PENYAKIT PARKINSON
Oleh:
Preseptor :
2019
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT atas segala rahmat dan
karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan laporan kasus yang
berjudul Penyakit Parkinson.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa laporan kasus ini masih jauh dari
kesempurnaan, oleh karena itu penulis mengharapkan saran dan kritik untuk
menyempurnakan laporan kasus ini. Semoga laporan kasus ini dapat bermanfaat
bagi kita semua.
Penulis
Kata Pengantar 1
Daftar Isi 2
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang 3
1.2. Batasan Masalah 4
1.3. Tujuan Penulisan 4
1.4. Metode Penulisan 4
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Definisi dan Klasifikasi 5
2.2. Epidemiologi 6
2.3. Etiologi dan Faktor Risiko 7
2.4. Patofisiologi 8
2.5. Manifestasi Klinis 10
2.6. Diagnosis 15
2.7. Diagnosis Banding 17
2.8. Tatalaksana 18
BAB 3 LAPORAN KASUS 22
BAB 4 DISKUSI 36
Daftar Pustaka 41
PENDAHULUAN
yang sering ditemukan, frekuensi kedua setelah penyakit Alzheimer. Pada United
pre 100.000 orang dan insiden berkisar 15 per 100.000 sampai 328 per 100.000 di
negara-negara di Asia.2
gejala kehilangan kontrol motorik (resting tremor, kekakuan, gerakan lambat, dan
Hingga saat ini tidak ada pemeriksaan defenitif untuk mendeteksi penyakit
sejumlah pemeriksaan fisik. Tidak ada pemeriksaan darah atau radiologi yang
Namun, banyak juga target pengobatan ditujukan pada komplikasi non motorik.5
TINJAUAN PUSTAKA
Parkinson Disease adalah penyakit pada sistem saraf pusat yang ditandai
dengan degenerasi sel-sel saraf pusat di bagian dalam otak yaitu di ganglia basalis
dan kehilangan sel-sel saraf di bagian batang otak yaitu di substansi nigra. Sel-sel
memulai lintasan pesan untuk mengkoordinasi gerakan normal. Tidak adanya atau
berkurangnya dopamin (lebih dari 80% dari normal) akan menyebabkan lintasan
ganglia basalis atau yang disebut dengan striatum tidak terstimulasi dan akan
ditemukan sel-sel saraf yang rusak dan mati di substansia nigra, ditemukan badan
inklusi yang disebut Lewy body, yang dianggap spesifik pada Parkinson Disease.4
pars companta (SNc) dan adanya inklusi sitoplasmik eosinofilik yang disebut
Lewy bodies.4,6
hidrosefalus obstruktif.
2.2 Epidemiologi
paling umum, mempengaruhi sekitar 1% dari orang yang lebih tua dari 60 tahun.
Insiden dan prevalensi penyakit Parkinson meningkat dengan usia, dan usia rata-
rata onset adalah sekitar 60 tahun. Onset pada orang yang lebih muda dari 40
penduduk per tahun, dan perkiraan prevalensi berkisar 18-328 kasus per 100.000
penduduk, dengan sebagian besar studi menghasilkan prevalensi sekitar 120 kasus
terjadi pada ras Kaukasian di Amerika Utara dan ras Eropa 0,98% hingga 1,94%,
menengah terdapat pada ras Asia 0,018% dan prevalensi terendah terdapat pada
ras kulit hitam di Afrika 0,01%.9 Penyakit parkinson 1,5 kali lebih sering terjadi
Nigra pars compacta). Sampai saat ini penyebab kematian sel-sel SNc belum
Faktor Genetik
SNc. Pada penderita Parkinson Disease didapatkan kadar sub unit alfa dari
proteasome 20S pada sel saraf di SNc menurun secara bermakna dibandingkan
Pada awal tahun 1980an, keracunan zat kimia menjadi popular sebagai
Parkinson Disease adalah proses oksidatif yang terjadi di ganglia basalis. Proses
herbisida, zat kimia seperti cat dan logam, kafein, alcohol, diet tinggi protein,
saraf yang rusak dan hal ini tidak ditemukan pada proses menua yang normal. Hal
ini disimpulkan bahwa proses menua sebagai salah satu faktor risiko terjadinya
Faktor Ras
Angka kejadian Parkinson Disease pada orang kulit putih lebih tinggi
2.4 Patofisiologi
otak yang mengatur rencana, dan dari bagian otak lain dihantarkan ke sebuah
bagian yang disebut striatum. Striatum kemudian berinteraksi dengan area lain di
otak (substansi nigra, globus palidus, dan thalamus) untuk mengirimkan sinyal
traktus spinalis menuju saraf perifer di ekstremitas. kepala, dan leher, yang
mengontrol otot. Molekul yang membawa informasi melalu otak dan medulla
yang dihasilkan sel saraf yang terakumulasi dalam kantong kecil pada ujung saraf.
