Anda di halaman 1dari 61

ASUHAN KEPERAWATAN PADA NY.

S DENGAN
INTRACEREBRAL HEMORRHAGE DI RUANG
HCU BEDAH RSUP FATMAWATI JAKARTA

Disusun Oleh :
Kelompok 3/3B
1. Ayu Agustin (20012)
2. Deby Syntia (20016)
3. Desti Rahma Suryani (20019)
4. Muhammad Rizqi (20052)
5. Nala Yona Ramadhani (20058)
6. Putri Sulistyawati (20069)
7. Shinta Aprillia Dita Putri (20087)

PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN FATMAWATI
JAKARTA
2023
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah
memberikan rahmatNya, sehingga kami kelompok 3 dapat menyelesaikan makalah
Keperawatan Medical Bedah I (KMB I) dengan judul “Asuhan keperawatan
pada Ny. S dengan Intracerebral Hemorrhage.” Penyusunan makalah ini
bertujuan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Maternitas. Kelompok
menyadari bahwa makalah ini tidak akan tersusun dengan baik tanpa adanya bantuan
dari pihak-pihak terkait. Atas dukungan moral dan materil yang diberikan dalam
penyusunan makalah ini, maka kelompok mengucapkan terima kasih kepada:

1. Ns. DWS Suarse Dewi, M.Kep.,Sp.Kep.MB, selaku Direktur STIKES Fatmawati


Jakarta.

2. Ns. Hinin Wasilah, M.S selaku Wali Kelas Angkatan XXIII STIKES Fatmawati
Jakarta.

3. Ns. Hinin Wasilah, M.S selaku Penanggung Jawab Mata Kuliah KMB I STIKES
Fatmawati Jakarta dan dosen pembimbing praktik klinik keperawatan Medikal
Bedah I.

4. Orang tua tercinta yang telah membantu dalam segi materil dan memberikan
motivasi selama dalam penyusunan makalah ini.

5. Serta rekan-rekan kelompok yang membantu selesainya pembuatan makalah.

Kelompok menyadari bahwa makalah ini belumlah sempurna. Oleh karena itu,
kelompok menerima saran dan kritik yang membangun dari rekan-rekan untuk
penyempurnaan makalah ini.

Jakarta, Januari 2023

Kelompok 3
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
A. A. Latar Belakang
B. B. Tujuan
C. C. Ruang Lingkup
D. D. Metode Penulisan
E. E. Sistematika Penulisan
BAB II TINJAUAN TEORI
A. A. Pengertian
B. B. Etiologi
C. C. Patofisiologi
D. D. Penatalaksanaan Medis
E. E. Pengkajian Keperawatan
F. F. Diagnosa Keperawatan
G. G. Perencanaan Keperawatan
H. H. Pelaksanaan Keperawatan
I. I. Evaluasi Keperawatan
BAB III TINJAUAN KASUS
A. A. Pengkajian Keperawatan
B. B. Diagnosa Keperawatan
C. C. Perencanaan
D. D. Pelaksanaan Dan Evaluasi Keperawatan
BAB IV PEMBAHASAN
A. A. Pengkajian Keperawatan
B. B. Diagnosa Keperawatan
C. C. Perencanaan Keperawatan
D. D. Pelaksanaan Keperawatan
E. E. Evaluasi Keperawatan
BAB V PENUTUP
A. A. Kesimpulan
B. B. Saran
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Perdarahan intraserebral (ICH) merupakan penyakit dengan angka mortalitas
dan morbiditas yang tinggi. Sekitar 10% sampai 23% dari stroke disebabkan
oleh pecahnya pembuluh darah otak. Kira-kira, hanya 10% sampai 15% dari
stroke pertama yang merupakan perdarahan intraserebral (ICHs). Insiden
keseluruhan ICH di seluruh dunia adalah 24,6 per 100.000 orang per tahun.

Hidrosefalus dapat terjadi pada lebih dari 50% pasien dengan perdarahan
intraventrikular (IVH), yang merupakan sekunder dari ICH. IVH, yang
ditandai dengan masuknya darah ke dalam ventrikel, terjadi pada 50% pasien
dengan ICH primer.Hidrosefalus yang diinduksi IVH dapat terjadi sebagai
akibat dari penyumbatan pada jalur drainase CSF karena efek massa bekuan
darah atau sebagai akibat dari gangguan penyerapan.Beberapa penelitian
menunjukkan bahwa hidrosefalus merupakan prediktor luaran yang buruk
setelah ICH.

Shunting dari CSF tetap menjadi salah satu prosedur bedah saraf yang paling
sering dilakukan untuk pengelolaan pasien hidrosefalus. VP shunt umumnya
digunakan sebagai penatalaksanaan kondisi hidrosefalus posthemorrhagic,
termasuk perdarahan subarachnoid (SAH), perdarahan subdural (SDH), ICH,
dan IVH. Meskipun kemajuan yang signifikan dari teknologi shunt dan
pendekatan pengobatan, pengelolaan hidrosefalus yang ideal belum
ditetapkan. Dengan demikian, VP shunting masih menjadi pendekatan yang
lebih disukai dan sering digunakan dalam penatalaksanaan hidrosefalus,
termasuk hidrosefalus pasca-hemoragik pada orang dewasa.

Ventriculo Peritoneal (VP) Shunt adalah tindakan operasi pemasangan kateter


yang menghubungkan ventrikel otak dan rongga peritoneum. Tindakan VP
Shunt bertujuan menurunkan tekanan intrakranial yang tinggi pada
hidrosefalus Pasien hidrosefalus akibat meningitis sering mengalami gagal
napas akibat gangguan otak atau aspirasi pneumonia.

Aspirasi pneumonia adalah infeksi paru yang terjadi setelah masuknya cairan,
partikel eksogen, atau sekresi endogen ke dalam saluran napas bawah.
Kebanyakan aspirasi pneumonia terjadi akibat aspirasi mikroorganisme dari
rongga mulut atau nasofaring dan berhubungan dengan gangguan kesadaran
dan reflek menelan. Aspirasi pneumonia berat ditandai dengan kegagalan
pernapasan memerlukan terapi antibiotik dan ventilasi mekanik. Ventilasi
mekanik berperan meningkatkan pengambilan oksigen dan pembuangan
karbon dioksida pada gagal napas, serta mengurangi resiko hipoksia otak
yang memperberat gangguan kesadaran.

B. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Tujuan umum penulisan laporan ini adalah agar mengetahui penerapan
asuhan keperawatan pada klien yang menderita penyakit ICH
2. Tujuan khusus
a. Mengetahui konsep penyakit ICH
b. Mengetahui pelaksanaan pengkajian pada klien dengan ICH
c. Mengetahui Analisa data dan penetapan diagnosis keperawatan pada
klien dengan ICH
d. Mengetahui remcana intervensi keperawatan pada klien ICH
e. Mengetahui pelaksanaan implementasi dan evaluasi keperawatan pada
klien dengan ICH

C. Metode Penulisan
Metode penulisan makalah ini menggukan metode studi kepustakaan yaitu
menggunakan berbagai sumber liatur yang sesuai dengan makalah “Asuhan
Keperawatan pada Ny. S” adapun teknik pengumpulan data dalam
penulisan makalah ini adalah menganalisis berbagai sumber referensi baik
dari buku, jurnal dan internet yang berkaitan dengan Intracerebral
Hemorhhage.
D. Sistematika Penulisan
Sistematika dalam penyusun makalah ini terdiri dari 5 bab yaitu yaitu BABI
PENDAHULUAN yang terdiri dari latar belakang, tujuan penulisan, metode
penulisan dan sistematika penulisan. BAB II TINJAUAN TEORI yang
terdiri dari konsep postpartum, konsep sectio cesarea dan konsep asuhan
keperawatan pada pasien postpartum sectio cesarea. BAB III TINJAUAN
KASUS yang terdiri dari deskripsi kasus dan asuhan keperawatan. BAB IV
PEMBAHASAN, SERTA BAB V yang terdiri dari kesimpulan dan saran.
DAFTAR PUSTAKA.
BAB II
TINJUAN TEORI

A. Pengertian
Intracerebral hemorrhage (ICH) didefinisikan sebagai perdarahan
nontraumatik ke dalam jaringan otak. Intracerebral hemorrhage (ICH) adalah
bentuk paling mematikan dari stroke dan mempengaruhi sekitar satu juta
orang di seluruh dunia setiap tahun. Cedera otak sekunder dan pembentukan
edema dengan menghasilkan efek massa dianggap berkontribusi terhadap
morbiditas dan mortalitas terkait intracerebral hemorrhage (ICH) (Aksoy
et.al, 2013).

Menurut World Heath Organization, stroke disebabkan oleh gangguan suplai


darah ke otak, biasanya karena semburan dari pembuluh darah atau diblokir
oleh gumpalan darah. Hal in memotong pasokan oksigen dan nutrisi,
menyebabkan kerusakan pada jaringan otak. Gejala yang paling umum dari
stroke adalah kelemahan mendadak atau mati rasa pada wajah, lengan atau
kaki, paling sering pada satu sisi tubuh. Stroke tau yang dikenal juga dengan
istilah Gangguan Peredaran Darah Otak (GPDO), merupakan suatu sindrom
yang diakibatkan ole adanya gangguan aliran darah pada salah satu bagian
otak yang menimbulkan gangguan fungsional otak berupa defisit neurologik
atau kelumpuhan saraf selama 24 jam atau lebih (Dinata CA et al., 2013).

