LAPORAN KASUS
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Dalam Pelaksanaan Program Dokter Internsip
Disusun Oleh:
dr. Teuku Shaquil Hakeem
Disusun oleh;
dr. Teuku Shaquil Hakeem
Laporan Kasus (Sebatas Pelaporan)
Diajukan untuk Melengkapi Tugas dan Memenuhi Syarat
Menjalani Program Dokter Internship Indonesia
RS Myria/Charitas KM 7
Palembang, 2023
RS Myria/Charitas KM 7
Palembang
ii
PRESENTASI LAPORAN KASUS DALAM FORUM ILMIAH
RUMAH SAKIT
Kineja A/B/C
iii
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur pada hadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan
juga karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas laporan kasus ini
dengan judul ‘Hernia Inguinalis’. Shalawat beriringkan salam penulis sampaikan
kepada baginda Rasulullah SAW yang telah membawa umat manusia ke masa
yang menjunjung tinggi ilmu pengetahuan. Laporan kasus ini merupakan salah
satu dari tugas dalam menjalankan Program Dokter Internship Indonesia pada
Bagian/SMF Anak di RS Myria/Charitas KM 7.
Ucapan terima kasih penulis sampaikan pada dr. Fransiska dan dr. Febrero
Andro Dwi Fauzan, Sp.B, FINACS yang telah bersedia membimbing penulis
sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas ini. Penulis mengharapkan kritik dan
juga saran yang membangun dari semua pihak terhadap laporan kasus ini. Semoga
laporan kasus ini bermanfaat bagi penulis dan orang lain.
Penulis
iv
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL....................................................................................... i
KATA PENGANTAR.................................................................................... ii
DAFTAR ISI................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang..................................................................... 1
BAB IV PEMBAHASAN
4.1 Pembahasan........................................................................... 24
BAB V KESIMPULAN
5.1 Kesimpulan............................................................................ 26
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................... 27
v
BAB I
PENDAHULUAN
Hernia merupakan protrusi atau penonjolan isi suatu rongga melalui defek
atau bagian lemah dinding rongga bersangkutan pada hernia abdomen, isi perut
menonjol melalui defek ataupun bagian lemah dari muskulo-aponeurotik dinding
perut. Hernia terdiri atas cincin, kantong dan isi hernia. Semua hernia terjadi
melalui celah lemah atau kelemahan yang potensial pada dinding abdomen yang
dicetuskan oleh peningkatan tekanan intraabdomen berulang atau berkelanjutan.1
Hernia adalah adanya penonjolan peritoneum yang berisi alat visera rongga
abdomen melalui suatu lokus minoris resistensieae baik bawaan maupun didapat.
Hernia tetap merupakan problem kesehatan yang tidak dapat lepas dari problem
sosial, banyak orang dengan tonjolan pada lipat paha ke dukun sebelum dibawa ke
rumah sakit atau dokter; adapula sebahagian dari masyarakat yang merasa malu
apabila penyakitnya diketahui orang lain bahwa yang bersangkutan sakit hernia,
sehingga hal inilah yang kadang memperlambat penanganan penyakit. Problem
kedokteran yang penting adalah bagaimana mengurangi frekuensi dari timbulnya
hernia.2,3
Dalam sejarahnya, di tahun 1552 sebelum Masehi di Mesir telah dilaporkan
pengobatan untuk hernia inguinalis dengan melakukan penekanan dari luar. Galen
tahun 176 Masehi, melaporkan penurunan duktus testikularis melalui lubang kecil
