S DENGAN
INTRACEREBRAL HEMORRHAGE DI RUANG
HCU BEDAH RSUP FATMAWATI JAKARTA
Disusun Oleh :
Kelompok 3/3B
1. Ayu Agustin (20012)
2. Deby Syntia (20016)
3. Desti Rahma Suryani (20019)
4. Muhammad Rizqi (20052)
5. Nala Yona Ramadhani (20058)
6. Putri Sulistyawati (20069)
7. Shinta Aprillia Dita Putri (20087)
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah
memberikan rahmatNya, sehingga kami kelompok 3 dapat menyelesaikan makalah
Keperawatan Medical Bedah I (KMB I) dengan judul “Asuhan keperawatan
pada Ny. S dengan Intracerebral Hemorrhage.” Penyusunan makalah ini
bertujuan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Maternitas. Kelompok
menyadari bahwa makalah ini tidak akan tersusun dengan baik tanpa adanya bantuan
dari pihak-pihak terkait. Atas dukungan moral dan materil yang diberikan dalam
penyusunan makalah ini, maka kelompok mengucapkan terima kasih kepada:
2. Ns. Hinin Wasilah, M.S selaku Wali Kelas Angkatan XXIII STIKES Fatmawati
Jakarta.
3. Ns. Hinin Wasilah, M.S selaku Penanggung Jawab Mata Kuliah KMB I STIKES
Fatmawati Jakarta dan dosen pembimbing praktik klinik keperawatan Medikal
Bedah I.
4. Orang tua tercinta yang telah membantu dalam segi materil dan memberikan
motivasi selama dalam penyusunan makalah ini.
Kelompok menyadari bahwa makalah ini belumlah sempurna. Oleh karena itu,
kelompok menerima saran dan kritik yang membangun dari rekan-rekan untuk
penyempurnaan makalah ini.
Kelompok 3
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
A. A. Latar Belakang
B. B. Tujuan
C. C. Ruang Lingkup
D. D. Metode Penulisan
E. E. Sistematika Penulisan
BAB II TINJAUAN TEORI
A. A. Pengertian
B. B. Etiologi
C. C. Patofisiologi
D. D. Penatalaksanaan Medis
E. E. Pengkajian Keperawatan
F. F. Diagnosa Keperawatan
G. G. Perencanaan Keperawatan
H. H. Pelaksanaan Keperawatan
I. I. Evaluasi Keperawatan
BAB III TINJAUAN KASUS
A. A. Pengkajian Keperawatan
B. B. Diagnosa Keperawatan
C. C. Perencanaan
D. D. Pelaksanaan Dan Evaluasi Keperawatan
BAB IV PEMBAHASAN
A. A. Pengkajian Keperawatan
B. B. Diagnosa Keperawatan
C. C. Perencanaan Keperawatan
D. D. Pelaksanaan Keperawatan
E. E. Evaluasi Keperawatan
BAB V PENUTUP
A. A. Kesimpulan
B. B. Saran
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Perdarahan intraserebral (ICH) merupakan penyakit dengan angka mortalitas
dan morbiditas yang tinggi. Sekitar 10% sampai 23% dari stroke disebabkan
oleh pecahnya pembuluh darah otak. Kira-kira, hanya 10% sampai 15% dari
stroke pertama yang merupakan perdarahan intraserebral (ICHs). Insiden
keseluruhan ICH di seluruh dunia adalah 24,6 per 100.000 orang per tahun.
Hidrosefalus dapat terjadi pada lebih dari 50% pasien dengan perdarahan
intraventrikular (IVH), yang merupakan sekunder dari ICH. IVH, yang
ditandai dengan masuknya darah ke dalam ventrikel, terjadi pada 50% pasien
dengan ICH primer.Hidrosefalus yang diinduksi IVH dapat terjadi sebagai
akibat dari penyumbatan pada jalur drainase CSF karena efek massa bekuan
darah atau sebagai akibat dari gangguan penyerapan.Beberapa penelitian
menunjukkan bahwa hidrosefalus merupakan prediktor luaran yang buruk
setelah ICH.
Shunting dari CSF tetap menjadi salah satu prosedur bedah saraf yang paling
sering dilakukan untuk pengelolaan pasien hidrosefalus. VP shunt umumnya
digunakan sebagai penatalaksanaan kondisi hidrosefalus posthemorrhagic,
termasuk perdarahan subarachnoid (SAH), perdarahan subdural (SDH), ICH,
dan IVH. Meskipun kemajuan yang signifikan dari teknologi shunt dan
pendekatan pengobatan, pengelolaan hidrosefalus yang ideal belum
ditetapkan. Dengan demikian, VP shunting masih menjadi pendekatan yang
lebih disukai dan sering digunakan dalam penatalaksanaan hidrosefalus,
termasuk hidrosefalus pasca-hemoragik pada orang dewasa.
