Anda di halaman 1dari 64

Case Report Session

LUPUS
ERYTHEMAT
OSUS
Frizki Amalya Putri 1840312771

Nadia Rizki Shabrina 1940312112

Preseptor :

Dr. dr. Dwitya Elvira, Sp.PD-KAI, FINASIM


01
Tinjauan
Pustaka
“Penyakit autoimun kronis dengan gejala yang
beragam oleh karena kerusakan jaringan dan sel
sel oleh auto antibodi patogen dan kompleks
imun.”
—Lupus eritematosus sistemik

Perhimpunan Reumatologi Indonesia. Rekomendasi perhimpunan reumatologi Indonesia untuk diagnosis dan pengelolaan lupus eritematosus
sistemik. Jakarta: Perhimpunan Reumatologi Indonesia 2011. hal. 46; Tarigan, NS. Pengelolaan Eritematosis Sistemik dengan keterlibatan ginjal
pada wanita umur 30 tahun. Med Uni. 2015;4(3): 135-9.
Angka Kejadian

300,000 Per tahun

Valliant AJ, Akpaka PE, Poonking P. Systemic Lupus Erythematosus : some Epidemiology aspects. American Journal of Public Health Research. 2015; 3(2): 46-50
Epidemiology

01 02
di Dunia di Indonesia
1-10 per 100.000 orang Meningkat 2x lipat hingga 2.166 kasus
pertahun dengan 550 kematian pada tahun 2016

03 04
Jenis Kelamin Ras
Perempuan > laki-laki Ras non kaukasian (African
american, hispanic, dan
Asia)

Valliant AJ, Akpaka PE, Poonking P. Systemic Lupus Erythematosus : some Epidemiology aspects. American Journal of Public Health Research. 2015; 3(2): 46-50; Perhimpunan Reumatologi Indonesia. Rekomendasi perhimpunan reumatologi
Etiologi

Gangguan sistem imun Gangguan


Sel B dan sel T interaksi sel
imun

Autoantibodi Faktor lain


faktor genetik,
defisiensi komplemen,
hormon, lingkungan,
stress, obat-obatan

Perhimpunan Reumatologi Indonesia. Rekomendasi perhimpunan reumatologi Indonesia untuk diagnosis dan pengelolaan lupus eritematosus sistemik. Jakarta: Perhimpunan Reumatologi
Indonesia 2011. hal. 46; Lisnevskaia L, Murphy G , Isenberg D. Systemic lupus erythematosus. The Lancet. 2014 May. Tersedia dari: http://dx.doi.org/ 10.1016S0140-6736(14)60128-8.
Patofisiologi

Didasari oleh autoantibodi dan


kompleks imun yang berikatan
ke jaringan dan menyebabkan
inflamasi multisistemik.

Bertsias George et al. Systemic Lupus Erythematosus: Pathogenesis and Clinical Features. Eular On-line Course Rheum Dis. 2012;(1909):476–505.;
Choi J, Kim ST, Craft J. The Pathogenesis of SLE – an Update. Curr Opin Immunol. 2013;24(6):651–7.
Manifestasi Klinis

Konstitusional Mukokutan Muskuloskeletal


Demam, ↓ BB, Butterfly rash, photo Artritis, artralgia
kelelahan, hypersensitivity,
malaise alopesia

Kardiovaskula Paru Ginjal


r
Perikarditis, Efusi pleura, Nefritis lupus,
fenomena pneumonitis glomerulonefritis
reynaud lupus kronik membranoproliferatif difus
Perhimpunan Reumatologi Indonesia. Rekomendasi perhimpunan reumatologi Indonesia untuk diagnosis dan pengelolaan lupus eritematosus sistemik. Jakarta: Perhimpunan Reumatologi Indonesia 2011. hal. 46; Tarigan, NS. Pengelolaan Eritematosis Sistemik dengan keterlibatan ginjal pada wanita umur 30 tahun. Med Uni. 2015;4(3): 135-9;
Aringer M, Dorner T, Leuchten N, Johson SR. Toward New Criteria for Systemic Lupus Erythematosus a Standpoint. Lupus 2016;25:805-811
Manifestasi Klinis

