Anda di halaman 1dari 33

HERNIA INGUINALIS

LAPORAN KASUS
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Dalam Pelaksanaan Program Dokter Internsip

Disusun Oleh:
dr. Teuku Shaquil Hakeem

Dokter Pendamping; dr. Fransiska


Dokter Pembimbing: dr. Febrero Andro Dwi Fauzan,
Sp.B, FINACS

PROGRAM INTERNSHIP DOKTER INDONESIA


KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
RS MYRIA/CHARITAS KM 7
2023
HALAMAN PENGESAHAN
LAPORAN KASUS HERNIA INGUINALIS

Disusun oleh;
dr. Teuku Shaquil Hakeem
Laporan Kasus (Sebatas Pelaporan)
Diajukan untuk Melengkapi Tugas dan Memenuhi Syarat
Menjalani Program Dokter Internship Indonesia
RS Myria/Charitas KM 7
Palembang, 2023

RS Myria/Charitas KM 7
Palembang

Palembang, Maret 2023


Pendamping Pembimbing

dr. Fransiska dr. Febrero Andro Dwi F, Sp,B, FINACS

ii
PRESENTASI LAPORAN KASUS DALAM FORUM ILMIAH
RUMAH SAKIT

Judul : Gastroenteritis Akut


Presentator : dr. Teuku Shaquil Hakeem
Tanggal/Tempat : / AULA RS Myria
Waktu :
Jumlah yang hadir : …………….. Orang
a. Koordinasi Wahana/Direktur RS
b. Komite Medis
c. Dokter Spesialis
d. Dokter Umum
e. Tenaga Kesehatan Lainnya
f. Peserta PIDI

Kineja A/B/C

Palembang, Maret 2023


Pendamping Pembimbing

dr. Fransiska dr. Febrero Andro Dwi F, Sp,B, FINACS

iii
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur pada hadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan
juga karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas laporan kasus ini
dengan judul ‘Hernia Inguinalis’. Shalawat beriringkan salam penulis sampaikan
kepada baginda Rasulullah SAW yang telah membawa umat manusia ke masa
yang menjunjung tinggi ilmu pengetahuan. Laporan kasus ini merupakan salah
satu dari tugas dalam menjalankan Program Dokter Internship Indonesia pada
Bagian/SMF Anak di RS Myria/Charitas KM 7.
Ucapan terima kasih penulis sampaikan pada dr. Fransiska dan dr. Febrero
Andro Dwi Fauzan, Sp.B, FINACS yang telah bersedia membimbing penulis
sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas ini. Penulis mengharapkan kritik dan
juga saran yang membangun dari semua pihak terhadap laporan kasus ini. Semoga
laporan kasus ini bermanfaat bagi penulis dan orang lain.

Palembang, Maret 2023

Penulis

iv
DAFTAR ISI

Halaman
HALAMAN JUDUL....................................................................................... i
KATA PENGANTAR.................................................................................... ii
DAFTAR ISI................................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang..................................................................... 1

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


2.1. Anatomi Dinding Abdomen................................................. 3
2.1.1 Vaskularisasi dan Innervasi Dinding Abdomen....... 5
2.2. Hernia................................................................................... 6
2.2.1 Definisi Hernia......................................................... 6
2.2.2 Epidemiologi Hernia................................................. 6
2.2.3 Bagian Hernia........................................................... 6
2.2.4 Jenis Hernia.............................................................. 7
2.3. Hernia Inguinalis.................................................................. 8
2.3.1 Definisi dan Klasifikasi Hernia Inguinalis............... 8
2.3.2 Embriologi Hernia Inguinalis................................... 10
2.3.3 Patofisiologi Hernia Inguinalis................................. 12
2.3.4 Tanda dan Gejala Hernia Inguinalis......................... 13
2.3.5 Pemeriksaan Penunjang Hernia Inguinalis............... 14
2.3.6 Tatalaksana Hernia Inguinalis.................................. 15

BAB III LAPORAN KASUS


3.1. Identitas Pasien..................................................................... 18
3.2. Anemnesis............................................................................ 18
3.2.1. Keluhan Utama......................................................... 18
3.2.2. Riwayat Penyakit Sekarang...................................... 18
3.2.3. Riwayat Penyakit Dahulu......................................... 18
3.2.4. Riwayat Penyakit Keluarga...................................... 18
3.2.5. Riwayat Penggunaan Obat....................................... 18
3.3. Status Internus...................................................................... 19
3.4. Pemeriksaan Fisik................................................................. 19
3.5. Pemeriksaan Penunjang........................................................ 21
3.6. Diagnosis Kerja.................................................................... 21
3.7. Penatalaksanaan.................................................................... 21
3.8. Prognosis.............................................................................. 21
3.9. Follow Up............................................................................. 22

BAB IV PEMBAHASAN
4.1 Pembahasan........................................................................... 24

BAB V KESIMPULAN
5.1 Kesimpulan............................................................................ 26
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................... 27

v
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Hernia merupakan protrusi atau penonjolan isi suatu rongga melalui defek
atau bagian lemah dinding rongga bersangkutan pada hernia abdomen, isi perut
menonjol melalui defek ataupun bagian lemah dari muskulo-aponeurotik dinding
perut. Hernia terdiri atas cincin, kantong dan isi hernia. Semua hernia terjadi
melalui celah lemah atau kelemahan yang potensial pada dinding abdomen yang
dicetuskan oleh peningkatan tekanan intraabdomen berulang atau berkelanjutan.1
Hernia adalah adanya penonjolan peritoneum yang berisi alat visera rongga
abdomen melalui suatu lokus minoris resistensieae baik bawaan maupun didapat.
Hernia tetap merupakan problem kesehatan yang tidak dapat lepas dari problem
sosial, banyak orang dengan tonjolan pada lipat paha ke dukun sebelum dibawa ke
rumah sakit atau dokter; adapula sebahagian dari masyarakat yang merasa malu
apabila penyakitnya diketahui orang lain bahwa yang bersangkutan sakit hernia,
sehingga hal inilah yang kadang memperlambat penanganan penyakit. Problem
kedokteran yang penting adalah bagaimana mengurangi frekuensi dari timbulnya
hernia.2,3
Dalam sejarahnya, di tahun 1552 sebelum Masehi di Mesir telah dilaporkan
pengobatan untuk hernia inguinalis dengan melakukan penekanan dari luar. Galen
tahun 176 Masehi, melaporkan penurunan duktus testikularis melalui lubang kecil
pada lower abdomen, kemudian Galen meneliti dari awal tentang sebab terjadinya
hernia inguinalis indirekta.4 Di abad ke 5 sesudah Masehi pertama kali dilaporkan
pengobatan bedah terhadap kasus hernia. Autopsi anak penderita hernia sebanyak
500 orang pada abad ke 18 dan 19 didapatkan 56% adanya patensi dari prosesus
vaginalis peritonei,5 dan juga pada abad ke 19 dengan melakukan berbagai metode
pembedahan melalui pengaturan kembali dari lapisan anatomi kanalis inguinalis
dengan memperhatikan hubungan struktur sekitar seperti struktur dari funikulus
spermatikus.6
Di tahun 1884 dinyatakan bahwa pengobatan hernia definitif adalah dengan
melakukan ikatan yang baik, dimana apabila terjadi kegagalan dalam tindakan
tersebut maka akibat kelemahan ikatan. Selanjutnya, dilaporkan pengangkatan