Aspirasi pneumonia adalah infeksi paru yang terjadi setelah masuknya cairan,
partikel eksogen, atau sekresi endogen ke dalam saluran napas bawah.
Kebanyakan aspirasi pneumonia terjadi akibat aspirasi mikroorganisme dari
rongga mulut atau nasofaring dan berhubungan dengan gangguan kesadaran
dan reflek menelan. Aspirasi pneumonia berat ditandai dengan kegagalan
pernapasan memerlukan terapi antibiotik dan ventilasi mekanik. Ventilasi
mekanik berperan meningkatkan pengambilan oksigen dan pembuangan
karbon dioksida pada gagal napas, serta mengurangi resiko hipoksia otak
yang memperberat gangguan kesadaran.
B. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Tujuan umum penulisan laporan ini adalah agar mengetahui penerapan
asuhan keperawatan pada klien yang menderita penyakit ICH
2. Tujuan khusus
a. Mengetahui konsep penyakit ICH
b. Mengetahui pelaksanaan pengkajian pada klien dengan ICH
c. Mengetahui Analisa data dan penetapan diagnosis keperawatan pada
klien dengan ICH
d. Mengetahui remcana intervensi keperawatan pada klien ICH
e. Mengetahui pelaksanaan implementasi dan evaluasi keperawatan pada
klien dengan ICH
C. Metode Penulisan
Metode penulisan makalah ini menggukan metode studi kepustakaan yaitu
menggunakan berbagai sumber liatur yang sesuai dengan makalah “Asuhan
Keperawatan pada Ny. S” adapun teknik pengumpulan data dalam
penulisan makalah ini adalah menganalisis berbagai sumber referensi baik
dari buku, jurnal dan internet yang berkaitan dengan Intracerebral
Hemorhhage.
D. Sistematika Penulisan
Sistematika dalam penyusun makalah ini terdiri dari 5 bab yaitu yaitu BABI
PENDAHULUAN yang terdiri dari latar belakang, tujuan penulisan, metode
penulisan dan sistematika penulisan. BAB II TINJAUAN TEORI yang
terdiri dari konsep postpartum, konsep sectio cesarea dan konsep asuhan
keperawatan pada pasien postpartum sectio cesarea. BAB III TINJAUAN
KASUS yang terdiri dari deskripsi kasus dan asuhan keperawatan. BAB IV
PEMBAHASAN, SERTA BAB V yang terdiri dari kesimpulan dan saran.
DAFTAR PUSTAKA.
BAB II
TINJUAN TEORI
A. Pengertian
Intracerebral hemorrhage (ICH) didefinisikan sebagai perdarahan
nontraumatik ke dalam jaringan otak. Intracerebral hemorrhage (ICH) adalah
bentuk paling mematikan dari stroke dan mempengaruhi sekitar satu juta
orang di seluruh dunia setiap tahun. Cedera otak sekunder dan pembentukan
edema dengan menghasilkan efek massa dianggap berkontribusi terhadap
morbiditas dan mortalitas terkait intracerebral hemorrhage (ICH) (Aksoy
et.al, 2013).
B. Etiologi
Stroke hemoragik dapat terjadi karena pecahnya aneurisma pada otak atau
disebabkan oleh pembuluh darah yang bocor. Darah tumpahan masuk ke
dalam atau masuk ke sekitar otak sehingga terbentuk pembengkakan dan
tekanan, merusak sel dan jaringan otak. Ada dua jenis stroke hemoragik yaitu
intracerebral hemorrhage (ICH) dan subarachnoid hemorrhage (SAH).
Hipertensi adalah faktor resiko yang paling umum atau utama. Angiopati
amiloid serebral (CAA), kondisi yang meningkat dengan usia, adalah faktor
resiko yang paling umum kedua. Angiopati amiloid serebral merupakan
penyebab penting dari lobar intracerebral hemorrhage (ICH), terutama pada
orang lanjut usia. Kondisi ini hasil dari deposisi protein amyloid di arteriol
kortikal; deposisi seperti ini sangat jarang terjadi di basal ganglia dan batang
otak (lokasi lazim terjadi intracerebral hemorrhage (ICH) terkait HTN dan
lokasi yang tidak lazim dari intracerebral hemorrhage (ICH) terkait CAA.