Gastrointestonal
Neurologis dan Psikiatrik
Disfungsi kognitif, kejang, Nyeri perut difus, mual,
sakit kepala, meningitis, hepatosplenomegali
gangguan pergerakan

Hematologi Mata
Splenomegali, limfadenopati Mata kering, konjungtivitis,
difus, leukopenia, limfopenia episkleritis

Perhimpunan Reumatologi Indonesia. Rekomendasi perhimpunan reumatologi Indonesia untuk diagnosis dan pengelolaan lupus eritematosus sistemik. Jakarta: Perhimpunan Reumatologi Indonesia 2011. hal. 46; Tarigan, NS. Pengelolaan Eritematosis Sistemik dengan keterlibatan ginjal pada wanita umur 30 tahun. Med Uni. 2015;4(3): 135-9;
Aringer M, Dorner T, Leuchten N, Johson SR. Toward New Criteria for Systemic Lupus Erythematosus a Standpoint. Lupus 2016;25:805-811
Diagnosis : SLICC
Systemic Lupus International
Collaborating Clinics

• Terdiri dari 11 kriteria klinis dan


6 kriteria imunologi
• SLE apabila memenuhi 4
kriteria yang harus meliputi 1
kriteria klinis dan 1 kriteria
imunologi. Atau apabila hasil
biopsi ginjal pasien sesuai
dengan gambaran lupus nefritis
disertai ANA dan anti DSDNA
yang positif.

Petri M, Orbai AM, Alarcon GS, et al. Derivation and validation of Systemic Lupus International Collaborating Clinics classification criteria for systemic lupus
erythematosus. Arthritis Rheum 2012; 64: 2677-86
Derajat keparahan

Ringan Sedang Berat


• Secara klinis tenang • Nefritis ringan-sedang Mengancam nyawa

• Artritis dan manifes • Trombositopenia


kulit
• Serositis mayor

Perhimpunan Reumatologi Indonesia. Rekomendasi perhimpunan reumatologi Indonesia untuk diagnosis dan pengelolaan lupus eritematosus sistemik.
Jakarta: Perhimpunan Reumatologi Indonesia 2011. hal. 46
Pemeriksaan Penunjang

Complete Blood Pem. Urin


Hemoglobin, Count
lekosit, Mikroskopik,
hitung jenis sel, laju endap protein kuantitatif
darah (LED) 24 jam, kreatinin
urin

Kimia darah Serologi


Ureum, kreatinin, ANA, anti-dsDNA
fungsi hati, profil
lipid, PT, aPTT

Foto polos thorax (awal diagnosis)


Perhimpunan Reumatologi Indonesia. Rekomendasi perhimpunan reumatologi Indonesia untuk diagnosis dan pengelolaan lupus eritematosus sistemik. Jakarta: Perhimpunan Reumatologi Indonesia 2011. hal. 46
Diagnosis Banding

Beberapa diagnosis banding ini mirip dengan


SLE, yakni:
 Sindroma Sjögren
 Sindroma antibodi antifosfolipid (APS)
 Lupus imbas obat

Perhimpunan Reumatologi Indonesia. Rekomendasi perhimpunan reumatologi Indonesia untuk diagnosis dan pengelolaan lupus eritematosus sistemik. Jakarta: Perhimpunan Reumatologi Indonesia 2011. hal. 46
Tatalaksana
Step 4
Jupiter is the
Program biggest planet
Rehabilitasi

01 02 03 04
Edukasi & Medikamentosa
Konseling OAINS, Antimalaria,
Steroid, Imunosupresan