Stroke secara klasik dicirikan sebagai defisit neurologik dikaitkan dengan


cedera fokal akut dari sistem saraf pusat (SSP) yang dikarenakan sebab
vaskular, termasuk infark serebral, intracerebral hemorrhage (ICH) dan
subarachnoid hemorrhage (SAH), dan merupakan penyebab utama kecacatan
dan kematian di seluruh dunia (Sacco et al., 2013)

B. Etiologi
Stroke hemoragik dapat terjadi karena pecahnya aneurisma pada otak atau
disebabkan oleh pembuluh darah yang bocor. Darah tumpahan masuk ke
dalam atau masuk ke sekitar otak sehingga terbentuk pembengkakan dan
tekanan, merusak sel dan jaringan otak. Ada dua jenis stroke hemoragik yaitu
intracerebral hemorrhage (ICH) dan subarachnoid hemorrhage (SAH).

Hipertensi adalah faktor resiko yang paling umum atau utama. Angiopati
amiloid serebral (CAA), kondisi yang meningkat dengan usia, adalah faktor
resiko yang paling umum kedua. Angiopati amiloid serebral merupakan
penyebab penting dari lobar intracerebral hemorrhage (ICH), terutama pada
orang lanjut usia. Kondisi ini hasil dari deposisi protein amyloid di arteriol
kortikal; deposisi seperti ini sangat jarang terjadi di basal ganglia dan batang
otak (lokasi lazim terjadi intracerebral hemorrhage (ICH) terkait HTN dan
lokasi yang tidak lazim dari intracerebral hemorrhage (ICH) terkait CAA.
Apolipoprotein E (ApoE) genotipe memainkan peran penting dalam
patogenesis CAA, tetapi tidak sensitif maupun spesifik untuk diagnosis utama
dari kondisi ini. Usia juga merupakan faktor resiko penting untuk
intracerebral hemorrhage (ICH); kemungkinan keseluruhan penderita
hemorrhage (ICH) tertinggi pada usia ≥ 85 (Aguilar et al., 2011).

C. Patofisiologi
Stroke hemoragik disebabkan karena adanya kematian sel pada jaringan otak
yang mana kematian sel tersebut disebabkan oleh inflamasi ataupun karena
terjadinya apoptosis. Pada sat terjadi perdarahan, terbentuk suatu massa yang
mana massa tersebut menyebabkan inflamasi dan memberikan efek toksik
sehingga terjadilah kematian sel pada otak. Sedangkan mekanisme terjadinya
apoptosis karena terbentuknya clotting oleh trombin. Trombin menyebabkan
lisisnya eritrosit yang dikarenakan adanya pelepasan heme/besi sehingga
terjadi aktivasi caspase yang mengakibatkan sel melakukan apoptosis.

Patofisiologi stroke hemoragik tidak seperti stroke iskemik. Adanya darah


dalam parenkim otak menyebabkan kerusakan pada jaringan sekitarnya
melalui efek mekanik menghasilkan massa dan neurotoksisitas dari
komponen darah dan produk degradasi. Sekitar 30% dari intracerebral
hemorrhage (ICH) terus membesar selama 24 jam pertama, paling cepat
dalam waktu 4 jam, dan volume gumpalan adalah prediktor yang paling
penting dari hasil perdarahan yang terlepas dari lokasi. Perdarahan dengan
volume > 60 mL berhubungan dengan 71% kematian pada 15 hari dan 93%
kematian pada 30 hari. Sebagian besar kematian dini stroke hemoragik
(hingga 50% pada 30 hari) disebabkan oleh peningkatan mendadak tekanan
intrakranial yang dapat menyebabkan herniasi dan kematian (Dipiro et al.,
2014).

Sebagian besar kasus intracerebral hemorrhage (ICH) terjadi ketika adanya


bocoran kecil pada arteri (50-700 um) yang kemudian darah masuk ke dalam
parenkim otak. Bagian dari cedera induksi intracerebral hemorrhage (ICH)
adalah karena gangguan fisik jaringan yang berdekatan dan efek massa
disebabkan sebagai bentuk intracerebral hemorrhage (ICH). Volume
intracerebral hemorrhage (ICH) sering dibagi menjadi tiga kategori: kecil
ketika < 30 mm, menengah antara 30 dan 60 mm, dan besar bila > 60 mm.
Kerangka Masalah
D. Penatalaksanaan Medis
Umumnya pemberian terapi pada stroke bertujuan untuk stabilisasi
pernapasan dan stabilisasi hemodinamik. Hal pertama yang dilakukan untuk
stabilisasi pemapasan yaitu dilakukan pemantauan secara terus menerus
terhadap status neurologis, nadi, tekanan darah, suhu tubuh, dan saturasi
oksigen dianjurkan dalam 72 jam, pada pasien dengan defisit neurologis yang
nyata. Pemberian oksigen dianjurkan pada keadaan dengan saturasi oksigen <
95% dan pasien hipoksia. Untuk pasien yang tidak sadar, dilakukan perbaikan
jalan napas dengan pemasangan pipa orofaring. Bantuan ventilasi diberikan
pada pasien yang mengalami penurunan kesadaran tau disfungsi bulbar
dengan gangguan jalan napas. Untuk stabilisasi hemodinamik diberikan
cairan kristaloid atau koloid intravena tetapi hindari pemberian pemberian
cairan hipotonik seperti glukosa. Pemasangan CVC (Central Venous
Catheter) dianjurkan untuk memantau kecukupan cairan dan sebagai sarana
untuk memasukkan cairan dan nutrisi. Hipotensi arterial harus dihindari dan
dicari penyebabnya. Hipovolemia harus dikoreksi dengan pemberian larutan
salin normal dan aritmia yang mengakibatkan penurunan curah jantung
sekuncup harus dikoreksi (PERDOSSI. 2011).

Manajemen pasien dengan intracerebral hemorrhage (ICH) akut tergantung


pada penyebab dan tingkat keparahan perdarahan. Bantuan hidup dasar,
seperti kontrol: perdarahan, kejang, tekanan darah (BP), dan tekanan
intrakranial adalah hal-hal yang bersifat krusial. Sat ini mash belum ada
terapi yang efektif untuk stroke hemoragik. Evakuasi hematoma, baik melalui
kraniotomi atau endoskopi terbuka, dapat menjadi pengobatan awal yang
menjanjikan untuk intracerebral hemorrhage (ICH) yang dapat meningkatkan
prognosis jangka panjang (Liebeskind, 2016).

Pada stroke hemoragik, pemeriksaan pencitraan yang cepat dengan CT atau


MRI direkomendasikan untuk membedakan stroke iskemik dengan
perdarahan intrakranial. Angiografi CT dan CT dengan kontras dapat
dipertimbangkan untuk membantu mengidentifikasi pasien dengan resiko
perluasan hematoma. Bila secara klinis tau radiologis terdapat kecurigaan
yang mengarah ke lesi struktural termasuk malformasi vaskuler dan tumor,
sebaiknya dilakukan angiografi CT, venografi CT, CT dengan kontras, MRI
dengan kontras, MRA, dan venografi MR (PERDOSSI, 2011).

E. Pengkajian Keperawatan
Pengkajian merupakan tahap awal dan landasan proses keperawatan untuk
mengenal masalah klien, agar dapat memberi arah kepada tindakan
keperawatan. Tahap pengkajian terdiri dari tiga kegiatan yaitu pengumpulan
data, pengelompokan data dan merumuskan tindakan keperawatan (Tarwoto,
2013)

F. Diagnosa Keperawatan
Diagnosis keperawatan yang muncul menurut Standar Diagnosis
Keperawatan Indonesia (SDKI) 2017 yaitu:
1. Risiko perfusi serebal tidak efektif (D0017) berhubungan dengan
aneurisma serebri:
Cedera Kepala adalah kerusakan otak akibat pendarahan atau
pembengkakan otak sebagai respon terhadap cedera dan menyebabkan
peningkatan tekanan intracranial. Peningkatan tekanan intracranial akan
menimbulkan distrosi dan bergesernya otak yang akan mengganggu
perfusi serebral.(Tarwoto, 2013)dan Hipertensi merupakan factor risiko
utama yang dapat mengakibatkan pecahnya maupun penyempitan
pembuluh darah ke otak.Pecahnya pembuluh darah otak akan
menimbulkan perdarahan, akan sangat fatal bila terjadi interupsi aliran
darah ke bagian distal, di samping itu darah ekstravasi akan tertimbun
sehingga akan menimbulkan tekanan intracranial yang meningkat,
sedangkan penyempitan pembuluh darah otak akan menimbulkan
terganggunya aliran darah ke otak dan sel-sel otak akan mengalami
kematian.(Hasan, 2018).

2. Gangguan menelan (D0063) berhubungan dengan gangguan saraf cranial:


Penyebab gangguan menelan yaitu salah satunya gangguan saraf kranialis
(Tim Pokja SDKI DPP PPNI, 2017) Kerusakan saraf otak, nervus
hipoglosus (nervus kranial XII), nervus glosofaringeus (nervus kranial
IX) atau nervus trigeminus (nervus kranial V) bisa menyebabkan paralisis
bagian-bagian yang bermakna dari mekanisme menelan. Jika mekanisme
menelan mengalami paralisis total atau sebagian, gangguan yang terjadi
dapat berupa hilangnya semua tindakan menelan sehingga menelan tidak
terjadi sama sekali, kegagalan glottis untuk menutup, sehingga makanan
tidak jatuh ke esofagus, melainkan jatuh ke paru, dan kegagalan palatum
mole dan uvula untuk menutup nares posterior sehingga makanan masuk
ke hidung selama menelan (Guyton & Hall, 2016).