Apolipoprotein E (ApoE) genotipe memainkan peran penting dalam
patogenesis CAA, tetapi tidak sensitif maupun spesifik untuk diagnosis utama
dari kondisi ini. Usia juga merupakan faktor resiko penting untuk
intracerebral hemorrhage (ICH); kemungkinan keseluruhan penderita
hemorrhage (ICH) tertinggi pada usia ≥ 85 (Aguilar et al., 2011).
C. Patofisiologi
Stroke hemoragik disebabkan karena adanya kematian sel pada jaringan otak
yang mana kematian sel tersebut disebabkan oleh inflamasi ataupun karena
terjadinya apoptosis. Pada sat terjadi perdarahan, terbentuk suatu massa yang
mana massa tersebut menyebabkan inflamasi dan memberikan efek toksik
sehingga terjadilah kematian sel pada otak. Sedangkan mekanisme terjadinya
apoptosis karena terbentuknya clotting oleh trombin. Trombin menyebabkan
lisisnya eritrosit yang dikarenakan adanya pelepasan heme/besi sehingga
terjadi aktivasi caspase yang mengakibatkan sel melakukan apoptosis.
E. Pengkajian Keperawatan
Pengkajian merupakan tahap awal dan landasan proses keperawatan untuk
mengenal masalah klien, agar dapat memberi arah kepada tindakan
keperawatan. Tahap pengkajian terdiri dari tiga kegiatan yaitu pengumpulan
data, pengelompokan data dan merumuskan tindakan keperawatan (Tarwoto,
2013)
F. Diagnosa Keperawatan
Diagnosis keperawatan yang muncul menurut Standar Diagnosis
Keperawatan Indonesia (SDKI) 2017 yaitu:
1. Risiko perfusi serebal tidak efektif (D0017) berhubungan dengan
aneurisma serebri:
Cedera Kepala adalah kerusakan otak akibat pendarahan atau
pembengkakan otak sebagai respon terhadap cedera dan menyebabkan
peningkatan tekanan intracranial. Peningkatan tekanan intracranial akan
menimbulkan distrosi dan bergesernya otak yang akan mengganggu
perfusi serebral.(Tarwoto, 2013)dan Hipertensi merupakan factor risiko
utama yang dapat mengakibatkan pecahnya maupun penyempitan
pembuluh darah ke otak.Pecahnya pembuluh darah otak akan
menimbulkan perdarahan, akan sangat fatal bila terjadi interupsi aliran
darah ke bagian distal, di samping itu darah ekstravasi akan tertimbun
sehingga akan menimbulkan tekanan intracranial yang meningkat,
sedangkan penyempitan pembuluh darah otak akan menimbulkan
terganggunya aliran darah ke otak dan sel-sel otak akan mengalami
kematian.(Hasan, 2018).
G.
H. Perencanaan Keperawatan
NO SDKI SLKI SIKI
1 Risiko perfusi serebal Setelah dilakukan О:
tidak efektif (D0017) tindakan keperawatan - identifikasi
berhubungan dengan selama 3x24jam peningkatan tekanan
aneurisma serebri diharapkan terjadi intracranial.
keadekuatan aliran - monitor peningkatan
darah serebral. TD.
Dengan kriteria hasil : - monitor penurunan
- Tingkat kesadaran frekuensi jantung
meningkat - monitor ireguleritas
- Gelisah menurun irama nafas
- Tekanan darah - monitor penurunan
membaik tingkat kesadaran.
- monitor perlambatan
atau ketidak simetrisan
respon pupil.
- monitor kadar CO2
dan pertahankan dalam
rentang yang
diindikasikan
- monitor tekanan
perfusi serebral
- monitor efek stimulus
T:
- ambil sampel drainase
cairan serebrospinal.
- kalibrasi transduser.
- pertahankan sterilitas
system pemantauan.
- pertahankan posisi
kepala dan leher netral.
- dokumentasikan hasil
pemantauan jika perlu.
- atur interval
pemantauar sesuai
kondisi pasien.
- doumentasi hasil
pemantauan.
