JURUSAN FARMASI
2020
LEMBAR PENGESAHAN
Diketahui Oleh :
Ketua Jurusan Farmasi
Poltekkes Kemenkes Medan
Puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
melimpahkan Rahmat Dan Karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan
laporan praktek belajar lapangan (PBL) di Instalasi Farmasi Rumah Sakit Umum
Daerah Dr. R.M.Djoelham Binjai.
Praktek Belajar Lapangan (PBL) ini merupakan salah satu program
tingkat Ahli Madya Farmasi Poltekkes Kemenkes RI Medan untuk menyelesaikan
program studi. Laporan praktek belajar lapangan ini disusun berdasarkan
pengalaman yang didapatkan selama praktek di Instalasi Farmasi Rumah Sakit
Umum Daerah Dr.R.M. Djoelham Binjai dan ilmu yang kami peroleh di Poltekkes
Kemenkes RI Jurusan Farmasi Medan serta bimbingan dan pengarahan
pembimbing dari berbagai pihak, oleh karena itu penyusun menyampaikan terima
kasih kepada:
1. Ibu Dra. Ida Nurhayati, M. Kes, apt., selaku Direktur Politeknik Kesehatan
Kemenkes Medan.
2. Ibu Dra. Masniah, M. Kes, apt., selaku Ketua Jurusan Farmasi Poltekkes
Kemenkes Medan.
3. Bapak dr. David Immanuel Tambun, Sp.B., selaku Direktur Rumah Sakit
Umum Daerah Dr.R.M. Djoelham Binjai.
4. Ibu apt., Indah Sri Elvita, S.Farm., selaku Kepala Instalasi Farmasi
Rumah Sakit Umum Daerah Dr.R.M. Djoelham.
5. Ibu apt., Nanda Sari, S.Farm., selaku Pembimbing Lahan Praktek Belajar
Lapangan di Rumah Sakit Umum Daerah Dr. R.M. Djoelham Binjai.
6. Ibu Zulfa Ismaniar Fauzi SE, M.Si., selaku Dosen Pembimbing Praktek
Belajar Lapangan di Jurusan Farmasi Politeknik Kesehatan Kemenkes
Medan.
7. Semua pihak yang telah membantu dan membimbing penyusunan
laporan ini.
Penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam penyusunan laporan ini.
Oleh sebab itu, saran dan kritik yang membangun dari semua pihak sangat
diharapkan untuk perbaikan ke depan.
Akhir kata, semoga laporan ini dapat memberikan manfaat bagi semua pihak
yang membutuhkannya.
i
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN
KATA PENGANTAR ........................................................................................... i
DAFTAR ISI ........................................................................................................ ii
DAFTAR LAMPIRAN ......................................................................................... iv
BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ........................................................................................... 1
1.2 Tujuan Praktek Belajar Lapangan ............................................................... 2
1.3 Manfaat Praktek Belajar Lapangan ............................................................. 2
BAB II TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT ......................................................... 4
2.1 Definisi Rumah Sakit ................................................................................... 4
2.2 Visi dan Misi Rumah Sakit .......................................................................... 5
2.2.1 Visi Rumah Sakit ............................................................................. 5
2.2.2 Misi Rumah Sakit ............................................................................ 5
2.3 Tugas dan Fungsi Rumah Sakit .................................................................. 6
2.3.1 Tugas Rumah Sakit ......................................................................... 6
2.3.2 Fungsi Rumah Sakit ........................................................................ 6
2.4 Klasifikasi Rumah Sakit............................................................................... 6
2.5 Klasifikasi Rumah Sakit Pemerintah............................................................ 8
BAB III TINJAUAN UMUM INSTALASI FARMASI RUMAH SAKIT .................... 9
3.1 Definisi Instalasi Farmasi Rumah Sakit ....................................................... 9
3.2 Tugas dan Tanggung Jawab IFRS .............................................................. 9
3.3 Tujuan IFRS .............................................................................................. 10
3.4 Lingkup Fungsi Instalasi Farmasi Rumah Sakit ......................................... 10
