Anda di halaman 1dari 27

REFERAT ILMU KEDOKTERAN FORENSIK DAN MEDIKOLEGAL

EFEKTIFITAS DESINFEKTAN PADA INSTALASI KAMAR JENAZAH RSUP


DR. KARIADI

Diajukan untuk Memenuhi Tugas dan Melengkapi Syarat dalam


Menempuh Program Pendidikan Profesi Dokter

Dosen Penguji:
dr.Bianti Hastuti Machroes MH Sp.KF

Residen Pembimbing:
dr. Marliuon Anthonius
dr. fia

Disusun Oleh:
M Reza Wijoko Ekaputra 2201011822 FK Undip
Tiara Agustin putri 2201011822 FK Undip
Khusain Nova Pramana 2201011822 FK Undip
Novi Hasbyanti 22010117220084 FK Undip
MELISA 1261050278 FK
Oktorita Gracia Nenobus 1261050082 FK
Angel Indi Casasri 1261050159 FK
Gea Anugrah Adinda 1361050230 FK

KEPANITERAAN KLINIK
BAGIAN DEPARTEMEN FORENSIK DAN STUDI MEDIKOLEGAL
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS DIPONEGORO
RSUP DR. KARIADI SEMARANG
Periode 17 juni – 13 juli 2018
LEMBAR PENGESAHAN

Referat Berjudul
EFEKTIVITAS ANTISEPTIK KAMAR JENAZAH PADA RUMAH SAKIT

Diajukan untuk Memenuhi Tugas dan Melengkapi Syarat dalam Menempuh Program
Pendidikan Profesi Dokter

Penyusun:

Telah dipresentasikan pada tanggal juni 2018

Mengetahui,

Residen Pembimbing Residen Pembimbing

dr. Marlion Anthonius dr. FIA

Dosen Penguji

dr. Bianti Hastuti Machroes MH, Sp.KF

ii
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penyusun panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat,
karunia, dan bimbingan-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan referat dengan judul
“Efektivitas Antiseptik Kamar Jenazah Pada Rumah Sakit” ini tepat waktu.
Adapun referat ini disusun sebagai tugas bersama dalam Kepaniteraan Klinik
Ilmu Forensik dan Medikolegal. Penyusun berharap, referat ini dapat memberi informasi
yang berguna sebagai bahan untuk pembelajaran bersama.
Dengan rasa hormat, penyusun mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya
atas segala bimbingan yang telah diberikan dalam penyelesaian referat ini kepada :
1. dr.Bianti Hastuti Machroes MH, Sp.KFselaku penguji
2. dr. Marlion Anthonius selaku pembimbing
Penyusun menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam referat ini. Oleh
karena itu penyusun mohon maaf bila terdapat kesalahan penulisan atau kata-kata yang
kurang berkenan. Kritik dan saran yang membangun dari pembaca sangat membantu
sebagai masukan bagi penyusun di kemudian hari.

Semarang, juni 2018

Penyusun

iii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL .............................................................................................. i


LEMBAR PENGESAHAN ................................................................................... ii
KATA PENGANTAR ............................................................................................ iii
DAFTAR ISI .......................................................................................................... iv
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................... v
DAFTAR TABEL .................................................................................................. vi
BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ................................................................................................... 1
1.2 Perumusan Masalah ........................................................................................... 2
1.3 Tujuan ................................................................................................................ 2
1.4 Manfaat .............................................................................................................. 3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ........................................................................... 4
2.1 Pelayanan Jenazah ............................................................................................. 4
2.1.1 Prinsip pelayanan jenazah......................................................................... 4
2.1.2 Ciri khusus pelayanan jenazah.................................................................. 5
2.1.3 Jenis pelayanan terkait kamar jenazah ...................................................... 6
2.1.4 Tujuan pelayanan ...................................................................................... 6
2.1.5 Penatalaksanaan jenazah di rumah sakit ................................................... 7
2.1.6 Embalming dan Pengiriman jenazah ........................................................ 8
2.1.7 Standar pelayanan minimal ambulance dan pemulasaraan jenazah ....... 11
2.2 Sumber Daya Manusia ..................................................................................... 13
2.3 Sarana .............................................................................................................. 13
2.4 Prasarana .......................................................................................................... 15
2.4.1 Bangunan ................................................................................................ 15
2.4.2 Peralatan ................................................................................................. 20
2.5 Konsep Alur Pelayanan jenazah ...................................................................... 22
2.6 Klasifikasi Instalasi Perawatan/Pemulasaran/Kamar Jenazah ......................... 23
2.7 pencegahan dan pengendalian infeksi……………………………………….
2.8 flora normal bakteri …………………………………………………………
BAB III PENUTUP.............................................................................................. 31
3.1 Kesimpulan ...................................................................................................... 31
3.2 Saran ................................................................................................................ 31
iv
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................ 33

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Contoh denah kamar jenazah di Rumah


