 5 linea midklavikularis sinistra
Auskultasi : BJ I dan II reguler; gallop (-), murmur (-)
Abdomen
Inspeksi : Permukaan datar, spider nevi (-), caput medusae (-), benjolan (-)
Auskultasi : Bising usus (+) 5x/menit, arterial bruit (-), venous hum (-)
Palpasi : Defense muscular (-), nyeri tekan di 9 regio abdomen (-),
ballotement (-), Murphy sign (-), hepatomegali (-), splenomegali (-),
turgor < 2 detik
Perkusi : Timpani di 9 regio abdomen, shifting dullness (-)
Ekstremitas
Ekstremitas atas : Simetris kanan dan kiri, deformitas -/-, akral hangat +/+, oedem +/
+ pitting, clubbing finger (-), ptekie -/-, tampak atrofi otot
dilengan tangan, hilang lemak +/+, jejas -/-
Ekstremitas bawah: Simetris kanan dan kiri, deformitas -/-, akral hangat +/+,oedem
tungkai -/- pitting, ptekie -/-, jejas -/-, hilang lemak pada tungkai
atas +/+
Status neurologis
Saraf kranial : tidak terdapat lateralisasi pada N. VII dan XII
Kekuatan motorik:
4444 4444
4444 4444
Reflek fisiologis : biseps +/+
triceps +/+
patella +/+
achilles +/+
Reflek patologis : babinski -/-
chaddock -/-
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Laboratorium 27 Desember 2020
NILAI
JENIS PEMERIKSAAN HASIL SATUAN
NORMAL
HEMATOLOGI
Leukosit 13,6 * ribu/uL 3.6 – 11
Eritrosit 3,2 * juta/uL 3,8 – 5.2
Hemoglobin 9,1 * g/dL 13,2 - 17,3
Hematokrit 26 * % 35-47
Trombosit 322 ribu/uL 150 – 440
MCV 85,8 fL 80 – 100
MCH 29,6 Pg 26 – 34
MCHC 34,5 g/dL 32 – 36
RDW 17,5 * % <14
METABOLISME KARBOHIDRAT
Glukosa Darah Sewaktu 121 * mg/dl <110
GINJAL
Kreatinin 0,45 * mg/dL <1.1
ELEKTROLIT
Natrium (Na) 132 * mmol/L 135 – 155
Kalium (K) 2,7 mmol/L 3,6 – 5,5
Klorida (Cl) 98 mmol/L 98 – 109
RINGKASAN :
Ny. S, perempuan, 72 tahun Sejak 3 hari SMRS pasien buang air besar cair,
10 kali/hari, berupa air, ada ampas, warna kuning, perut terasa kembung. Ada mual
dan muntah 2x, isi air dan makanan, muntah tidak menyemprot. seluruh pada badan
pasien terasa lemas, pasien tidak kuat berdiri dan berjalan sejak diare, sakit kepala
dan terasa berat. Buang air kecil biasa tidak ada keluhan. Pasien masih dapat
merasakan jika ingin buang air kecil. Penurunan Nafsu makan berkurang sejak 1
minggu SMRS. Keluarga pasien merasakan Nafsu makan dan BB pasien menurun
dari 45 kg menjadi 35 kg (penurunan sebanyak 10 kg) dalam 3 bulan terakhir.
Penglihatan dirasakan berkurang namun masih dapat beraktivitas sehari-hari tidak
ada kesulitan. Pendengaran mulai berkurang, keluarga menyebutkan sudah lama dan
saat berbicara harus mendekat. Pada 4 tahun SMRS, pasien pernah jatuh dan
memiliki Riwayat stroke, pada ekstremitas kanan. Saat ini pasien hanya merasa
lemah saat berjalan sehingga pasien berjalan dengan pelan dan tidak bisa berjalan
jauh. Sejak 3 tahun SMRS pasien berada di rumah, pasien lebih sering menghabiskan
waktu di rumah dan apabila keluar rumah diantar dengan kursi roda, padahal
sebelumnya pasien aktif dan bisa pergi ke warung & pasar sendiri tanpa dibantu.