1
2

lengkap kantong hernia melalui cincin hernia eksterna. 7 Fergusson tahun 1899
menekankan ligasi tinggi kantong hernia tanpa merusak struktur dari anatomis
funikulus dan lapisan anatomis kanalis inguinalis dengan insisi aponeurosis otot
obliquus externus.8,9 Hal ini menjelaskan bahwa kasus hernia merupakan salah
satu penyebab dari masih tingginya angka operasi yang terjadi di seluruh dunia,
dimana penanganan utama yang dilakukan pada hernia adalah herniotomi atau
herniorafi. Penanganan operasi tersebut diketahui akan berdampak kesehatan yang
ditimbulkan pada pasien yang dilakukan tindakan herniorafi diantaranya nyeri,
aktivitas intoleran dan resiko terjadinya infeksi. 9 Untuk itu, pembuatan makalah
ini ditujukan mempelajari Hernia Inguinalis, dari anamnesis hingga diagnosis,
dan menyingkirkan diagnosis banding lainnya hingga rencana penatalaksanaan di
RS Myria/Charitas KM 7.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Anatomi Dinding Abdomen

Pada dasarnya, secara anatomi dinding abdomen diketahui mengandung


suatu struktur muskulo aponeurosis kompleks dimana dibagian belakangnya,
struktur ini melekat pada tulang belakang, di sebelah atas pada iga, dan dibagian
bawah melekat pada tulang panggul. Dinding perut terdiri atas beberapa lapis,
yaitu dari luar ke dalam, lapisan kulit yang terdiri dari lapisan kutis, lapisan
subkutis, otot dinding perut, fascia transversalis, dan juga peritoneum. Lapisan
subkutis ini sendiri terdiri dari fascia superfisial (fascia camper) dan juga fascia
profunda (fascia scarpa). Sementara itu, untuk otot dinding perut terbagi menjadi
dua kelompok besar, yaitu kelompok ventrolateral yang terdiri dari tiga otot pipih,
yakni musculus obliquus abdominis eksternus dan internus, serta musculus
transversus abdominis dan satu otot vertikal yaitu musculus rectus abdominis.
Kelompok kedua yaitu kelompok posterior, yang terdiri dari musculus psoas
major, musculus psoas minor, musculus iliacus, dan juga musculus quadratus
lumborum.10,11,12

Gambar 2.1 Anatomi Dinding Abdomen10

1. Fascia Camper

3
4

Fascia camper diketahui mengandung suatu paniculus adiposus atau lemak,


dimana lapisan ini juga membungkus daerah perineum sebagai fascia superfisialis
perinei. Pada pria fascia ini akan bersatu dengan fascia scarpa membentuk tunica
dartos sebagai salah satu lapisan pembungkus testis. Para ahli bedah
memanfaatkan lembar dalam dari fascia superfisialis yang berupa selaput, untuk
memegang jahitan sewaktu menutup sayatan pada kulit abdomen.10,11,12
2. Fascia Scarpa
Lapisan membranosa yang tidak mengandung lemak.10,11,12

Gambar 2.2 Fascia Abdomen10


Ketiga otot pipih dari dinding abdomen di sebelah ventral beralih menjadi
aponeurosis kuat yang berupa lembar. Pada linea alba, serabut setiap aponeurosis
membentuk jalinan dengan serabut serupa dari sisi yang lain membentuk vagina
musculi recti abdominis. Dalam vagina musculi recti abdominid terdapat struktur
musculus rectus abdominis, sebuah otot kecil yang tidak selalu ada yakni berupa
muskulus piramidalis, pembuluh epigastrica superior dan juga epigastrica inferior,
pembuluh limfe, dan radices anteriores nervi thoracici VII-XII.10,11,12

Gambar 2.3 Otot Dinding Abdomen10


3. Fascia Transversalis
5

Fascia transversalis merupakan lembar selaput yang sifatnya kuat dan juga
hampir melapisi seluruh lapisan dinding abdomen. Fascia transversalis menutupi
permukaan dalam m. Transversus abdominis dan juga aponeurosisnya, dimana
dari kedua sisi bersatu di sebelah dorsal linea alba.10,11,12
4. Peritonium Parietal
Terletak lebih ke dalam terhadap fascia transversalis dan terpisah darinya
oleh lemak ekstraperitoneal yang banyaknya berbeda. Dinding perut akan
membentuk rongga perut yang akan melindungi isi rongga perut. Intergritas
lapisan muskulo-aponeurosis dinding abdomen sangat penting mencegah
kemungkinan terjadinya hernia bawaan, didapat, maupun pada iatrogenik. Fungsi
otot dinding perut selain sebagai pelindung dari viscera abdomen, juga berfungsi
pada sistem pernapasan, berkemih dan buang air besar sehingga meninggikan
tekanan intraabdomen.10,11,12

2.1.1 Vaskularisasi dan Inervasi Dinding Abdomen


Vaskularisasi abdomen berasal dari beberapa arah. Dari arah kraniodorsal
diperoleh dari cabang aa.interkostales Vi s.d XII dan a. Epigastrica superior
(cabang a.thoracica interna. Dari kaudal, yaitu a.iliaka sirkumfleksa superfisialis,
a.pudenda eksterna dan a.epigastrica inferior. Kekayaan dari vaskularisasi ini
memungkinan sayatan perut horizontal dan vertikal tanpa menimbulkan gangguan
perdarahan.10 Fisiologinya, dinding abdomen dipersarafi secara segmental oleh
n.torakalis VI-XII dan n.lumbalis I.10,11,12
6

Gambar 2.4 Vaskularisasi dan Inervasi Dinding Abdomen10

2.2. Hernia

2.2.1 Definisi Hernia


Hernia merupakan suatu protrusi ataupun penonjolan isi suatu rongga
melalui defek atau bagian yang lemah dari dinding rongga yang bersangkutan.
Pada hernia abdomen, isi perut yang menonjol melalui defek ataupun bagian
lemah dari lapisan muskulo-aponeurotik dinding abdomen. Pada dasarnya, hernia
terdiri atas cincin, kantong dan isi hernia. Hernia dalam bahasa latin, merupakan
penonjolan bagian organ atau jaringan melalui lobang abnormal.13,14