Perhimpunan Reumatologi Indonesia. Rekomendasi perhimpunan reumatologi Indonesia untuk diagnosis dan pengelolaan lupus eritematosus sistemik. Jakarta: Perhimpunan Reumatologi Indonesia 2011. hal. 46
Jenis dan dosis obat yang
digunakan pada SLE
Pengobatan SLE berdasarkan Aktivitas Penyakit
SLE Ringan
 Penghilang nyeri seperti paracetamol 3 x 500 mg, bila
diperlukan.
 Obat anti inflamasi non steroidal (OAINS), sesuai panduan
diagnosis dan pengelolaan nyeri dan inflamasi.
 Glukokortikoid topikal untuk mengatasi ruam (gunakan preparat
dengan potensi ringan)
 Antimalaria: Klorokuin basa 3,5-4,0 mg/kg BB/hari (150-300
mg/hari) atau hidroksiklorokuin dosis 5- 6,5 mg/kg BB/ hari
(200-400 mg/hari) dan periksa mata setiap 6-12 bulan.
 Kortikosteroid dosis rendah seperti prednison < 10 mg / hari atau
yang setara.
 Tabir surya: Gunakan tabir surya topikal dengan sun protection
factor sekurang- kurangnya 15 (SPF 15)

Perhimpunan Reumatologi Indonesia. Rekomendasi perhimpunan reumatologi Indonesia untuk diagnosis dan pengelolaan lupus eritematosus sistemik. Jakarta: Perhimpunan Reumatologi Indonesia 2011. hal. 46
Pengobatan SLE berdasarkan Aktivitas Penyakit

SLE Sedang
Pilar penatalaksanaan SLE sedang sama seperti pada SLE ringan kecuali pada
pengobatan. Pada SLE sedang diperlukan beberapa rejimen obat-obatan tertentu
serta mengikuti protokol pengobatan yang telah ada.

Perhimpunan Reumatologi Indonesia. Rekomendasi perhimpunan reumatologi Indonesia untuk diagnosis dan pengelolaan lupus eritematosus sistemik. Jakarta: Perhimpunan Reumatologi Indonesia 2011. hal. 46
Pengobatan SLE berdasarkan Aktivitas Penyakit

SLE Berat/Mengancam Nyawa


• Diperlukan obat-obatan seperti glukokortikoid dosis tinggi atau obat
imunosupresan atau sitotoksik.
• Glukokortikoid dosis tinggi digunakan untuk lupus nefritis, serebritis atau
trombositopenia
• Imunosupresan / sitotoksik (azatioprin, siklofosfamid, metotreksat, siklosporin,
mikofenolat mofetil)
• Pada keadaan tertentu seperti lupus nefritis, lupus serebritis, perdarahan paru
atau sitopenia, seringkali diberikan gabungan antara kortikosteroid dan
imunosupresan / sitotoksik karena memberikan hasil pengobatan yang lebih
baik

Perhimpunan Reumatologi Indonesia. Rekomendasi perhimpunan reumatologi Indonesia untuk diagnosis dan pengelolaan lupus eritematosus sistemik. Jakarta: Perhimpunan Reumatologi Indonesia 2011. hal. 46
Perhimpunan Reumatologi Indonesia. Rekomendasi perhimpunan reumatologi
Indonesia untuk diagnosis dan pengelolaan lupus eritematosus sistemik. Jakarta:
Perhimpunan Reumatologi Indonesia 2011. hal. 46
Prognosis
Angka Harapan Hidup
1-5 tahun 93-97%