Kemampuan untuk naik turun tangga semakin menurun dan keluarga tidak
memperbolehkan pasien untuk naik tangga. Aktivitas sehari-hari pasien semakin
terbatas dan memerlukan bantuan orang lain untuk melakukan aktivitas sehari-hari.
Sejak 3 bulan SMRS pasien juga dirasakan sering lupa menaruh barang, kesulitan
mengunyah karena banyak gigi yang tanggal. Satu bulan SMRS, pasien dirasakan
mulai kesulitan berdiri dan harus dibantu, untuk bangun dari posisi berbaring ke
posisi duduk juga harus dibantu. Sejak berumur 45 tahun pasien diketahui menderita
sakit tekanan darah tinggi, tidak kontrol teratur, namun tetap meminum obat
(amlodipin 5 mg)
Terdapat Riwayat stroke (+), Riwayat DM, keganasan, dan TB paru disangkal.
Terdapat riwayat hipertensi pada keluarga.
Hasil dari geriatric depression scale (GDS) skor 8: kemungkinan depresi
berat, hasil dari mini mental state examination (MMSE) skor 16: definitif
gangguan kognitif, status fungsional Barthel skor 17: ketergantungan ringan, skor
instrumental activities of daily living (IADL) skor 3, mini nutritional assessment
(MNA) total skor penapisan dan pangkajian 12: malnutrisi, penilaian risiko jatuh
geriatri skor 5: risiko jatuh tinggi.
Pemeriksaan fisik tampak sakit sedang, kesadaran apatis, tekanan darah
120/60 mmHg, nadi 87 x/menit, frekuensi napas 20 x/menit, SaO2 98 %, suhu 36,5
ºC. Pada pemeriksaan status generalis didapatkan, arcus senilis (+), mata cekung,
bibir kering, gigi tanggal (+), pergerakan dinding dada simetris kiri kanan, vocal
fremitus melemah di kedua lapang paru, pada perkusi redup +/+, suara napas
vesikuler melemah +/+, rhonki +/+, bising usus meningkat, turgor kulit menurun,
atrofi otot ekstremitas atas dan bawah +/+, hilang lemak ekstremitas atas dan
bawah +/+. Pemeriksaan laboratorium leukosit (13,6 ribu/uL), eritrosit (3,2 jt/uL),
hemoglobin (9,1 g/dL), hematokrit (26%), glukosa darah cito (121 mg/dL).
Pemeriksaan foto dan CT-Scan toraks ditemukan Senile lung disertai bronchitis,
Cardiomegaly, Aortasclerosis, Spondyloarthosis thoracalis, Dextroscoliosis
thoracalis dan Efusi pleura bilateral dengan pneumonia bilateral (konfirmasi
ulang).
DAFTAR MASALAH :
1. Gastroenteritis 9. Imobilisasi
2. Pneumonia dengan efusi pleura 10. Ketergantungan berat
3. Malnutrisi 11. Kemunginan besar depresi
4. Low intake pada geriatric 12. Definitif gangguan kognitif
5. Anemia 13. Gangguan pendengaran
6. Hipertensi
7. Skoliosis
8. spondyloarthrosis
ANALISIS MASALAH :
No Masalah Pengkajian masalah Rencana diagnosis Rencana terapi
1. Gastroenteritis Atas dasar - Analisa feses Non farmakologi
Anamnesis : - Elektrolit - Tirah baring
- Diare 10 x sejak. 3 hari - Asupan gizi cukup
- Lemas tidak dapat beraktivitas - Cairan
Pemeriksaan fisik :
- Bising usus meningkat Farmakologi
Pemeriksaan penunjang - atapulgit
Lab:
- Leukositosis
- Hipokalemia
2. Efusi pleura bilateral Anamnesis: - konsultasi dokter Non farmakologi:
- Cepat Lelah setelah beraktivitas spesialis Paru NRM 8lpm
Pemeriksaan fisik: - USG toraks WSD
- pergerakan dinding dada simetris kiri kanan, - Pungsi pleura & Farmakologi:
retraksi intercostal (+), pemakaian otot bantu analisis cairan pleura diuretik/ diuretik hemat
pernafasan (+), vocal fremitus melemah di kedua kalium
lapang paru, perkusi redup di kedua lapang paru, -Furosemide/