2.2.2 Epidemiologi Hernia


Tujuh puluh lima persen dari semua kasus hernia di dinding abdomen
muncul didaerah sekitar lipat paha. Secara epidemiologi, diketahui bahwa hernia
indirect lebih banyak dibandingkan dengan hernia direct yaitu 2:1, dimana hernia
femoralis lebih mengambil porsi yang lebih sedikit. Hernia sisi kanan diketahui
lebih sering terjadi daripada di sisi kiri, dengan perbandingan pria dan wanita
untuk jenis hernia indirect adalah 7:1. Berdasarkan laporan yang ada, sekitar
750000 herniorrhaphy dilakukan tiap tahunnya di AS dengan rincian 25000 untuk
kasus hernia femoralis, 166000 hernia umbilicalis, 97000 hernia post insisi, dan
76000 untuk kasus hernia abdomen lainya.15,16,17

2.2.3 Bagian Hernia


Pada dasarnya, setiap hernia memiliki bagian-bagiannya yaitu:18,19
1. Kantong hernia, pada hernia abdominalis berupa peritoneum parietalis. Pada
dasarnya, tidak semua hernia memiliki kantong, misalnya hernia incisional,
hernia adiposa, hernia intertitialis.
2. Isi hernia, berupa organ ataupun jaringan yang keluar melalui kantong
hernia, misalnya usus, ovarium, dan jaringan penyangga usus (omentum).
7

3. Pintu hernia, merupakan bagian locus minoris resistance yang dilalui


kantong hernia.
4. Leher hernia, merupakan bagian tersempit dari kantong hernia yang sesuai
dengan kantong hernia.
5. Locus minoris resistence (LMR)

Gambar 2.5 Bagian-Bagian Hernia18


2.2.4 Jenis Hernia
Pada dasarnya, terdapat beberapa jenis pembagian dari hernia, seperti:15,19,20
1. Menurut lokasinya
a. Hernia inguinalis merupakan hernia yang terjadi pada lipatan paha. Jenis ini
merupakan yang tersering dan dikenal dengan istilah turun berok atau burut.
b. Hernia umbilikus pada pusat.
c. Hernia femoralis pada paha.
2. Menurut isinya
a. Hernia usus halus
b. Hernia omentum
3. Menurut penyebabnya
a. Hernia kongenital atau bawaan
b. Hernia traumatic
c. Hernia insisional adalah akibat pembedahan sebelumnya.
4. Menurut terlihat dan tidaknya
a. Hernia externs, misalnya hernia inguinalis, hernia scrotalis, dan sebagainya.
b. Hernia interns, misalnya pada hernia diafragmatica, foramen winslowi,
hernia obturaforia.
8

5. Menurut keadaannya
a. Hernia inkarserata adalah bila isi kantong terperangkap, tidak dapat kembali
kedalam rongga perut disertai dengan akibat yang berupa gangguan pasase
atau vaskularisasi. Secara klinis hernia inkarserata lebih dimaksudkan untuk
hernia irrenponibel.
b. Hernia strangulata adalah jika bagian usus yang mengalami hernia terpuntir
atau membengkak, dapat mengganggu aliran darah normal dan pergerakan
otot serta mungkin menimbulkan penyumbatan usus dan kerusakan jaringan.
6. Menurut nama penemunya
a. Hernia petit yaitu hernia di daerah lumbosacral.
b. Hernia spigelli yaitu hernia yang terjadi pada linea semi sirkularis di atas
penyilangan dari vasa epigastrika inferior pada muskulus rektus abdominalis
bagian lateral.
c. Hernia richter yaitu hernia dimana hanya sebagian dinding usus yang
terjepit.
7. Menurut sifatnya
a. Hernia reponibel adalah bila isi hernia dapat keluar masuk. Isi hernis keluar
jika berdiri atau mengedan dan juga masuk lagi jika berbaring atau didorong
masuk, tidak ada keluhan nyeri atau gejala obstruksi usus.
b. Hernia irreponibel adalah bila isi kantung hernia tidak dapat dikembalikan
ke dalam rongga.
8. Jenis hernia lainnya
a. Hernia pantolan adalah hernia inguinalis dan hernia femuralis yang terjadi
pada satu sisi dan dibatasi oleh vasa epigastrika inferior.
b. Hernia scrotalis adalah hernia inguinalis yang isinya masuk ke scrotum
secara lengkap.
c. Hernia littre adalah hernia yang isinya adalah divertikulum meckeli.

2.3. Hernia Inguinalis

2.3.1 Definisi dan Klasifikasi Hernia Inguinalis


Hernia ingunalis dibagi menjadi dua yaitu Hernia Ingunalis Lateralis (HIL)
dan Hernia Ingunalis Medialis. Disini akan dijelaskan lebih lanjut hernia ingunalis
9

lateralis. Hernia inguinalis lateralis mempunyai nama lain yaitu hernia indirecta
yang artinya keluarnya tidak langsung menembus dinding abdomen. Selain hernia
indirek nama yang lain adalah Hernia oblique yang artinya Kanal yang berjalan
miring dari lateral atas menuju ke medial bawah. Hernia ingunalis lateralis sendiri
mempunyai arti pintu keluarnya terletak di sebelah lateral Vasa epigastrica
inferior. Hernia inguinalis lateralis dikarenakan kelainan kongenital meskipun ada
yang didapat.3,21,22
Tabel. 3.1. Perbedaan HIL dan HIM
Tipe Deskripsi Hernia Hubungan Dibungkus Onset
Hernia dengan Vasa Fascia Gejala
Epigastrica Spermatica
Inferior Interna
Hernia Penojolan melewati cincin Lateral Ya Congenital
ingunalis inguinal dan biasanya & bisa pada
lateralis merupakan kegagalan dewasa
penutupan cincin ingunalis
interna pada waktu embrio
setelah penurunan testis
Hernia Keluarnya langsung Medial Tidak Dewasa
ingunalis menembus fascia dinding
medialis abdomen

Casten membagi hernia menjadi tiga stage, yaitu:21,22,23


1. Stage 1 : hernia indirek dengan cincin interna yang normal.
2. Stage 2 : hernia direk dengan pembesaran atau distorsi cincin interna.
3. Stage 3 : semua hernia direk atau hernia femoralis.
Klasifikasi menurut Halverson dan McVay, hernia terdapat terdapat 4 kelas:
1. Kelas 1 : hernia indirek yang kecil.
2. Kelas 2 : hernia indirek yang medium.
3. Kelas 3 : hernia indirek yang besar atau hernia direk.
4. Kelas 4 : hernia femoralis.
Sistem Ponka membagi hernia menjadi 2 tipe:
1. Hernia Indirek.
2. Hernia Direk
Gilbert membuat klasifikasi berdasarkan 3 faktor:21,22,23
1. Ada atau tidak adanya kantung peritoneal.
2. Ukuran cincin interna.
10

3. Integritas dinding posterior dan kanal.


Gilbert membagi hernia menjadi 5 tipe. Tipe 1, 2, and 3 merupakan hernia
indirek, sedangkan tipe 4 and 5 merupakan hernia direk.21,22,23

Hernia tipe 1 mempunyai kantung peritoneal yang melewati cincin interna yang
berdiameter
Hernia tipe 2 (hernia indirek yang paling sering) mempunyai kantung peritoneal
yang melewati cincin interna yang berdiameter ≤ 2 cm
Hernia tipe 3 hernia mempunyai kantung peritoneal yang melewati cincin interna
yang berdiameter > 2 cm menjadi hernia komplit dan sering menjadi
slidinhernia.
Hernia tipe 4 mempunyai robekan dinding posterior tau defek posterior multipel.
Cincin interna yang intak dan tidak ada kantung peritoneal.
Hernia tipe 5 merupakan hernia divertikuler primer. Pada hernia ini tidak terdapat
kantung peritoneal.