5-10 tahun 84-95%

10-15 tahun 70-85%

15-20 tahun 64-80%

>20 tahun 53-64%

Perhimpunan Reumatologi Indonesia. Rekomendasi perhimpunan reumatologi Indonesia untuk diagnosis dan pengelolaan lupus eritematosus sistemik. Jakarta: Perhimpunan Reumatologi Indonesia 2011. hal. 46
2
Quiz and
Answer
Skenario
Seorang wanita usia 33 tahun datang ke Poliklinik IPD dengan muka
rasa merah dan bengkak yang dirasakan semakin meningkat sejak 2 hari
terakhir. Pasien mengeluhkan adanya ruam kemerahan yang terasa
pedih bila terkena sinar matahari di kulit wajah sejak 2 bulan ini. Pasien
sudah memeriksakan diri ke dokter kulit dan penyakit dalam RSUD
sebelumnya dan mendapat obat HCQ dan metil prednisolone.
Pemeriksaan fisik didapatkan rambut rontok, ruam malar ada, JVP 5+0,
balotemen ginjal kiri (+), konjunctiva anemis dan stomatitis ditemukan
pada pasien. Labor didapatkan Hb 8,9, Leukosit 4800, trombosit
156.000, LED 100.
Apa kemungkinan diagnosis pada pasien?

Lupus Eritematosus Sistemik dengan manifestasi


Nefritis Lupus dan Mukokutaneus Lupus.
Apa point diagnosis dengan kriteria diagnosis
yang diketahui?
Wanita usia 33 tahun
Ruam kemerahan
pada kulit terasa
pedih jika terkena
sinar matahari
Rambut rontok
Stomatitis di sudut
mulut
Anemia KA (+)
Balotement ginjal
kiri (+)
LED tinggi
Apa manfaat pemberian HCQ dan Metil-
Prednisolon pada pasien?
Manfaat pemberian obat HCQ pada pasien adalah: 1). Supresi autoantigen
dengan cara mengganggu pemrosesan antigen di makrofag, menghambat
fagositosis, migrasi netrofil, dan metabolism fosfolipid. 2). Fotoproteksi karena
HCQ akan dideposit di dalam kulit dan mengabsorbsi sinar UV, yang mempunyai
efek sunblocking, antiinflamasi, dan imunosupressan.

Manfaat pemberian metilprednisolon pada pasien karena kortikosteroid


merupakan pengobatan pertama pasien SLE yang berfungsi sebagai antiinflamasi
dan imunosupresi, sehingga tidak terjadi kerusakan yang lebih lanjut.
Pemeriksaan penunjang apa yang diperlukan
pada pasien ini dan jelaskan interpretasinya?

1. Hemoglobin, lekosit, hitung jenis sel, laju endap darah (LED)


2. Urin rutin dan mikroskopik, protein kuantitatif 24 jam, dan bila
diperlukan
kreatinin urin
3. Kimia darah (ureum, kreatinin, fungsi hati, proil lipid)
4. PT, aPTT
5. Serologi (ANA, anti-dsDNA, komplemen (C3,C4))
6. Foto polos thorax (pemeriksaan hanya untuk awal diagnosis, tidak
diperlukan untuk monitoring)
7. Biopsi Ginjal
Bagaimana patogenesis SLE?
Bagaimana patogenesis SLE?
Bagaimana patogenesis SLE?
3
Laporan Kasus
IDENTITAS PASIEN

Nama : Ny. A
Umur : 33 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Alamat : Padang
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Tanggal Pemeriksaan : 11 November 2020
Anamne
sis
Pasien perempuan berusia 33 tahun datang
ke Poliklinik IPD pada tanggal 11 November
2020 di Poliklinik IPD RSUP Dr. M. Djamil
Padang dengan:
Keluhan Utama:
Muka rasa merah dan bengkak yang dirasakan
semakin meningkat sejak 2 hari terakhir.
Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien sudah memeriksakan diri
Pasien juga mengeluhkan
ke Dokter kulit dan Dokter
buang air kecil yang terlihat
Spesialis Penyakit Dalam di
kemerahan dan berbusa sejak
RSUD Padang dan mendapatkan
1 bulan yang lalu.
obat HCQ dan Metilprednisolon.

Muka rasa merah dan bengkak Demam meningkat sejak 2 minggu


yang dirasakan semakin yang lalu. Demam (+) sudah
meningkat sejak 2 hari terakhir. dirasakan sejak 2 bulan sebelumnya.
Ruam merah di muka dirasakan Demam hilang timbul, tinggi, dan
pedih bila terkena sinar matahari menggigil. Riwayat keringat banyak
sejak 2 bulan ini. tidak ada.
Riwayat Penyakit Sekarang

Nyeri sendi (+) sejak 2 Perut semakin


bulan yang lalu, nyeri membuncit tidak ada.
hilang-timbul. Nyeri di perut tidak ada.
Sesak napas tidak ada.

