Oleh :
Hernandes 1840312757
Preseptor :
2019
1
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis ucapkan pada Allah karena berkat rahmat dan
hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan Clinical Science Section (CSS) yang
berjudul “Glaukoma Sudut Tertutup Akut”. CSS ini disusun untuk memenuhi
salah satu syarat dalam mengikuti kepaniteraan klinik di Bagian Ilmu Kesehatan
Mata Fakultas Kedokteran Universitas Andalas.
Terima kasih penulis ucapkan kepada dr. Weni Helvinda, Sp. M (K)
sebagai pembimbing yang telah memberikan arahan dan petujuk, dan semua
pihak yag telah membantu dalam penulisan CSS ini.
Penulis
2
Daftar isi
BAB 1. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang…………………………………………………. 4
1.2 Batasan Masalah……………………………………………….. 5
1.3 Tujuan Penulisan………………………………………………. 5
1.4 Metode Penulisan……………………………………………… 6
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi Glaukoma…………………………………………….. 7
2.2 Anatomi Mata…………………………………………………. 7
2.3 Fisiologi Aquos Humor……………………………………….. 8
2.4 Epidemiologi………………………………………………….. 9
2.5 Faktor Risiko………………………………………………… 10
2.6 Klassifikasi…………………………………………………… 11
2.6 Glaukoma Akut………………………………………………. 15
DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………….. 21
3
BAB 1
PENDAHULUAN
glaukoma yaitu 4,6 per 1000 penduduk.3 Penelitian yang dilakukan oleh Reno
Hulandari (2016) pada RSUP Dr.M Djamil Padang mendapatkan bahwa prevalensi
glaucoma tertinggi terjadi pada laki-laki (58,2%) dengan kelompok usia terbanyak
4
akut sebesar 2.12-2.9%, lebih banyak dibandingkan dengan terjadinya glaukoma
primer sudut terbuka yaitu 0.01- 0.4%. Prevalensi glaukoma primer sudut tertutup
pada orang Eskimo adalah 0.3-0.44% dari populasinya lebih tinggi dibanding dengan
ras Kaukasus.6 Insiden kasus PSTak pada populasi ras Kaukasia adalah 0,09%–0,1%
per tahun, sedangkan pada ras Asia, kasus PSTak cukup banyak, yaitu 0,31%–1,64%
per tahun.7
Pada glaukoma primer sudut tertutup akut, pasien mengeluh sakit kepala dan
mual hingga muntah yang sering disalah artikan sebagai gejala penyakit non-ocular,
keadaan demikian menyebabkan keterlambatan membuat diagnosis serta
penatalaksanaan glaukoma primer sudut tertutup akut sehingga memberikan
prognosis yang buruk, yaitu kebutaan yang tidak dapat dipulihkan kembali atau buta
permanen. Pemeriksaan mata memperlihatkan tanda visus menurun, tekanan
intraokular (TIO) meningkat, mata merah injeksi konungtiva, injeksi siliar, edema
kornea, pupil mid-dilatasi dan katarak Vogt.5 Pengamatan cermat serta kompetensi
dokter sangat berpengaruh terhadap hasil akhir tajam penglihatan. Karena itulah kami
tertarik untuk membahas glaukoma primer sudut tertutup ini lebih lanjut dalam
Clinical Science Session ini.
Clinical Science Section ini membahas tentang glaukoma primer sudut tertutup
akut meliputi definisi, epidemiologi, factor resiko, klasifikasi, patofisiologi dan
patogenesis, manifestasi klinis, diagnosis, diagnosis banding, tatalaksana, komplikasi
dan prognosis.
1.3 Tujuan
5
1.4 Metode Penulisan
6
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
8
Gambar 1 Anatomi Mata
a. Korpus siliaris
Korpus siliaris atau badan siliar yang terletak di belakang iris menghasilkan
cairan bilik mata (aqueous humour), yang dikeluarkan melalui trabekulum yang
terletak pada pangkal iris di batas kornea dan sklera (Ilyas, 2007). Korpus siliaris
memiliki panjang 6 mm, berbentuk segitiga pada potongan melintang
7
membentang ke depan dari ujung anterior koroid ke pangkal iris.