Nyhus membuat klasifikasi berdasarkan ukuran cincin interna dan integritas


dinding posterior, meliputi:24,25,26
1. Tipe 1 adalah hernia indirek dengan cincin interna yang normal.
2. Tipe 2 adalah hernia indirek dengan cincin interna yang membesar.
3. Tipe 3a adalah hernia inguinalis indirek.
4. Tipe 3b adalah hernia indirek yang menyebabkan kelemahan dinding
posterior.
5. Tipe 3c adalah hernia femoralis.
6. Tipe 4 memperlihatkan semua hernia rekuren.

2.3.2 Embriologi Hernia Inguinalis


Ligamentum gubernaculum turun pada tiap sisi abdomen dari pole inferior
gonad ke permukaan interna labial atau scrotum. Gubernaculum melewati dinding
abdomen yang mana pada sisi bagian ini akan menjadi kanalis inguinalis.
Processus vaginalis adalah evaginasi diverticular peritoneum yang membentuk
bagian ventral gubernaculum bilateral. Pada pria, bagian testis awalnya
retroperitoneal dan dengan processus vaginalis testes akan turun melewati canalis
inguinalis menuju scrotum dikarenakan kontraksi gubernaculum. Pada sisi yang
sebelah kiri terjadi penurunan terlebih dahulu sehingga tersering hernia inguinalis
lateralis angka kejadiannya lebih banyak pada laki-laki dan yang paling sering
adalah yang sebelah kanan. Testis yang mulanya terletak dalam urogenital
11

retroperitoneum, turun kedaerah cincin dalam pada sekitar umur kehamilan 28


minggu. Penurunan dari testis melalui kanalis inguinalis diatur oleh hormone
androgen dan faktor mekanis (meningkatkan tekanan dalam perut). Testis turun ke
skrotum pada umur kehamilan 29 minggu. Setiap testis turun melalui kanalis
inguinalis eksterna ke prosesus vaginalis.11,12,27
Pada wanita ovarium turun menuju pelvis dan gubernaculum bagian inferior
menjadi ligamentum rotundum yang mana melewati cincin interna ke labia majus.
Processus vaginalis yang normalnya menutup, menghapuskan perluasan rongga
peritoneal yang melewati cincin interna. Pada pria kehilangan sisa ini
menyebabkan pelekatan testis yang dikenal dengan tunika vaginalis. Jika
processus vaginalis tidak menutup maka hidrokel atau hernia inguinalis lateralis
dapat terjadi. Sedangkan pada wanita akan terbentuk kanal Nuck. Akan tetapi
tidak semua hernia ingunalis disebabkan karena kegagalan menutupnya processus
vaginalis dibuktikan pada 20-30% autopsi yang terkena hernia ingunalis lateralis
proseccus vaginalisnya akan menutup. Selama beberapa minggu terakhir
kehamilan ataupun segera setelah lahir, lapisan dari prosesus vaginalis secara
normal berfusi bersama dan berobliterasi masuk ke dalam saluran inguinal
disekitar cincin interna.11,12,27
Kegagalan obliterasi mengakibatkan berbagai anomaly inguinal. Kegagalan
total obliterasi akan menghasilkan hernia inguinalis total. 11,12,27 Obliterasi distal
dan bagian proksimal patensi akan menghasilkan hernia inguinalis yang tidak
langsung. Obliterasi proksimal dengan bagian distal patensi akan menghasilkan
hidrokel murni atau yang lebih dikenal sebagai hidrokel tunika vaginalis.
Obliterasi prosesus vaginalis sebelah proksimal dan distal tetapi patensi bagian
tengah tali spermatika akan menghasilkan hidrokel tali tersebut.11,12,27
12

Gambar 2.6 Proses Pembentukan Canalis Inguinalis27


2.3.3 Patofisiologi Hernia Inguinalis28,29,30
13

2.3.4 Tanda dan Gejala Hernia Inguinalis


Pasien mengeluh ada tonjolan di lipat paha ,pada beberapa orang adanya
nyeri dan membengkak saat mengangkat atau ketegangan.seringnya hernia
ditemukan pada saat pemeriksaan fisik misalnya pemeriksaan kesehatan sebelum
masuk kerja. Beberapa pasien mengeluh sensasi nyeri yang menyebar biasanya
pada kasus hernia ingunalis lateralis, perasaan nyeri yang menyebar hingga bagian
scrotum. Dengan bertambah besarnya hernia maka diikuti rasa yang tidak nyaman
dan rasa nyeri, sehingga pasien berbaring untuk menguranginya. Pada umumnya
hernia direct akan memberikan gejala yang sedikit dibandingkan hernia ingunalis
lateralis.dan juga kemungkinannya lebih berkurang untuk menjadi inkarserasi atau
strangulasi.21,27,30
Pada pemeriksaan hernia pasien harus diperiksa dalam keadaan berdiri dan
berbaring dan juga diminta untuk batuk pada hernia yang kecil yang masih sulit
untuk dilihat. Kita dapat mengetahui besarnya cincin eksternal dengan
memasukan jari ke annulus jika cincinnya kecil jari tidak dapat masuk ke kanalis
inguinalis dan akan sangat sulit untuk menentukan pulsasi hernia yang sebenarnya
pada saat batuk. Lain halnya pada cincin yang lebar hernia dapat dengan jelas
terlihat dan jaringan tissue dapat dirasakan pada tonjolandi kanalis ingunalis pada
saat batuk dan hernia dapat didiagnosa. Perbedaan hil dan him pada pemeriksaan
fisik sangatlah sulit dlakukan dan ini tidak terlalu penting mengingat groin hernia
harus dioperasi tanpa melihat jenisnya. Hernia ingunalis di masing-masing jenis
umumnya memberikan gambaran yang sama. Hernia yang turun hingga skrotum
hampir sering merupakan hernia ingunalis lateralis.21,27,30
Pasien saat berdiri dan tegang, pada hernia direct kebanyakan akan terlihat
simetris,dengan tonjolan yang sirkuler cicin eksterna. Tonjolan akan menghilang
pada saat pasien berbaring. sedangkan pada hernia ingunalis lateralis akan terlihat
tonjolan yang yang bebentuk elip dan juga susah menghilang pada saat berbaring.
Dinding posterior kanalis ingunalis akan terasa serta adanya tahanan pada hernia
inguanalis lateralis. Sedangkan di hernia direct tidak akan terasa dan tidak adanya
tahanan pada dinding posterior kanalis ingunalis. Jika pasien diminta untuk batuk
pada pemeriksaan jari dimasukan ke annulus dan tonjolan tersa pada sisi jari maka
14