pada lower abdomen, kemudian Galen meneliti dari awal tentang sebab terjadinya
hernia inguinalis indirekta.4 Di abad ke 5 sesudah Masehi pertama kali dilaporkan
pengobatan bedah terhadap kasus hernia. Autopsi anak penderita hernia sebanyak
500 orang pada abad ke 18 dan 19 didapatkan 56% adanya patensi dari prosesus
vaginalis peritonei,5 dan juga pada abad ke 19 dengan melakukan berbagai metode
pembedahan melalui pengaturan kembali dari lapisan anatomi kanalis inguinalis
dengan memperhatikan hubungan struktur sekitar seperti struktur dari funikulus
spermatikus.6
Di tahun 1884 dinyatakan bahwa pengobatan hernia definitif adalah dengan
melakukan ikatan yang baik, dimana apabila terjadi kegagalan dalam tindakan
tersebut maka akibat kelemahan ikatan. Selanjutnya, dilaporkan pengangkatan
1
2
lengkap kantong hernia melalui cincin hernia eksterna. 7 Fergusson tahun 1899
menekankan ligasi tinggi kantong hernia tanpa merusak struktur dari anatomis
funikulus dan lapisan anatomis kanalis inguinalis dengan insisi aponeurosis otot
obliquus externus.8,9 Hal ini menjelaskan bahwa kasus hernia merupakan salah
satu penyebab dari masih tingginya angka operasi yang terjadi di seluruh dunia,
dimana penanganan utama yang dilakukan pada hernia adalah herniotomi atau
herniorafi. Penanganan operasi tersebut diketahui akan berdampak kesehatan yang
ditimbulkan pada pasien yang dilakukan tindakan herniorafi diantaranya nyeri,
aktivitas intoleran dan resiko terjadinya infeksi. 9 Untuk itu, pembuatan makalah
ini ditujukan mempelajari Hernia Inguinalis, dari anamnesis hingga diagnosis,
dan menyingkirkan diagnosis banding lainnya hingga rencana penatalaksanaan di
RS Myria/Charitas KM 7.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1. Fascia Camper
3
4
Fascia transversalis merupakan lembar selaput yang sifatnya kuat dan juga
hampir melapisi seluruh lapisan dinding abdomen. Fascia transversalis menutupi
permukaan dalam m. Transversus abdominis dan juga aponeurosisnya, dimana
dari kedua sisi bersatu di sebelah dorsal linea alba.10,11,12
4. Peritonium Parietal
Terletak lebih ke dalam terhadap fascia transversalis dan terpisah darinya
oleh lemak ekstraperitoneal yang banyaknya berbeda. Dinding perut akan
membentuk rongga perut yang akan melindungi isi rongga perut. Intergritas
lapisan muskulo-aponeurosis dinding abdomen sangat penting mencegah
kemungkinan terjadinya hernia bawaan, didapat, maupun pada iatrogenik. Fungsi
otot dinding perut selain sebagai pelindung dari viscera abdomen, juga berfungsi
pada sistem pernapasan, berkemih dan buang air besar sehingga meninggikan
tekanan intraabdomen.10,11,12
2.2. Hernia
5. Menurut keadaannya
a. Hernia inkarserata adalah bila isi kantong terperangkap, tidak dapat kembali
kedalam rongga perut disertai dengan akibat yang berupa gangguan pasase
atau vaskularisasi. Secara klinis hernia inkarserata lebih dimaksudkan untuk
hernia irrenponibel.
b. Hernia strangulata adalah jika bagian usus yang mengalami hernia terpuntir
atau membengkak, dapat mengganggu aliran darah normal dan pergerakan
otot serta mungkin menimbulkan penyumbatan usus dan kerusakan jaringan.
6. Menurut nama penemunya
a. Hernia petit yaitu hernia di daerah lumbosacral.
b. Hernia spigelli yaitu hernia yang terjadi pada linea semi sirkularis di atas
penyilangan dari vasa epigastrika inferior pada muskulus rektus abdominalis
bagian lateral.
c. Hernia richter yaitu hernia dimana hanya sebagian dinding usus yang
terjepit.