E:
- jelaskan tujuan dan
proses pemantauan
2 Gangguan menelan Setelah dilakukan O:
(D0063) intervensi 3×24 jam - Periksa posisi NGT
berhubungan dengan di dapatkan hasil: dengan memeriksa
gangguan saraf cranial - reflek menelan residu lambung atau
meningkat mengakultasi hembusan
- kemampuan udara
mengunyah meningkat - Monitor tetesan
- batuk menurun makanan pada pompa
- gelisah menurun setiap jam
- muntah menurun - Monitor rasa
- penerimaan penuh.mual.dan muntah.
makanan membaik - Monitor residu
lambung tiap 4-6 jam
selama 24 jam pertama,
kemudian tiap 8 jam
selama pemberian makan
via parenteral,jika perlu
- Monitor pola buang air
besar setiap 4-8 jam jika
perlu
T:
- Gunakan teknik bersih
dalam pemberian
makanan via selang
- Berikan tanda pada
selang untuk
mempertahankan lokasi
yang tepat
- Tinggikan kepala
tempat tidur 30-45
derajat selama
pemberian makan
- Irigasi selang dengan
30 ml air setiap 4-6 jam
selama pemberian makan
dan setelah pemberian
makan intermitan
- Hindari pemberian
makan lewat selang 1
jam sebelum prosedur
atau pemindahan pasien
- Hindari pemberian
makan iika residu lebih
dari 150 cc atau lebih
dari 100-200 persen dari
jumlah makanan taip jam
E:
- Jelaskan tujuan dan
langkah-langkah
prosedur
K:
- Kolaborasi pemberian
sinar X untuk konfirmasi
posisi selang.iika perlu
3 Gangguan mobilitas Setelah dilakukan T:
fisik (D0054) intervensi selama - Fasilitasi aktivitas
berhubungan dengan 3x24 jam didapatkan mobilitas dengan alat
gangguan hasil: bantu
neuromuskuler - pergerakan - Fasilitasi melakukan
esktremitas meningkat Pergerakan
- Kekuatan otot - Libatkan kelurga untuk
meningkat membantu pasien dalam
- nyeri menurun meningkatkan
- kecemasan menurun pergerakan
E:
- Jelaskan tujuan dan
prosedur mobilisasi
- Anjurkan melakukan
mobilisasi dini
- Anjurkan mobilisasi
sederhana yang harus
dilakukan (mis. Duduk
ditempat tidur).
K:
- Konsultasi kesehatan
4 Gangguan Setelah dilakukan O:
komunikasi verbal intervensi selama - monitor kecepatan,
(D0119) 3x24 jam di dapatkan tekanan. Kuantitas
berhubungan dengan hasil sebagai berikut: volume, dan diksi bicara
penurunan sirkulasi - kemampuan - monitor proses
serebral berbicara meningkat koknitif, anatomis dan
- kemampuan fisiologis yang berkaitan
mendengar meningkat dengan bicara (mis,
- kesesuaian ekspresi memori, pendengaran
waiah/tubuh dan bahasa)
meningkat - monitor frustasi.marah
- kontak mata depresi atau hal lain
meningkat yang mengganggu bicara
- pemahaman - identifikasi perilaku
komunikasi membaik emosional dan fisik
sebagai bentuk
komunikasi
T:
- gunakan metode
komunikasi alternative
- sesuaikan gaya
komunikasi dengan
kebutuhan (mis, berdiri
di depan pasien,
dengarkan secara
seksama)
- modifikasi lingkungan
untuk meminimalkan
bantuan
- ulangi apa yang
disampaikan pasien
- berikan dukungan
psikologis
- gunakan juru
bicara,jika perlu
E:
- anjurkan berbicara
perlahan
- ajarkan pasien dan
keluarga proses
kognitif,anatomis.dan
fisiologisyang
berhubungan dengan
kemampuan berbicara
K:
- Rujuk ke ahli patologi
bicara atau terapi
5 Defisit perawatan diri Setelah dilakukan O:
(D0109) intervensi selama - identifikasi usia dan
berhubungan 1x24 jam di dapatkan budaya
dengan gangguan hasil : dalam membantu
neuromuskuler - Kemampuan makan kebersihan
dan kelemahan meningkat diri
- Mempertahankan - identifikasi jenis
kebersihan mulut bantuan
- minat melakukan yang di butuhkan
perawatan diri - monitor kebersihan
meningkat tubuh
- monitor integritas kulit
T:
- sediakan peralatan
mandi
- sediakan lingkungan
yang aman dan nyaman
- fasilitas menggosok
gigi sesuai kebutuhan
- fasilitasi mandi sesuai
kebutuhan
- pertahankan kebiasaan
kebersihan diri
- berikan bantuan sesuai
tingkat kemandirian
E:
- jelaskan dampak tidak
mandi terhadap
kesehatan
- ajarkan kepada
keluarga cara
memandikan pasien
I. Pelaksanaan Keperawatan
Implementasi merupakan langkah keempat dalam tahap proses keperawatan
dengan melaksanakan berbagai strategi keperawatan (tindakan keperawatan)
yang telah direncanakan dalam rencana tindakan keperawatan. Dalam
melaksanakan rencana perawatan dibutuhkan lingkungan yang kondusif.