itu hernia direct. Apabila terasa pada ujung jari maka itu hernia ingunalis lateralis.
Penekanan melalui cincin interna ketika pasien mengedan juga dapat
membedakan hernia direct dan hernia inguinalis lateralis. Pada hernia direct
benjolan akan terasa pada bagian depan melewati Trigonum Hesselbach’s dan
kebalikannya pada hernia ingunalis lateralis. Jika hernianya besar maka
pembedaanya dan hubungan secara anatomi antara cincin dan juga kanalis
inguinalis sulit dibedakan. Pada kebanyakan pasien, hernia inguinal tidak dapat
ditegakkan secara akurat sebelum dilakukan operasi. 21,27,30

2.3.5 Pemeriksaan Penunjang Hernia Inguinalis


Laboratorium
Untuk mendukung ke arah adanya strangulasi, sebagai berikut:21,27,30
1. Leukocytosis dengan shift to the left yang menandakan strangulasi.
2. Elektrolit, BUN, kadar kreatinine yang tinggi akibat muntah-muntah dan
menjadi dehidrasi.
3. Tes Urinalisis untuk menyingkirkan masalah traktus genitourinarius yang
menyebabkan nyeri lipat paha.
Pemeriksaan Radiologis
Pemeriksaan radiologis tidaklah diperlukan pada pemeriksaan rutin hernia.
Ultrasonografi dapat digunakan untuk membedakan adanya massa pada lipat paha
atau dinding abdomen dan juga membedakan penyebab pembengkakan testis. 8
Pada pemeriksaan radiologis kadang terdapat suatu yang tidak biasa terjadi, yaitu
adanya gambaran massa. Gambaran ini dikenal dengan Spontaneous Reduction of
Hernia En Masse.Adalah suatu keadaan dimana berpindahnya secara spontan
kantong hernia beserta isinya ke rongga extraperitoneal. Ada 4 tipe pembagian
reduction of hernia en masse: 21,27,30
1. Retropubic
2. Intra abdominal
3. Pre peritoneal
4. Pre peritoneal locule
15

2.3.6 Tatalaksana Hernia Inguinalis


Penanganan Di Instalasi Gawat Darurat30,31,32
1. Mengurangi hernia.
2. Memberikan sedasi yang adekuat dan juga analgetik untuk mencegah
nyeri. Pasien harus istirahat agar tekanan intraabdominal tidak meningkat.
3. Menurunkan tegangan otot abdomen.
4. Posisikan pasien berbaring terlentang dengan bantal di bawah lutut.
5. Pasien posisi Trendelenburg dengan sudut sekitar 15-20° terhadap hernia
inguinalis.
6. Kompres dengan kantung dingin untuk mengurangi pembengkakan serta
menimbulkan proses analgesia.
7. Posisikan kaki ipsi lateral dengan rotasi eksterna dan posisi flexi unilateral
(seperti kaki kodok)
8. Posisikan dua jari di ujung cincin hernia untuk mencegah penonjolan yang
berlanjut selama proses reduksi penonjolan
9. Usahakan penekanan tetap sisi hernia yang bertujuan untut
mengembalikan hernia ke atas. Jika dilakukan penekanan ke arah apeks
akan menyebabkan hernia keluar dari pintu hernia.
10. Konsul ahli bedah jika usaha reduksi tidak berhasil dalam 2 kali percobaan
11. Teknik reduksi spontan memerlukan sedasi dan analgetik yang adekuat
dan posisikan Trendelenburg, dan kompres dingin selama 20-30 menit.

Konsul bedah jika:30,32,33


1. Reduksi hernia yang tidak berhasil
2. Adanya tanda strangulasi dan keadaan umum pasien yang memburuk
Hernia ingunalis harus dioperasi meskipun terdapat beberapa kontraindikasi.
Penanganan ini untuk semua pasien tanpa memandang umur inkarserasi dan juga
strangulasi dimana hal yang ditakutkan dibandingkan dengan resiko operasinya.
Pada pasien geriatri sebaiknya dilakukan operasi elektif agar kondisi kesehatan
saat dilakukan operasi dalam keadaan optimal dan anestesi dapat dilakukan.
Operasi yang cito mempunyai resiko besar pada pasien geriatri. Apabila pasien
16

menderita hyperplasia prostate akan lebih baik apabila dilakukan penanganan


terlebih dahulu terhadap hiperplasianya. Mengingat tingginya resiko infeksi
traktus urinarius dan retensi urin pada saat operasi hernia. Karena kemungkinan
terjadinya inkarserasi, strangulasi, dan nyeri pada hernia maka operasi cito harus
di lakukan. Pelaksanaan non operasi untuk mengurangi hernia inkerserasi dapat
dicoba. Pasien di posisikan dengan panggul dielevasikan dan diberi analgetik serta
sedasi untuk relaksasikan otot-otot. Operasi hernia dapat ditunda apabila massa
hernia dapat dimanipulasi dan tidak ada gejala strangulasi. Pada saat operasi harus
dilakukan eksplorasi abdomen untuk memastikan usus masih hidup, ada tanda-
tanda leukositosis. Gejala klinik dari peritonitis, kantung hernia berisi cairan darah
yang berwarna gelap.27,30,33
Indikasi operasi:27,30,33
1. Hernia inguinalis lateralis pada anak-anak harus dilakukan secara operatif
tanpa penundaan, oleh karena adanya risiko komplikasi yang besar
terutama inkarserata, strangulasi, yang termasuk gangren alat-alat
pencernaan (usus), testis, dan adanya peningkatan risiko infeksi dan
rekurensi yang mengikuti tindakan operatif.
2. Pada pria dewasa dilakukan operasi yang elektif ataupun cito terutama
pada keadaan inkarserata dan strangulasi. Pada pria tua, ada beberapa
pendapat (Robaeck-Madsen, Gavrilenko) bahwa lebih baik melakukan
operasi yang elektif karena angka mortalitas, dan morbiditas lebih rendah
jika dilakukan operasi cito.
Konservatif27,30,33
1. Reposisi bimanual : tangan kiri memegang isi hernia membentuk corong
sedangkan tangan kanan mendorongnya menuju arah cincin hernia dengan
tekanan lambat dan menetap sampai terjadi reposisi.
2. Reposisi spontan anak : menidurkan anak dengan posisi Trendelenburg,
pemberian sedatif parenteral, kompres es di atas hernia, kemudian apabila
berhasil, anak boleh menjalani operasi pada hari berikutnya.
3. Bantal penyangga, bertujuan untuk menahan hernia yang telah direposisi
dan harus dipakai seumur hidup. Namun cara ini sudah tidak dianjurkan
17

karena merusak kulit dan otot abdomen yang sudah tertekan, sedangkan
strangulasi masih mengancam.