7. Menurut sifatnya
a. Hernia reponibel adalah bila isi hernia dapat keluar masuk. Isi hernis keluar
jika berdiri atau mengedan dan juga masuk lagi jika berbaring atau didorong
masuk, tidak ada keluhan nyeri atau gejala obstruksi usus.
b. Hernia irreponibel adalah bila isi kantung hernia tidak dapat dikembalikan
ke dalam rongga.
8. Jenis hernia lainnya
a. Hernia pantolan adalah hernia inguinalis dan hernia femuralis yang terjadi
pada satu sisi dan dibatasi oleh vasa epigastrika inferior.
b. Hernia scrotalis adalah hernia inguinalis yang isinya masuk ke scrotum
secara lengkap.
c. Hernia littre adalah hernia yang isinya adalah divertikulum meckeli.
lateralis. Hernia inguinalis lateralis mempunyai nama lain yaitu hernia indirecta
yang artinya keluarnya tidak langsung menembus dinding abdomen. Selain hernia
indirek nama yang lain adalah Hernia oblique yang artinya Kanal yang berjalan
miring dari lateral atas menuju ke medial bawah. Hernia ingunalis lateralis sendiri
mempunyai arti pintu keluarnya terletak di sebelah lateral Vasa epigastrica
inferior. Hernia inguinalis lateralis dikarenakan kelainan kongenital meskipun ada
yang didapat.3,21,22
Tabel. 3.1. Perbedaan HIL dan HIM
Tipe Deskripsi Hernia Hubungan Dibungkus Onset
Hernia dengan Vasa Fascia Gejala
Epigastrica Spermatica
Inferior Interna
Hernia Penojolan melewati cincin Lateral Ya Congenital
ingunalis inguinal dan biasanya & bisa pada
lateralis merupakan kegagalan dewasa
penutupan cincin ingunalis
interna pada waktu embrio
setelah penurunan testis
Hernia Keluarnya langsung Medial Tidak Dewasa
ingunalis menembus fascia dinding
medialis abdomen
Hernia tipe 1 mempunyai kantung peritoneal yang melewati cincin interna yang
berdiameter
Hernia tipe 2 (hernia indirek yang paling sering) mempunyai kantung peritoneal
yang melewati cincin interna yang berdiameter ≤ 2 cm
Hernia tipe 3 hernia mempunyai kantung peritoneal yang melewati cincin interna
yang berdiameter > 2 cm menjadi hernia komplit dan sering menjadi
slidinhernia.
Hernia tipe 4 mempunyai robekan dinding posterior tau defek posterior multipel.
Cincin interna yang intak dan tidak ada kantung peritoneal.
Hernia tipe 5 merupakan hernia divertikuler primer. Pada hernia ini tidak terdapat
kantung peritoneal.
itu hernia direct. Apabila terasa pada ujung jari maka itu hernia ingunalis lateralis.
Penekanan melalui cincin interna ketika pasien mengedan juga dapat
membedakan hernia direct dan hernia inguinalis lateralis. Pada hernia direct
benjolan akan terasa pada bagian depan melewati Trigonum Hesselbach’s dan
kebalikannya pada hernia ingunalis lateralis. Jika hernianya besar maka
pembedaanya dan hubungan secara anatomi antara cincin dan juga kanalis
inguinalis sulit dibedakan. Pada kebanyakan pasien, hernia inguinal tidak dapat
ditegakkan secara akurat sebelum dilakukan operasi. 21,27,30
karena merusak kulit dan otot abdomen yang sudah tertekan, sedangkan
strangulasi masih mengancam.