suara napas vesikuler melemah +/ spironolakton
Pemeriksaan penunjang:
Pemeriksaan foto dan CT-Scan toraks Efusi pleura
bilateral dengan pneumonia bilateral
3. Suspek pneumonia Anamnesis: - Sputum gram & Nonfarmakologi:
pada geriatri - Lemas, BB menurun jamur Cairan dan diet yang baik
Pemeriksaan fisik:
- retraksi intercostal (+), pemakaian otot bantu Farmakologi:
pernafasan (+), ronkhi +/+ - golongan laktam iv:
Clanexi
Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan foto dan CT-Scan toraks Efusi pleura
bilateral dengan pneumonia bilateral
4. Malnutrisi Anamnesis : Observasi pasien Non farmakologi
nafsu makan menurun, BB menurun dalam 3 bulan, Darah perifer lengkap - Diet adekuat
tidak semua jenis makanan pasien mau, dan dengan Urinalisis Farmakologi
lauk-pauk seadanya tanpa mempertimbangkan gizinya. - Pemeriksaan tinja curcuma
MNA score: 12
Pemeriksaan fisik :
Ditemukan adanya atrofi otot, hilang lemak subkutan
LILA : 18 cm
IMT : 18/29,5 x 100 : 61
<80% : gizi buruk
5. Low intake pada Anamnesis : - Pemeriksaan Non farmakologi
geriatri - lemas (+) elektrolit - NGT
- nafsu makan menurun, BB menurun 10 kg dalam - Urin lengkap - Penyediaan gizi
3 bulan terakhir - Pemeriksaan Hb dan seimbang sesuai
Ht kebutuhan pasien
Pemeriksaan fisik : - Serum transferrin
Ditemukan gigi tanggal (+), bibir tampak kering, Mata - Serum albumin Farmakologi
cekung, turgor kulit menurun, atrofi otot ekstremitas - Keseimbnagn - Bicnat
atas dan bawah +/+, hilang lemak ekstremitas atas nitrogen - Ulsafat
dan bawah +/+ Curcuma
P: P:
IVFD NaCl 0,9 % IVFD NaCl 0,9 %
500cc 500cc
IVFD NaCl 0,9 % + IVFD NaCl 0,9 % +
KCL 75 mEq/ 24 jam KCL 75 mEq/ 24 jam
New Diatab 3 x 2 New Diatab 3 x 2
Omeprazole 2 x 40 Omeprazole 2 x 40 mg
mg Diet lunak
Diet lunak Levofloksasin 1x 750
Ceftriakson 1x2 g mg
Amlodipine 1x 5 mg Amlodipine 1 x 5 mg
29/12/2020
S: diare (-), pasien ingin pulang Pemeriksaan penunjang
A: GEA perbaikan
CAP perbaikan
Anemia
Dyspepsia
P:
IVFD NaCl 0,9 %
500cc
IVFD NaCl 0,9 % +
KCL 75 mEq/ 24
jam
New Diatab 3 x 2
Omeprazole 2 x 40
mg
Diet lunak
Levofloksasin 1x
750 mg
Amlodipine 1 x 5 mg
KESIMPULAN :
Geriatri wanita usia 72 tahun dirawat dengan Gastroenteritis, CAP dan
efusi pleura bilateral, hipertensi, Anemia, Hipokalemi, Imobilisasi, low intake
pada geriatri, dan gangguan pendengaran.
Dilakukan pemeriksaan fisik didapatkan tampak sakit sedang, kesadaran
apatis, tekanan darah 120/60 mmHg, nadi 87 x/menit, frekuensi napas 20 x/menit,
SaO2 98 %, suhu 36,5 ºC. Pada pemeriksaan status generalis didapatkan, arcus
senilis (+), mata cekung, bibir kering, gigi tanggal (+), pergerakan dinding dada
simetris kiri kanan, vocal fremitus melemah di kedua lapang paru, pada perkusi
redup +/+, suara napas vesikuler melemah +/+, rhonki +/+, bising usus
meningkat, turgor kulit menurun, atrofi otot ekstremitas atas dan bawah +/+,
hilang lemak ekstremitas atas dan bawah +/+. Pemeriksaan laboratorium leukosit
(13,6 ribu/uL), eritrosit (3,2 jt/uL), hemoglobin (9,1 g/dL), hematokrit (26%),
glukosa darah cito (121 mg/dL). Pemeriksaan foto dan CT-Scan toraks ditemukan
Senile lung disertai bronchitis, Cardiomegaly, Aortasclerosis, Spondyloarthosis
thoracalis, Dextroscoliosis thoracalis dan Efusi pleura bilateral dengan pneumonia
bilateral. Kondisi pasien sudah dalam perbaikan dan sudah pulang.