saraf. Neurotransmitter melalu sinaps dan menempel pada protein yang disebut
reseptor pada sel tetangga. Sinyal akan merubah bentuk sel penerima. Jika sel
penerima juga sel saraf, sinyal akan dibawa ke sel saraf berikutnya. Jika sel
gerakan.7
Area primer dari otak yang terganggu dari Parkinson Disease adalah
rangkaian jalur ini mengontrol gerakan normal tubuh. Ketika substansia nigra
rusak. Hal ini menyebabkan kesulitan mengontrol gerakan, mengarah pada gejala
Keadaan penderita pada umumnya diawali oleh gejala yang non spesifik,
yang didapat dari anamnesis yaitu kelemahan umum, kekakuan pada otot, pegal-
pegal atau kram otot, distonia fokal, gangguan keterampilan, kegelisahan, gejala
sensorik (parestesia) dan gejala psikiatrik (ansietas atau depresi). Gambaran klinis
penderita parkinson:8
pada satu tangan kemudian meluas pada tungkai sisi yang sama. Kemudian
sisi yang lain juga akan turut terkena. Kepala, bibir dan lidah sering tidak
terlihat, kecuali pada stadium lanjut. Frekuensi tremor berkisar antara 4-7
gerakan per detik dan terutama timbul pada keadaan istirahat dan berkurang
bila ekstremitas digerakan. Tremor akan bertambah pada keadaan emosi dan
b. Rigiditas
Pada permulaan rigiditas terbatas pada satu ekstremitas atas dan hanya
pada otot agonis dan antagonis. Salah satu gejala dini akibat rigiditas ialah
c. Bradikinesia
Gerakan volunter menjadi lambat dan memulai suatu gerakan menjadi sulit.
menjadi sangat kurang. Bicara menjadi lambat dan monoton dan volume
awal stadium penyakit parkinson gejala ini belum ada. Hanya 37% penderita
ini. Keadaan ini disebabkan kegagalan integrasi dari saraf propioseptif dan
labirin dan sebagian kecil impuls dari mata, pada level talamus dan ganglia
e. Wajah Parkinson
muka serta mimik. Muka menjadi seperti topeng, kedipan mata berkurang,
disamping itu kulit muka seperti berminyak dan ludah sering keluar dari
mulut.
f. Mikrografia
Bila tangan yang dominan terlibat, maka tulisan secara graduasi menjadi kecil
dan rapat. Pada beberapa kasus hal ini merupakan gejala dini.
g. Sikap Parkinson
parkinson. Pada stadium yang lebih lanjut sikap penderita dalam posisi kepala
h. Bicara
Rigiditas dan bradikinesia otot pernafasan, pita suara, otot faring, lidah dan
i. Disfungsi otonom
mengatur fungsi otonom, seperti nukleus vagus dorsal, nukleus ambigus dan
k. Tanda Myerson
Parkinson tidak dapat mencegah mata berkedip pada tiap ketokan. Disebut
l. Demensia
mungkin baru akan terlihat pada stadium lanjut, namun pasien penyakit
fungsi eksekutif pada stadium awal. Gangguan fungsi kognitif pada penyakit
20%.
m. Depresi
Sekitar 40% penderita penyakit parkinson terdapat gejala depresi. Hal ini
dikucilkan. Hal ini disebabkan keadaan depresi yang sifatnya endogen. Secara
anatomi keadaan ini dapat dijelaskan bahwa pada penderita parkinson terjadi
A. Klinis
Kriteria diagnosis dari Parkinson Disease dapat dilihat dari segi klinis :
a. Umum
b. Khusus
- Rigiditas
- Akinesia/bradikinesia
• Hipotonia
• Hipersalivasi
• Takikinesia
• Dystonia
• Palilalia6,8
1. Stadium I :
- gejala ringan
2. Stadium II :
- gejala bilateral
3. Stadium III :
4. Stadium IV :
- tremor berkurang
5. Stadium V :
- stadium kakeksia
- kecacatan kompleks
B. Laboratorium
Tidak ada8
C. Radiologi
D. Patologi Anatomi
Lewys Body.8
E. Gold Standard
Tidak ada8
3. Corticobasal degeneration.
4. Hutington Disease
juga berefek pada mood, tingkah laku, pikiran, dan sensasi (gejala non mototik).