Operatif27,30,33
1. Anak-anak Herniotomy :
Karena masalahnya pada kantong hernia, maka akan dilakukan pembebasan
kantong hernia sampai dengan lehernya, dibuka dan dibebaskan isi hernia, jika
ada perlekatan lakukan reposisi, kemudian pada kantong hernia dijahit setinggi-
tinggi mungkin lalu dipotong. Karena herniotomi pada anak sangat cepat dan juga
mudah, maka kedua sisi dapat direparasi sekaligus jika hernia terjadi bilateral
2. Dewasa Herniorrhaphy
BAB III
LAPORAN KASUS
3.2. Anamnesis
3.2.1 Keluhan Utama
Keluar benjolan di selangkangan kanan
18
19
Paru
Inspeksi : Simetris saat statis dan dinamis
Kanan Kiri
Palpasi Fremitus N Fremitus N
Perkusi Sonor Sonor
Auskultasi Vesikuler Normal Vesikuler Normal
Ronchi (-) wheezing (-) Ronchi (-) wheezing (-)
Jantung
Auskultasi : BJ I > BJ II, murmur (-), gallop (-)
Abdomen
Inspeksi : Simetris (+), Soepel (+)
Palpasi : Nyeri tekan abdomen (-), defans muscular (-)
Hepar : Tidak teraba
Lien : Tidak teraba
Ginjal : Ballotement (-)
Perkusi : Timpani, shifting dullness (-), tapping pain (-)
Auskultasi : Peristaltik 3x/menit, kesan normal
Tulang Belakang
Bentuk : Simetris
Nyeri tekan : Negatif
Kelenjar Limfe
Pembesaran KGB: Tidak ditemukan
21
Ekstremitas
Superior Inferior
Kanan Kiri Kanan Kiri
Sianosis - - - -
Oedema - - - -
Fraktur - - - -
Inguinal
Tampak dan teraba benjolan sebesar telur ayam, hiperemis (+)
3.7. Penatalaksanaan
1. IVFD Rl 20 gtt/menit
2. Rawat ruangan dan Puasakan Pasien
3. Rencana Hernioraphy mash graft
4. Inj. Anbacim1 gr/12 Jam
5. Inj. Ketorolac 1 Amp/8 Jam
6. Inj. Lansoprazole 1 Vial/24 Jam
3.8. Prognosis
Quo ad Vitam : Bonam
Quo ad Functionam : Bonam
Quo ad Sanactionam : Bonam
22
3.9. Follow Up
Tanggal Evaluasi P
04/04/2023 S/ Benjolan di selangkanan - IVFD Rl 20 gtt/menit
- Konsul Penyakit Dalam
O/ dan Anastesis
TD: 130/80 mmHg - Rencana Hernioraphy mash
N: 89 x/i graft
RR: 21 x/i - Inj. Anbacim1 gr/12 Jam
T: 36,5 - Inj. Ketorolac 1 Amp/8
Jam
A/ Hernia Inguinalis Lateralis - Inj. Lansoprazole 1 Vial/24
Dekstra Jam
Tanggal Evaluasi P
05/04/2023 S/ Nyeri pada area operasi - RL 20 gtt per menit
(+), BAB (+), Flatus (+) - Inj. Anbacim1 gr/12 Jam
- Inj. Ketorolac 1 Amp/8
O/ Jam
TD: 140/80 mmHg - Inj. Lansoprazole 1 Vial/24
N: 83 x/i Jam
RR: 21 x/i
T: 36,5
A/ Post Hernioraphy ai
Hernia Inguinalis Lateralis
Tanggal Evaluasi P
06/04/2023 S/Nyeri area operasi - RL 20 gtt per menit
berkurang, luka bagus (+) - Inj. Anbacim1 gr/12 Jam
- Inj. Ketorolac 1 Amp/8
O/ Jam
TD: 120/70 mmHg - Inj. Lansoprazole 1 Vial/24
N: 78 x/i Jam
RR: 20 x/i - Rencana PBJ
T: 36,5
A/ Post Hernioraphy ai
Hernia Inguinalis Lateralis
Tanggal Evaluasi P
07/04/2023 S/ Nyeri sesekali pada area - PBJ hari ini
operasi - Ciprofloksasin 2x500 mg
- Asam Mefenamat 3x500
O/ mg
TD: 120/80 mmHg - Ranitidin 2x1 Tab
23
N: 80 x/i
RR: 19 x/i
T: 36,5
A/ Post Hernioraphy ai
Hernia Inguinalis Lateralis
BAB IV
PEMBAHASAN
4.1 Pembahasan
Pasien berinisial AMR dengan usia 64 tahun datang dengan keluhan terdapat
benjolan pada selangkangan kanan sejak kurang lebih tiga bulan terakhir ini.