3.5 Struktur Organisasi IFRS .......................................................................... 11
3.6 Sistem Distribusi Obat............................................................................... 12
3.6.1 Jenis Sistem Distribusi Obat Untuk Penderita Rawat Inap ............. 12
3.6.2 Persyaratan Distribusi Obat Untuk Penderita Rawat Inap .............. 15
3.6.3 Pendistribusian Untuk Pasien Rawat Inap ..................................... 15
3.7 Pengelolaan Perbekalan Farmasi ............................................................. 16
3.7.1 Obat Narkotika ............................................................................... 18
3.7.2 Psikotropika ................................................................................... 18
3.7.3 LASA dan HIGH ALERT................................................................. 19
ii
BAB IV TINJAUAN KHUSUS RSUD Dr.R.M.DJOELHAM BINJAI ................... 21
4.1 Lokasi Rumah Sakit .................................................................................. 21
4.2 Sejarah RSUD Dr.R.M.DJOELHAM Binjai ................................................ 21
4.3 Klasifikasi RSUD Dr.R.M.DJOELHAM Binjai ............................................. 25
4.4 Visi,Misi dan Motto RSUD Dr.R.M.DJOELHAM Binjai ............................... 26
4.5 Struktur Organisasi ................................................................................... 27
4.6 Tujuan RSUD Dr.R.M.DJOELHAM Binjai .................................................. 28
4.7 Jumlah dan Jenis Pelayanan RSUD Dr. R.M.DJOELHAM Binjai .............. 28
BAB V TINJAUAN KHUSUS INSTALASI FARMASI RSUD Dr.R.M.DJOELHAM
Binjai................................................................................................................. 34
5.1 Tugas dan Fungsi Instalasi Farmasi RSUD Dr.R.M.DJOELHAM Binjai ..... 34
5.2 Perencanaan Perbekalan Farmasi di RSUD Dr.R.M.DJOELHAM Binjai ... 34
5.3 Pengadaan Perbekalan Farmasi ............................................................... 35
5.4 Penyimpanan ............................................................................................ 35
5.5 Pelayanan Kefarmasian di Instalasi Farmasi RSUD Dr.R.M.DJOELHAM . 35
5.5.1 Pelayanan Pasien Rawat Jalan ...................................................... 36
5.5.2 Pelayanan Pasien Rawat Inap ....................................................... 37
5.5.3 Pelayanan Resep IGD Gratis ......................................................... 37
5.6 Gudang Instalasi Farmasi RSUD Dr.R.M.DJOELHAM Binjai .................... 38
BAB VI PERMASALAHAN DAN PEMBAHASAN ............................................ 39
6.1 Permasalahan ........................................................................................... 39
6.2 Pembahasan ............................................................................................ 39
6.2.1 Tenaga Kesehatan di IFRS RSUD Dr.R.M.DJOELHAM Binjai ........... 39
6.2.2 Obat Yang Kosong di IFRS RSUD Dr.R.M.DJOELHAM Binjai ........... 39
BAB VII PENUTUP ........................................................................................... 40
7.1 Kesimpulan ............................................................................................... 40
7.2 Saran ........................................................................................................ 40
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 41
LAMPIRAN
iii
DAFTAR LAMPIRAN
iv
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
1
baik, telah terjadi perubahan orientasi pelayanan farmasi rumah sakit yang
semula berorientasi pada produk menjadi berorientasi pada pasien.
Hal ini mengharuskan tenaga kesehatan dimana salah satunya adalah
ahlimadya farmasi menggunakan wawasan dan sikap profesionalismenya
meningkatkan penggunaan obat yang rasional dan aman pada pasien, melalui
kerjasama yang baik dengan tenaga kesehatan lainnya yang terlibat langsung
dalam perawatan pasien dirumah sakit.
Praktek Belajar Lapangan (PBL) adalah suatu kegiatan yang langsung
dilaksanakan pada masyarakat. Selain dari pada itu, kegiatan Praktek Belajar
Lapangan ini adalah untuk melengkapi mata kuliah farmasi rumah sakit.