3. Gangguan mobilitas fisik (D0054) berhubungan dengan gangguan


neuromuskuler:
Gangguan mobilitas fisik (immobilisasi) didefinisikan oleh North
American Nursing Diagnosis Association (NANDA) sebagai suatu
kedaaan dimana individu yang mengalami atau beresiko mengalami
keterbatasan gerakan fisik. Individu yang mengalami atau beresiko
mengalami keterbatasan gerakan fisik antara lain : lansia, individu dengan
penyakit yang mengalami penurunan kesadaran lebih dari 3 hari atau
lebih, individu yang kehilangan fungsi anatomic akibat perubahan
fisiologik (kehilangan fungsi motorik, klien dengan stroke, klien
penggunaa kursi roda), penggunaan alat eksternal (seperti gips atau
traksi), dan pembatasan gerakan volunter, atau gangguan fungsi motorik
dan rangka (Kozier, Erb, & Snyder, 2010).
4. Gangguan komunikasi verbal (DO119) berhubungan dengan penurunan
sirkulasi serebral:
Afasia merusak kemampuan pasien untuk berkomunikasi, baik dalam
memahami apa yang dikatakan dan dalam kemampuan mengeskresikan
diri sendiri (Bare et al., 2002). Stressor tersebut menyebabkan hilangnya
peran hidup yang dimiliki penderita stroke hingga terjadinya gangguan
persepsi akan konsep diri yang bersangkutan dan dengan sendirinya
mengurangi kualitas hidup pasien stroke (Hayulita & Sari 2015).

5. Defisit perawatan diri (D0109) berhubungan dengan gangguan


neuromuskuler dan kelemahan:
Stroke membutuhkan penanganan komprehensif termasuk upaya
pemulihan dalam jangka waktu yang lama bahkan sepanjang sisa hidup
pasien. Oleh karena itu salah satu dari anggota keluarga yang mengalami
stroke dan menyebabkan kecacatan sehingga membuat pasien stroke
kurang mampu untuk memenuhi kebutuhan perawatan dirinya (Self-care)
maka pasien stroke membutuhkan bantuan baik minimal maupun total
(Patimah, Elis & Libertina 2019)

6. Nyeri akut (D0077) berhubungan dengan agen pencedera fisik (ICH):


Dari data yang didapatkan pada kasus - kasus tersebut nyeri akut
penyebab agen pencedera fisiologis gejala dan tanda mayor dari subjektif
mengeluh nyeri. Objektifnya dengan gejala tampak meringis, bersikap
protektif (waspada, posisi menghindari nyeri), gelisah, frekuensi nadi
meningkat, sulit tidur. Gejala dan tanda minor tekanan darah meningkat,
pola nafas berubah, nafsu makan berubah, proses berpikir terganggu,
menarik diri, berfokus pada diri sendiri, diaphoresis (PPNI, 2017).

G.
H. Perencanaan Keperawatan
NO SDKI SLKI SIKI
1 Risiko perfusi serebal Setelah dilakukan О:
tidak efektif (D0017) tindakan keperawatan - identifikasi
berhubungan dengan selama 3x24jam peningkatan tekanan
aneurisma serebri diharapkan terjadi intracranial.
keadekuatan aliran - monitor peningkatan
darah serebral. TD.
Dengan kriteria hasil : - monitor penurunan
- Tingkat kesadaran frekuensi jantung
meningkat - monitor ireguleritas
- Gelisah menurun irama nafas
- Tekanan darah - monitor penurunan
membaik tingkat kesadaran.
- monitor perlambatan
atau ketidak simetrisan
respon pupil.
- monitor kadar CO2
dan pertahankan dalam
rentang yang
diindikasikan
- monitor tekanan
perfusi serebral
- monitor efek stimulus

T:
- ambil sampel drainase
cairan serebrospinal.
- kalibrasi transduser.
- pertahankan sterilitas
system pemantauan.
- pertahankan posisi
kepala dan leher netral.
- dokumentasikan hasil
pemantauan jika perlu.
- atur interval
pemantauar sesuai
kondisi pasien.
- doumentasi hasil
pemantauan.

E:
- jelaskan tujuan dan
proses pemantauan
2 Gangguan menelan Setelah dilakukan O:
(D0063) intervensi 3×24 jam - Periksa posisi NGT
berhubungan dengan di dapatkan hasil: dengan memeriksa
gangguan saraf cranial - reflek menelan residu lambung atau
meningkat mengakultasi hembusan
- kemampuan udara
mengunyah meningkat - Monitor tetesan
- batuk menurun makanan pada pompa
- gelisah menurun setiap jam
- muntah menurun - Monitor rasa
- penerimaan penuh.mual.dan muntah.
makanan membaik - Monitor residu
lambung tiap 4-6 jam
selama 24 jam pertama,
kemudian tiap 8 jam
selama pemberian makan
via parenteral,jika perlu
- Monitor pola buang air
besar setiap 4-8 jam jika
perlu

T:
- Gunakan teknik bersih
dalam pemberian
makanan via selang
- Berikan tanda pada
selang untuk
mempertahankan lokasi
yang tepat
- Tinggikan kepala
tempat tidur 30-45
derajat selama
pemberian makan
- Irigasi selang dengan
30 ml air setiap 4-6 jam
selama pemberian makan
dan setelah pemberian
makan intermitan
- Hindari pemberian
makan lewat selang 1
jam sebelum prosedur
atau pemindahan pasien
- Hindari pemberian
makan iika residu lebih
dari 150 cc atau lebih
dari 100-200 persen dari
jumlah makanan taip jam

E:
- Jelaskan tujuan dan
langkah-langkah
prosedur

K:
- Kolaborasi pemberian
sinar X untuk konfirmasi
posisi selang.iika perlu
3 Gangguan mobilitas Setelah dilakukan T:
fisik (D0054) intervensi selama - Fasilitasi aktivitas
berhubungan dengan 3x24 jam didapatkan mobilitas dengan alat
gangguan hasil: bantu
neuromuskuler - pergerakan - Fasilitasi melakukan
esktremitas meningkat Pergerakan
- Kekuatan otot - Libatkan kelurga untuk
meningkat membantu pasien dalam
- nyeri menurun meningkatkan
- kecemasan menurun pergerakan

E:
- Jelaskan tujuan dan
prosedur mobilisasi
- Anjurkan melakukan
mobilisasi dini
- Anjurkan mobilisasi
sederhana yang harus
dilakukan (mis. Duduk
ditempat tidur).

K:
- Konsultasi kesehatan
4 Gangguan Setelah dilakukan O:
komunikasi verbal intervensi selama - monitor kecepatan,
(D0119) 3x24 jam di dapatkan tekanan. Kuantitas
berhubungan dengan hasil sebagai berikut: volume, dan diksi bicara
penurunan sirkulasi - kemampuan - monitor proses
serebral berbicara meningkat koknitif, anatomis dan
- kemampuan fisiologis yang berkaitan
mendengar meningkat dengan bicara (mis,
- kesesuaian ekspresi memori, pendengaran
waiah/tubuh dan bahasa)
meningkat - monitor frustasi.marah
- kontak mata depresi atau hal lain
meningkat yang mengganggu bicara
- pemahaman - identifikasi perilaku
komunikasi membaik emosional dan fisik
sebagai bentuk
komunikasi

T:
- gunakan metode
komunikasi alternative
- sesuaikan gaya
komunikasi dengan
kebutuhan (mis, berdiri
di depan pasien,
dengarkan secara
seksama)
- modifikasi lingkungan
untuk meminimalkan
bantuan
- ulangi apa yang
disampaikan pasien
- berikan dukungan
psikologis
- gunakan juru
bicara,jika perlu
E:
- anjurkan berbicara
perlahan
- ajarkan pasien dan
keluarga proses
kognitif,anatomis.dan
fisiologisyang
berhubungan dengan
kemampuan berbicara

K:
- Rujuk ke ahli patologi 
bicara atau terapi
5 Defisit perawatan diri Setelah dilakukan O:
(D0109) intervensi selama - identifikasi usia dan
berhubungan 1x24 jam di dapatkan budaya
dengan gangguan hasil : dalam membantu
neuromuskuler - Kemampuan makan kebersihan
dan kelemahan meningkat diri
- Mempertahankan - identifikasi jenis
kebersihan mulut bantuan
- minat melakukan yang di butuhkan
perawatan diri - monitor kebersihan
meningkat tubuh
- monitor integritas kulit

T:
- sediakan peralatan
mandi
- sediakan lingkungan
yang aman dan nyaman
- fasilitas menggosok
gigi sesuai kebutuhan
- fasilitasi mandi sesuai
kebutuhan
- pertahankan kebiasaan
kebersihan diri
- berikan bantuan sesuai
tingkat kemandirian

E:
- jelaskan dampak tidak
mandi terhadap
kesehatan
- ajarkan kepada
keluarga cara
memandikan pasien

I. Pelaksanaan Keperawatan
Implementasi merupakan langkah keempat dalam tahap proses keperawatan
dengan melaksanakan berbagai strategi keperawatan (tindakan keperawatan)
yang telah direncanakan dalam rencana tindakan keperawatan. Dalam
melaksanakan rencana perawatan dibutuhkan lingkungan yang kondusif.
Perawat harus mampu menghormati martabat dan rahasia pasien, mampu
memberikan pendidikan kesehatan kepada pasien, menyesuaikan diri dengan
beban kerja yang ada serta mampu bekerja dengan tim kesehatan yang lain
(Salmawati, 2013).

J. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi menyediakan nilai informasi mengenai hubungan intervensi yang
telah direncanakan dan merupakan perbandingan dari hasil yang diamati
dengan kriteria hasil yang telah dibuat pada tahap perencanaan. Tujuan
evaluasi adalah untuk menilai apakah tujuan dalam rencana keperawatan
tercapai atau tidak, dan untuk melakukan pegkajian ulang (Salmawati,2013).
BAB III
TINJAUAN KASUS

A. PENGKAJIAN
Tanggal Pengkajian : 26    Desember 2022
Tanggal Masuk : 09 Desember 2022
Ruang/Kelas : Hight care unit bedah
Nomor Register : 01863551
Diagnosa Medis : ICH post VP shunt, DM, Pneumonia HAP sepsis

1. Identitas Klien
Nama Klien : Ny. S
Jenis kelamin : Perempuan
Usia : 68 tahun
Status Perkawinan : Menikah
Agama : Islam
Suku bangsa : Jawa
Pendidikan : SLTA
Bahasa yg digunakan : bahasa Indonesia
Pekerjaan : Ibu rumah tangga
Alamat : Perum the green palapa 2 no. 3 rt 3 rw 8 serua ciputat
Sumber biaya (Pribadi, Perusahaan, Lain-lain) : BPJS – JKN
Sumber Informasi (Klien / Keluarga) : keluarga dan rekam medis
2. Resume
(Ditulis sejak klien masuk rumah sakit sampai dengan sebelum pengkajian
dilakukan meliputi :    data fokus, masalah keperawatan, tindakan keperawatan
mandiri serta kolaborasi dan evaluasi secara umum)
Pasien datang ke RS tanggal 9 desember 2022. Mengeluh pusing, mual, lemas.
Keluarga mengatakan pasien jatuh di rumah saat memasak pada pukul 08.00,
pasien muntah kurang lebih 5x, sesak napas. Pasien datang dengan kondisi
penurunan kesadaran. Pasien memiliki riwayat hipertensi sudah 1 tahun Dan
mengkonsumsi obat amlodiphine 5 mg namun tidak rutin. Di RS sudah
dilakukan operasi vp shunt 11 hari yang lalu, kondisi saat ini hemodinamik
pasien belum stabil. Pasien masih tirah baring, pasien diberikan oksigen nasal
kanul 3 lpm, posisi semi fowler dan terapi farmakologi serta terapi cairan
Bfluid/24 jam dan Nacl 0,9%/24 jam.
3. Riwayat Keperawatan :
a. Riwayat kesehatan sekarang.
Keluhan utama : nyeri pada bagian kepala
Kronologis keluhan :
a. Faktor pencetus : post operasi
b. Timbulnya keluhan: ( √ ) Mendadak (    ) Bertahap
c. Lamanya : kurang lebih 5 menit
d. Upaya mengatasi : diberikan injeksi keterolac 1 ampul
b. Riwayat Penyakit sebelumnya (termasuk kecelakaan) :
Pasien memiliki riwayat hipertensi 1 tahun
c. Riwayat Alergi (Obat, Makanan, Binatang, Lingkungan) :
Keluarga mengatakan pasien tidak memiliki alergi

d. Riwayat pemakaian obat :


Keluarga mengatakan pasien mengkonsumsi amlodhipine 5 mg

e. Riwayat kesehatan Keluarga (Genogram dan Keterangan tiga generasi dari


klien)

f. Penyakit yang pernah diderita oleh anggota keluarga yang menjadi factor
risiko pasien memiliki riwayat hipertensi 1 tahun lalu

g. Riwayat Psikososial dan Spiritual.


1. Adakah orang terdekat dengan klien :
Suami

2. Interaksi dalam keluarga :


a) Pola Komunikasi : baik
b) Pembuatan Keputusan : musyawarah
c) Kegiatan Kemasyarakatan : tidak ada
3. Dampak penyakit klien terhadap keluarga :
Pasien tidak dapat beraktivitas kembali dan sulit berinteraksi
4. Masalah yang mempengaruhi klien :
Masalah terhadap sakitnya saat ini
5. Mekanisme Koping terhadap stress
(    ) Pemecahan masalah (    ) Tidur

(    ) Makan (    ) Cari pertolongan


( √ ) Minum obat                                      (    ) Lain-lain (Misal : marah,
diam)

6. Persepsi klien terhadap penyakitnya


a. Hal yang sangat dipikirkan saat ini :
keluarga klien mentatakan ingin pasien cepat sembuh dan dapat
beraktivitas kembali
b. Harapan setelah menjalani perawatan :
keluarga berharap pasien dapat segera pulih dan membaik
kondisinya
c. Perubahan yang dirasakan setelah jatuh sakit :
pasien tidak dapat melakukan aktivitas secara mandiri
7. Sistem nilai kepercayaan :
a. Nilai-nilai yang bertentangan dengan kesehatan :
tidak ada nilai – nilai yang bertentangan dengan kesehatan
b.Aktivitas Agama/Kepercayaan yang dilakukan :
    dengan kondisi ini pasien tidak dapat melakukan ibadah
1. 8) Kondisi Lingkungan Rumah
(Lingkungan rumah yang mempengaruhi kesehatan saat ini) :

keluarga mengatakan lingkungan rumah baik, terdpat ventilasi yang


cukup dan sering dibersihkan

1. 9) Pola kebiasaan
POLA KEBIASAAN
H A L          Y A N G        D I K
Sebelum Sakit / sebelum Di Rumah sakit
AJI
di RS
1. 1. Pola Nutrisi
1. a. Frekuensi makan : 3x/ hari 6x/hari
…… X / hari Baik Tidak
2. b. Nafsu makan      :
baik/tidak Tidak ada Mual, muntah
Alasan : ……..(mual, 1 porsi 100 ml susu
muntah, sariawan) Tidak ada
Tidak ada
1. c. Porsi makanan yang Tidak ada
dihabiskan Tidak ada Tiudak ada

2. d. Makanan yang tidak Tidak ada Tidak ada


disukai Tidak ada
Insulin
3. e. Makanan yang
Tidak ada
membuat alergi Menggunakan NGT
4. f. Makanan pantangan
5. g. Makanan diet
6. h. Penggunaan obat-
obatan sebelum makan
7. i. Penggunaan alat bantu
(NGT, dll)

POLA KEBIASAAN
H A L          Y A N G        D I K
Sebelum Sakit / sebelum Di Rumah sakit
AJI
di RS
1. 2. Pola Eliminasi
1. a. B.a.k. : 3 – 8 x/hari Tidak tentu
1)    Frekuensi : ……….
Kuning jernih Kuning keruuh
X / hari
Tidak ada Tidak ada
2)    Warna :
Tidak ada Kateter
…………………..

3)    Keluhan              :
………………….. 2x/hari
Tidak tentu
4)    Penggunaan alat Tidak tentu
Tidak tentu
bantu (kateter, dll) Tidak tenu
Tidak tentu
1. b. B.a.b :
1)    Frekuensi : Coklat Coklat
…………. X / hari
Lunak Lunak
2)    Waktu : Tidak ada
Tidak ada
    (Pagi / Siang / Tidak ada
Tidak ada
Malam / Tidak tentu)

3)    Warna :
…………………..
2x/hari
4)    Kosistensi          :
Pagi dan sore 1x/ hari
…………………..
Pagi
5)    Keluhan :
2x/hari
…………………..
Pagi dan sore
1x/hari
6)    Penggunaan Laxatif :
Pagi
..…………..
2x/minggu
3.    Pola Personal Hygiene

a. Mandi Tidak tentu


Tidak tentu
1)      Frekuensi :
6-8 jam
…………. X / hari
Berdoa Tidak tentu
2)      Waktu :    Pagi/ Sore/ Tidak tentu
Malam              Tidak terkaji
Pagi, siang
b. Oral Hygiene
Tidak berolahraga
1)      Frekuensi :
…………. X / hari Tidak
Tidak bekerja
2)      Waktu : Pagi / Siang/ Tidak Tidak
Setelah makan Tidak ada Tidak berolahraga
Tidak
c. Cuci rambut
Tidak
1)        Frekuensi : Tidak dapat beraktivitas,
…………. X / minggu mandi dan mengenakan
4. Pola Istirahat dan Tidur pakaian, serta sesak

a.    Lama tidur siang : ….


Jam / hari

b.    Lama tidur malam : ….


Jam / hari

c.    Kebiasaan sebelum


tidur : ………..........

5. Pola Aktivitas dan Latihan.


1. a. Waktu bekerja :
Pagi/Siang/Malam
2. b. Olah raga : (    ) Ya
(    ) Tidak
3. c. Jenis olah raga :
……………
4. d. Frekuensi olahraga :
…    X / minggu
5. e. Keluhan dalam
beraktivitas
(Pergerakan tubuh
/mandi/ Mengenakan
pakaian/ Sesak setelah
beraktifitas dll)

POLA KEBIASAAN
H A L          Y A N G        D I K
Sebelum Sakit / sebelum Di Rumah sakit
AJI
di RS
6. Kebiasaan yang
Mempengaruhi Kesehatan Tidak Tidak

a.      Merokok :            Ya / Tidak Tidak


Tidak
Tidak Tidak
1)    Frekuensi :
………………….. Tidak Tidak

2)    Jumlah : Tidak Tidak


…………………..
Tidak Tidak
3)    Lama Pemakaian :
Tidak Tidak
…………..

b.      Minuman keras /


NABZA:    Ya / Tidak

1)    Frekuensi :
…………………..

2)    Jumlah :
…………………..

3) Lama Pemakaian:
…………..