Sakit……………………………….19
Gambar 2. Konsep alur pelayanan jenazah di rumah sakit dalam kondisi sehari-
hari…..22
Gambar 3. Konsep alur pelayanan jenazah di rumah sakit dalam kondisi
bencana……...23
Gambar 4. Alur kegiatan pada ruang pemulasaran jenazah kelas
B……………………..27
Gambar 5. Alur kegiatan pada ruang pemulasaran jenazah kelas C.................................30

v
DAFTAR TABEL

Tabel 1. Waktu pelayanan ambulance/kereta jenazah…………………………………..11


Tabel 2. Kecepatan memberikan pelayanan ambulance/kereta jenazah di rumah
sakit…11
Tabel 3. Indikator dan standar pelayanan ambulance/kereta
jenazah……………………12
Tabel 4. Kebutuhan ruang , fungsi dan luasan ruang serta kebutuhan fasilitas ruang
pemulasaran jenazah rumah sakit kelas .......................................................................... 24
Tabel 5. Kebutuhan ruang , fungsi dan luasan ruang serta kebutuhan fasilitas ruang
pemulasaran jenazah rumah sakit kelas C ...................................................................... 28
Tabel 6 Indeks Angka Kuman Menurut Fungsi Ruang atau Unit………………………
Tabel 7 Indeks Kadar Gas dan Bahan Berbahaya dalam Udara Ruang Rumah Sakit…..

vi
5

BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar belakang


Tugas rumah sakit adalah untuk melaksanakan pelayanan kesehatan dengan
mengutamakan kegiatan penyembuhan penderita dan pemulihan keadaan cacat badan
dan jiwa yang dilaksanakan secara terpadu dengan upaya peningkatan (promotif) dan
pencegahan (preventif) serta melaksanakan upaya rujukan.1 Dalam peraturan menteri
kesehatan Republik Indonesia nomor 147/menkes/per/I/2010 tentang perizinan rumah
sakit, antara lain harus tersedianya kamar jenazah.2 Infeksi dapatan kamar jenazah seperti
tuberkulosis dan hepatitis dalam 25 tahun terakhir meningkat angka kejadiannya.3
Penyakit infeksi adalah penyakit yang disebabkan oleh mikroba patogen, dan bersifat
sangat dinamis. Secara umum proses terjadinya penyakit melibatkan tiga faktor yang
saling berinteraksi yaitu : faktor penyebab penyakit (agen), faktor manusia atau pejamu
(host), dan faktor lingkungan. Patogen penyebab infeksi yaitu : bakteri, parasit, fungi,
dan virus.4
Definisi infeksi dapatan dari kamar jenazah adalah pada pemeriksaan post
mortem pada orang sudah meninggal yang mempunyai penyakit menular yang berbahaya
yang dapat ditularkan kepada siapa saja yang ada di kamar jenazah, sehingga
menyebabkan penyakit yang berbahaya, hingga dapat menimbulkan kematian. 5 Karena
tidak sesuainya pembiayaan untuk sebuah kasus kasus autopsi oleh pemerintah atau
perorangan, menyebabkan fasilitas di kamar jenazah tidak memadai.6 Salah satunya
adalah dengan pengetahuan yang cukup tentang infeksi dapatan kamar jenazah.
Terutama berlaku untuk otopsi pada pasien dengan penyakit infeksius, yang sebenarnya
dapat dihindari penularannya dengan sarana dan prasarana kamar jenazah yang memadai
dengan mengetahui apakah efektivitas antiseptic terhadap kamar jenazah dapat
mengurangi resiko penularan infeksi

1.2. Perumusan masalah


Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka muncul rumusan masalah yaitu:
1. Bagaimana karakteristik instalasi kamar jenazah yang baik?
2. Bagaimana pengendalian dan pencegahan infeksi pada instalasi kamar jenazah?
3. Bagaimana efektivitas desinfektan yang digunakan pada instalasi kamar jenazah
RSUP Dr. Kariadi?

1.3. Tujuan
Dari rumusan masalah di atas, maka dapat ditentukan tujuan yang hendak dicapai
adalah:
1. Untuk mengetahui karakteristik instalasi kamar jenazah yang baik
2. Untuk mengetahui pengendalian dan pencegahan infeksi pada instalasi kamar
jenazah
3. Untuk mengetahui efektivitas desinfektan yang digunakan pada instalasi kamar
jenazah RSUP Dr. Kariadi

1.4. Manfaat
Dari uraian di atas, maka dapat ditentuan manfaat yang hendak dicapai adalah
sebagai berikut:
1) Bagi Petugas Kamar Jenazah
Penelitian ini diharapkan menjadi salah satu pengetahuan agar petugas kamar
jenazah mengetahui pencegahan dan pengendalian infeksi di instalasi kamar
jenazah
2) Bagi IDI, PPNI, IBI dan organisasi profesi lainnya
Penelitian ini diharapkan akan menjadi salah satu rekomendasi dengan
tersedianya Standar Kamar Jenazah di Rumah Sakit yang dapat dipakai sebagai
acuan oleh Rumah Sakit dalam memberikan mutu pelayanan yang baik bagi
korban mati dan keluarganya
3) Bagi Institusi Pendidikan
Penelitian ini diharapkan akan menjadi salah satu tambahan referensi utamanya
dalam peningkatan pengetahuan tentang efektivitas desinfektan kamar jenazah
pada Rumah Sakit, sehingga pengetahuan tersebut menjadi salah satu
pembekalan bagi siswa sebelum terjun ke klinik.