Operatif27,30,33
1. Anak-anak  Herniotomy :
Karena masalahnya pada kantong hernia, maka akan dilakukan pembebasan
kantong hernia sampai dengan lehernya, dibuka dan dibebaskan isi hernia, jika
ada perlekatan lakukan reposisi, kemudian pada kantong hernia dijahit setinggi-
tinggi mungkin lalu dipotong. Karena herniotomi pada anak sangat cepat dan juga
mudah, maka kedua sisi dapat direparasi sekaligus jika hernia terjadi bilateral
2. Dewasa  Herniorrhaphy
BAB III
LAPORAN KASUS

3.1. Identitas Pasien

Nama : Tn. AHR


Tanggal Lahir : 64 Tahun
Jenis Kelamin : Laki-Laki
Agama : Islam
Masuk RS : 03 04 2023

3.2. Anamnesis
3.2.1 Keluhan Utama
Keluar benjolan di selangkangan kanan

3.2.2 Riwayat Penyakit Sekarang


Pasien datang dengan keluhan terdapat benjolan selangkangan kanan sejak
kurang lebih tiga bulan terakhir ini. Awalnya hanya berupa benjolan kecil. Saat ini
benjolan semakin besar dan tidak hilang dengan istirahat. Benjolan saat datang ke
Poli sudah tidak dapat dimasukkan kembali. Pasien mengeluhkan selama satu (1)
minggu ini benjolan semakin membesar. Pasien juga mengeluhkan sedikit nyeri.
Mual dan muntah disangkal, demam disangkal. BAB dan juga BAK dalam batas
normal.

3.2.3 Riwayat Penyakit Dahulu


Sebelumnya pasien pernah mengeluhkan hal seperti ini. Keluhan ini sering
muncul hilang timbul terutama saat pasien melakukan aktivitas berat. Penyakit
lainnya seperti HT, DM disangkal pasien.

3.2.4 Riwayat Penyakit Keluarga


Orangtua pasien tepatnya ibu pasien ada riwayat darah tinggi. Untuk gejala
seperti pasien tidak ada pada keluarga pasien dan untuk penyakit lain disangkal.

3.2.5 Riwayat Penggunaan Obat


Pasien belum pernah berobat dan minum obat sebelumnya untuk keluhan di
selangkangan kanan.

18
19

3.3. Status Internus


Keadaan Umum : Tampak Sakit Sedang
Kesadaran : Compos Mentis
Tekanan Darah : 130/80 mmHg
Nadi : 92 x/menit
Suhu : 36,7oC
Pernafasan : 20 x/menit
VAS :4

3.4. Pemeriksaan Fisik


Pemeriksaan Kulit
Warna : Kuning langsat
Turgor : Turgor kulit normal
Sianosis : Negatif
Ikterus : Negatif
Oedema : Negatif
Pemeriksaan Kepala
Kepala : Normocepali
Rambut : Hitam, sukar dicabut
Wajah : Simetris (+)
Mata : Conjunctiva anemi (-/-), ikterik (-/-), sekret (-/-),
RCL (+/+), RCTL (+/+), Pupil bulat isokor, 2 mm/2 mm

Telinga : Serumen (-/-)


Hidung : Sekret (-/-)
Mulut
o Bibir : simetris
o Lidah : Simetris, tremor (-), hiperemis (-), kesan kotor/putih (-)
o Tonsil : Hiperemis (-/-), T1/T1
o Faring : Hiperemis (-)
Pemeriksaan Leher
Inspeksi : Simetris, retraksi (-)
Palpasi : TVJR-2cmH2O, pembesaran KGB (-)
20

Kuduk kaku (-)


Pemeriksaan Thorax
Inspeksi
o Statis : Simetris, bentuk normochest, iga tidak tampak
o Dinamis : Pernafasan abdominothorakal, retraksi suprasternal (-),
retraksi intercostal (-), retraksi epigastrium (-),

Paru
Inspeksi : Simetris saat statis dan dinamis

Kanan Kiri
Palpasi Fremitus N Fremitus N
Perkusi Sonor Sonor
Auskultasi Vesikuler Normal Vesikuler Normal
Ronchi (-) wheezing (-) Ronchi (-) wheezing (-)

Jantung
Auskultasi : BJ I > BJ II, murmur (-), gallop (-)
Abdomen
Inspeksi : Simetris (+), Soepel (+)
Palpasi : Nyeri tekan abdomen (-), defans muscular (-)
Hepar : Tidak teraba
Lien : Tidak teraba
Ginjal : Ballotement (-)
Perkusi : Timpani, shifting dullness (-), tapping pain (-)
Auskultasi : Peristaltik 3x/menit, kesan normal
Tulang Belakang
Bentuk : Simetris
Nyeri tekan : Negatif
Kelenjar Limfe
Pembesaran KGB: Tidak ditemukan
21

Ekstremitas
Superior Inferior
Kanan Kiri Kanan Kiri
Sianosis - - - -
Oedema - - - -
Fraktur - - - -

Inguinal
Tampak dan teraba benjolan sebesar telur ayam, hiperemis (+)

3.5. Pemeriksaan Penunjang


Laboratorium darah rutin
Hemoglobin : 14.5 g/dL
Hematokrit : 34.5 %
Glukosa Darah Sewaktu : 134 mg/dl
CT : 13
BT :2

3.6. Diagnosa Kerja


- Hernia Inguinalis Lateralis Dekstra

3.7. Penatalaksanaan
1. IVFD Rl 20 gtt/menit
2. Rawat ruangan dan Puasakan Pasien
3. Rencana Hernioraphy mash graft
4. Inj. Anbacim1 gr/12 Jam
5. Inj. Ketorolac 1 Amp/8 Jam
6. Inj. Lansoprazole 1 Vial/24 Jam

3.8. Prognosis
Quo ad Vitam : Bonam
Quo ad Functionam : Bonam
Quo ad Sanactionam : Bonam
22

3.9. Follow Up

Tanggal Evaluasi P
04/04/2023 S/ Benjolan di selangkanan - IVFD Rl 20 gtt/menit
- Konsul Penyakit Dalam
O/ dan Anastesis
TD: 130/80 mmHg - Rencana Hernioraphy mash
N: 89 x/i graft
RR: 21 x/i - Inj. Anbacim1 gr/12 Jam
T: 36,5 - Inj. Ketorolac 1 Amp/8
Jam
A/ Hernia Inguinalis Lateralis - Inj. Lansoprazole 1 Vial/24
Dekstra Jam