Perawat harus mampu menghormati martabat dan rahasia pasien, mampu
memberikan pendidikan kesehatan kepada pasien, menyesuaikan diri dengan
beban kerja yang ada serta mampu bekerja dengan tim kesehatan yang lain
(Salmawati, 2013).
J. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi menyediakan nilai informasi mengenai hubungan intervensi yang
telah direncanakan dan merupakan perbandingan dari hasil yang diamati
dengan kriteria hasil yang telah dibuat pada tahap perencanaan. Tujuan
evaluasi adalah untuk menilai apakah tujuan dalam rencana keperawatan
tercapai atau tidak, dan untuk melakukan pegkajian ulang (Salmawati,2013).
BAB III
TINJAUAN KASUS
A. PENGKAJIAN
Tanggal Pengkajian : 26 Desember 2022
Tanggal Masuk : 09 Desember 2022
Ruang/Kelas : Hight care unit bedah
Nomor Register : 01863551
Diagnosa Medis : ICH post VP shunt, DM, Pneumonia HAP sepsis
1. Identitas Klien
Nama Klien : Ny. S
Jenis kelamin : Perempuan
Usia : 68 tahun
Status Perkawinan : Menikah
Agama : Islam
Suku bangsa : Jawa
Pendidikan : SLTA
Bahasa yg digunakan : bahasa Indonesia
Pekerjaan : Ibu rumah tangga
Alamat : Perum the green palapa 2 no. 3 rt 3 rw 8 serua ciputat
Sumber biaya (Pribadi, Perusahaan, Lain-lain) : BPJS – JKN
Sumber Informasi (Klien / Keluarga) : keluarga dan rekam medis
2. Resume
(Ditulis sejak klien masuk rumah sakit sampai dengan sebelum pengkajian
dilakukan meliputi : data fokus, masalah keperawatan, tindakan keperawatan
mandiri serta kolaborasi dan evaluasi secara umum)
Pasien datang ke RS tanggal 9 desember 2022. Mengeluh pusing, mual, lemas.
Keluarga mengatakan pasien jatuh di rumah saat memasak pada pukul 08.00,
pasien muntah kurang lebih 5x, sesak napas. Pasien datang dengan kondisi
penurunan kesadaran. Pasien memiliki riwayat hipertensi sudah 1 tahun Dan
mengkonsumsi obat amlodiphine 5 mg namun tidak rutin. Di RS sudah
dilakukan operasi vp shunt 11 hari yang lalu, kondisi saat ini hemodinamik
pasien belum stabil. Pasien masih tirah baring, pasien diberikan oksigen nasal
kanul 3 lpm, posisi semi fowler dan terapi farmakologi serta terapi cairan
Bfluid/24 jam dan Nacl 0,9%/24 jam.
3. Riwayat Keperawatan :
a. Riwayat kesehatan sekarang.
Keluhan utama : nyeri pada bagian kepala
Kronologis keluhan :
a. Faktor pencetus : post operasi
b. Timbulnya keluhan: ( √ ) Mendadak ( ) Bertahap
c. Lamanya : kurang lebih 5 menit
d. Upaya mengatasi : diberikan injeksi keterolac 1 ampul
b. Riwayat Penyakit sebelumnya (termasuk kecelakaan) :
Pasien memiliki riwayat hipertensi 1 tahun
c. Riwayat Alergi (Obat, Makanan, Binatang, Lingkungan) :
Keluarga mengatakan pasien tidak memiliki alergi
f. Penyakit yang pernah diderita oleh anggota keluarga yang menjadi factor
risiko pasien memiliki riwayat hipertensi 1 tahun lalu
1. 9) Pola kebiasaan
POLA KEBIASAAN
H A L Y A N G D I K
Sebelum Sakit / sebelum Di Rumah sakit
AJI
di RS
1. 1. Pola Nutrisi
1. a. Frekuensi makan : 3x/ hari 6x/hari
…… X / hari Baik Tidak
2. b. Nafsu makan :
baik/tidak Tidak ada Mual, muntah
Alasan : ……..(mual, 1 porsi 100 ml susu
muntah, sariawan) Tidak ada
Tidak ada
1. c. Porsi makanan yang Tidak ada
dihabiskan Tidak ada Tiudak ada
POLA KEBIASAAN
H A L Y A N G D I K
Sebelum Sakit / sebelum Di Rumah sakit
AJI
di RS
1. 2. Pola Eliminasi
1. a. B.a.k. : 3 – 8 x/hari Tidak tentu
1) Frekuensi : ……….