6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1
2.1.4.1 Pencegahan penularan penyakit
Apabila kamar jenazah menerima korban yang meninggal karena penyakit
menular msalnya HIV/AIDS, maka dalam perawatan jenazah perlu diterapkan prinsip-
prinsip sebagai :
1) Jangan sampai petugas yang merawat dan orang-orang sekitarnya menjadi
tertular
2) Segala sesuatu yang keluar dari tubuh jenazah (kencing, darah, kotoran, dll) bisa
mengandung kuman sehingga menjadi sumber penularan.
3) Penerapan :
a. Menggunakan tutup kepala
b. Menggunakan goggles
c. Menggunakan masker
d. Sarung tangan
e. Skot
f. Sepatu laras panjang (boot)
4) Alat yang dipakai merawat jenazah diperlukan khusus dengan cara dekontaminasi
(direndam) dengan klorin 0,5% selama 10 menit.
5) Kategori jenazah
Berdasarkan cara penularan dan risiko infeksi yang berbeda penyakit, kategori
berikut tindakan pencegahan untuk penanganan dan pembuangan mayat
disarankan16 :
a. Kategori 1: label biru
Untuk semua mayat diluar penyakit menular seperti yang tercantum pada
Kategori 2 dan 3 dilakukan tindakan pencegahan standar.16
b. Kategori 2: label kuning
Dianjurkan tindakan pencegahan tambahan untuk mayat yang diketahui
menderita :
- Human Immunodeficiency Virus (HIV)
- Hepatitis C
7
- penyakit Creutzfeldt-Jacob (CJD) tanpa nekropsi
- Severe Acute Respiratory Syndrome (SARS)
- Avian Influenza
- penyakit menular lainnya seperti yang disarankan oleh dokter, atau
petugas pengendalian infeksi.16
c. Kategori 3 : label merah
Diperlukan tindakan pencegahan infeksi secara ketat untuk mayat dengan
diketahui menderita :
- Anthrax
- Wabah
- Rabies
- demam berdarah Viral
- penyakit Creutzfeldt-Jacob (CJD) dengan nekropsi
- penyakit menular lainnya seperti yang disarankan oleh dokter, atau
petugas pengendalian infeksi.16
Pada kasus kematian tidak wajar dengan korban yang diduga mengidap penyakit
menular misalnya (HIV/AIDS) maka pelaksanaan autopsi tetap mengacu prinsip-prinsip
universal precaution. Tetapi apabila dapat dikoordinasikan dengan penyidik untuk tidak
dilakukan autopsi, cukup pemeriksaan luar. 1,2
2.3 Sarana
Sarana yang harus disediakan pada kamar jenazah terdiri dari :
1) Divisi otopsi
2 ruangan otopsi yaitu :
a. Ruang jenazah yang belum membusuk :
Ruangan otopsi
Luas 14 X 6 m = 84 m
Kamar pendingin :
Luas 3,5 X 6 m = 21 m
Dapat menampung sebanyak 12 jenazah yang belum membusuk.
b. Ruang jenazah yang sudah membusuk :
Ruang otopsi .
Luas 6 X 6 m = 36 m
Kamar Pendingin :
Luas 3,5 X 6 m = 21 m
8
2) Divisi Toksikologi
Luas 12 X 6 m = 72 m
Hanya melakukan pemeriksaan Narkoba (kualitatif)
Kalau ada pemeriksaan toksikologi lain dikirim ke Laboratorium Forensik.
3) Divisi Patologi
Luas 6 X 2,5 m = 15 m
Melakukan pemeriksaan Histopatologi pada korban-korban yang diotopsi atau
memeriksa histopatologi kiriman dari daerah lain.
4) Divisi Anthropologi
Luas 35 X 6 m = 21 m
Pemeriksaan tulang dewasa
5) Divisi Serologi BiomolekuJer
Luas 6 X 6 m = 36 m
Memeriksa golongan Darah ~ ABO, MN dan Rhesus.
6) Divisi Odontologi
Luas 2 X 6 m = 12 m
Melakukan pemeriksaan odontogram.1,2

Disamping divisi-divisi tersebut di atas lnstalasi Forensik perlu dilengkapi dengan:


1) Ruang Satuan Pengamanan (Satpam)
2) Kamar pegawai penerima jenazah :untuk menerima jenazah-jenazah baik dari
dalam RS maupun dari luar RS.
3) Ruang persemayaman jenazah : untuk menyemayamkan jenazah sementara
sebelum dibawa pulang
4) Ruang tunggu keluarga : Ruang ini untuk keluarga yang menunggu jenazah
keluarganya
5) Ruang kuliah mahasiswa : untuk mahasiswa fakultas kedokteran
6) Ruang sekretariat : unutk mengurusi surat-surat yang keluar masuk
7) Ruang tata usaha : Untuk menangani visum et repertum, jasa raharja (asuransi)
dan lain-lainnya
8) Ruang arsip (Untuk menyimpan Visum et repertum)
9) Ruang rapat
10) Ruang Staf
11) Ruang Komputer
9
12) Ruang Informasi (media)
13) Ruang Musholla dan penyolatan jenazah
14) Garasi kereta jenazah
15) Laundry
Perlu dipikirkan apabila terjadi suatu bencana yang berakibat pada korban mati
massal untuk mencari ruang yang terbuka yang memuat + 50 - 80 jenazah dalam
waktu yang bersamaan.1,2
2.4 Prasarana
2.4.1 Bangunan
2.4.1.1 Kriteria bangunan
Kriteria bangunan pada Kamar Jenazah terdiri dari::
1) Area tertutup harus betul-betul tidak dapat diakses oleh orang yang tidak
berkepentingan; basement dapat digunakan untuk akses keluar Rumah Sakit.
2) Jalur Jenazah : berdinding keramik berlantai yang tidak berpori, memiliki sistim
pembuangan limbah system sirkulasi udara, sistem pendingin
3) Hubungan antar jalur jenazah dengan petugas:
a. Ruang autopsi berhubungan langsung dengan ruang ganti pakaian,
dipisahkan dengan antiseptic footbath
b. Melalu jalur kluar-masuk jenasah, pintu dalam.
4) Hubungan antara area tertutup dengan area terbuka :
a. Jalur masuk-keluar jenazah menggunakan pintu ganda.
b. Jalur petugas melalui :
c. ruang administrasi forensik berhubungan dengan ruang administrasi
kamar jenazah.
d. kamar ganti pakaian dengan koridor (dapat melalui basement) dari ruang
pendidikan atau dari Rumah Sakit.
5) Ruang autopsy : minimalis, dalam arti tidak ada meja periksa yang fixed,
mempunyai sistim pendingin udara dan sistim aliran yang baik.
6) Tersedia lemari alat, lemari barang bukti, air bersih, saluran pembuangan air
limbah, kulkas dengan freezer, meja periksa organ, timbangan organ, dIl.
7) Ruang autopsi infeksius memiliki sistem penghisap udara ke bawah, lantainya
sebaiknya non porous.
8) Ruang autopsi viewing theatre, memifiki pembatas transparan (kaca) antar meja
periksa dengan kursi penonton
10
9) Ruang ganti pakaian dilengkapi dengan kamar mandi dan toilet, terpisah laki-laki
den perempuan.
a. Antiseptic footbath
b. Tempat cuci tangan dengan antiseptic
c. Kamar ganti
d. Kamar mandi dan WC.1,2

2.4.1.2 Desain bangunan


1) Daya dan pencahayaan
Outlet catu daya dalam ruang otopsi dan fasilitas penyimpanan tubuh harus
dilindungi dari kelembapan dengan memiliki penutup pelindung. Pencahayaan
bebas bayangan harus disediakan untuk meja otopsi dan bangku diseksi.3
2) AC, pemanas dan ventilasi
Sistem ventilasi untuk ruang otopsi harus meminimalkan penyebaran patogen
udara secara ideal dengan diisolasi dari sistem ventilasi lain.Jika sistem ventilasi
tidak terisolasi, udara yang habis harus diarahkan melalui filter HEPA.3
3) Lantai
Semua area harus memiliki lantai non-slip. Permukaan lantai basah harus tahan
api, mudah dibersihkan, disegel dengan coving di bagian tepi dan memiliki
drainase yang memadai. Lantai harus memiliki saluran dengan jejaring besi yang
difilter dengan tepat.3
4) Keamanan dan akses
Kamar jenazah harus memiliki sistem keamanan yang mencegah akses oleh
orang yang tidak berwenang. Di fasilitas di mana otopsi koronial dilakukan,
sistem keamanan yang dapat diverifikasi harus dilaksanakan untuk memastikan
akses ke personel yang berwenang.3
5) Area Observasi
a. Desain kamar jenazah harus memungkinkan prosedur untuk diamati tanpa
menempatkan pengamat pada risiko dan tanpa mengganggu otopsi.
b. Dalam kasus di mana ada risiko tinggi, jumlah orang yang hadir di otopsi
harus diminimalkan.3
6) Penyimpanan jenazah
Fasilitas penyimpanan jenazah harus dijaga pada suhu antara 2 hingga 6oC.