Prognosis pasien ad vitam dubia ad bonam, ad fungsionam dubia ad
malam, dan ad sanationam dubia ad bonam.
DISKUSI
Ny. S perempuan 72 tahun dibawa oleh keluarganya ke IGD dengan
keluhan diare yang memberat 2 hari SMRS hingga mengganggu aktivitas, lemas
(+), pusing (+), demam (-), batuk (-), mual muntah (-), penurunan kesadaran (-),
nyeri dada (-), nafsu makan menurun, BB menurun 10 kg dalam 3 bulan terakhir,
BAK tidak ada keluhan. Riwayat hipertensi terkontrol (+) sejak 27 tahun SMRS.
Pasien dirasakan sering lupa (+), memiliki gangguan pendengaran (+), dan lebih
sering menghabiskan waktu di rumah dan ke rumah sakit diantar dengan kursi
roda, Pasien kesulitan dalam berjalan karena postur pasien sudah membungkuk.
Aktivitas sehari-hari pasien semakin terbatas. Riwayat dirawat di RS sebanyak 1x
pada saat pasien terkena Stroke. Riwayat olahraga jarang, minum jamu-jamuan
(-).
Dilakukan pemeriksaan fisik didapatkan tampak sakit sedang, kesadaran apatis,
tekanan darah 120/60 mmHg, nadi 87 x/menit, frekuensi napas 20 x/menit, SaO2
98 %, suhu 36,5 ºC. Pada pemeriksaan status generalis didapatkan, arcus senilis
(+), mata cekung, bibir kering, gigi tanggal (+), pergerakan dinding dada simetris
kiri kanan, vocal fremitus melemah di kedua lapang paru, pada perkusi redup +/+,
suara napas vesikuler melemah +/+, rhonki +/+, bising usus meningkat, turgor
kulit menurun, atrofi otot ekstremitas atas dan bawah +/+, hilang lemak
ekstremitas atas dan bawah +/+. Pemeriksaan laboratorium leukosit (13,6
ribu/uL), eritrosit (3,2 jt/uL), hemoglobin (9,1 g/dL), hematokrit (26%), glukosa
darah cito (121 mg/dL). Pemeriksaan foto dan CT-Scan toraks ditemukan Senile
lung disertai bronchitis, Cardiomegaly, Aortasclerosis, Spondyloarthosis
thoracalis, Dextroscoliosis thoracalis dan Efusi pleura bilateral dengan pneumonia
bilateral. Pasien merupakan pasien geriatri karena berusia 60 tahun ke atas
dan memiliki multipatologi. Geriatric medicine berasal dari kata geron (usia
lanjut) dan iatreia (perawatan penyakit), sehingga geriatric medicine diartikan
sebagai cabang ilmu kedokteran yang memelajari penyakit dan masalah kesehatan
pada usia lanjut menyangkut aspek preventif, diagnosis, dan tata laksana. Saat ini
ilmu geriatri menjadi sangat penting dan wajib dipahami tenaga kesehatan karena
secara global jumlah populasi penduduk usia lanjut semakin meningkat. Berbagai
gejala atau kumpulan gejala juga sering dijumpai pada pasien geriatri bersamaan
dengan penyakit dasarnya. Gejala-gejala atau kondisi medis tersebut tidak dapat
diabaikan karena dapat menimbulkan komplikasi yang akan memperburuk
keadaan pasien. Kumpulan gejala tersebut disebut sindrom geriatri. Sindrom
geriatri yang seringkali dijumpai pada pasien geriatri, yaitu: immobility (kurang
bergerak), instability (mudah jatuh), incontinence (gangguan BAB/BAK),
intellectual impairment (gangguan intelektual/ demensia), infection (infeksi),
impairement of hearing, vision and smell (gangguan pendengaran, penglihatan,
dan penciuman), isolation (depresi), inanition (malnutrisi), impecunity
(kemiskinan), iatrogenic (menderita penyakit pengaruh obat-obatan), insomnia
(sulit tidur), immuno-defficiency (penurunan sistem kekebalan tubuh), impotence
(gangguan seksual), dan impaction (sulit buang air besar).