  

4. 4. Pengkajian Fisik :
a. Pemeriksaan Fisik Umum :

1) Berat badan : 50 Kg                (Sebelum Sakit : keluarga tidak tahu )

2) Tinggi Badan : 160 cm

3) Keadaan umum : (    )    Ringan (    √ ) Sedang (    ) Berat

4) Pembesaran kelenjar getah bening : (√    )Tidak

       (      ) Ya, Lokasi………..

b. Sistem Penglihatan :

1) Posisi mata : (√ ) Simetri (      ) Asimetris

2) Kelopak mata : (√ ) Normal (      ) Ptosis


3) Pergerakan bola mata : (√ ) Normal (      ) Abnormal

4) Konjungtiva : (    ) Merah muda     (√    ) Anemis (    ) Sangat


Merah

5) Kornea : (√ ) Normal     (      ) Keruh/ berkabut

(    ) Terdapat Perdarahan

6) Sklera : (    ) Ikterik (√    ) Anikterik

7) Pupil : (    ) Isokor (      ) Anisokor

(    ) Midriasis (     ) Miosis

8) Otot-otot mata : (√ ) Tidak ada kelainan (      ) Juling keluar

(    ) Juling ke dalam (      ) Berada di atas

9) Fungsi penglihatan : (√    ) Baik (      ) Kabur

(    ) Dua bentuk / diplopia

a. 10) Tanda-tanda radang :tidak ada


11) Pemakaian kaca mata : (√    ) Tidak (      ) Ya, Jenis….…………

12) Pemakaian lensa kontak : tidak ada

13) Reaksi terhadap cahaya :        baik

c. Sistem Pendengaran :
1) Daun telinga : (      √) Normal            (      ) Tidak,         
Kanan/kiri……………

2) Karakteristik serumen (warna, kosistensi, bau) : 


  ...................................

3) Kondisi telinga tengah: (√      ) Normal (      ) Kemerahan

(      )Bengkak (      ) Terdapat lesi


4) Cairan dari telinga : (√    ) Tidak                          (      ) Ada,……

(      )         Darah, nanah dll.

5) Perasaan penuh di telinga: (      ) Ya (√    )Tidak

6) Tinitus : (      ) Ya (√    )Tidak

7) Fungsi pendengaran : (√    )    Normal (      ) Kurang         

(      )    Tuli, kanan/kiri …..….

8) Gangguan keseimbangan : (√    )    Tidak (      ) Ya,………

a. 9) Pemakaian alat bantu : (      )    Ya (√    ) Tidak

d. Sistem Wicara : (    √ ) Normal                (      ) Tidak :………..

   (      ) Aphasia                  (        ) Aphonia

   (      ) Dysartria              (        ) Dysphasia          (      )
Anarthia

e. Sistem Pernafasan :

1) Jalan nafas :    (      ) Bersih                            (√    ) Ada sumbatan;


sputum

2) Pernafasan :    (      ) Tidak Sesak                (√      )    Sesak


3) Menggunakan otot bantu pernafasan : (      ) Ya (√    ) Tidak

4) Frekuensi    : 15x / menit

5) Irama : (      ) Teratur (√    ) Tidak teratur

a. 6) Jenis pernafasan :spontan   


b. 7) Kedalaman : (    √ ) Dalam (      )
Dangkal
c. 8) Batuk : (      ) Tidak            (√    )Ya tidak
produktif
d. 9) Sputum : (      ) Tidak       (√    )Ya putih
e. 10) Konsistensi : (    √ ) Kental (      )
Encer
f. 11) Terdapat darah: (      ) Ya (√    )Tidak
g. 12) Palpasi dada : simetris   
h. 13) Perkusi dada : redup
i. 14) Suara nafas : (      ) Vesikuler (√    )
Ronkhi
      (      ) Wheezing (      ) Rales

15) Nyeri saat bernafas : (      ) Ya    (√    ) Tidak

16) Penggunaan alat bantu nafas : (      ) Tidak        (√    )Ya o2 nasal kanul

1. f.      Sistem Kardiovaskuler :

1) Sirkulasi Peripher

a) Nadi 77x/ menit : Irama        :    (√      ) Teratur (      ) Tidak teratur

Denyut :      (      ) Lemah (    √ ) Kuat

b) Tekanan darah : 105/65    mm/Hg

c) Distensi vena jugularis : Kanan : (      ) Ya (√    ) Tidak

              Kiri          : (      ) Ya (√    ) Tidak

d) Temperatur kulit       (    √ ) Hangat (      ) Dingin suhu : ….. °C

e) Warna kulit : (√    ) Pucat        (      ) Cyanosis (      )


Kemerahan

f)    Pengisian kapiler : < 3 detik

g) Edema : (      ) Ya,……….        (√    ) Tidak    

   (      ) Tungkai atas    (      ) Tungkai


bawah   
(      ) Periorbital            (        ) muka

(      ) Skrotalis (        ) Anasarka

2) Sirkulasi Jantung

a) Kecepatan denyut apical : 77 x/menit

b) Irama :       (    √ ) Teratur                              (      )
Tidak teratur

c) Kelainan bunyi jantung :      ( -    ) Murmur    ( -    ) Gallop

d) Sakit dada :                     (      ) Ya     (√    ) Tidak

1) Timbulnya : ( -    ) Saat aktivitas        ( -    ) Tanpa aktivitas

2) Karakteristik : (    - ) Seperti ditusuk-tusuk

(      ) Seperti terbakar (     ) Seperti tertimpa benda


berat   

3) Skala nyeri : tidak ada

g. Sistem Hematologi

Gangguan Hematologi :

1) Pucat : (      ) Tidak (√    ) Ya

2) Perdarahan :    (√    ) Tidak      (      ) Ya, …..:

( -    ) Ptechie        ( -    ) Purpura      ( -    ) Mimisan    (- ) Perdarahan gusi

(    -      ) Echimosis

1. h. Sistem Syaraf Pusat

1) Keluhan sakit kepala : tidak ada (vertigo/migrain, dll)


2) Tingkat kesadaran : (      ) compos mentis(      ) Apatis

    (√    ) Somnolent (      ) Soporokoma


3) Glasgow coma scale(GCS) E : 2.,        M : 5, V : 3

4) Tanda-tanda peningkatan TIK : (      ) Tidak         (      ) Ya,………..:

( -    ) Muntah proyektil                        (    - ) Nyeri Kepala hebat

(      -) Papil Edema

5) Gangguan Sistem persyarafan : (    - ) Kejang    ( -    ) Pelo

(      ) Mulut mencong     (√    ) Disorientasi        (      ) Polineuritis/


kesemutan

( -    ) Kelumpuhan ekstremitas      (kanan / kiri / atas / bawah)

6) Pemeriksaan Reflek :

a) Reflek fisiologis :    (√    ) Normal        (      ) Tidak …………….

b) Reflek Patologis :    (    √ ) Tidak              (      ) Ya ………………..

i. Sistem Pencernaan

Keadaan mulut :

1) Gigi : (√    ) Caries (      ) Tidak

2) Penggunaan gigi palsu : (      ) Ya (√    ) Tidak

3) Stomatitis : (      ) Ya (√    ) Tidak

4) Lidah kotor : (      ) Ya (√    ) Tidak

5) Salifa : (√    ) Normal (      ) Abnormal

6) Muntah : (      ) Tidak                  (    √ ) Ya cairan susu   

a) Isi      : (      ) Makanan      (√    ) Cairan    (      )


Darah

b) Warna : (    √ ) Sesuai warna makanan (      ) Kehijauan

(      ) Cokelat            (      ) Kuning    (      )
Hitam
c) Frekuensi : 1.X/ hari

d) Jumlah : 200.ml

7) Nyeri daerah perut : (      ) Ya,……………….    (√    ) Tidak   

8) Skala Nyeri : tidak ada

1. 9) Lokasi dan Karakter nyeri :


( -    ) Seperti ditusuk-tusuk            (-      ) Melilit-lilit   

(-      ) Cramp                                                          ( -    ) Panas/seperti


terbakar     

( -    ) Setempat                       (-      ) Menyebar                ( -    )


Berpindah-pindah             ( -    ) Kanan atas            (-      ) Kanan
bawah      (    - ) Kiri atas          ( -    ) Kiri bawah

1. 10) Bising usus : 10 x / menit.


2. 11) Diare : (√    ) Tidak     (      ) Ya,………….
a) Lamanya : …………….. Frekuensi : …………..x / hari.

b) Warna faeces : (      ) Kuning      (      ) Putih seperti air cucian


beras

(√    ) Cokelat      (      ) Hitam      (      ) Dempul

                        c) Konsistensi faeces : (      ) Setengah padat       


(√    ) Cair          (      ) Berdarah                      (      )
Terdapat lendir        (      ) Tidak ada kelainan

    12) Konstipasi : (    √ ) Tidak     (      ) Ya,………….

     lamanya : ………….. hari

      13) Hepar : (    √ ) Teraba              (      ) Tak teraba

            14) Abdomen : (√    ) Lembek          (      ) Kembung       

      (      ) Acites     (      ) Distensi

j. Sistem Endokrin
Pembesaran Kelenjar Tiroid :    (√      ) Tidak (      ) Ya,       

        (      ) Exoptalmus (      ) Tremor

        (      ) Diaporesis

Nafas berbau keton :      (      ) Ya        (√    )    Tidak

                                                                                                  (      ) Poliuri        (      )
Polidipsi (      ) Poliphagi

Luka Ganggren          :      (√    ) Tidak            (      ) Ya, Lokasi……………

Kondisi Luka tidak ada

k. Sistem Urogenital

Balance Cairan : Intake 2850 ml; Output 1715 .ml

Perubahan pola kemih :    ( -    ) Retensi ( -    ) Urgency     (    - )


Disuria

                                ( -    ) Tidak lampias          (-      )


Nocturia       

( -    ) Inkontinensia            ( -    )    Anuria

B.a.k    : Warna : (      )    Kuning jernih (    √ ) Kuning


kental/coklat

      (      ) Merah                       
(      ) Putih

Distensi/ketegangan kandung kemih :            (      ) Ya                       (√