Mual-muntah tidak ada


Nyeri dada tidak ada. Rambut rontok dan mudah
Riwayat nyeri dada dicabut ada sejak 2 bulan
sebelumnya tidak yang lalu
ada.
BAB normal
Riwayat Penyakit Dahulu

• Riwayat hipertensi (-),


diabetes mellitus (-)
• Riwayat perdarahan
(-)
• Riwayat minum obat
lama tidak ada
• Riwayat
menggunakan KB
suntik ada selama 5
tahun, dan digantikan
dengan KB pil sejak 2
tahun ini.
Riwayat Keluarga
Tidak ada anggota
keluarga yang
menderita penyakit
yang sama dengan
pasien
 
Riwayat Pekerjaan,
Sosial dan
Ekonomi,
Kejiwaan dan
Kebiasaan:
Pasien seorang ibu
rumah tangga,
dengan aktivitas
sedang.
Pemeriksaan Fisik
 Keadaan umum : Sakit sedang
 Kesadaran : CMC
 Frekuensi nadi : 96x/menit
 Frekuensi nafas : 19x/menit
 Tekanan darah :130/80 mmHg
 Suhu : 38,10C
 Status Gizi : Lebih
 Sianosis : tidak ada
 Edema : wajah (+), tungkai
(+/+)
 Anemis : ada (+/+)
 Ikterus : tidak ada
-Kulit : Warna kuning langsat, teraba hangat, turgor kulit baik
-KGB : Tidak ada pembesaran KGB
-Kepala : Normocephal
-Rambut : Berwarna hitam, mudah dicabut
-Wajah : Ruam malar (+), oedem
-Mata : Konjungtiva anemis (+/+), sklera ikterik (-/-)
-Telinga : Deformitas (-/-), pendengaran baik
-Hidung : Tidak ada kelainan pada hidung bagian luar dan
septum, tidak ada tanda perdarahan
-Mulut : Stomatitis di sudut bibir
-Leher : JVP 5+0 cmH2O, pembesaran tiroid (-), deviasi
trakea (-), pembesaran KGB (-)
-Paru
- Inspeksi : dinding dada simetris pada kondisi statis dan
dinamis
- Palpasi : fremitus kiri sama dengan kanan
- Perkusi : Kanan: sonor, Kiri: sonor
- Auskultasi : suara nafas bronkovesikular, ronkhi (-/-), wheezing
(-/-)
- Jantung
- Inspeksi : iktus kordis tidak terlihat
- Palpasi : iktus teraba 1 jari lateral LMCS RIC V
- Perkusi
-Batas jantung atas : RIC II
-Batas jantung kanan : LSD
-Batas jantung kiri : 1 jari lateral LMCS RIC V
- Auskultasi : S1-S2 reguler, bising (-), gallop (-)
- Abdomen
- Inspeksi : Perut tidak membuncit
- Palpasi : hepar tidak teraba, lien teraba S1, nyeri tekan (-), nyeri
lepas (-), shifting dullness (-), ballotement ginjal kiri (+)
- Perkusi : Timpani
- Auskultasi : bising usus (+) normal
- Ekstremitas
Akral hangat, edema tungkai (+/+), capillary refilling time <2
detik
- Alat Kelamin
Tidak diperiksa
- Anus
Tidak diperiksa
 