Masalah utama pasien pada waktu masuk rumah sakit adalah
Gastroenteritis, efusi pleura bilateral, hipertensi, Anemia, Hipokalemia,
Imobilisasi, low intake pada geriatri, dan gangguan pendengaran. Dari anamnesis,
pemeriksaan fisik, yaitu Diare yang memberat dan membuat pasien sulit
beraktivitas, karena merasa lemas, pada pemeriksaan juga didapatkan bising usus
yang meningkat. Pada umumnya gastroenteritis akut 90% disebabkan oleh agen
infeksi yang berperan dalam terjadinya gastroenteritis akut terutama adalah faktor
agent dan faktor host. Faktor agent yaitu daya penetrasi yang dapat merusak sel
mukosa, kemampuan memproduksi toksin yang mempengaruhi sekresi cairan
usus halus serta daya lekat kuman. Faktor host adalah kemampuan tubuh untuk
mempertahankan diri terhadap organisme yang dapat menimbulkan diare akut,
terdiri dari faktor-faktor daya tangkis atau lingkungan internal saluran cerna
antara lain: keasaman lambung, motilitas usus, imunitas, dan lingkungan
mikroflora usus. Pada lansia ketahanan tubuh atau imunitas menurun sehingga
mudah terinfeksi, berjalan dengan penurunan fungsi pada organ khususnya pada
kasus melibatkan organ-organ pencernaan. Diagnosis dapat dipastikan melalui
analisis dari mikroorganisme melalui kultur feses.
Ciri utama pada semua penyakit infeksi biasanya ditandai dengan
meningkatnya temperatur badan, dan hal ini sering tidak dijumpai pada usia
lanjut, 30-65% usia lanjut yang terinfeksi sering tidak disertai peningkatan suhu
badan, malah suhu badan dibawah 36’C lebih sering dijumpai. Keluhan dan gejala
infeksi semakin tidak khas antara lain berupa konfusi/delirium sampai koma,
adanya penurunan nafsu makan tiba-tiba, badan menjadi lemas, dan adanya
perubahan tingkah laku sering terjadi pada pasien usia lanjut. Infeksi sangat erat
kaitannya dengan penurunan fungsi sistem imun pada usia lanjut. Infeksi yang
sering dijumpai adalah infeksi saluran kemih, pneumonia, sepsis, dan meningitis.
Kondisi lain seperti kurang gizi, multipatologi, dan faktor lingkungan
memudahkan usia lanjut terkena infeksi. Immuno-defficiency (penurunan sistem
kekebalan tubuh) banyak hal yang mempengaruhi penurunan sistem kekebalan
tubuh pada usia lanjut seperti atrofi thymus (kelenjar yang memproduksi sel-sel
limfosit T) meskipun tidak begitu bermakna (tampak bermakna pada limfosit T
CD8) karena limfosit T tetap terbentuk di jaringan limfoid lainnya. Begitu juga
dengan barrier infeksi pertama pada tubuh seperti kulit dan mukosa yang menipis,
refleks batuk dan bersin -yang berfungsi mengeluarkan zat asing yang masuk ke
saluran nafas- yang melemah. Hal yang sama terjadi pada respon imun terhadap
antigen, penurunan jumlah antibodi. Segala mekanisme tersebut berakibat
terhadap rentannya seseorang terhadap agen-agen penyebab infeksi, sehingga
penyakit infeksi menempati porsi besar pada pasien lansia.