Awalnya hanya berupa benjolan kecil. Saat ini benjolan semakin besar dan tidak
dapat hilang dengan istirahat. Benjolan pada saat datang ke Poli sudah tidak dapat
dimasukkan kembali. Pasien juga mengeluhkan selama satu minggu ini benjolan
semakin membesar. Pasien mengeluhkan nyeri. Muntah disangkal, demam
disangkal. BAB dan juga BAK dalam batas normal. Sebelumnya pasien pernah
mengeluhkan hal seperti ini. Keluhan ini sering muncul hilang timbul terutama
saat pasien melakukan aktivitas berat. Hasil pemeriksaan fisik hanya ditemukan
daerah inguinal tampak dan teraba benjolan sebesar telur ayam, hiperemis (+).
Berdasarkan hasil anamnesis dan pemeriksaan fisik, maka pasien sangat dapat
diarahkan kepada kondisi hernia inguinalis.
Hernia inguinalis sendiri adalah salah satu masalah yang paling sering di
jumpai oleh ahli bedah umum. Hernia inguinalis pertama kali di temukan dalam
tulisan pada lebih dari 3.500 tahun yang lalu, dan perawatan bedah di lakukan
sekurangnya pada 2.000 tahun yang lalu. Terdapat banyak teori tentang etiologi
dan juga jumlah deskripsi anatomi, yang menghasilkan berbagai cara reparasi.
Hernia inguinalis sendiri merupakan kegagalan dari lantai kanalis inguinalis. Ini
diekspresikan sebagai cincin internal yang berdilatasi pada hernia indirek atau
sebagai kelemahan dan penipisan difus pada hernia direk. Sebagian besar dari
hernia timbul dalam regio inguinalis dengan sekitar 50 persen dari ini adalah
hernia inguinalis indirek dan 25 persen sebagai hernia inguinalis direk.
Dalam kehidupan masyarakat, anggapan terhadap hernia adalah merupakan
kelainan yang biasa, karena pada awal terjadinya pasien tidak merasa sakit dan
tidak mengganggu aktifitas ataupun pekerjaan sehari-harinya, sehingga dalam
perjalanan penyakitnya penderita memerlukan waktu yang cukup untuk konsultasi
ke dokter, setelah konsultasi masih cukup waktu untuk menunda tindakan yang
dianjurkan. Sebagian penderita menerima tindakan operasi apabila sudah terjadi
inkarserata atau strangulate. Adanya keadaan ini penderita atau keluarga baru
24
menyadari resiko dan juga bahayanya yang dapat menyebabkan peningkatan
morbiditas dan juga biaya perawatan yang lebih tinggi. Pada saat sekarang ini,
hampir semua hernia dikoreksi dengan pembedahan, kecuali apabila ada suatu
kontraindikasi bermakna yang menolaknya. Pada pasien tersebut, berdasarkan
hasil pemeriksaan fisik pasien mengalami hernia inguinalis lateralis kanan. Pada
hernia inguinalis lateralis secara normal kantong peritoneum terobliterasi sehingga
kanalis inguinalis hanya akan terisi funikulus spermatikus pada laki-laki dan juga
ligamentum rotundum pada wanita. Jika terjadi kegagalan obliterasi dari isi
rongga peritoneum dapat memasuki kanalis inguinalis melalui cincin inguinal.
Sedangkan pada kasus hernia inguinalis medialis umumnya bilateral, jarang
mengalarni inkarserasi dan strangulasi.