Kuning jernih Kuning keruuh
X / hari
Tidak ada Tidak ada
2) Warna :
Tidak ada Kateter
…………………..
3) Keluhan :
………………….. 2x/hari
Tidak tentu
4) Penggunaan alat Tidak tentu
Tidak tentu
bantu (kateter, dll) Tidak tenu
Tidak tentu
1. b. B.a.b :
1) Frekuensi : Coklat Coklat
…………. X / hari
Lunak Lunak
2) Waktu : Tidak ada
Tidak ada
(Pagi / Siang / Tidak ada
Tidak ada
Malam / Tidak tentu)
3) Warna :
…………………..
2x/hari
4) Kosistensi :
Pagi dan sore 1x/ hari
…………………..
Pagi
5) Keluhan :
2x/hari
…………………..
Pagi dan sore
1x/hari
6) Penggunaan Laxatif :
Pagi
..…………..
2x/minggu
3. Pola Personal Hygiene
POLA KEBIASAAN
H A L Y A N G D I K
Sebelum Sakit / sebelum Di Rumah sakit
AJI
di RS
6. Kebiasaan yang
Mempengaruhi Kesehatan Tidak Tidak
1) Frekuensi :
…………………..
2) Jumlah :
…………………..
3) Lama Pemakaian:
…………..
4. 4. Pengkajian Fisik :
a. Pemeriksaan Fisik Umum :
b. Sistem Penglihatan :
( ) Terdapat Perdarahan
( ) Midriasis ( ) Miosis
c. Sistem Pendengaran :
1) Daun telinga : ( √) Normal ( ) Tidak,
Kanan/kiri……………
( ) Aphasia ( ) Aphonia
( ) Dysartria ( ) Dysphasia ( )
Anarthia
e. Sistem Pernafasan :
16) Penggunaan alat bantu nafas : ( ) Tidak (√ )Ya o2 nasal kanul
1) Sirkulasi Peripher
( ) Skrotalis ( ) Anasarka
2) Sirkulasi Jantung
b) Irama : ( √ ) Teratur ( )
Tidak teratur
g. Sistem Hematologi
Gangguan Hematologi :
( - ) Echimosis
( -) Papil Edema
6) Pemeriksaan Reflek :
i. Sistem Pencernaan
Keadaan mulut :
( ) Cokelat ( ) Kuning ( )
Hitam
c) Frekuensi : 1.X/ hari
d) Jumlah : 200.ml
( ) Acites ( ) Distensi
j. Sistem Endokrin
Pembesaran Kelenjar Tiroid : (√ ) Tidak ( ) Ya,
( ) Exoptalmus ( ) Tremor
( ) Diaporesis
( ) Poliuri ( )
Polidipsi ( ) Poliphagi
k. Sistem Urogenital
( - ) Inkontinensia ( - ) Anuria
( ) Merah
( ) Putih
1. l. Sistem Integumen
Turgor kulit : (√ ) Elastis( ) Tidak elastis
m. Sistem Muskuloskeletal
( - ) Kiposis
3333 3333
Tidak ada .