  ) Tidak     

Keluhan sakit pinggang :                                           (      ) Ya                      (√


) Tidak

Skala nyeri : tidak ada

1. l. Sistem Integumen
Turgor kulit :    (√    ) Elastis(      ) Tidak elastis

Temperatur kulit :    (    √ ) Hangat (      ) Dingin

Warna kulit :    (√    ) Pucat (      ) Sianosis (      ) Kemerahan

Keadaan kulit :    (    √ ) Baik (      ) Lesi (      ) Ulkus

   (      ) Luka, Lokasi tidak ada

         (√    ) Insisi operasi, Lokasi kepala, abdomen,


bahu   
Kondisi, baik , tidak ada tanda – tanda infeksi
(      )      Gatal-gatal (      )
Memar/lebam       
(      )      Kelainan Pigmen     
(      )      Luka bakar, Grade………..
Prosentase…………
(      )      Dekubitus, Lokasi………….
Kelainan Kulit :    (√    )      Tidak (      ) Ya, Jenis…………………

Kondisi kulit daerah pemasangan Infus : baik tidak ada pembengkakan


dan kemerahan

Keadaan rambut : - Tekstur            :      (√    ) Baik            (      ) Tidak          (   


) Alopesia

- Kebersihan :      (      ) Ya                (√    ) Tidak, …….

m. Sistem Muskuloskeletal

Kesulitan dalam pergerakan : (√    ) Ya (      ) Tidak

Sakit pada tulang, sendi, kulit : (      ) Ya (√    ) Tidak

Fraktur : (      ) Ya (√    ) Tidak

Lokasi : tidak ada

Kondisi: tidak ada

Kelainan bentuk tulang sendi : ( -    ) Kontraktur ( -    ) Bengkak


( -    ) Lain-lain, sebutkan : …………

Kelaianan struktur tulang belakang: ( -    )    Skoliasis ( -    )    Lordosis

(    - )    Kiposis

Keadaan Tonus otot : (√    )    Baik (      )    Hipotoni


(      )    Hipertoni    (      )    Atoni

Kekuatan Otot :                  5 5 5 5.. 5555

3333 3333

Data Tambahan    (Pemahaman tentang penyakit):

Tidak ada .

4. 5. Data Penunjang (Pemeriksaan diagnostik yang menunjang masalah :


Lab, Radiologi, Endoskopi dll )
Lab 26/12/2022

HB : 9,5 g/dl

HT    : 27,1 %

Leukosit : 10.000 /ul

Trombosit : 39.000 / ul

Eritrosit :    3.420.000/ul

MCV : 79,1 fl

MCH : 27,7 pg MCHC :    35,0 g/dl RDW – CV : 13,3 %

Basofil : 0 %
Eosinofil : 1 %’

Netrofil : 95 %

Limfosit : 2%

Monosit : 2

4. 6. Penatalaksanaan (Therapi / pengobatan termasuk diet )


a. a. Diit cair 6x100cc/ngt

b. b. Amikasin 1 x 19 gr (IV Bolus)

c. c. Paracetamol 3 x 100 ml (drip)

d. d. OMZ

e. e. Asam tranexamat 2 x 40 mg (iv bolus)

f. f. Ketorolac 2 x 30 mg (IV Bolus)

g. g. Lantus 1 x 10 unit (sc)

h. h. Meropenem 3 x 20 mg ( drip)

Obat oral

a. a. Bisoprolol 3x500 mg

b. b. Atorvastatin 1x2,5 mg

c. c. Trimetazidine 1x40 mg

d. d. Ramipril 1x2,5 mg

e. e. ISDN 3x5mg
a. 7. Data Fokus
Data Subyektif Data Obyektif
pasien sulit dikaji a. 1. Kesadaran pasien somnolen

b. 2. GCS E2 M5 V3

c. 3. Pasien post operasi, tampak balutan


dikepala, bahu dan abdomen tertutup
kassa

d. 4. Pasien terpasang nasal kanul 3 lpm

e. 5. Pasien terpasang kateter

f. 6. Kekuatan otot ekstremitas atas


55555/ 55555

g. 7. Kekuatan otot ekstremitas bawah


3333/3333

h. 8. Pasien tampak tirah baring

i. 9. Pasien tampak sesak

j. 10.Pasien tampak terpasang NGT ‘

k. 11.Bunyi napas ronkhi

l. 12.Terdapat sputum konsistensi kental


bewarna putih ‘
m. 13. TTv : TD : 105/65 mmHg

N :77x/m

RR : 15x/m

S : 36,8

SPO2 : 100%

a. 14.pasien tampak gelisah dan bingung

b. 15.Hb 9,5 g/dl

Ht 27,1%

a. 8. Analisa Data
No. Data Masalah Etiologi
DS : Bersihan jalan napas tidak Sekresi yang tertahan
efektif
a. 1. Pasien sulit dikaji

DO :

a. 2. Pasien tampak sesak

b. 3. Pasien tamak
terpasang O2 nasal
kanul 3 lpm
c. 4. Bunyi napas ronkhi

d. 5. Terdapat produksi
sputum, konsistensi
kental, bewarna putih

e. 6. RR : 15x/m

f. 7. SPO2 : 100%

g. 8. HB 9,5 g/dl

h. 9. HT 27,1 %

DS :
Gangguan mobilitas fisik Penurunan kekuatan
Pasien sulit dikaji
otot
DO :

a. 1. Pasien tampak
balutan dikepala,
bahu dan abdomen
tertutup kassa

b. 2. Kekuatan otot
ekstermitas atas
5555/5555

c. 3. Kekuatan otot
ekstermitas bawah
3333/3333

d. 4. Pasien tampak
aktivitas dibantu total

e. 5. Pasien tampak
terpasang kateter

DS :
Resiko perfusi serebral Hipertensi
tidak efektif
Pasien sulit dikaji

DO :

a. 1. Kesadaran pasien
somnoloent ‘

b. 2. GCS E2 M5 V3

c. 3. Pasien tampak
gelisah dan bingung

d. 4. TD :105/65
mmHg

N : 77x/m

RR : 15x/m

S : 36,8

SPO2 : 100%

a. B. DIAGNOSA KEPERAWATAN (Sesuai Prioritas)

Tanggal Tanggal Nama


no. Diagnosa Keperawatan (P&E)
Ditemukan Teratasi Jelas

1. Bersihan jalan napas tidak efektid b.d 26/12/2023


sekresi yang tertahan
26/12/2023
2. Gangguan mobilitas fisik b.d penurunan
26/12/2023
kekukatan otot

3. Resiko perfusi serebral tidak efektif b.d


hipertensi
a. C. PERENCANAAN KEPERAWATAN
(Meliputi tindakan keperawatan independen dan interdependen)

Diagnosa Paraf &


Tujuan dan
Tgl. No. Keperawata Rencana Tindakan nama
Kriteria Hasil
n (PES) jelas
I Bersihan Setelah dilakukan 1. memonitor pola kel 3
26/12 jalan napaskt asuhan napas (frekuensi,
/23 tidak efef b.d keperawatan 3 x kedalaman, usaha
sekresi yang 24 jam napas)
tertahan diharapkan r/ mengetahui pola
bersihan jalan napas pasien
napas membaik 2. monitor bunyi napas
tambahan
Kriteria hasil :
(mis.gurgling, mengi,
1. produksi weezing , ronkhi
sputum menurun kering)

2. ronkhi 3. posisikan semi

menurun fowler/ fowler


r/ memberikan posisi
3. frekuensi
nyaman pada pasien
napas membaik
4. lakukan fisioterapi
(16 – 20x/m)
dada, jika perlu
r/ melancarkan jalan
napas
5. berikan oksigen jika
perlu
r/ mengurangi sesak
napas pada pasien
6. ajarkan teknik batuk
efektif
r/ membantu
mengeluarkan sputum
7. kolaborasi pemerian
bronkodilator,
ekspektoran, jika perlu
r/ membantu
mengencerkan sputum
09/12 2 Gangguan Setelah dilakukan 1. identifikasi adanta kel 3
/2023 mobilitas asuhan nyeri/ keluhan fisik
fisik b.d keperawatan 3x24 lainnya
penurunan jam diharapkan r/ mengetahui adanya
kekuatan otot mobilitas fisik faktor yang
meningkat menghambat mobilisasi
2. identifikasi toleransi
Kriteria hasil
fisik melakukan
1. pergerakan ambulasi
ekstermitas r/ mengetahui tingkat
meningkat kemampuan toleransi

2. kekuatan otot pasien

meningkat 3. monitor kondisi


umum selama
Atas 5555/5555
melakukan ambulasi
Bawah 4444/4444 r/ mengetahu kondisi
pasien saat ambulasi
3. gerakan
dini
terbatas
4. fasilitasi melakukan
meningkat
mobilitas fisik jika
4. ROM
perlu
meningkat
r/    membantu pasien
untuk mobilisasi
5. libatkan keluarga
untuk membantu pasien
dalam meningkatkan
ambulasi
r/ membantu pasien
dalam meningkatkan
toleransi fisik
6. ajarkan mobilisasi
sederhana yang harus
dilakukan
r/ meningkatkan
toleransi mobilisasi
pasien
7. ajarkan melakukan
ambulasi dini
R/ meningkatkan
kekuatan otot pasien
26/12 3 Resiko Setelah dilakukan 1. identifikasi penyebab kel.3
/23 perfusi asuhan peningkatan TIK (mis.
cerebral tidak keperawatan 3x24 Lesi, edema serebral)
efektif b.d jam diharapkan r/ mengetahui penyebab
hipertensi perifer serebral TIK yang ada pada
meningkat pasien
2. monitor tanda /
Kriteria hasil :
gejala peningkatan TIK
1. tingkat ( mis. Tekanan darah
kesadaran meningkat, kesadaran
meningkat GCS menurun)
15 r/ mengetahui tanda