11
a. Jenazah hanya boleh disimpan di fasilitas penyimpanan jenazah untuk jangka
waktu yang ditentukan oleh legislasi yurisdiksional atau kebijakan fasilitas.
b. Jika penyimpanan jangka panjang diperlukan, jenazah harus dipertahankan
pada sekitar -20oC.
Temperatur dari semua fasilitas penyimpanan dan pembekuan jenazah harus
dipantau.
a. Fasilitas penyimpanan jenazah harus memiliki ruang yang cukup untuk
akomodasi setiap jenazah.
b. Fasilitas untuk penyimpanan, pemindahan dan diseksi jenazah harus memiliki
ukuran dan kekuatan yang cukup untuk memungkinkan penanganan yang
aman. Hal ini memerlukan ketentuan untuk jenazah yang lebih besar dan
lebih berat.3
7) Ruang untuk melihat jenazah
Ruang untuk melihat jenazah harus memiliki akses publik terpisah yang tidak
melalui ruang otopsi.
a. Ruang untuk melihat jenazah harus terpisah dari teater otopsi untuk
menghindari kemungkinan pengunjung melihat atau mendengar otopsi sedang
berlangsung.
b. Seorang anggota staf rumah sakit atau fasilitas yang mengelola kamar jenazah
harus tersedia untuk memberikan bantuan atau saran.
c. Fasilitas untuk melihat harus memiliki area tunggu yang cocok untuk kerabat,
yang dilengkapi dengan struktur yang pantas, dengan akses ke fasilitas kamar
mandi.3
8) Teater otopsi
Teater otopsi utama harus menggunakan hanya meja atau troli yang tepat.
Fasilitas untuk menimbang dan mengukur organ harus tersedia di dalam ruang
otopsi. Pencitraan medis yang dilakukan di rumah jenazah harus mematuhi
standar dan undang-undang keselamatan dan privasi yang berlaku.
a. Penyediaan peralatan sebaiknya dapat disesuaikan ketinggiannya.
b. Tempat kerja harus berukuran cukup untuk memungkinkan staf bekerja di
ruang yang tidak padat.
c. Instrumen, wadah dan barang-barang lain yang diperlukan selama
pelaksanaan otopsi harus dapat diakses di setiap ruang kerja.
d. Fasilitas untuk fotografi direkomendasikan.3
12
9) Penerimaan dan pelepasan jenazah
Sebuah area administrasi harus dilengkapi dengan registri untuk mencatat detail
seperti:
a. waktu dan tanggal penerimaan dan pelepasan jenazah
b. nama dan tanda tangan orang yang mengirim dan menerima jenazah setelah
dikeluarkan
c. rincian almarhum, termasuk properti pribadi
d. Apakah kasus koroner / otopsi dilakukan.
Informasi tentang risiko yang diketahui atau dicurigai seperti radiasi, bahan kimia
yang menular atau berbahaya harus dikomunikasikan oleh petugas penginapan,
orang yang meminta otopsi dan untuk mengumpulkan direktur pemakaman
dengan cara seperti menjaga persyaratan kerahasiaan yang diatur undang-
undang.3
10) Jenazah hanya boleh dikeluarkan dari kamar jenazah dengan persetujuan yang
sesuai sebagaimana diatur dalam Manual Prosedur Kamar Jenazah atau oleh
petugas.
a. Orang yang berwenang dari fasilitas harus hadir pada saat pemindahan
jenazah untuk memastikan jenazah diidentifikasi dengan benar dan bahwa
semua dokumentasi telah selesai.
b. Manual Prosedur kamar jenazah harus menentukan kategori staf yang
berwenang untuk menerima atau mengirim jenazah.3
11) Kamar jenazah harus memiliki sistem yang mencatat pergerakan jenazah ke dan
dari kamar jenazah.
a. Semua kamar jenazah harus mencakup ruang persiapan jenazah yang harus
cukup besar untuk memeriksa jenazah pada troli dan memungkinkan gerakan
troli.
b. Direktur pemakaman harus memiliki akses ke kamar jenazah yang terlindung
sedemikian rupa untuk mencegah perpindahan jenazah dilihat oleh pasien
umum atau rumah sakit.3
12) Jenazah yang dicurigai mempunyai penyakit menular harus dimasukkan ke dalam
kantong jenazah dengan bahan yang disetujui yang tahan lama dan kedap air.
a. Tas jenazah harus digunakan dalam kasus infeksi, dekomposisi, trauma atau
kematian yang mencurigakan.3

13
13) Label yang tidak bisa dihapus yang mencatat nama lengkap almarhum dan
setidaknya satu pengenal lainnya harus diperbaiki langsung ke tubuh dan juga ke
kantung tubuh atau kafan.
a. Prosedur harus memastikan bahwa kedua label identik.3

Pelaksanaan otopsi khusus untuk otopsi berisiko tinggi:


Kasus yang berisiko tinggi termasuk mereka dengan penyakit infeksi yang diketahui
atau dicurigai seperti HIV, Hepatitis B dan C, Tuberkulosis, Creutzfeldt-Jakob Disease
(CJD) dan Septikemia meningokokus. Dalam keadaan di mana ada kemungkinan
peningkatan bahwa penyakit menular mungkin ada, seperti penggunaan obat intravena
atau praktik seksual yang tidak aman, otopsi harus dianggap berisiko tinggi bahkan jika
tes serologis negatif. Manual Prosedur Kamar Jenazah harus berisi instruksi terperinci
untuk prosedur tambahan yang akan diterapkan untuk masing-masing keadaan ini.
Kehadiran infeksi risiko tinggi yang diketahui atau dicurigai harus diberitahukan kepada
staf kamar mayat sebelum dimulainya otopsi.3,4
Otopsi yang menyajikan risiko bahaya tinggi yang mungkin atau dikenal hanya boleh
dilakukan di fasilitas oleh staf terlatih yang menggunakan fasilitas otopsi yang
meminimalkan kemungkinan penularan infeksi dari tubuh ke staf yang terlibat dalam
prosedur.3

14
Gambar 1. Contoh Denah Kamar Jenazah d Rumah Sakit.9

2.4.1.3 Fasilitas personil


1) Ruang ganti
Ruang ganti dengan fasilitas shower harus tersedia di kamar mayat. Penempatan
sepatu bot dan prosedur untuk membuang atau mencuci pakaian harus ditetapkan
dengan jelas. Pakaian pelindung yang sesuai harus tersedia bagi staf Kamar
jenazah yang bekerja di fasilitas Level 1.3
2) Alat pelindung diri
Prosedur pengendalian infeksi standar (‘kewaspadaan standar’) harus diterapkan
pada otopsi dan penanganan tubuh yang tidak berisiko tinggi. Manual Prosedur
Kamar jenazah harus menetapkan pengaturan untuk otopsi berisiko tinggi, yang
harus mencakup peralatan pelindung yang akan dipakai. Staf yang melakukan
otopsi dan rekonstruksi harus mengenakan pakaian jenis teater bedah, pakaian
luar dan sarung tangan tahan api. Sepatu yang tidak bisa dipakai yang memiliki
sol non-slip harus dikenakan oleh semua orang yang bekerja di area teater.3,4
Sarung tangan bedah atau post-mortem harus dikenakan oleh semua
personil yang terlibat dalam prosedur otopsi. Diperlukan gloving ganda. Sarung
tangan potong-bukti harus tersedia. Staf harus memakainya paling tidak di tangan
yang tidak dominan.3
Untuk melindungi dari cipratan, perlindungan wajah penuh dalam bentuk
visor atau kombinasi pembungkus di sekitar pelindung mata seperti kacamata
pengaman dan masker bedah penuh harus dipakai selama otopsi dan rekonstruksi.
Kerudung dan masker tingkat filtrasi tinggi harus dipakai jika ada peningkatan
risiko aerosol. Menggergaji tulang akan menjadi risiko untuk hal tersebut.
3) Respirator memiliki filter yang tepat harus tersedia untuk digunakan dalam
dugaan atau dikenal kontaminasi mikrobiologi atau kimia berisiko tinggi. 3