HB : 9,5 g/dl
HT : 27,1 %
Trombosit : 39.000 / ul
Eritrosit : 3.420.000/ul
MCV : 79,1 fl
Basofil : 0 %
Eosinofil : 1 %’
Netrofil : 95 %
Limfosit : 2%
Monosit : 2
d. d. OMZ
h. h. Meropenem 3 x 20 mg ( drip)
Obat oral
a. a. Bisoprolol 3x500 mg
b. b. Atorvastatin 1x2,5 mg
c. c. Trimetazidine 1x40 mg
d. d. Ramipril 1x2,5 mg
e. e. ISDN 3x5mg
a. 7. Data Fokus
Data Subyektif Data Obyektif
pasien sulit dikaji a. 1. Kesadaran pasien somnolen
b. 2. GCS E2 M5 V3
N :77x/m
RR : 15x/m
S : 36,8
SPO2 : 100%
Ht 27,1%
a. 8. Analisa Data
No. Data Masalah Etiologi
DS : Bersihan jalan napas tidak Sekresi yang tertahan
efektif
a. 1. Pasien sulit dikaji
DO :
b. 3. Pasien tamak
terpasang O2 nasal
kanul 3 lpm
c. 4. Bunyi napas ronkhi
d. 5. Terdapat produksi
sputum, konsistensi
kental, bewarna putih
e. 6. RR : 15x/m
f. 7. SPO2 : 100%
g. 8. HB 9,5 g/dl
h. 9. HT 27,1 %
DS :
Gangguan mobilitas fisik Penurunan kekuatan
Pasien sulit dikaji
otot
DO :
a. 1. Pasien tampak
balutan dikepala,
bahu dan abdomen
tertutup kassa
b. 2. Kekuatan otot
ekstermitas atas
5555/5555
c. 3. Kekuatan otot
ekstermitas bawah
3333/3333
d. 4. Pasien tampak
aktivitas dibantu total
e. 5. Pasien tampak
terpasang kateter
DS :
Resiko perfusi serebral Hipertensi
tidak efektif
Pasien sulit dikaji
DO :
a. 1. Kesadaran pasien
somnoloent ‘
b. 2. GCS E2 M5 V3
c. 3. Pasien tampak
gelisah dan bingung
d. 4. TD :105/65
mmHg
N : 77x/m
RR : 15x/m
S : 36,8
SPO2 : 100%
menurun pasien
3. monitor MAP
R/ mengetahui adanya
peningkatan TIK
4. monitor status
pernapasan
r/ Mengetahui adanya
sesak pada pasien
5. monitor intake output
cairan
R/ mengetahui tanda
dan gejala peningkatan
TIK
6. berikan posisi semi
fowler
R/ memberikan posisi
nyaman
7. minimalkan stimulus
dengan menyediakan
lingkungan yang tenang
R/ memmbuat pasien
lebih nyaman
8. kolaborasi pemberian
diuretik osmosis jika
perlu
1,3 kel 3
Memonitor TTV pasien
21.15 RS : pasien sulit dikaji
RO : td : 159/92 mmHg, N : 70 x/m, RR : 17 x/m , S
36,8, SPO2 : 99%
2 kel 3
Memfasilitasi pasien dalam melakukan ROM pasif
21.30
RS : pasien sulit dikaji
RO : pasien tampak lemas, ekstermitas bawah tampak
belum mampu untuk di angkat dilakukan ROM pasif.
3 Kekuatan otot ekstermitas bawah 3333/3333 kel 3
22.00
Memberikan obat atorvastatin 40 mg dan ramipril 2,5 mg
RS : pasien sulit dikaji
RO : diberikan obat melalui ngt, tidak ada alergi obat,
2 tidak ada efek samping yang dirasakan pasien kel 3
28/12/2
Memandikan pasien
2
RS : pasien sulit dikaji
00.00
2 RO : pasien tampak bersih dan tercium wangi kel 3
00.35
Melakukan suction pada pasien
1,3 kel 3
RS : pasien sulit dikaji
RO : terdapat produksi sputum, konsistensi kental,
01.00 bewarna putih
3 kel 3
Memonitor TTV pasien
RS : pasien sulit dikaji
06.00
RO : TD : 134/89 mmHg, N : 72x/m , RR : 19x/m , S : 37
3
Memberikan obat asam tranexamat 500 mg (2 ampul) kel 3
melalui IV bolus
3
Memonitor tingkat kesadaran pasien kel 3
09.15
RS : pasien sulit dikaji
RO : pasien tampak sudah dapat membuka mata namun
3 masih acuh dengan sekitar kesadraan apatis kel 3
2 RO : GCS E4 M5 V3
kel 3
10.15
Memebantu pasien melakukan ROM pasif pada
ekstermitas bawah
RS : pasien sulit dikaji
kel 3
2 RO : Pasien tampak sudah mampu mengangkat kaki
12.15 namun belum bisa melawan tahanan kekuatan otot
4444/4444
I Senin, S:
26/12/23
Pasien sulit dikaji
kel 3
O:
P : lanjutkan intervensi
2 Senin, S: kel 3
26/12/23
Pasien sulit dikaji
O:
P : lanjutkan intervensi
3 Senin S: kel 3
26/12/23