1. Terapi farmakologik
Levodopa adalah terapi pertama yang efektif untuk mengobati penyakit saraf
degeratif kronik. Levodopa dalam bentuk pil akan diabsorbsi di darah dari
saluran cerna dan ditransfer melalui darah ke otak, tempat dimana akan
bisa lewat sawat otak. Pada awalnya, pengunaan levodopa dosis besar untuk
b. Agonis Dopamin
c. Antikolinergik
sehingga mengurangi gejala tremor. Efek samping obat ini adalah mulut
sebagai terapi lini pertama dan sebaiknya tidak dberikan pada pasien dengan
zak kimia dalam tubuh, seperti dopamin. Obat ini dapat memblok efek dari
dopamine yang tersedia.5 Obat ini biasa dipakai sebagai kombinasi dengan
gejala tremor, bradikinesia, dan fatigue pada awal penyakit Parkinson dan
sebagai pengganti dopamine. Obat ini dapat dipakai secara tunggal atau
c. Transplantasi6
3. Non Farmakologik
a. Edukasi
terhadap informasi yang tidak akurat dari internet atau media massa.
b. Terapi rehabilitasi
LAPORAN KASUS
IDENTITAS PASIEN :
Nama : Ny. S
Umur : 61 Tahun
No. RM : 948893
Alamat : Kerinci
Autoanamnesis :
Keluhan Utama :
• Gemetar pada tangan kanan yang sejak 1 tahun sebelum masuk rumah
sakit. Gemetar terjadi pada tangan kanan ketika beristirahat dan ketika
tanpa disadari dan tak terkendali. Gemetar pada tangan kiri tidak ada
rumah sakit, pasien lebih sering termenung dan suka berdiam diri di rumah
Keluhan suara menjadi lambat dan volume suara lebih kecil ada.
ada
tidak ada.
tablet.
• Ayah kandung pasien juga menderita keluhan yang sama seperti pasien
PEMERIKSAAN FISIK
Umum
Kooperatif : Kooperatif
Pernafasan : 19x/menit
Suhu : 36,8oC
Thorak
Paru
Jantung
Abdomen
Perkusi : timpani
Korpus vertebrae
• Brudzinsky I : (-)
• Brudzinsky II : (-)
• Pupil isokor, diameter 3m/3mm , reflek cahaya +/+, refleks kornea +/+
N. I (Olfaktorius)
N. II (Optikus)
Kanan Kiri
Ptosis - -
Strabismus - -
Nistagmus - -
Ekso/endotalmus - -
Pupil
• Refleks cahaya + +
• Refleks akomodasi + +
• Refleks konvergensi + +
N. IV (Trochlearis)
Kanan Kiri
Diplopia - -
Kanan Kiri
Diplopia - -
N. V (Trigeminus)
Kanan Kiri
Motorik
• Membuka mulut + +
• Menggerakkan rahang + +
• Menggigit + +
• Mengunyah + +
Sensorik
• Divisi oftalmika
- Refleks kornea + +
- Sensibilitas + +
• Divisi maksila
- Refleks masetter - -
- Sensibilitas + +
• Divisi mandibula
- Sensibilitas + +
Kanan Kiri
Menggerakkan dahi + +
Menutup mata + +
Mencibir/ bersiul + +
Memperlihatkan gigi + +
Hiperakusis - -
N. VIII (Vestibularis)
Kanan Kiri
Suara berbisik + +
Detik arloji + +
- Memendek
Nistagmus - -
- Pendular
- Vertikal
- Siklikal
N. IX (Glossopharyngeus)
Kanan Kiri
N. X (Vagus)
Kanan Kiri
Uvula Di tengah
Menelan + +
Artikulasi + +
Kanan Kiri
Menoleh ke kanan + +
Menoleh ke kiri + +
N. XII (Hipoglosus)
Kanan Kiri
Tremor - -
Fasikulasi - -
Atropi - -
4. Pemeriksaan koordinasi
a. Badan Respirasi +
Duduk +
berjalan Atetosis -
Mioklonik -
Khorea -
Postural Instability -
Resting tremor + - - -
Rigiditas - - - -
Pemeriksaan sensibilitas
Sensibiltas taktil +
Stereognosis +
Pengenalan 2 titik +
Pengenalan rabaan +
6. Sistem refleks
Kornea + + Biseps ++ ++
Berbangkis + + Triseps ++ ++
Masseter - KPR ++ ++
Lengan Tungkai
Tromner
7. Fungsi otonom
8. Fungsi luhur
Compos Mentis
Kesadaran Tanda demensia Tidak ada
Cooperatif
Reflek memegang -
Reflek palmomental -
§ Diagnosis Sekunder : -
Terapi :
• Umum
musculoskeletal)
Tryhexilphenidil 3 x 2 mg
Vitamin C 2 x 1 tab
Prognosis :
DISKUSI KASUS
Saraf RSUP DR.M Djamil Padang pada tanggal 30 Juli 2019 dengan diagnosis
klinis Parkinson Disease, dengan diagnosis topik Substansia nigra Pars Kompacta,
diagnosis etiologi idiopatik dan diagnosis sekunder tidak ada. Diagnosis ini
gemetar pada tangan kanan yang sejak 1 tahun yang lalu. Gemetar terjadi pada
Tremor merupakan salah satu gejala klinis awal dan khas yang dapat ditemukan
dopaminergik di striatum. Hal ini dapat terjadi karena adanya degenerasi sel
Tremor seringkali terjadi pada ekstremitas atas dan lebih sering daripada tungkai.