Camera Oculi Anterior (COA) yang dibentuk jaringan kornea-sklera ditutupi paangkal
iris. Pada bagian ini terjadi pengaliran keluar cairan bilik mata. Bila terdapat hambatan
pengaliran aqueous humour akan terjadi penimbunan cairan pada kamera okuli di
dalam bola mata, sehingga TIO meninggi atau glaukoma. COA ini berdekatan dengan
jalinan trabecular meshwork (TM), kanalis Schlemm, garis Schwalbe dan jonjot iris.1
Humor aquos merupakan cairan jernih yang mengisi kamera okuli anterior
dan posterior. Volume humor aquos sekitar 250 μL, dan kecepatan pembentukannya
2,5 μL/menit.Tekanan intraokuler ditentukan oleh kecepatan pembentukan humor
aquos dan tahanan terhadap aliran keluarnya dari mata.1 Humor aquos merupakan
media refrakta, sehingga harus jernih. Sistem pengeluaran humor aquos terbagi
menjadi 2 jalur, yaitu sebagian besar melalui sistem vena dan sebagian kecil melalui
otot ciliaris.
8
Pada sistem vena, humor aquos diproduksi oleh prosesus ciliaris, kemudian melewati
kamera okuli posterior menuju kamera okuli anterior melalui pupil. Setelah melewati kamera
okuli anterior cairan humor aquos menuju trabekula meshwork ke angulus iridokornealis dan
menuju kanalis Schlemm dan akhirnya masuk ke sistem vena. Sebagian besar aliran humor aquos
melewati jaringan trabekulum (sekitar 90%), sebagian kecil keluar dari mata melalui otot siliaris
menuju ruang suprakoroid dan selanjutnya keluar melalui sklera atau saraf maupun pembuluh
darah. Jalur ini disebut juga jalur uveosklera (10-15%).9
Prevalensi glaukoma menurut hasil Riset Kesehatan Dasar pada tahun 2007
menunjukkan hasil bahwa prevalensi nasional glaukoma sebesar 0,5%. Terdapat 10
provinsi di Indonesia yang memiliki prevalensi diatas prevalensi nasional, yaitu DKI
Jakarta (1,85%), Nanggroe Aceh Darussalam (1,28%), Kepulauan Riau (1,26%),
Sulawesi Tengah (1,21%), Sumatera Barat (1,14%), Kalimantan Selatan (1,05%),
Nusa Tenggara Barat (0,73%), Sumatera Selatan (0,72%), Gorontalo (0,67%) dan
Jawa Timur (0,55%). Menurut WHO, diperkirakan sebanyak 3,2 juta orang
mengalami kebutaan akibat glaukoma. Di RSUP Dr. M. Djamil Padang tahun 2017
didapatkan data Primary Open Angel Glaucoma sebanyak 202 kasus, glaukoma
- Usia tua (Afrika Amerika lebih dari 40 dan Kaukasia lebih dari 65 tahun)
- Riwayat keluarga (Studi Rotterdam Eye menemukan risiko 9,2 kali lebih
tinggi terkena glaukoma sudut terbuka jika keluarga inti ada yang menderita
glaukoma)
- Peningkatan TIO
9
- Miopia
- Pendarahan diskus
- Faktor risiko lain termasuk merokok, obesitas, alkohol, kecemasan, stres, dan
sleep apnea.