Pemeriksaan Penunjang
Laboratorium Darah Lengkap (12-11-
2020)
Hb : 8,9 g/dl
Ht : 30 %
Leukosit : 4.800/mm3
Trombosit : 156.000/mm3
Retikulosit : 0,7%
Alb/Glo : 2,5/3,8 g/dl
SGOT/PT : 20/9 u/l Laboratorium Darah (12-11-2020)
Ur/Cr : 70/2 mg/dl Alkali fosfatase : 42 u/l
Na/K/Ca : 121/3,1/9,7mmol/L Gama-GT : 8 u/l
PT/APTT : 11,1/55,0 detik LDH : 622 u/l
LED : 100 D-Dimmer : 9031,30 ng/ml
Kesan: LDH meningkat
Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan Urin (12-11-2020)
Makroskopis
Warna: kemerahan dan berbusa
Kekeruhan: positif
BJ: 1.015
Mikroskopis: pH: 6,5
Leukosit: 7/LPB
Eritrosit: 10/LPB
Silinder: (+)
Kristal: (+) Kimia:
Epitel: gepeng(+) Protein: positif 3
Glukosa: negative
Bilirubin: negative
Urobilinogen: positif
Kesan: Leukosituria, Hematuria,
Proteinuria
Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaaan Feses (12-11-2020)


Makroskopis
Warna: coklat
Konsistensi: lunak
Darah: (-)
Mikroskopis Lendir: (-)
Leukosit: 0-1/LPB
Eritrosit: 0-1/LPB
Amuba: (-)
Ascaris lumbricoides: (-)
Ancylostoma duodenale: (-)
Oxyuris vermicularis: (-)
Trichuris trichiura: (-)
Kesan: Hasil dalam batas normal
Rontgen Toraks
Hasil: kesan dalam batas normal
EKG
Hasil: kesan dalam batas normal
USG
Hasil: Hidronefrosis Renal Sinistra

CT Scan
Hasil: Hidronefrosis Renal Sinistra
Titer ANA 1/1000 Positif
Pola cytoplasmic granular

Imunoloserologi
DIAGNOSIS KERJA
SLE dengan manifestasi Nefritis Lupus dan
Mukokutaneus lupus.
 
TINDAKAN PENGOBATAN
Edukasi pasien dan keluarga tentang penyakitnya.
Diet makanan cair
IVFD NaCl 0,9% NaCl 30 cc/kg selama 1 jam (3 kolf) sampai urin
output 1 cc/kgBB
Paracetamol 3x500 mg
Tatalaksana Induksi pada Nefritis Lupus:
Pulse CYC per 2 bulan selama 1 tahun (7 pulse)
Siklosporin A (3-5 mg/kg/hari) selama 1 tahun dan selanjutnya
diturunkan bertahap
MMF (2-3 gr/hari) selama 6-12 bulan
Tatalaksana pemeliharaan pada nefritis
lupus:
- Dosis rendah kortikosteroid
- AZA
- MMF (1-2 gr/hari)
PEMERIKSAAN ANJURAN
Pemeriksaan imunoserologi ANA, anti-dsDNA†,
komplemen †(C3,C4)
Pemeriksaan biopsi dan histologis ginjal
 
PROGNOSIS
Quo ad vitam : Dubia ad malam
Quo ad sanam : Dubia ad malam
Quo ad sanationam : Dubia ad malam
Diskusi

Pasien perempuan berusia 33 tahun datang ke poliklinik IPD RSUP Dr.


M. Djamil Padang pada tanggal 11 November 2020 dengan keluhan
utama yaitu Muka rasa merah dan bengkak yang dirasakan semakin
meningkat sejak 2 hari terakhir. Dilihat dari segi epidemiologi, penyakit
SLE memang lebih banyak menyerang perempuan. Adanya jumlah
esterogen yang berlebihan dengan kadar hormon androgen (testosteron
dan dehidro epiandrosteron) yang rendah mempengaruhi terhadap
terjadinya penyakit SLE.
Diskusi