Didapatkan pada pemeriksaan vocal fremitus melemah di kedua lapang
paru, pada perkusi redup, suara napas vesikuler melemah, rhonki merupakan
manifestasi klinis dari efusi pleura bilateral dan kecurigaan infeksi pada saluran
pernapasan, diperjelas pada pemeriksaan Pemeriksaan laboratorium leukosit (13,6
ribu/uL) dan pemeriksaan foto dan CT-Scan toraks ditemukan Senile lung disertai
bronchitisdan Efusi pleura bilateral dengan pneumonia bilateral. Patofisiologi
terjadinya efusi pleura tergantung pada keseimbangan antara cairan dan protein
dalam rongga pleura. Dalam keadaan normal, cairan pleura dibentuk secara
lambat sebagai filtrasi pembuluh darah kapiler. Filtrasi ini terjadi karena
perbedaaan tekanan osmotik plasma dan jaringan interstisial submesotelial,
kemudian melalui sel mesotelial masuk ke dalam rongga pleura. Proses
penumpukkan cairan dalam rongga pleura dapat disebabkan oleh peradangan, bila
proses radang oleh kuman piogenik akan terbentuk pus/nanah, sehingga terjadi
empiema. Bila proses ini mengenai pembuluh darah sekitar akan menyebabkan
hematotoraks. Diagnosis dapat dipastikan melalui analisis cairan pleura melalui
tindakan pungsi pleura. Efusi cairan dapat berbentuk transudar yang disebabkan
karena penyakit lain bukan primer paru seperti gagal jantung kongestif,
hipoalbuminemia,, dan lain-lain, sedangkan efusi eksudat terjadi bila ada proses
peradangan yang menyebabkan permeabilitas pembuluh darah pleura meningkat
sehingga sel mesotelial berubah menjadi bulat atau kuboidal dan terjadi
pengeluaran cairan ke dalam pleura.
Pada pasien didapatkan adanya lemas dengan hasil pemeriksaan
hematologi adanya kadar hemogoblin yang rendah, menunjukan tanda dan gejala
anemia. Salah satu penyakit yang paling sering di derita lansia adalah anemia
yang merupakan kelainan hematologi. Evaluasi terhadap anemia dimulai saat
kadar Hb < = 10 g% atau Ht < = 30%, seperti pada kasus ini (Hb 9,6 g/dL dan
hematokrit 28%), meliputi evaluasi terhadap status besi (kadar serum Fe, Total
Iron Binding Capacity (TIBC), feritin) serum, mencari sumber perdarahan,
morfologi eritrosit, kemungkinan adanya hemolisis dan lain sebagainya.
Prevelensinya meningkat seiring dengan bertambahnya usia. Ada pendapat yang
mengatakan bahwa menurunya hemoglobin pada lansia merupakan konsekuensi
normal dari pertambahan usia. Anemia pada lansia disebabkan oleh berbagai
faktor seperti kekurangan asupan gizi, yang penting dalam proses eritropoesis
yaitu asam folat. Dengan pertambahan usia, fungsi fisiologis tubuh mengalami
kemunduran, apalagi jika gaya hidup dan kebiasaan makan di masa muda kurang
baik. Kompensasi yang dimiliki tubuh dengan lansia yang mengalami anemia
yaitu dengan meningkatnya daya pompa jantung untuk memenuhi kebutuhan
darah keseluruh tubuh dengan meningkatnya daya pompa jantung. Akibat
meningkatnya kerja jantung, dan rusaknya jaringan jantung tidak adekuat
sehingga aliran darah koroner berkurang sehingga dalam anemia berat dapat
menyebabkan gagal jantung, nyeri dada, dan infark jantung. Pencegahan
anemia pada usia lanjut, dapat di cegah dengan pemenuhan gizi seimbang dengan
memberikan makanan yang mengandung zat besi dan kecukupan Fe. Zat besi
adalah makanan yang berasal dari daging hewan. Selain banyak mengandung zat
besi, serapan zat besi dari sumber makanan tersebut mempunyai angka sebesar
20-30%, sedangkan kecukupan Fe dipenuhi tidak hanya dari sumber hewani tetapi
juga dari non daging seperti biji-bijian, sayuran, buah. Pada lansia berbeda dengan
usia yang lain karena penurunan berbagai fungsi tubuh, adanya penyakit kronik
dan adanya keterbatasan. Pada lansia komposisi tubuh terdiri dari 30 – 40 % zat
padat, 60 – 70 % cairan dan terjadi penurunan metabolisme basal 2 % pertahun
dimulai pada usia 40 tahun.