10
daerah jukstakanalikuler, meskipun juga ada di tempat lain. Sel trabekular
dan matriks ekstraselular disekitarnya diketahui ada pada tempat agak
sedikit spesifik.14
POAG terjadi ketika tidak terdapat penyakit mata lain atau penyakit
sistemik yang menyebabkan peningkatan hambatan terhadap aliran
akuos atau kerusakan terhadap saraf optik, biasanya disertai dengan
peningkatan TIO. Glaukoma primer sudut terbuka merupakan jenis
glaukoma terbanyak dan umumnya mengenai umur 40 tahun ke atas.
POAG dikarakteristikkan sebagai suatu yang kronik, progresif lambat,
optik neuropati dengan pola karakteristik kerusakan saraf optik dan
hilangnya lapangan pandang. POAG didiagnosa dengan suatu
kombinasi penemuan termasuk tingkat TIO, gambaran diskus optik, dan
hilangnya lapangan pandang.14
11
daripada nekrosis. Banyak faktor yang mempengaruhi kematian sel,
tetapi pendapat terbaru masih dipertentangkan adalah kerusakan akibat
iskemik dan mekanik.14
Kondisi ini adalah bilateral dan progresif, dengan TIO dalam batas
normal. Banyak ahli mempunyai dugaan bahwa faktor pembuluh darah
lokal mempunyai peranan penting pada perkembangan penyakit.
Merupakan bagian dari glaukoma primer sudut terbuka, tanpa disertai
peningkatan TIO.14
Blok pupil yang terjadi akibat iris yang condong kearah depan sering
menyebabkan glaukoma sudut tertutup. Aliran akuos humor dari posterior ke
anterior akan terhalang. Dengan diproduksinya akuos humor terus-menerus
sementara tekanan bola mata terus naik, maka akan sekaligus menyebabkan
terjadinya pendorongan iris menekan jaringan trabekulum sehingga sudut
bilik mata menjadi sempit.
12
Gambar 4. Glaukoma Sudut Tertutup
- Akut
- Iris Plateau
13
Glaukoma Kongenital
Glaukoma infantil atau kongenital primer ini timbul pada saat lahir
atau dalam 1 tahun kehidupannya. Kondisi ini disebabkan kelainan
perkembangan sudut bilik depan yang menghambat aliran akuos humor.
Patofisiologi terjadinya ada dua, yang pertama bahwa ketidaknormalan
membran atau sel pada trabekular meshwork adalah mekanisme patologik
primer, yang kedua adalah anomali segmen luas, termasuk insersi abnormal
muskulus siliaris.14
Glaukoma Sekunder
Peningkatan tekanan intraokuli terjadi sebagai akibat dari penyakit mata lain,
14
2.7. Glaukoma Akut
2.7.2. Epidemiologi
Glaukoma akut terjadi pada 1 dari 1000 orang yang berusia di atas 40
tahun dengan angka kejadian yang bertambah sesuai usia. Perbandingan wanita
dan pria pada penyakit ini adalah 4:1. Pasien dengan glaukoma sudut tertutup
kemungkinan besar rabun dekat karena mata rabun dekat berukuran kecil dan
struktur bilik mata anterior lebih padat.17
2.7.3. Etiologi
15
menimbulkan nyeri hebat.17
2.7.4. Patofisiologi
16
2.7.6 Diagnosis
17
posterior dan setelah tindakan – tindakan terapeutik misalnya fotokoagulasi
panretina, krioterapi retina, dan scleral buckling untuk pelepasan retina.
Gambaran klinis biasanya mempermudah diagnosis.18
2.7.8 Tatalaksana
18
yang serupa. Inhibitor karbonat anhidrase sistemik asetazolamid digunakan apabila
terapi topikal tidak memberi hasil memuaskan dan pada glaukoma akut dimana
tekanan intraokuler sangat tinggi dan perlu segera dikontrol. Obat ini mampu
menekan pembentukan humor akueous sebesar 40-60%.