pada rahang, bibir, ataupun lidah. Tremor pada penyakit Parkinson memiliki
hilang sementara pada saat istirahat tremor dapat dilihat jelas, hal ini disebut
yang mengarah kepada gangguan afektif tipe depresif semenjak 2 tahun sebelum
masuk rumah sakit. Gejala sulit tidur dan gangguan afektif ini merupakan salah
satu gejala non-motorik yang dapat ditemui pada penyakit Parkinson. Menurut
Erro R, dkk terdapat empat ranah gejala non-motorik yang ditemui pada penyakit
memiliki pola onset dan progresifitas tertentu. Gejala non-motorik yang sering
dijumpai pada stadium awal antara lain gangguan tidur, disautonomia dan
depresi dapat terjadi pada dua onset yaitu pada stadium awal dan stadium lanjut,
memiliki gangguan tidur maka regio anatomi yang mungkin terlibat adalah pons
(diensefalon). Sementara itu pasien yang memiliki gangguan depresi maka regio
anatomi yang mungkin terlibat adalah pons (lokus seruleus, nucleus raphe,
sebelum masuk rumah sakit menjadi lebih kecil dan lebih lambat dalam berbicara.
Keluhan ekspresi wajah minimal juga ditemukan pada pasien, namun keluarga
pasien tidak mengetahui pasti mulai terjadinya penurunan ekspresi wajah pasien.
Kedua keluhan ini merupakan gejala bradikinesia yang dapat ditemukan pada
penyakit parkinson. Istilah untuk keluhan wajah dengan ekspresi minimal tersebut
menderita keluhan yang sama. Hal ini juga sesuai dengan penyakit Parkinson
kromosom 4 (PARK 1) dan terdapat delesi serta mutasi pada gen parkin (PARK
meningkatkan faktor risiko menderita penyakit parkison sebesar 8,8 kali pada usia
kurang 70 tahun dan 2,8 kali pada usia lebih dari 70 tahun.
Pada pemeriksaan status internus didapatkan hasil dalam batas normal. Pada
kanan. Pada raut wajah terdapat ekspresi yang minimal (facial amimia/masked
didiagnosis dengan penyakit Parkinson. Hal ini sesuai dengan kriteria diagnosis
yaitu terdapatnya bradikinesia ditambah dengan gejala resting tremor dan diikuti
Parkinson berdasarkan Modified Hoehn and Yahr pada pasien ini berada pada
stadium 1 yaitu gejala dan tanda yang ringan terdapat pada satu sisi yang dapat
dikenali oleh orang terdekat, terdapat gejala yang mengganggu tetapi tidak
menimbulkan kecacatan dan terdapat tremor pada satu anggota gerak saja. Oleh
karena itu, diagnosis klinis pada pasien ini adalah penyakit Parkinson stage I
dengan diagnosis topik Substansia nigra Pars Kompacta dan diagnosis etiologi
yaitu idiopatik.
levodopa memiliki efek terapi yang lebih superior dibandingkan dengan agonis
levodopa memiliki insiden fluktuasi motoik dan diskinesia yang lebih tinggi.
neuron serta berikatan dengan reseptor dopamin pascasinaps. Dosis insial yang
antikolinergik juga diberikan pada penyakit Parkinson dengan gejala tremor yang
dominan. Dosis inisial THP yaitu 1 mg/hari dan dosis maksimal 3x2 mg/hari.
1. Benjamin CL, Lai MD, Joseph KC, Tsui MD, 2001. Epidemiology of
2. Chen SY, Tsai ST, 2010. The epidemiology of parkinson’s disease. Tzu Chi
4. Golbe LI, Mark MH, Sage Ji, 2009. Parkinson’s Disease Handbook. The
11-21.
6. Sudoyo AW, Setiyohadi B, Alwi I, 2007. Penyakit Parkinson. Buku Ajar Ilmu
17-21.