2
2. Menambahkan ilmu pengetahuan tentang penyaluran obat dan alat
kesehatan serta peracikan di Instalasi Rumah Sakit baik pasien rawat
inap maupun rawat jalan dan memahami prosedur pengadaan serta
penyimpanan obat dan alat kesehatan tersebut.
3
BAB II
TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT
4
Usaha pemerintah dalam memelihara dan mempertinggi derajat kesehatan
masyarakat UU No.9 Tahun 1960 tentang pokok-pokok kesehatan, yaitu:
a. Pencegahan dan pemberantasan penyakit
b. Pemulihan kesehatan
c. Penerangan dan pendidikan kesehatan pada masyarakat
d. Pendidikan tenaga kesehatan
e. Perlengkapan obat obatan dan alat alat kesehatan
f. Pengawasan
5
2.3 Tugas dan Fungsi Rumah Sakit
6
b. Rumah Sakit Khusus, memberikan pelayanan kesehatan kepada
masyarakat sesuai dengan diagnosis tertentu, contoh: Rumah Sakit
Kanker, Rumah Sakit Bersalin.
3. Berdasarkan Lama Perawatan Penderitaan
a. Rumah Sakit dengan perawatan jangka pendek
Rumah sakit yang memberikan kepada masyarakat yang diagnosis
penyakit dengan perawatan lama tinggal kurang dari 30 hari
b. Rumah Sakit dengan perawatan jangka panjang
Rumah sakit yang memberikan pelayanan kepada masyarakat yang
diagnosis penyakit dengan perawatan lama tinggal 30 hari atau lebih.
4. Berdasarkan Afiliasi Pendidikan
a. Rumah Sakit Pendidikan
Rumah sakit yang menyelengarakan program latihan untuk berbagai
profesi.
b. Rumah Sakit Non Pendidikan
Rumah sakit yang tidak memiliki program pelatihan profesi dan tidak
memiliki hubungan kerja sama dengan universitas
5. Berdasarkan Jumlah Tempat Tidur
Rumah sakit pada umum diklasifikasikan berdasarkan kapasitas
tempat tidurnya sesuai pola: dibawa 50 tempat tidur, 50-99 tempat tidur
100-299, tempat tidur, 200-299, tempat tidur 300-399 tempat tidur 400-
499 tempat tidur, dan 500 tempat tidur atau lebih.
6. Berdasarkan Status Akreditasi
Berdasarkan status akreditasi terdiri dari ruma sakit yang telah
diakreditasi dan rumah sakit dan belum diakreditasi. Rumah sakit yang
telah diakreditasi adalah rumah sakit yang telah diakui secara formal oleh
suatu badan sertifikasi yang diakui,yang menyatakan bahwa suatu rumah
sakit telah memenuhi persyaratan untuk melakukan kegiatan tertentu.
7
2.5 Klasifikasi Umum Rumah Sakit Pemerintah
8
BAB III
Instalasi Farmasi Rumah Sakit (IFRS) adalah suatu bagian atau fasilitas
dirumah sakit, tempat penyelenggaraan semua pekerjaan kefarmasian yang
dtujukan untuk keperluan rumah sakit itu sendiri.
9
3.3 Tujuan IFRS
10
Lingkup fungsi farmasi klinik adalah perencanaan, penetapan spesifik
produk dan pemasok, pengadaan, pembelian, produksi, penyimpanan,
pengemasan kembali, distibusi dan pengendalian semua perbekalan
kesehatan yang beredar dan digunakan di rumah sakit secara keseluruhan.
Lingkup farmasi klinik mencakup fungsi farmasi yang dilakukan dalam
program rumah sakit, yaitu : pemantauan terapi obat (PTO), evaluasi
pengunaaan obat (EPO), pelayanan di unit perawatan kritis, pusat informasi obat,
pemantauan dan pelaporan reaksi obat merugikan (ROM) , sistem formularium,
panitia farmasi dan terapi, sistem pemantauan kesehatan obat, bulletin terapi
obat, Program edukasi “in-service” bagi apoteker, dokter dan perawat, investigasi
obat dan unit gawat darurat .