Pada pasien, kekurangan nutrisi disebabkan oleh keadaan pasien dengan
gangguan menelan, sehingga menurunkan nafsu makan pasien. Untuk pemenuhan
gizi pada lansia perlu mengetahui status gizinya, kebutuhan gizinya,
mengimplentasikannya dan memberikan edukasi. Kelemahan nutrisi merujuk
pada hendaya yang terjadi pada usia lanjut karena kehilangan berat badan
fisiologis dan patologis yang tidak disengaja. Anoreksia pada usia lanjut
merupakan penurunan fisiologis nafsu makan dan asupan makan yang
menyebabkan kehilangan berat badan yang tidak diinginkan. Problem gizi pada
lansia yang sering terjadi adalah penurunan nafsu makan, penurunan berat badan,
perubahan indera pengecap, gangguan mengunyah, gangguan menelan, konstipasi
dan kesulitan akses makanan di samping itu sering terjadi gizi kurang, kelebihan
berat badan dan obesitas. Dalam perencanaan makannya, kebutuhan kalori usia
lanjut relatif lebih rendah dibandingkan ketika masih muda karena tingkat
aktivitas tubuh yang berkurang, energi menggunakan formula lansia, kebutuhan
protein 0,8 – 1 gram / KgBB, kebutuhan lemak 20 – 25 % dan kebutuhan
karbohidrat 60 – 65 % kebutuhan, kebutuhan serat sekitar 25 %, kebutuhan cairan
1500 CC, vitamin dan mineral sesuai dengan angka kecukupan gizi yang
dianjurkan.
Geriatric medicine berasal dari kata geron (usia lanjut) dan iatreia
(perawatan penyakit), sehingga geriatric medicine diartikan sebagai cabang ilmu
kedokteran yang memelajari penyakit dan masalah kesehatan pada usia lanjut
menyangkut aspek preventif, diagnosis, dan tata laksana. Saat ini ilmu geriatri
menjadi sangat penting dan wajib dipahami tenaga kesehatan karena secara global
jumlah populasi penduduk usia lanjut semakin meningkat. Berbagai gejala atau
kumpulan gejala juga sering dijumpai pada pasien geriatri bersamaan dengan
penyakit dasarnya. Gejala-gejala atau kondisi medis tersebut tidak dapat diabaikan
karena dapat menimbulkan komplikasi yang akan memperburuk keadaan
pasien.Kumpulan gejala tersebut disebut sindrom geriatri. Sindrom geriatri yang
seringkali dijumpai pada pasien geriatri, yaitu: immobility (kurang bergerak),
instability (mudah jatuh), incontinence (gangguan BAB/BAK), intellectual
impairment (gangguan intelektual/ demensia), infection (infeksi), impairement of
hearing, vision and smell (gangguan pendengaran, penglihatan, dan penciuman),
isolation (depresi), inanition (malnutrisi), impecunity (kemiskinan), iatrogenic
(menderita penyakit pengaruh obat-obatan), insomnia (sulit tidur), immuno-
defficiency (penurunan sistem kekebalan tubuh),impotence (gangguan seksual),
dan impaction (sulit buang air besar).
Impairement of hearing, vision and smell (gangguan pendengaran,
penglihatan dan penciuman) Pada pasien juga ditemui adanya gangguan
pendengaran sehingga sulit untuk diajak berkomunikasi. Gangguan pendengaran
sangat umum ditemui pada geriatri. Prevalensi gangguan pendengaran sedang atau
berat meningkat dari 21% pada kelompok usia 70 tahun sampai 39% pada
kelompok usia 85 tahun. Pada dasarnya, etiologi gangguan pendengaran sama
untuk semua umur, kecuali ditambah presbikusis untuk kelompok geriatri.
Presbikusis sensorik yang sering sekali ditemukan pada geriatri disebabkan oleh
degenerasi dari organ korti, dan ditandai gangguan pendengaran dengan frekuensi
tinggi. Penatalaksanaan untuk gangguan pendengaran pada geriatri adalah dengan
cara memasangkan alat bantu dengar atau dengan tindakan bedah berupa
implantasi koklea.