2. gelisah gejala yang dialami

menurun pasien
3. monitor MAP
R/ mengetahui adanya
peningkatan TIK
4. monitor status
pernapasan
r/ Mengetahui adanya
sesak pada pasien
5. monitor intake output
cairan
R/ mengetahui tanda
dan gejala peningkatan
TIK
6. berikan posisi semi
fowler
R/ memberikan posisi
nyaman
7. minimalkan stimulus
dengan menyediakan
lingkungan yang tenang
R/ memmbuat pasien
lebih nyaman
8. kolaborasi pemberian
diuretik osmosis jika
perlu

a. D. PELAKSANAAN KEPERAWATAN ( CATATAN KEPERAWATAN )


Tgl./ No. Paraf dan
Tindakan Keperawatan dan Hasil
Waktu DK. Nama Jelas

26/12/2 3 Memonitor    TTV pasien


023 RS : pasien sulit dikaji kel 3

14.10 RO : TD : 105/65 mmHg , RR : 15x/m ,N : 77x/m, S :


36,8
2
kel 3
14.15 Mengidentifikasi adanya nyeri/ keluhan fisik lainnya
RS : pasien sulit dikaji
RO : pasien tampak lemas, pasien tampak memegangi
kepalanya sesekali, kekuatan otot ekstermktas bawah
3333/3333
1,3 kel 3
14.40 Memonitor pola napas
RS : pasien sulit dikaji
RO : RR 15x/m, napas dalam, tidak ada penggunaan otot
bantu napas
16.15 1,3 kel 3
Memberikan posisi semi fowler
RS : pasien sulit dikaji

16.20 2 RO : pasien tampak lebih nyaman, rr : 17x/m , spo2 : kel 3


98%

Mengidentifikasi toleransi aktivitas pasien


16.25 3 RS : pasien sulit dikaji
RO : pasien tampak lemas, belum mampu melakukan kel 3
ambulasi sederhana secara mandiri

Memonitor tanda dan gejala peningkatan TIK


17.05 3 kel 3
RS : pasien sulit dikaji
RO : tingkat kesadaran somnolen, TD : 107/60 mmHg , N
: 100x/m , s : 37, RR : 19x/m
3
Memfasilitasi pemberian nutrisi
20.50 kel 3
RS : pasien sulit dikaji
RO : pasien diberikan diit cair susu 100 cc melalui ngt,
tidak ada mual dan muntah

Menghitungbalance cairan pasien


RS : pasien sulit dikaji
RO : intake : 2850 , ooutput 1715, balance cairan : +
1.135

Tgl./ No. Tindakan Keperawatan dan Hasil Paraf dan


Nama Jelas
Waktu DK.
27/12/2 2 Memfasilitasi pasien dalam pemberian nutrisi
3 RS : pasien sulit dikaji kel 3

21.00 RO : Pasien diberikan susu 100 cc melalui ngt, tidak ada


mual dan muntah

1,3 kel 3
Memonitor TTV pasien   
21.15 RS : pasien sulit dikaji
RO : td : 159/92 mmHg, N : 70 x/m, RR : 17 x/m , S
36,8, SPO2 : 99%
2 kel 3
Memfasilitasi pasien dalam melakukan ROM pasif
21.30
RS : pasien sulit dikaji
RO : pasien tampak lemas, ekstermitas bawah tampak
belum mampu untuk di angkat dilakukan ROM pasif.
3 Kekuatan otot ekstermitas bawah 3333/3333 kel 3

22.00
Memberikan obat atorvastatin 40 mg dan ramipril 2,5 mg
RS : pasien sulit dikaji
RO : diberikan obat melalui ngt, tidak ada alergi obat,
2 tidak ada efek samping yang dirasakan pasien kel 3

28/12/2
Memandikan pasien   
2
RS : pasien sulit dikaji
00.00
2 RO : pasien tampak bersih dan tercium wangi kel 3

Membantu pasien mobilisasi miring kanan dan miring


kiri
00.15
RS : pasien sulit dikaji kel 3
1 RO : pasien tampak belum mampu melakukan mobilisasi
secara mandiri

00.25 Memberikan oksigen 12 lpm menggunakan NRM


1 kel 3
RS : pasien sulit dikaji
RO : pasien diberikan oksigen 12 lpm , sesak tampak
berkurang, rr 18x/m, spo2 : 99%
00.30
Memberikan posisi semi fowler

1 RS : pasien sulit dikaji kel 3


RO : sesak berkurang, RR : 19x/m

00.35
Melakukan suction pada pasien
1,3 kel 3
RS : pasien sulit dikaji
RO : terdapat produksi sputum, konsistensi kental,
01.00 bewarna putih
3 kel 3
Memonitor TTV pasien
RS : pasien sulit dikaji
06.00
RO : TD : 134/89 mmHg, N : 72x/m , RR : 19x/m , S : 37

3
Memberikan obat asam tranexamat 500 mg (2 ampul) kel 3
melalui IV bolus

06.30 RS : pasien sulit dikaji


RO : tidak ada tanda alergi obat, tidak ada efek samping
yang terjadi pada pasien
3
kel 3
Menghitung balance cairan
07.00 RS : pasien sulit dikaji
RO : intake 2370 cc, output 1050 cc, balance : +1320 cc

Memonitor GCS pasien


RS : pasien sulit dikaji
RO : kesadaran somnolen, GCS E3 M5 V3, pasien dapat
membuka mata saat mendapat rangsangan suara

Tgl./ No. Paraf dan


Tindakan Keperawatan dan Hasil
Waktu DK. Nama Jelas

26/12/2 1,3 Memonitor    TTV pasien


023 RS : pasien sulit dikaji kel 3

09.10 RO : TD : 143/71 mmHg , RR : 22x/m ,N : 72x/m, S :


36,5

3
Memonitor tingkat kesadaran pasien kel 3
09.15
RS : pasien sulit dikaji
RO : pasien tampak sudah dapat membuka mata namun
3 masih acuh dengan sekitar kesadraan apatis kel 3

09.20 Memonitor GCS pasien


RS : pasien sulit dikaji

2 RO : GCS E4 M5 V3
kel 3
10.15
Memebantu pasien melakukan ROM pasif pada
ekstermitas bawah
RS : pasien sulit dikaji
kel 3
2 RO : Pasien tampak sudah mampu mengangkat kaki
12.15 namun belum bisa melawan tahanan kekuatan otot
4444/4444

Memfasilitasi pasien dalam pemberian nutrisi diit cair


100 cc/ngt
3
kel 3
14.00 RS : pasien sulit dikaji
RO : pasien diberikan nutrisi melalui feeding drip,
muntah dan mual tidak ada

Memberikan obat PCT 1gr melalui drip


RS : pasien sulit dikaji
RO :tidak ada tanda alergi dan efek samping yang terjadi
pada pasien

a. E. EVALUASI ( CATATAN PERKEMBANGAN )


No. Hari/Tgl./ Evaluasi Hasil (SOAP) Paraf dan
DK. Jam (Mengacu pada tujuan) Nama Jelas

I Senin, S:
26/12/23
Pasien sulit dikaji
kel 3
O:

Pasien tam[ak sesak, RR 15x/m , tidak ada


penggunaan otot bantu nafas, terdapat produksi
sputum konsistensi kental bewarna putih.

A : bersihan jalan napas tidak efektif    belum


teratasi

P : lanjutkan intervensi

a. Berikan posisi semi fowler

b. Ajarkan batuk efektif jika mampu

c. Lakukan suction jika perlu

2 Senin, S: kel 3
26/12/23
Pasien sulit dikaji

O:

Pasien tampak lemas, pasien tampak tirah baring,


pasien tampak belum mampu mobilisasi sederhana
secara mandiri, kekuatan otot ekstermitas bawah
3333/3333

A : gangguan mobilitas fisik    belum teratasi

P : lanjutkan intervensi

a. Fasilitasi pemenuhan kebutuhan sehari –


hari

b. Posisikan pasein senyaman mungkin


c. Monitor komplikasi tirah baring (dekubitus),
jika perlu

3 Senin S: kel 3
26/12/23
Pasien sulit dikaji

O:

Kesadaran somnolen, GCS 10, hemodinamik pasien


belum stabil, TD : 107/60 mmHg , N : 100x/m , s :
37, RR : 19x/m . balance cairan +1135 cc

A : resiko perfusi serebral tidak efektif    belum


teratasi

P : lanjutkan intervensi

a. Observasi hemodinamik/jam

b. Observasi gcs/24 jam

No. Hari/Tgl./ Evaluasi Hasil (SOAP) Paraf dan


DK. Jam (Mengacu pada tujuan) Nama Jelas

I Selasa S:
27/12/23
Pasien sulit dikaji
kel 3
O:

Pasien tampak sesak berkurang, RR : 17x/m. SPO2


100%, produksi sputum ada, konsistensi kental,
bewarna putih. Pasien terpasang NRP 12 lpm   

A : bersihan jalan napas tidak efektif    belum


teratasi

P : lanjutkan intervensi

a. Pantau frekuensi pernapasan /jam


b. Lakukan suction jika perlu

2 Selasa S: kel 3
27/12/23
Pasien sulit dikaji

O:

Pasien tampak lemas, pasien tampak tirah baring,


pasien tampak belum mampu mobilisasi sederhana
secara mandiri, kekuatan otot ekstermitas bawah
3333/3333, pasien masih perlu bantuan total dalam
aktivitas