11
3.6 Sistem Distribusi Obat
1. Disribusi Individual
Sistem ini umumnya digunakan oleh rumah sakit kecil dan swasta.
Sistem ini menfasilitasi metode yang baik untuk mengatur pembayaran
obat pasien dan menyediakan pelayanan pada pasien berdasarkan
resep.
12
2. Distribusi Obat Persediaan Lengkap Di Ruangan (total floor stock)
Sistem distribusi total floor stock adalah kegiatan penghantaran
sediaan yang sesuai dengan yang ditulis dokter pada order obat, yang
dipersiapkan dari persediaan diruang oleh perawat dan dengan
mengambil dosis atau unit obat dari wadah persediaan yang langsung
diberikan kepada penderita.
Pada sistem ini, kebutuhan obat atau barang farmasi dalam
jumlah besar baik untuk kebutuhan dasar ruangan atau kebutuhan
pasien yang diperoleh dari instalasi farmasi disimpan diruang
perawatan. Kebutuhan obat-obatan individu dapat dilayani oleh perawat
tanpa harus menebus atau mengambil ke instalasi farmasi.
Kelebihan menggunakan sistem total floor stock adalah :
a. Obat cepat tersedia
b. Pasien tidak harus membayar obat yang berlebih
Kekurangan menggunakan sistem total floor stock adalah
a. Sering terjadi salah obat, baik salah order oleh dokter, salah peracikan
oleh perawat maupun salah etiket obat
b. Membutuhkan tempat penyimpanan yang luas diruang perawat.
c. Kemungkinan obat hilang dan rusak besar
d. Menambah beban pekerjaan bagi perawat
13
Kelebihan menggunakan sistem distribusi kombinasi adalah
a. semua resep dikaji langsung oleh Apoteker
b. Adanya kesempatan berinteraksi profesional antara Apoteker, Dokter,
Perawat dan pasien
c. Obat yang diperlukan dapat segera tersedia bagi pasien.
d. Beban Instalasi Farmasi Rumah Sakit dapat berkurang.
Kekurangan menggunakan sistem distribusi gabungan yaitu
a. Kemungkinan keterlambatan sediaan obat sampai kepada pasien
b. Kesalahan obat dapat terjadi (obat dari persiapan diruangan)
14
b. Membutuhkan modal awal yang besar terutama untuk pengemasan
kembali dan rak medikasi pada laci masing-masing pasien
15
3.7 Pengelolaan Perbekalan Farmasi
Pemilihan
Merupakan proses kegiatan sejak dari peninjauanmasalah kesehatan yang
terjadi di rumah sakit, identifikasi pemilihan terapi, bentuk dan
dosis, penentuan kriteria pemilihan dengan memprioritaskan obat esensial,
standarisasi sampai menjaga dan memperbaharui standar obat. Penentuan
seleksi obat merupakan peran aktif apoteker dalam Panitia Farmasi dan
Terapi untuk menetapkan kualitas dan efektifitas, serta jaminan purna
transaksi pembelian.
Perencanaan
Merupakan proses kegiatan dalam pemilihan jenis, jumlah,dan harga
perbekalan farmasi yang sesuai dengan kebutuhan dan anggaran, untuk
menghindari kekosongan obat dengan menggunakan metode yang dapat
dipertanggungjawabkan dan dasar-dasar perencanaan yang telah ditentukan
antara lain konsumsi, epidemiologi, kombinasi metode konsumsi dan
epidemiologi disesuaikan dengan anggaran yang tersedia.
1. DOEN, Formularium Rumah Sakit, Standar Terapi Rumah Sakit,
Ketentuan setempat yang berlaku.
2. Data catatan medik.
3. Anggaran yang tersedia.
4. Penetapan prioritas.
5. Siklus penyakit.
6. Sisa persediaan.
16
7. Data pemakaian periode yang lalu.
8. Rencana pengembangan.
Pengadaan
Merupakan kegiatan untuk merealisasikan kebutuhan yang telah
direncanakan dan disetujui, melalui:
1. Pembelian:
a. Secara tender (oleh Panitia Pembelian Barang Farmasi).
b. Secara langsung dari pabrik/distributor/pedagang besar
farmasi/rekanan.