Hernia inguinalis timbul paling sering pada pria dan lebih sering pada sisi
kanan dibandingkan sisi kiri, namun juga dapat terjadi pada wanita. Peningkatan
tekanan intra abdomen akibat berbagai sebab, mencakup pengejanan mendadak,
gerak badan yang terlalu aktif, obesitas, batuk yang menahun, ascites, mengejan
pada waktu buang air besar, kehamilan dan juga adanya masa abdomen yang
besar merupakan predisposisi ke perkembangan hernia inguinalis. Sebagian besar
kasus hernia inguinalis ialah asimptomatik, dan kebanyakan ditemukan pada
pemeriksaan fisik rutin dengan palpasi benjolan pada anulus inguinalis
superfisialis, atau suatu kantong setinggi dari anulus inguinalis profundus. Hernia
ingunalis harus dioperasi meskipun ada beberapa kontraindikasi. Penanganan ini
untuk semua pasien tanpa memandang umur inkarserasi dan strangulasi, yang
merupakan kondisi ditakutkan dibandingkan dengan resiko operasinya. Pada
pasien geriatri sebaiknya dilakukan operasi elektif agar kondisi kesehatan saat
dilakukan operasi dalam kondisi optimal dan anestesi dapat dilakukan. Operasi
yang cito mempunyai resiko yang besar pada pasien geriatri.
25
BAB V
KESIMPULAN
5.1 Kesimpulan
DAFTAR PUSTAKA
26
1. Sjamsuhidajat, R. Jong, W. D. Pembedahan Buku Ajar Ilmu Bedah. Edisi
2. Jakarta: EGC. 2005. p. 265-266.
2. Schwartz. Intisari Prinsip-Prinsip Ilmu Bedah. Penerbit buku Kedokteran.
Jakarta. EGC. 2000. p. 243-256.
3. Grace P, Borley N., At a Glance, Ilmu Bedah. Edisi Ketiga. Jakarta. Erlangga.
2006. p. 89-97.
4. Bland, K.I., Beenken, W.S., Copeland III , E.M.The Breast. Dalam
Schwartz, Spenser Shires. Principle of Surgery. 8 Edition. New York : Mc
Graw Hill Company. 2005. p. 463-466.
5. Lin, L.Y. Wang, R.H. Abdominal surgery, pain and anxiety: preoperative
nursing intervention. Journal of Advanced Nursing. 2005; 51(3). p. 252–
260
6. Schwartz M. Intisari Prinsip-Prinsip Ilmu Bedah. Penerbit buku Kedokteran
EGC. Jakarta. 2012.
7. De Jong, Wim. Buku Ajar Ilmu Bedah. EGC : Jakarta. 2005.
8. Raffetto JD, Cheung Y, Fisher JB, et al. Incision and abdominal wall
hernias in patients with aneurysm or occlusive aortic disease. J Vasc Surg.
2003; 37(6):1150-4.
9. Papadimitriou D, Pitoulias G, Papaziogas B, et al. Incidence of abdominal
wall hernias in patients undergoing aortic surgery for aneurysm or
occlusive disease. Vasa. 2002; 31(2):111-4.
10. Paulsen F. J. Waschke. Sobotta Atlas Anatomi Manusia : Anatomi Umum dan
Muskuloskeletal. Penerjemah : Brahm U. Penerbit. Jakarta : EGC. 2013.
11. Pearce, C, Evelyn. Anatomi dan fisiologi untuk paramedis. Jakarta : Gramedia.
2009.
12. Snell, Richard S. Anatomi Klinik ed. 6. EGC : Jakarta. 2006.
13. Read RC. Why do human beings develop groin hernias. In: Fitzgibbons,
R.J., Jr, Greenburg, A.G., eds. Nyhus and Condon’s hernia. Philadelphia:
Lippincott Williams & Wilkins. 2002; 3-8.