15
4. Ruang Ruang tempat Min. 18 m2 Shower dan sink,
Dekontaminasi memandikan/ brankar, lemari/rak
dan dekontaminasi serta alat dekontaminasi,
Pemulasaraan pemulasaraan lemari
Jenazah jenazah perlengkapan
(pengkafanan untuk pemulasaraan dll
jenazah muslim/
pembalseman &
pemulasaraan
lainnya untuk
jenazah non-
muslim)
5. Laboratorium Ruang tempat Min. 24 m2 Lemari alat, lemari
Otopsi dokter forensic barang bukti,
melakukan kegiatan meja periksa organ,
otopsi jenazah timbangan
organ, shower dan
sink, brankar,
lemari/rak alat
dekontaminasi, dl
6. Ruang Pendingin Ruang Pendingin 1 lemari Lemari pendingin
Jenazah Jenazah pendingin min. jenazah,
21 m2 washtafel,brankar
7. Ruang Ganti Ruang Ganti Min. 6 m2 Toilet, Loker/
Pakaian APD pakaian petugas lemari pakaian
(dilengkapi sebelum dan bersih
dengan toilet) sesudah melakukan dan kontainer
kegiatan otopsi. pakaian kotor

16
2.7.1 Pencegahan dan Pengendalian Infeksi
2.7.1.1 Pemulasaraan Jenazah
1. Petugas kesehatan harus menjalankan Kewaspadaan Standar ketika menangani
pasien yang meninggal akibat penyakit menular.
2. APD lengkap harus digunakan petugas yang menangani jenazah jika pasien tersebut
meninggal dalam masa penularan.
3. Jenazah harus terbungkus seluruhnya dalam kantong jenazah yang tidak mudah
tembus sebelum dipindahkan ke kamar jenazah.
4. Jangan ada kebocoran cairan tubuh yang mencemari bagian luar kantong jenazah.
5. Pindahkan sesegera mungkin ke kamar jenazah setelah meninggal dunia.
6. Jika keluarga pasien ingin melihat jenazah, diijinkan untuk melakukannya sebelum
jenazah dimasukkan ke dalam kantong jenazah dengan menggunakan APD.
7. Petugas harus memberi penjelasan kepada pihak keluarga tentang penanganan khusus
bagi jenazah yang meninggal dengan penyakit menular. Sensitivitas agama, adat
istiadat dan budaya harus diperhatikan ketika seorang pasien dengan penyakit
menular meninggal dunia.
8. Jenazah tidak boleh dibalsem atau disuntik pengawet.
9. Jika akan diotopsi harus dilakukan oleh petugas khusus, jika diijinkan oleh keluarga
dan Direktur Rumah Sakit.
10. Jenazah yang sudah dibungkus tidak boleh dibuka lagi.
11. Jenazah hendaknya diantar oleh mobil jenazah khusus.

17
12. Jenazah sebaiknya tidak lebih dari 4 (empat) jam disemayamkan di pemulasaraan
jenazah.

2.7.1.2Pemeriksaan Post Mortem

Pemeriksaan post mortem pada seseorang yang menderita atau kemungkinan


menderita penyakit menular harus dilakukan dengan hati-hati, apalagi jika pasien
meninggal dunia selama masa penularan. Jika pasien masih menyebarkan virus ketika
meninggal, paruparunya mungkin masih mengandung virus. Oleh karena itu, kalau
melakukan suatu prosedur pada paru-paru jenazah, APD lengkap harus digunakan yang
meliputi masker N-95, sarung tangan, gaun, pelindung mata dan sepatu pelindung.

2.7.1.3 Mengurangi risiko timbulnya aerosol selama autopsi

1. Selalu Gunakan APD


2. Gunakan selubung vakum untuk gergaji getar
3. Hindari penggunaan semprotan air tekanan tinggi
4. Buka isi perut sambil disiram dengan air.

2.7.1.4 Meminimalisasi risiko dari jenazah yang terinfeksi

Ketika melakukan pemotongan paru, cegah produksi aerosol dengan :

1. Hindari penggunaan gergaji listrik.


2. Lakukan prosedur di bawah air.
3. Hindari pajanan ketika mengeluarkan jaringan paru.

Sebagai petunjuk umum, terapkan Kewaspadaan Standar sebagai berikut :

1. Gunakan peralatan sesedikit mungkin ketika melakukan otopsi.


2. Hindari penggunaan pisau bedah dan gunting dengan ujung yang runcing.
3. Jangan memberikan instrumen dan peralatan dengan tangan, selalu gunakan
nampan.
4. Jika memungkinkan, gunakan instrumen dan peralatan sekali pakai.
5. Upayakan jumlah petugas seminimal mungkin dan dapat menjaga diri masing-
masing.