Tanggal Evaluasi P
05/04/2023 S/ Nyeri pada area operasi - RL 20 gtt per menit
(+), BAB (+), Flatus (+) - Inj. Anbacim1 gr/12 Jam
- Inj. Ketorolac 1 Amp/8
O/ Jam
TD: 140/80 mmHg - Inj. Lansoprazole 1 Vial/24
N: 83 x/i Jam
RR: 21 x/i
T: 36,5

A/ Post Hernioraphy ai
Hernia Inguinalis Lateralis
Tanggal Evaluasi P
06/04/2023 S/Nyeri area operasi - RL 20 gtt per menit
berkurang, luka bagus (+) - Inj. Anbacim1 gr/12 Jam
- Inj. Ketorolac 1 Amp/8
O/ Jam
TD: 120/70 mmHg - Inj. Lansoprazole 1 Vial/24
N: 78 x/i Jam
RR: 20 x/i - Rencana PBJ
T: 36,5

A/ Post Hernioraphy ai
Hernia Inguinalis Lateralis

Tanggal Evaluasi P
07/04/2023 S/ Nyeri sesekali pada area - PBJ hari ini
operasi - Ciprofloksasin 2x500 mg
- Asam Mefenamat 3x500
O/ mg
TD: 120/80 mmHg - Ranitidin 2x1 Tab
23

N: 80 x/i
RR: 19 x/i
T: 36,5

A/ Post Hernioraphy ai
Hernia Inguinalis Lateralis
BAB IV
PEMBAHASAN

4.1 Pembahasan

Pasien berinisial AMR dengan usia 64 tahun datang dengan keluhan terdapat
benjolan pada selangkangan kanan sejak kurang lebih tiga bulan terakhir ini.
Awalnya hanya berupa benjolan kecil. Saat ini benjolan semakin besar dan tidak
dapat hilang dengan istirahat. Benjolan pada saat datang ke Poli sudah tidak dapat
dimasukkan kembali. Pasien juga mengeluhkan selama satu minggu ini benjolan
semakin membesar. Pasien mengeluhkan nyeri. Muntah disangkal, demam
disangkal. BAB dan juga BAK dalam batas normal. Sebelumnya pasien pernah
mengeluhkan hal seperti ini. Keluhan ini sering muncul hilang timbul terutama
saat pasien melakukan aktivitas berat. Hasil pemeriksaan fisik hanya ditemukan
daerah inguinal tampak dan teraba benjolan sebesar telur ayam, hiperemis (+).
Berdasarkan hasil anamnesis dan pemeriksaan fisik, maka pasien sangat dapat
diarahkan kepada kondisi hernia inguinalis.
Hernia inguinalis sendiri adalah salah satu masalah yang paling sering di
jumpai oleh ahli bedah umum. Hernia inguinalis pertama kali di temukan dalam
tulisan pada lebih dari 3.500 tahun yang lalu, dan perawatan bedah di lakukan
sekurangnya pada 2.000 tahun yang lalu. Terdapat banyak teori tentang etiologi
dan juga jumlah deskripsi anatomi, yang menghasilkan berbagai cara reparasi.
Hernia inguinalis sendiri merupakan kegagalan dari lantai kanalis inguinalis. Ini
diekspresikan sebagai cincin internal yang berdilatasi pada hernia indirek atau
sebagai kelemahan dan penipisan difus pada hernia direk. Sebagian besar dari
hernia timbul dalam regio inguinalis dengan sekitar 50 persen dari ini adalah
hernia inguinalis indirek dan 25 persen sebagai hernia inguinalis direk.
Dalam kehidupan masyarakat, anggapan terhadap hernia adalah merupakan
kelainan yang biasa, karena pada awal terjadinya pasien tidak merasa sakit dan
tidak mengganggu aktifitas ataupun pekerjaan sehari-harinya, sehingga dalam
perjalanan penyakitnya penderita memerlukan waktu yang cukup untuk konsultasi
ke dokter, setelah konsultasi masih cukup waktu untuk menunda tindakan yang
dianjurkan. Sebagian penderita menerima tindakan operasi apabila sudah terjadi
inkarserata atau strangulate. Adanya keadaan ini penderita atau keluarga baru

24
menyadari resiko dan juga bahayanya yang dapat menyebabkan peningkatan
morbiditas dan juga biaya perawatan yang lebih tinggi. Pada saat sekarang ini,
hampir semua hernia dikoreksi dengan pembedahan, kecuali apabila ada suatu
kontraindikasi bermakna yang menolaknya. Pada pasien tersebut, berdasarkan
hasil pemeriksaan fisik pasien mengalami hernia inguinalis lateralis kanan. Pada
hernia inguinalis lateralis secara normal kantong peritoneum terobliterasi sehingga
kanalis inguinalis hanya akan terisi funikulus spermatikus pada laki-laki dan juga
ligamentum rotundum pada wanita. Jika terjadi kegagalan obliterasi dari isi
rongga peritoneum dapat memasuki kanalis inguinalis melalui cincin inguinal.
Sedangkan pada kasus hernia inguinalis medialis umumnya bilateral, jarang
mengalarni inkarserasi dan strangulasi.
Hernia inguinalis timbul paling sering pada pria dan lebih sering pada sisi
kanan dibandingkan sisi kiri, namun juga dapat terjadi pada wanita. Peningkatan
tekanan intra abdomen akibat berbagai sebab, mencakup pengejanan mendadak,
gerak badan yang terlalu aktif, obesitas, batuk yang menahun, ascites, mengejan
pada waktu buang air besar, kehamilan dan juga adanya masa abdomen yang
besar merupakan predisposisi ke perkembangan hernia inguinalis. Sebagian besar
kasus hernia inguinalis ialah asimptomatik, dan kebanyakan ditemukan pada
pemeriksaan fisik rutin dengan palpasi benjolan pada anulus inguinalis
superfisialis, atau suatu kantong setinggi dari anulus inguinalis profundus. Hernia
ingunalis harus dioperasi meskipun ada beberapa kontraindikasi. Penanganan ini
untuk semua pasien tanpa memandang umur inkarserasi dan strangulasi, yang
merupakan kondisi ditakutkan dibandingkan dengan resiko operasinya. Pada
pasien geriatri sebaiknya dilakukan operasi elektif agar kondisi kesehatan saat
dilakukan operasi dalam kondisi optimal dan anestesi dapat dilakukan. Operasi
yang cito mempunyai resiko yang besar pada pasien geriatri.

25
BAB V
KESIMPULAN

5.1 Kesimpulan

Hernia adalah kasus tersering dibagian bedah abdomen sesudah appendicitis.