2. Produksi/pembuatan sediaan farmasi:
a. Produksi Steril.
b. Produksi Non Steril.
3. Sumbangan/droping/hibah.
Produksi
Produksi merupakan membuat, merubah bentuk, dan pengemasan
kembali sediaan farmasi steril atau non steril untuk memenuhi
kebutuhan pelayanan kesehatan di rumah sakit. Kriteria obat yang di
produksi:
1. Sediaan farmasi dengan formula khusus
2. Sediaan farmasi dengan harga murah
3. Sediaan farmasi dengan kemasan yang lebih kecil
4. Sediaan farmasi yang tidak tersedia di pasaran
5. Sediaan farmasi untuk penelitian
6. Sediaan nutrisi parenteral
7. Sekontruksi sediaan obat kanker
Penerimaan
Penerimaan merupakan kegiatan untuk menerima pembekalan
farmasi yang telah diadakan sesuai dengan aturan kefarmasian,
melalui pembelian langsung, tender, konsinyasi, atau sumbangan
17
Penyimpanan
Penyimpanan merupakan kegiatan pengaturan pembekalan farmasi
menurut persyaratan yang di tetapkan:
3.7.2 Psikotropika
Psikotropika adalah zat atau obat, baik alamiah maupun
sintesis bukan narkotika, yang berkhasiat psikoaktif melalui
pengaruh seleklif pada susunan saraf pusat yang menyebabkan
perubahan khas pada aktifitas mental dan perilaku.
18
3.7.3 LASA dan HIGH ALERT
LASA (Look Alike Sound Alike) merupakan sebuah peringatan
(warning) untuk keselamatan pasien (patient safety), obat-obatan
yang bentuk / rupanya mirip dan pengucapannya / tidak boleh
diletakkan berdekatan. Walaupun terletak pada kelompok abjad yang
sama harus diselingi dengan minimal 2 obat dengan kategori LASA di
antaranya atau di tengahnya
Contoh :
1. Micardis 40 mg Tablet
2. Micardis 80 mg Tablet
3. Metformin 500 mg Tablet
4. Metformin 850 mg Tablet
5. Olanzapine 10 mg Tablet
6. Ondansentron 8 mg Tablet
7. Simvastatin 10 mg Tablet
8. Simvastatin 20 mg Tablet
9. Sprinolactone 25 mg Tablet
10. Asam Mefenamat 500 mg Tablet
11. Adalat oros 20 mg Tablet
12. Adalat oros 30 mg Tablet
13. Amlodipine 10 mg Tablet
14. Captropil 12,5 mg Tablet
LASA
High Alert adalah sejumlah obat-obatan yang memiliki resiko tinggi
menyebabkan bahaya yang besar pada pasien jika tidak digunakan
secara tepat (drugs that bear a heightened risk of causing significant
patient harm when they are used in error (ISMP- institute for safe
medikation Practices).
HIGH
ALERT
19
DAFTAR OBAT HIGH ALERT RSUD DR. R.M.DJOELHAM BINJAI
20
BAB IV
TINJAUAN KHUSUS RSUD. Dr. R.M. DJOELHAM BINJAI
Gambar 4.1 Denah Lokasi RSUD Dr. R.M. Djoelham Kota Binjai
4.2 Sejarah Rumah Sakit Umum Dacrah Dr. R.M. Djoelham Binjai
RSUD Dr. R.M. Djoelham Koto Binjai belum dapat dikisahkan secara
pasti namun berdasarkan kisah yang dikumpulkan RSUD Dr. R.M. Djoelhan Kota
Binjai berawal dari sebuah gedung yang memberikan pelayanan kesehatan
dengan nama RSU Binjai. Gedung ini telah ada sejak zaman Kesultanan, dengan
luas bangunan yang tidak begitu besar, fasilitas peralatan medis yang disediakan
pun sangat sederhana. Bangunan tersebut diperkirakan letaknya di Gedung A
RSUD Dr. R.M. Djoelham Kota Binjai saat ini
Dikisahkan RSU Binjai sudah berdiri sejak ahun 1927, yang didirikan oleh
Tengku Musa. Pada masa itu telah ada seorang dokter umum yang bertugas
memberikan pelayanan kesehatan, baik bagi keluarga kesultanan maupun
masyarakat. Dokter tersebut adalah dr. Jalaluddin Siregar. Tidak ada catatan
resmi sampai kapan beliau melaksanakan pengabdiannya di RSU Binjai
diperkirakan sejak tahun 1937 Dr. RM. Djoelham memberikan
pelayanan kesehatan di RSU Binjai. Pada masa penjajahan Jepang, disamping
berjuang dalam memberikan pelayanan kesehatan.Dr. R.M. Djoelham juga aktif
memperjuangkan kemerdekaan Kota Binjai. Antara tahun 1942-1945 Dr. R.M.