- Miotik, Midriatik
19
diatasi dengan membentuk komunikasi langsung antara kamera anterior dan
posterior sehingga beda tekanan diantara keduanya menghilang. Hal ini dapat
dicapai dengan laser neonidium: YAG atau aragon atau dengan tindakan
bedah iridektomi perifer, tetapi dapat dilakukan bila sudut yang tertutup
sebesar 50%. Trabekulotomi (Bedah drainase) dilakukan jika sudut yang
tertutup lebih dari 50% atau gagal dengan iridektomi.
2.7.9 Komplikasi
Apabila terapi tertunda, iris perifer dapat melekat ke jalinan trabekular (sinekia
anterior), sehingga menimbulkan sumbatan ireversibel sudut kamera anterior yang
memerlukan tindakan bedah untuk memperbaikinya. Kerusakan saraf optikus sering
terjadi.20
2.7.10 Prognosis
20
DAFTAR PUSTAKA
1. Bruce James, Chris Chew, Anthony Brown. Oftalmologi. Jakarta: Erlangga. 2006. Edisi 9.
2. Infodatin Pusat Data dan Informasi Kementrian Kesehatan RI. Situasi dan Analisis
Glaukoma. (file:///C:/Users/Lenovo/Downloads/infodatinglaukoma.pdf)
3. Kemenkes RI. 2015. Situasi dan Analisis Glaukoma. Jakarta Selatan: Pusat Data dan
Informasi.
4. Kementrian Kesehatan RI. Infodatin (2015). Situasi dan analisi glaukoma. Jakarta : Pusat
Data dan Informasi Kementrian Kesehatan RI.
5. Stamper RL, Lieberman MF, Drako MV. Primary Angle Closure glaucoma. In: Becker-
Shaffer's diagnosis and therapy of the glaucoma.8th ed. St. Louis: Mosby, 2009; p. 196-211
2.
6. Cameron BD, Greenidge KC. Race. In: Gross Ronald L: Clinical glaucoma management.
W.B Saunders Co. 2001:p 81 3.
8. Harmen Seda Hampri. Gambaran Sudut Trabekula pada Glaukoma Primer SudutTertutup.
2007. http://repository.unand.ac.id/294/1/Gambaran_Sudut_Trabekula_Pada_Glauk
oma_Primer_Sudut_Tertutup.pdf.
9. Paul RE, John PW. Vaughan & Asbury: Oftamologi umum Edisi 17. Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran EGC. 2017.
10. Ilyas, Sidarta. Ilmu Penyakit Mata. Edisi kelima. Jakarta: Balai Penerbit FKUI. 2015.
11. Kemenkes RI. 2015. Situasi dan Analisis Glaukoma. Jakarta Selatan: Pusat Data dan
Informasi.
12. Weinreb RN, Aung T, Medeiros FA. The pathophysiology and treatment of glaucoma: a
review. JAMA. 2014;311(18):1901-11.
14. American Academy of Ophtalmology: Acute Primary Angle Closure Glaucomain Basic and
21
Clinical Science Course, section 10, 2005-2006, page 122-126.
15. Japan Glaucoma Society. Guideline For Glaucoma Second Edition. 2006. Page 13-18.
16. Friedmand NJ, Kaiser PK, Trattler WB. Ophtalmology. Philadelphia. Elsevier
Saunders. 2002.
17. Shock JP, Harper RA, Vaughan D, Eva PR. Lensa, Glaukoma. In: Vaughan DG,
Asbury T, Eva PR, editors. Oftalmologi umum. 17 ed. Jakarta. Widya Medika. 2010.
18. Shock JP, Harper RA, Vaughan D, Eva PR. Lensa, Glaukoma. In: Vaughan DG, Asbury T,
Eva PR, editors. Oftalmologi umum. 17 ed. Jakarta. Widya Medika. 2010.
19. James B, Chew C, Bron A. Lecture Notes Oftalmologi. Ed 9. EMS: Jakarta. 2005
20. Gerhard KL, Oscar, Gabriele, Doris, Peter. Ophtalmology a short textbook. Second
edition.Thieme Stuttgart : New York. 2007.
22