Hernia dapat didefinisikan sebagai adanya suatu penonjolan abnormal organ atau
jaringan melalui daerah yang lemah (defek) yang diliputi oleh dinding. Meskipun
hernia dapat terjadi pada berbagai tempat dari tubuh kebanyakan defek melibatkan
dinding abdomen yang umumnya terjadi didaerah inguinal. Hernia inguinalis
dibagi dua jenis hernia inguinalis medialis dan hernia ingunalis lateralis. Yang
tersering hernia inguinalis lateralis angka kejadiannya lebih banyak pada laki-laki
dan yang paling sering adalah sebelah kanan. Pada kasus hernia inguinalis
lateralis processus vaginalis peritonaei tidak menutup (tetap terbuka). Komplikasi
yang terjadi yaitu inkarserasi dan strangulasi. Apabila sudah terjadi strangulasi
penanganan segera adalah dengan operasi.

DAFTAR PUSTAKA

26
1. Sjamsuhidajat, R. Jong, W. D. Pembedahan Buku Ajar Ilmu Bedah. Edisi
2. Jakarta: EGC. 2005. p. 265-266.
2. Schwartz. Intisari Prinsip-Prinsip Ilmu Bedah. Penerbit buku Kedokteran.
Jakarta. EGC. 2000. p. 243-256.
3. Grace P, Borley N., At a Glance, Ilmu Bedah. Edisi Ketiga. Jakarta. Erlangga.
2006. p. 89-97.
4. Bland, K.I., Beenken, W.S., Copeland III , E.M.The Breast. Dalam
Schwartz, Spenser Shires. Principle of Surgery. 8 Edition. New York : Mc
Graw Hill Company. 2005. p. 463-466.
5. Lin, L.Y. Wang, R.H. Abdominal surgery, pain and anxiety: preoperative
nursing intervention. Journal of Advanced Nursing. 2005; 51(3). p. 252–
260
6. Schwartz M. Intisari Prinsip-Prinsip Ilmu Bedah. Penerbit buku Kedokteran
EGC. Jakarta. 2012.
7. De Jong, Wim. Buku Ajar Ilmu Bedah. EGC : Jakarta. 2005.
8. Raffetto JD, Cheung Y, Fisher JB, et al. Incision and abdominal wall
hernias in patients with aneurysm or occlusive aortic disease. J Vasc Surg.
2003; 37(6):1150-4.
9. Papadimitriou D, Pitoulias G, Papaziogas B, et al. Incidence of abdominal
wall hernias in patients undergoing aortic surgery for aneurysm or
occlusive disease. Vasa. 2002; 31(2):111-4.
10. Paulsen F. J. Waschke. Sobotta Atlas Anatomi Manusia : Anatomi Umum dan
Muskuloskeletal. Penerjemah : Brahm U. Penerbit. Jakarta : EGC. 2013.
11. Pearce, C, Evelyn. Anatomi dan fisiologi untuk paramedis. Jakarta : Gramedia.
2009.
12. Snell, Richard S. Anatomi Klinik ed. 6. EGC : Jakarta. 2006.
13. Read RC. Why do human beings develop groin hernias. In: Fitzgibbons,
R.J., Jr, Greenburg, A.G., eds. Nyhus and Condon’s hernia. Philadelphia:
Lippincott Williams & Wilkins. 2002; 3-8.
14. A. Mansjoer, Suprohaita, W.K. Wardhani, W. Setiowulan. Kapita Selekta
Kedokteran. Edisi III, Jilid II. Penerbit Media Aesculapius, Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia. Jakarta. 2000. P. 313-317
15. Zheng H, Si Z, Kasperk R, et al. Recurrent inguinal hernia: disease of the
collagen matrix? World J Surg. 2002; 26(4):401-8.
16. Schwartz, Hernia dinding abdomen dalam Intisari prinsip-prinsip Ilmu
bedah, edisi VI, Jakarta : EGC, 2000, 509-518.
17. Arshad. Open mesh repair of different hernias. Is the techniques free of
complications.Britsh Journal Of Medical Practitioners. 2009;2 (3). P. 5-14.
18. Courtney, M. Hernias. Sabiston Textbook of Surgery. 17th Edition.
Philadelphia. Elsevier Saunders. 2004. P. 1199-1217.
19. Bingener, J; Buck, L; Richards, M; Michalek, J; Schwesinger, W; Sirinek,
K. "Long term Outcomes in Laparoscopic vs Open Ventral Hernia
Repair". Arch Surg. 2007. 142 (6): 562–7.
20. R. Bendavid, J. Abrahamson, Mauruce E. A, dkk. Abominal Wall Hernias
(Principles and Management). Edisi I. Penerbit Sringer-Varlag. New York.
2001. P. 124-136.

27
21. Townsend, Courtney M. Hernias. Sabiston Textbook of Surgery. 17th Ed.
Philadelphia. Elsevier Saunders. 2004. P. 1199-1217.
22. Norton,Jeffrey A. Hernias And Abdominal Wall Defects. Surgery Basic
Science and Clinical Evidence. New York. Springer. 2001. P. 787-803.
23. Klinge U, Si ZY, Zheng H, et al. Abnormal collagen I to III distribution in
the skin of patients with incisional hernia. Eur Surg Res. 2000; 32(1):43-8.
24. Brunicardi F, Dana A, Timothy B, David D, John G. H, Jeffrey M, Raphael
E. Schwartz's Principles of Surgery, 10th edition. 2015.
25. Michael Z and Stanley A. Maingot's Abdominal Operations, 12th Edition
(Zinner, Maingot's Abdominal Operations) 12th Edition. 2013.
26. Karen C and Valerie R. Surgical Technology Review: Certification &
Professionalism 1st Edition. 2010.
27. Courtney M.T, Beaucham R. D, Marks E, Kenneth L. M. Sabiston Textbook of
Surgery: The Biological Basic Of Modern Surgical Practice. 20 th edition.
2016.
28. Korenkov M, Sauerland S, Arndt M, et al. Randomized clinical trial of
suture repair, polypropylene mesh or autodermal hernioplasty for incisional
hernia. Br J Surg. 2002; 89(1):50-6.
29. Greenfield’s surgery: Scientific principles and practice. Eds, Mulhollan M
et al. Lippincott Williams & Wilkins, 2011. Pp. 1131.
30. Weinstein PR, Hoff JT. Hernias and Other Abdominal Lesions of the
Abdominal Wall. Current Surgical Diagnosis and Treatment. Eds. L.W.
Way and Gerald M. Doherty. 11th ed. New York: McGraw-Hill, 2004.
783-796.
31. Bevacqua J. Umbilical hernias in infants and children. Nurse pract. Dec
2009;34(12):12-13.
32. Helgstrand F, Rosenberg J, Bisgaard T. Trocar site hernia after
laparoscopic surgery: a qualitative systematic review. Hernia. 2011;15:113-
121.
33. Arslani N, Patrlj L, Kopljar M, Rajkovic Z, Altarac S, Papes D, Stritof D.
Advantages of new materials in fascia transversalis reinforcement for
inguinal hernia repair. Hernia. 2010;14(6):617-21

28

Anda mungkin juga menyukai