18
6. Perawatan jenazah / persiapan sebelum pemakaman
7. Petugas kamar jenazah atau tempat pemakaman harus diberi tahu bahwa
kematian pasien adalah akibat penyakit menular agar Kewaspadaan Standar
diterapkan dalam penanganan jenazah.
8. Penyiapan jenazah sebelum dimakamkan seperti pembersihan, pemandian,
perapian rambut, pemotongan kuku, pencukuran, hanya boleh dilakukan oleh
petugas khusus kamar jenazah.

2.8.1 Bakteri Udara


Udara mengandung mikroorganisme kontaminan yang berasal dari tanah, air, tanaman,
hewan, dan manusia. Mikroorganisme patogen, mikroorganisme nonpatogen, fragmen
sel mikroorganisme, dan biproduk metabolisme mikroorganisme atau yang secara
kolektif disebut sebagai “bioaerosol” merupakan kontaminan penting pada udara,
khususnya udara dalam ruang (indoor air).

Kontaminan pada udara di lingkungan rumah sakit adalah sebuah hal yang harus
diperhatikan karena kontaminasi udara oleh mikroorganisme adalah salah satu sumber
penyebab infeksi nosokomial. Menurut Keputusan Menteri Kesehatan Republik
Indonesia Nomor 1204/MENKES/SK/X/2004 tentang Persyaratan Kesehatan
Lingkungan Rumah Sakit, standar kualitas udara ruang rumah sakit adalah sebagai
berikut:5

1. Tidak berbau (terutama bebas dari H2S dan amoniak)


2. Kadar debu (particulate matter) berdiameter kurang dari 10 mikron dengan rata-

rata pengukuran 8 jam atau 24 jam tidak melebihi 150 µg/m3, dan tidak mengandung
debu asbes.
3. Indeks angka kuman untuk setiap ruang atau unit seperti pada tabel berikut:
Tabel.6 Indeks Angka Kuman Menurut Fungsi Ruang atau Unit
No. Ruang atau Unit Konsentrasi Maksimum Bakteri per m3

Udara (CFU/ 3
1 Operasi 10 m )
2 Bersalin 200
3 Pemulihan/ Perawatan 200-500
4 Observasi Bayi 200
5 Perawatan Bayi 200
6 Perawatan Prematur 200

19
7 ICU 200
8 Jenazah/ Otopsi 200-500
9 Penginderaan Medis 200
10 Laboratorium 200-500
11 Radiologi 200-500
12 Sterilisasi 200
13 Dapur 200-500
14 Gawat Darurat 200
15 Administrasi, Pertemuan 200-500
16 Ruang Luka Bakar 200

Di ruang otopsi sendiri, beberapa bakteri yang sering ditemukan antara lain coagulase
negative staphylococcus, Micrococcus spp., Bacillus spp., dan diphtheroid bacillus untuk
gram positif, serta Acinetobacter spp., Proteus mirabilis, dan Eschericia coli untuk gram
negative. Sedangkan untuk jamur yang sering ditemukan adalah Penicillium spp.,
Alternaria spp., and Aspergillus flavus. Mikroorganisme tersebut dapat ditemukan baik
sebelum pelaksanaan otopsi, selama otopsi, maupun setelah otopsi. Penelitian yang
dilakukan di Turki menunjukkan peningkatan jumlah mikroorganisme di udara selama
pelaksanaan otopsi dibandingkan sebelum maupun setelah otopsi.

Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan koloni suatu mikroorganisme


antara lain :

 Musim
 Suhu dan kelembapan indoor air
 Ventilasi
 Jumlah orang dalam ruangan
 Jumlah otopsi yang dilakukan
 Tingkat pembusukan mayat.

Selama di ruang otopsi, untuk melindungi mata, kulit, dan selaput lendir, semua orang di
ruang otopsi harus mengenakan gaun bedah, topi bedah, kacamata, masker dan sepatu.
Orang yang berkontak langsung dengan mayat harus memakai sarung tangan rangkap.
Sarung tangan bedah juga dapat digunakan untuk mengurangi risiko cairan tubuh yang
terciprat. Kontaminasi mikroorganisme pada ruang otopsi dan ketidakpatuhan staff pada
standar operasional adalah faktor penting dalam kejadian infeksi nosokomial di ruang

20
otopsi. Sikap ketidakpatuhan utama pada staff adalah mengenai tindakan antisepsis kulit
preoperasi, kepadatan ruang otopsi dan higienitas tangan dari personil.