A : gangguan mobilitas fisik    belum teratasi

P : lanjutkan intervensi

a. Fasilitasi pemenuhan kebutuhan sehari –


hari

b. Posisikan pasein senyaman mungkin

c. Monitor komplikasi tirah baring (dekubitus),


jika perlu

3 Selasa S: kel 3
27/12/23
Pasien sulit dikaji

O:

Kesadaran somnolen, GCS 11, hemodinamik pasien


belum stabil, TD : 134/89 mmHg , N : 72x/m , RR :
17x/m . balance cairan +1320 cc
A : resiko perfusi serebral tidak efektif    belum
teratasi

P : lanjutkan intervensi

a. Observasi hemodinamik/jam

b. Observasi gcs/24 jam


c. Hitung balance cairan/ 24 jam

No. Hari/Tgl./ Evaluasi Hasil (SOAP) Paraf dan


DK. Jam (Mengacu pada tujuan) Nama Jelas

I Kamis , S:
29/12/23
Pasien sulit dikaji
kel 3
O:

Pasien tampak sesak, RR 17x/m , bunyi nafas


ronkhi, prosuksi sputum masih ada

A : bersihan jalan napas tidak efektif    belum


teratasi

P : lanjutkan intervensi

a. Berikan posisi semi fowler

b. Ajarkan batuk efektif jika mampu

c. Lakukan suction jika perlu

2 Kamis , S: kel 3
29/12/23
Pasien sulit dikaji

O:

Pasien tampak lemas, pasien tampak tirah baring,


pasien tampak mampu mengangkat kakinya namun
belum bisa melawan tahanan, kekuatan otot
ekstermitas bawah 4444/4444

A : gangguan mobilitas fisik    belum teratasi

P : lanjutkan intervensi

a. Fasilitasi pemenuhan kebutuhan sehari –


hari

b. Posisikan pasein senyaman mungkin

c. Monitor komplikasi tirah baring (dekubitus),


jika perlu

d. Ajarkan mobilisasi sederhana miring kanan


dan kiri

3 Kamis , S: kel 3
29/12/23
Pasien sulit dikaji

O:

Kesadaran apatis, GCS 12, hemodinamik pasien


belum stabil, TD : 143/71 mmHg, N : 72x/m , RR
22x/m , pasien masih tampak lemas, bingung dan
gelisah   

A : resiko perfusi serebral tidak efektif    belum


teratasi

P : lanjutkan intervensi

a. Observasi hemodinamik/jam

b. Observasi gcs/24 jam

c. Kolaborasi pemberian ramipril


BAB IV
PEMBAHASAN

Pada BAB ini kelompok akan membahas tentang adanya kesesuaian maupun
kesenjangan antara teori dan hasil dari proses asuhan keperawatan pada pasien Ny.s
dengan kasus intercerebal hemorrhage yang dilakukan sejak tanggal 19 desember
hingga 21 desember 2022 diruangan HCU Bedah, rumah sakit umum pusat
fatmawati Jakarta. Kegiatan yang dilakukan meliputi:

Pengkajian yang dilakukan kelompok dapatkan pada ibu intercerebral hemorrhge ibu
datang pada tanggal 09 desember 2022 dengan keluhanhan pusing, mual, lemas,
keluarga mengatakan pasien jatuh pada pukul 08.00, muntah 5x, sesak napas dan
memiliki Riwayat hipertensi, lalu pasien dangan dengan konsisi sudah penurunan
kesadaran, pasien mengkonsumsi amlodipine    tetapi tidak rutin, pasien sudah
dilakukan oprasi vpshunt 2 hari yang lalu, kondisi saat ini hemodinamik pasien
belum stabil, pasien masih tirah baring, diberikan oksigen nasal kanul 3 lpm,
diberikan posisi head up 30 dan terapi farmakologi serata terapi cairan Bfluid/24jam
dan Nacl 0,9% / 24jam.

Kelompok mengambil diagnose keperawatan pertama yaitu masakah keperawatan


bersihan jalan napas tidak efektif dengan pasien tampak sesak dan terpasang 02 nasal
kanul 3lpm, TTV: TD: 105/65mmhg, N: 77x/menit, RR: 15x/menit. Sehingga ibu
beresiko terjadinya bersihan jalan napas tidak efektif. Hal ini sejalan dengan teori
yang ada menurut perdosisi (2011). Bahwa diagnose yang muncul pada ibu
intercerebral hemorrhge diagnose bersihan jalan napas tidak efektif.

Pada diagnosa kedua kelompok mengambil masalah keperawatan Gangguan


mobilitas fisik dengan kekuatan otot okstremitas bawah 3333 / 3333, terdapat balutan
dikepala, bahu dan abdomen tertutup kassa, aktivitas pasien tampak dibantu dan
pasien terpasang kateter. Hal ini sejalan dengan teori yang ada menurut Kozier, Erb,
& Snyder (2010). bahwa diagnosa yang muncul pada klien intercerebral hemorhage
yaitu gangguan mobilitas fisik.
Pada diagnose ketiga kelompok mengambil masalah keperawatan resiko perpusi
serebral dengan kesadaran somnolen GCS E2 MS V3, dengan pasien yang tampak
gelisan dan bingung. Hal ini sejalan dengan teori yang ada menurut Hasan (2018).
Bahwa diagnosa ketiga yang muncul pada klien intercerebral hemorhage yaitu resiko
perfusi cerebral.

Intervensi untuk bersihan jalan napas tidak efektif yang dilakukan oleh kelompok
ialah memberikan posisi head up 30º, pasien tampak lebih nyaman. Hal ini sejalan
dengan SLKI (2018).

Pada intervensi diagnose gangguan mobilitas fisik yang dilakukan kelompok ialah
mengidentifikasi adanya nyeri/ keluhan fisik lainya, lalu mengidentifikasi toleransi
fisik melakukan aktifitas. Hal ini sejalan dengan SLKI (2018).

Pada intervensi diagnose resiko perfusi serebral tidak efektif yang dilakukan
kelompok ialah monitor ttv pasien, menghitung balance cairan pasien dengan intake:
2850, output: 1715, balance: 2850, monitor GCS pasien dgn respon pasien dapat
membuka mata saat dipanggil dan mendengar suara. E3MSV3
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Intracerebral hemorrhage (ICH) didefinisikan sebagai perdarahan
nontraumatik ke dalam jaringan otak. Intracerebral hemorrhage (ICH) adalah
bentuk paling mematikan dari stroke dan mempengaruhi sekitar satu juta
orang di seluruh dunia setiap tahun. Cedera otak sekunder dan pembentukan
edema dengan menghasilkan efek massa dianggap berkontribusi terhadap
morbiditas dan mortalitas terkait intracerebral hemorrhage (ICH) (Aksoy
et.al, 2013).

Menurut World Heath Organization, stroke disebabkan oleh gangguan suplai


darah ke otak, biasanya karena semburan dari pembuluh darah atau diblokir
oleh gumpalan darah. Hal in memotong pasokan oksigen dan nutrisi,
menyebabkan kerusakan pada jaringan otak. Gejala yang paling umum dari
stroke adalah kelemahan mendadak atau mati rasa pada wajah, lengan atau
kaki, paling sering pada satu sisi tubuh. Stroke tau yang dikenal juga dengan
istilah Gangguan Peredaran Darah Otak (GPDO), merupakan suatu sindrom
yang diakibatkan ole adanya gangguan aliran darah pada salah satu bagian
otak yang menimbulkan gangguan fungsional otak berupa defisit neurologik
atau kelumpuhan saraf selama 24 jam atau lebih (Dinata CA et al., 2013).
B. Saran
1. Diharapkan penulisan makalah ini dapat digunakan sebagai sumber
informasi bagi mahasiswa keperawatan dan dapat meningkatkan pemahaman,
pengetahuan dan informasi tentang intercerebral hemorrhage.   
2. Mahasiswa diharapkan mampu mengaplikasikan ilmu yang diperoleh dalam
melaksanakan praktek nyata.
DAFTAR PUSTAKA

Aguilar, M. I., & Brott, T. G. (2011). Update in intracerebral hemorrhage. The


Neurohospitalist, 1(3), 148-59. https://doi.org/10.1177/1941875211409050

Aksoy, D., Bammer, R., Mlynash, M., Venkatasubramanian, C., Eyngorn, I., Snider,
R. W., Wijman, C. A. C. (2013). Magnetic resonance imaging profile of blood-
brain barrier injury in patients with acute intracerebral hemorrhage. Journal of
the American Heart Association, https://doi.org/10.1161/JAHA.113.000161

Kurniawan, Arief, and Ardi Zulfariansyah. 2020. “Tatalaksana Pasien Post Ventriculo
Peritoneal (VP) Shunt et Causa Meningitis Disertai Aspirasi Pneumonia Dan
Gagal Napas Di Ruang Rawat Intensif.” Jurnal Neuroanestesi Indonesia 9(2):
87–91.

Perdossi. (2011). Guideline Stroke. Jakarta: Perdossi.

PPNI. (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia. Jakarta: DPP PPNI

PPNI. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia, Jakarta: DPP PPNI

PPNI. (2018). Standar Luaran Keperawatan Indonesia, Jakarta: DPP PPNI

Rozi, MF, and DM Darlan. 2018. “Sumatera Medical Journal.” Sumatera Medical
Journal (SUMEJ) 02(02) : 85–95.

Tarwoto. 2013. Keperawatan Medikal Bedah, gangguan sistem persarafan. Jakarta:


CV.Sagung Seto.

Anda mungkin juga menyukai