Hasil dari geriatric depression scale (GDS) skor 8, hasil dari mini mental
state examination (MMSE) skor 16, status fungsional Barthel skor 12, skor
instrumental activities of daily living (IADL) skor 3, mini nutritional assessment
(MNA) total skor penapisan dan pangkajian 12, penilaian risiko jatuh geriatri skor
5. Gangguan depresi pada usia lanjut kurang dipahami sehingga banyak kasus
tidak dikenali. Gejala depresi pada usia lanjut seringkali dianggap sebagai bagian
dari proses menua. Prevalensi depresi pada pasien geriatri yang dirawat mencapai
17,5%. Isolation (terisolasi) dan depresi, penyebab utama depresi pada usia lanjut
adalah kehilangan seseorang yan disayangi, pasangan hidup, anak, bahkan
binatang peliharaan. Selain itu kecenderungan untuk menarik diri dari lingkungan,
menyebabkan dirinya terisolasi dan menjadi depresi. Keluarga yang mulai
mengacuhkan karena merasa direpotkan menyebabkan pasien akan merasa hidup
sendiri dan menjadi depresi. Beberapa orang dapat melakukan usaha bunuh diri
akibat depresi yang berkepajangan
Deteksi dini depresi dan penanganan segera sangat penting untuk
mencegah disabilitas yang dapat menyebabkan komplikasi lain yang lebih berat.
Insomnia, dapat terjadi karena masalah-masalah dalam hidup yang menyebabkan
seorang lansia menjadi depresi. Selain itu beberapa penyakit juga dapat
menyebabkan insomnia seperti diabetes melitus dan hiperaktivitas kelenjar
thyroid, gangguan neurotransmitter di otak juga dapat menyebabkan insomnia.
Jam tidur yang sudah berubah juga dapat menjadi penyebabnya.
Terapi pengobatan lansia berbeda dari pasien pada usia muda, karena
adanya perubahan kondisi tubuh yang disebabkan oleh usia, dan dampak yang
timbul dari penggunaan obat-obatan yang digunakan sebelumnya. Masalah
polifarmasi pada pasien geriatri sulit dihindari dikarenakan oleh berbagai hal yaitu
penyakit yang diderita banyak dan biasanya kronis, obat diresepkan oleh beberapa
dokter, kurang koordinasi dalam pengelolaan, gejala yang dirasakan pasien tidak
jelas, pasien meminta resep, dan untuk menghilangkan efek samping obat justru
ditambah obat baru. Karena itu diusulkan prinsip pemberian obat yang benar pada
pasien geriatri dengan cara mengetahui riwayat pengobatan lengkap, jangan
memberikan obat sebelum waktunya, jangan menggunakan obat terlalu lama,
kenali obat yang digunakan, mulai dengan dosis rendah, naikkan perlahan-lahan,
obati sesuai patokan, beri dorongan supaya patuh berobat dan hati- hati
menggunakan obat baru.
DAFTAR PUSTAKA
1. Setiati S, Alwi I, Sudoyo AW, Simadibrata MK, Setiyohadi B, Syam AF.
Buku ajar ilmu penyakit dalam jilid II edisi VI. Interna publishing 2014.
p.2129-37.
https://www.portailvasculaire.fr/sites/default/files/docs/2018_esc_esh_guide
lines_hta.pdf.
download/pusdatin/infodatin/infodatin- lansia.pdf
Buku ajar ilmu penyakit dalam jilid II edisi VI. Interna publishing 2014.
p.2129-37.
8. Soenarta AA, et al. Perhimpunan Dokter Spesialis Kardiovaskular Indonesia
http://www.inaheart.org/upload/file/Pedoman_TataLaksna_hipertensi_pada
_penyakit_Kardiovaskular_2015.pdf.
10. Grammatikopoulos IA. The Geriatric Giant : Mental Health and Well- being
in Elderly. 2018.
11. Pratama EL, Martini RD, Pertiwi D. Artikel Penelitian Gambaran Khusus
12. Cocsco TD, Prina AM, Parales J, Stephan BCM, Brayne C. Lay
Osteoporosis Hormonal
instabilitas spondyloarthrosis
Intake sulit
Kerangka Masalah