Pasien sulit dikaji
O:
P : lanjutkan intervensi
a. Observasi hemodinamik/jam
I Selasa S:
27/12/23
Pasien sulit dikaji
kel 3
O:
P : lanjutkan intervensi
2 Selasa S: kel 3
27/12/23
Pasien sulit dikaji
O:
P : lanjutkan intervensi
3 Selasa S: kel 3
27/12/23
Pasien sulit dikaji
O:
P : lanjutkan intervensi
a. Observasi hemodinamik/jam
I Kamis , S:
29/12/23
Pasien sulit dikaji
kel 3
O:
P : lanjutkan intervensi
2 Kamis , S: kel 3
29/12/23
Pasien sulit dikaji
O:
P : lanjutkan intervensi
3 Kamis , S: kel 3
29/12/23
Pasien sulit dikaji
O:
P : lanjutkan intervensi
a. Observasi hemodinamik/jam
Pada BAB ini kelompok akan membahas tentang adanya kesesuaian maupun
kesenjangan antara teori dan hasil dari proses asuhan keperawatan pada pasien Ny.s
dengan kasus intercerebal hemorrhage yang dilakukan sejak tanggal 19 desember
hingga 21 desember 2022 diruangan HCU Bedah, rumah sakit umum pusat
fatmawati Jakarta. Kegiatan yang dilakukan meliputi:
Pengkajian yang dilakukan kelompok dapatkan pada ibu intercerebral hemorrhge ibu
datang pada tanggal 09 desember 2022 dengan keluhanhan pusing, mual, lemas,
keluarga mengatakan pasien jatuh pada pukul 08.00, muntah 5x, sesak napas dan
memiliki Riwayat hipertensi, lalu pasien dangan dengan konsisi sudah penurunan
kesadaran, pasien mengkonsumsi amlodipine tetapi tidak rutin, pasien sudah
dilakukan oprasi vpshunt 2 hari yang lalu, kondisi saat ini hemodinamik pasien
belum stabil, pasien masih tirah baring, diberikan oksigen nasal kanul 3 lpm,
diberikan posisi head up 30 dan terapi farmakologi serata terapi cairan Bfluid/24jam
dan Nacl 0,9% / 24jam.
Intervensi untuk bersihan jalan napas tidak efektif yang dilakukan oleh kelompok
ialah memberikan posisi head up 30º, pasien tampak lebih nyaman. Hal ini sejalan
dengan SLKI (2018).
Pada intervensi diagnose gangguan mobilitas fisik yang dilakukan kelompok ialah
mengidentifikasi adanya nyeri/ keluhan fisik lainya, lalu mengidentifikasi toleransi
fisik melakukan aktifitas. Hal ini sejalan dengan SLKI (2018).
Pada intervensi diagnose resiko perfusi serebral tidak efektif yang dilakukan
kelompok ialah monitor ttv pasien, menghitung balance cairan pasien dengan intake:
2850, output: 1715, balance: 2850, monitor GCS pasien dgn respon pasien dapat
membuka mata saat dipanggil dan mendengar suara. E3MSV3
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Intracerebral hemorrhage (ICH) didefinisikan sebagai perdarahan
nontraumatik ke dalam jaringan otak. Intracerebral hemorrhage (ICH) adalah
bentuk paling mematikan dari stroke dan mempengaruhi sekitar satu juta
orang di seluruh dunia setiap tahun. Cedera otak sekunder dan pembentukan
edema dengan menghasilkan efek massa dianggap berkontribusi terhadap
morbiditas dan mortalitas terkait intracerebral hemorrhage (ICH) (Aksoy
et.al, 2013).
Aksoy, D., Bammer, R., Mlynash, M., Venkatasubramanian, C., Eyngorn, I., Snider,
R. W., Wijman, C. A. C. (2013). Magnetic resonance imaging profile of blood-
brain barrier injury in patients with acute intracerebral hemorrhage. Journal of
the American Heart Association, https://doi.org/10.1161/JAHA.113.000161
Kurniawan, Arief, and Ardi Zulfariansyah. 2020. “Tatalaksana Pasien Post Ventriculo
Peritoneal (VP) Shunt et Causa Meningitis Disertai Aspirasi Pneumonia Dan
Gagal Napas Di Ruang Rawat Intensif.” Jurnal Neuroanestesi Indonesia 9(2):
87–91.
Rozi, MF, and DM Darlan. 2018. “Sumatera Medical Journal.” Sumatera Medical
Journal (SUMEJ) 02(02) : 85–95.