Pada pasien ini ditemukan keluhan utama terdapat ruam merah dan
membengkak pada wajah yang terasa gatal dan panas sejak 2 bulan yang
lalu dan riwayat rambut rontok ada sejak 2 bulan yang lalu. Hal ini
merupakan manifestasi klinis SLE pada kulit. Lesi pada kulit dapat
berupa akut, yaitu ruam yang langsung muncul ketika terpapar sinar
matahari, contohnya malar rash. Dapat pula bersifat subakut, yang
dinamakan sub acute cutaneus lupus erythematosus berupa plak atau
papula yang kemerahan ataupun papula skuamosa yang membentuk
cincin poliskilik dan kronis seperti lesi diskoid. Alopesia merupakan
kelainan lesi yang bersifat spesifik.
Diskusi

Pasien sudah memeriksakan diri ke Dokter kulit dan Dokter Spesialis


Penyakit Dalam di RSUD Padang dan mendapatkan obat HCQ dan
Metilprednisolon. Tujuan dan manfaat pemberian obat HCQ pada pasien
adalah: 1). Supresi autoantigen dengan cara mengganggu pemrosesan
antigen di makrofag dan sel penyaji antigen yang lain dengan
meningkatkan pH di vakuola lisosomal, juga menghambat fagositosis,
migrasi netrofil, dan metabolism fosfolipid. 2). Fotoproteksi karena HCQ
akan dideposit di dalam kulit dan mengabsorbsi sinar UV, yang
mempunyai efek sunblocking, antiinflamasi, dan imunosupressan.
Diskusi

3). Blokade Troll Like Receptor (TLR) dengan mengurangi respon


peradangan melalui penghambatan TLR. Sementara itu, manfaat
pemberian metilprednisolon pada pasien karena kortikosteroid
merupakan pengobatan pertama pasien SLE yang berfungsi sebagai
antiinflamasi dan imunosupresi, sehingga tidak terjadi kerusakan yang
lebih lanjut.
Diskusi

Pasien juga memiliki keluhan berupa demam yang meningkat sejak 2


minggu sebelum masuk RS. Demam merupakan salah satu kelainan
konstitusional pada SLE, dimana yang lainnya berupa cepat lelah, nafsu
makan menurun dan menurunnya berat badan. Terjadinya demam pada
SLE dikarenakan dilepaskannya pirogen endogen yang diproduksi oleh
leukosit PMN dan monosit yang melepaskan berbagai sitokin inflamasi
seperti TNF alfa, IL-1, IL-2, IL-6, INF, asam arakidonat dan prostaglandi
E2 yang nantinya mempunyai efek pirogen langsung pada hipotalamus.
Menurut Dubois, 41-83% pasien SLE mengalami demam sebelumnya.
Diskusi

Pasien juga mengeluhkan buang air kecil yang terlihat kemerahan dan
berbusa sejak 1 bulan yang lalu. Keluhan ini karena ketidakmampuan
ginjal menjalankan fungsi dengan baik, zat-zat yang seharusnya dapat di
filtrasi dan di reabsorbsi menjadi terbuang melalui urin sehingga timbul
manifestasi berupa urin yang berbusa dan berwarna kemerahan seperti
yang dikeluhkan pasien, dan hal ini disebut dengan nefritis lupus.
Diskusi
Nyeri sendi (+) sejak 2 bulan yang lalu, nyeri hilang-timbul. Artritis
merupakan salah satu manifestasi dari SLE, yang mirip dengan artritis
rhematoid. Artritis akan terjadi pada sendi-sendi perifer tangan,
pergelangan tangan dan lutut. Pada penderita SLE dapat juga terjadi
mialgia, yaitu rasa nyeri pada otot.
Pada pemeriksaan fisik didapatkan suhu 38,1 0 C, tekanan darah tinggi
130/80 mmHg, konjungtiva anemis, ruam malar ada, stomatitis di sudut
mulut ada, JVP 5+0, Ballotement ginjal kiri (+), dan udem di wajah serta
ekstremitas. Berdasarkan temuan dari pemeriksaan fisik pasien kita
temukan beberapa tanda dari SLE dengan kecurigaan manifestasi pada
ginjal dan juga kulit.
Diskusi