14. A. Mansjoer, Suprohaita, W.K. Wardhani, W. Setiowulan. Kapita Selekta
Kedokteran. Edisi III, Jilid II. Penerbit Media Aesculapius, Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia. Jakarta. 2000. P. 313-317
15. Zheng H, Si Z, Kasperk R, et al. Recurrent inguinal hernia: disease of the
collagen matrix? World J Surg. 2002; 26(4):401-8.
16. Schwartz, Hernia dinding abdomen dalam Intisari prinsip-prinsip Ilmu
bedah, edisi VI, Jakarta : EGC, 2000, 509-518.
17. Arshad. Open mesh repair of different hernias. Is the techniques free of
complications.Britsh Journal Of Medical Practitioners. 2009;2 (3). P. 5-14.
18. Courtney, M. Hernias. Sabiston Textbook of Surgery. 17th Edition.
Philadelphia. Elsevier Saunders. 2004. P. 1199-1217.
19. Bingener, J; Buck, L; Richards, M; Michalek, J; Schwesinger, W; Sirinek,
K. "Long term Outcomes in Laparoscopic vs Open Ventral Hernia
Repair". Arch Surg. 2007. 142 (6): 562–7.
20. R. Bendavid, J. Abrahamson, Mauruce E. A, dkk. Abominal Wall Hernias
(Principles and Management). Edisi I. Penerbit Sringer-Varlag. New York.
2001. P. 124-136.
27
21. Townsend, Courtney M. Hernias. Sabiston Textbook of Surgery. 17th Ed.
Philadelphia. Elsevier Saunders. 2004. P. 1199-1217.
22. Norton,Jeffrey A. Hernias And Abdominal Wall Defects. Surgery Basic
Science and Clinical Evidence. New York. Springer. 2001. P. 787-803.
23. Klinge U, Si ZY, Zheng H, et al. Abnormal collagen I to III distribution in
the skin of patients with incisional hernia. Eur Surg Res. 2000; 32(1):43-8.
24. Brunicardi F, Dana A, Timothy B, David D, John G. H, Jeffrey M, Raphael
E. Schwartz's Principles of Surgery, 10th edition. 2015.
25. Michael Z and Stanley A. Maingot's Abdominal Operations, 12th Edition
(Zinner, Maingot's Abdominal Operations) 12th Edition. 2013.
26. Karen C and Valerie R. Surgical Technology Review: Certification &
Professionalism 1st Edition. 2010.
27. Courtney M.T, Beaucham R. D, Marks E, Kenneth L. M. Sabiston Textbook of
Surgery: The Biological Basic Of Modern Surgical Practice. 20 th edition.
2016.
28. Korenkov M, Sauerland S, Arndt M, et al. Randomized clinical trial of
suture repair, polypropylene mesh or autodermal hernioplasty for incisional
hernia. Br J Surg. 2002; 89(1):50-6.
29. Greenfield’s surgery: Scientific principles and practice. Eds, Mulhollan M
et al. Lippincott Williams & Wilkins, 2011. Pp. 1131.
30. Weinstein PR, Hoff JT. Hernias and Other Abdominal Lesions of the
Abdominal Wall. Current Surgical Diagnosis and Treatment. Eds. L.W.
Way and Gerald M. Doherty. 11th ed. New York: McGraw-Hill, 2004.
783-796.
31. Bevacqua J. Umbilical hernias in infants and children. Nurse pract. Dec
2009;34(12):12-13.
32. Helgstrand F, Rosenberg J, Bisgaard T. Trocar site hernia after
laparoscopic surgery: a qualitative systematic review. Hernia. 2011;15:113-
121.
33. Arslani N, Patrlj L, Kopljar M, Rajkovic Z, Altarac S, Papes D, Stritof D.
Advantages of new materials in fascia transversalis reinforcement for
inguinal hernia repair. Hernia. 2010;14(6):617-21
28