21
BAB III
PENUTUP

1.1 Kesimpulan
Pelayanan jenazah adalah pelayanan atau penanganan yang dilakukan pada
jenazah pasien yang dirawat di rumah sakit maupun pasca bencana. Penyimpanan
jenazah harus dilakukan sebaik-baiknya sebelum dikuburkan sebagai penghormatan pada
korban. Jenazah adalah badan orang baru meninggal dan biasanya disebut dengan
“mayat”. Kontributor terbesar mayat di rumah sakit adalah yang berasal dari luar rumah
sakit yang dikenal sebagai kasus mati forensik
Standar kamar jenazah ini dipakai sevagai acuan oleh rumah sakit dalam
mengembangkan Instalasi Kamar Jenazah sehingga dapat diketahui sumber daya
manusia dan fasilitas yang dimiliki oleh setiap tingkat dari klasifikasi kamar jenazah.
Pembahasan tentang ruang, secara implisit tercakup pula sarana dan prasarana
kenyamanan seperti AC, ventilasi ruangan yang baik, air yang mengalir lancar, lampu
yang memadai, dengan ruang publik dilengkapi toilet umum.
Kamar jenazah menerima korban dari IRD belum ada Surat Permohonan Visum et
Repertum,maka petugas menyuruh keluarga korban untuk melapor ke polisi. Apabila
keluarga menolak melapor dan tetap membawa jenazah maka diberikan surat pernyataan
dan tidak diberikan surat kematian. Kriteria bangunan pada kamar jenazah meliputi area
yang tertutup,memiliki jalur jenazah, memiliki ruang autopsy, ruang ganti pakaian
dilengkapi toilet terpisah laki-laki dan perempuan.
Peralatan untuk kamar jenazah sangat dibutuhkan untuk mendukung kegiatan atau
aktifitas dalam kamar jenazah dan ini terbagi dua yaitu mobile dan non mobile. Untuk
kegiatan sehari-hari menggunakan peralatan yang non mobile. Fungsi ruang jenazah
dalam sarana pelayanan rumah sakit yaitu tempat meletakan sementara jenazah sebelum
diambil keluarganya, tempat memandikan jenazah, otopsi jenazah, ruang duka dan
pemulasaraan.

3.2 Saran
1) Bagi dokter atau tenaga kesehatan yang lain, diharapkan dapat mengetahui
prosedur pelayanan dan standar kamar jenazah. Selain itu juga diharapkan

31
32

sebagai tenaga medis untuk dapat menggunakan dan menjaga sarana dan
prasarana kamar jenazah sesuai dengan kebutuhannya.
2) Bagi pasien, diharapkan dapat menambah informasi dan wawasan mengenai
sarana dan pelayanan kamar jenazah sehingga dapat ikut serta menjaga fungsi
kamar jenazah dengan baik.

6
DAFTAR PUSTAKA

1. Direktorat Jenderal Pelayanan Medik Departemen Kesehatan RI. 2004. Standar


Kamar Jenazah. Jakarta: Departemen Kesehatan RI.
2. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Pedoman Teknis Sarana dan
Prasarana Rumah Sakit Kelas C. Jakarta; 2007.
3. National Pathology Accreditation Advisory Council. Requirements for the
facilities and operation of mortuaries [Internet]. 2008 [cited 2018 Apr 10].
Available from:
https://www.health.gov.au/internet/main/publishing.nsf/Content/9E16A59073C1
55C4CA257BF0001B080B/$File/V0.29 Mortuaries.pdf
4. Standar Pelayanan Minimal Rumah Sakit, Direktorat Jenderal Bina
Pelayanan Medik,Departemen Kesehatan RI. 2008
5. Kementrian Kesehatan RI. 2012. Pedoman Teknis Bangunan Rumah Sakit Kelas
B. Jakarta: Direktorat Bina Pelyanan Penunjang Medik dan Sarana Kesehatan
Direktorat Upaya Kesehatan.
6. Kementrian Kesehatan RI. 2007. Pedoman Teknis Bangunan Rumah Sakit Kelas
C. Jakarta: Departemen Kesehatan RI Sekretariat Jenderal Pusat Sarana,
Prasarana dan Peralatan Kesehatan.
7. Disabled World. Hospital Department: Definitions and Lists [Internet]. 2018
[cited 2018 April 16]. Available from: https://www.diasbled-
world.com/definitions/hospital-departments.php
8. Kementrian Kesehatan RI. 2008. Peraturan Menteri Kesehatan Republik
Indonesia Nomor: 129/Menkes/SK/II/2008 Tentang Standar Pelayanan Minimal
Rumah Sakit.
9. http://www.journals.elsevierhealth.com/cms/attachment/2095790705/207772889
9/gr11.jpg. Diakses pada tanggal 16 April 2018
10. Bajracharya S, Magar A. Embalming: an art of preserving human body. Kath
Univ Med J. 2006; 4(4): 554-557
11. Morgan O. Infectious disease risks from dead bodies following natural disasters.
Rev Panam Salud Publica. 2004;15(5):307–12.
12. Atmadja DS. Tatacara Dan Pelayanan Pemeriksaan Serta Pengawetan Jenazah
Pada Kematian Wajar. 2002. Jakarta: Bagian Kedokteran Forensik dan
Medikolegal FKUI / RSUPN Cipto Mangunkosumo.
33
34

13. Atmadja DS. Pengawetan Jenazah Dan Aspek Medikolegalnya. Majalah


Kedokteran Indonesia. 2002; 52(8): 293-7
14. Tim Permata Press. Kitab Undang-Undang Hukum Pidana Dan Kitab Undang-
Undang Hukum Acara Pidana. 2008. Jakarta: Permata Press.
15. Bajracharya S, Magar A. Embalming: an art of preserving human body. Kath
Univ Med J. 2006; 4(4): 554-557
16. Departement of health. Precautions for handling and disposal of dead bodies.
2010 may 8

Anda mungkin juga menyukai