Pada pemeriksaan hematologi ditemukan penurunan kadar Hb,


penurunan jumlah leukosit, penurunan jumlah eritrosit, penurunan kadar
hematokrit, penurunan trombosit, hiponatremia, dan hipokalemia. Pada
SLE, kelainan hematologi cukup sering ditemukan, di antaranya adalah
anemia. Anemia ditemukan pada 50% pasien SLE karena diduga adanya
gangguan respon eritropoietin dan kerusakan eritrosit karena antibodi.
Pada pasien ini ditemukan anemia berat. Adanya gangguan pada ginjal
juga menyebabkan munculnya gambaran hipoalbuminemia pada pasien.
Diskusi

Serum albumin merefleksikan aktivitas penyakit pasien SLE dengan


nefritis. Selain gangguan ginjal, hipoalbuminemia juga bisa menjadi
tanda adanya kerusakan pada hepar. Adanya hipoalbuminemia bisa
menyebabkan komplikasi edema, gangguan keseimbangan cairan, dan
gangguan jantung. Hiponatremia dan hipokalemia bisa disebabkan
karena hilangnya natrium dan kalium dari urine karena proses inflamasi
atau kerusakan pada tubular renal, menunjukkan tingkat aktivitas atau
keparahan dari SLE yang diderita pasien.
Diskusi
Hasil urinalisa pasien didapatkan leukosituria, hematuria, dan
proteinuria. Diagnosis nefritis lupus ditegakkan jika pasien SLE
ditemukan kelainan ginjal seperti proteinuria lebih besar atau sama
dengan 1 gram /24 jam dengan atau tanpa hematuria (>8 eritrosit/ LPB),
dengan atau tanpa penurunan fungsi ginjal sampai 30% dan dengan atau
tanpa hipertensi. Diagnosis definitif ditegakkan dengan biopsi ginjal dan
berdasakan klasifikasi morfologi dari WHO. Berdasarkan kasus
didapatkan hasil lab terbaru yaitu didapatkan protein +3, dengan
hematuri (10 eritrosit/ LPB), dengan peningkatan kadar ureum dan
kreatinin serta disertai hipertensi dapat ditegakkan nefritis lupus. Dan
juga untuk menunjang diagnosis melalui pencitraan, dari hasil USG dan
CT-Scan didapatkan pembesaran ginjal kiri. Dan pemeriksaan
imunoserologi ANA 1/1000 positif pola cytoplasmic granular.
Diskusi

Berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang


pada pasien, diagnosis pada pasien adalah SLE dengan manifestasi
nefritis lupus dan mukokutan, hal ini didasarkan juga pada kriteria
diagnosis SLE menggunakan kriteria SLICC dimana pada pasien ini
didapatkan adanya lupus kutaneus, ulkus oral, alopesia non scarring, dan
manifestasi ginjal. Untuk menunjang diagnosis kita, maka perlu
dilakukan pemeriksaan imunoserologi lainnya, anti ds-DNA, Anti Sm,
kadar C3 dan C4, serta gold standard pemeriksaan nefritis lupus berupa
biopsi ginjal.
Diskusi

Pada pasien diberikan edukasi tentang penyakitnya dan terapi berupa


anjuran diet makanan cair, untuk meringankan kerja saluran cerna dan
mencegah dehidrasi. Terapi IVFD NaCl 0,9% karena pasien
hiponatremia. Dan karena pasien mengalami nefritis lupus derajat berat,
maka terapi yang diberikan terapi induksi berupa pulse CYC per 2 bulan
selama 1 tahun (7 pulse), siklosporin A (3-5 mg/kgBB/ hari) selama 1
tahun yang akan diturunkan secara bertahap dan MMF (2-3 g/ hari)
selama 6-12 bulan, dan nantinya akan dilanjutkan dengan terapi
pemeliharaan.
Thanks!
Does anyone have any questions?

CREDITS: This presentation template was created by Slidesgo,


including icon by Flaticon, and infographics & images from Freepik

Anda mungkin juga menyukai