21
Djoelham tercatat dalam sejarah Kota Binjai sebagai Anggota Dewan Eksekutif
Kota Binjai.
Seiring dengan ditetapkanya Kota Binjai sebagai Kota Administrasi,
sekitar tahun 1960 mulai dikenal suatu jawatan yang disebut Dinas Kesehatan
Rakyat: (DKR). Pada awal berdirinya, DKR membawahi jajaran bidang
kesehatan termasuk rumah sakit secara langsung. Hal ini berarti bahwa Kepala
DKR adalah juga Kepala (Pimpinan) rumah sakit. Karena itu pada sekitar tahun
1963 Pimpinan RSU Binjai dijabat oleh Kepala DKR Kota Binjai yaitu dr.
Abdoellah Hoed. Kondisi ini berlanjut pada periode 1966-1971 yaitu Kepala DKR
yang juga Pimpinan RSU Binjai dijabat olch dr. Maringan E. Hutapea.
Pada tahun 1971-1976, Kepaia DKR yung juga Pimpinan RSU Binjai
dijabat oleh dr. H. Mahyuddin. Pada periode ini mulai ada pemisahan jabatan
kepala DKR dengan pimpinan rumah sakit namun penyelenggaraan pelayanan
kesehatan belum mengalami perubahan, pelayanan yang diberikan hanya
pelayanan kesehatan dasar.
Selanjutnya, pada periode 1976-1980 pimpinan RSU Binjai dijabat oleh dr.
H. Azwar Hamid. Pada periode ini RSU Binjai ditetapkan sebagai RSUD kelas D
yang merupakan Rumah Sakit Pembantu, dengan RSU Tanjung Pura sebagai
Rumah Sakit Induk. Sebagai rumah sakit pembantu, RSU Binjai hanya
menyelenggarakan layanan kesehatan dasar, sedangkan pelayanan spesialistik,
dilaksanakan di Rumah Sakit Induk.
Perkembangan yang cukup berarti dalam penyelenggaraan pelayanan
kesehatan terjadi pada masa RSU Binjai dipimpin oleh dr.H.Ahmad Yusmadi
Yunus pada tahun 1981-1985. Pada periode ini RSU Binjai tidak hanya
melaksanakan pelayanan kesehatan dasar, namun sudah ditambah beberapa
kunjungan pelayanan spesialistik yang dilaksanakan dengan Sistem Paket
Pelayanan Dokter Spesialis dari Rumah Sakit Induk yaitu RSU Tanjung Pura.
Pelaksanaan Sistem Paket Pelayanan Dokter Spesialis ini merupakan langkah
awal penyelenggaraan pelayanan empat spesialistik dasar, yang merupakan
langkah awal persiapan menuju RSUD kelas C.
Pada periode tahun 1985-1987, pimpinan RSU Binjai dijabat oleh
dr.H.Sofyan Siregar, MPH. Pada kurun waktu tersebut, terbitlah kebijaksanaan
Departemen Kesehatan RI untuk menempatkan dokter spesialis yang dikenal
dengan Program Penempatan Dokter Spesialis (PPDS). Kebijakan ini merupakan
22
wujud komitmen Pemerintah dalam upaya meningkatkan cakupan dan jangkauan
pelayanan spesialistik yang sangat dibutuhkan masyarakat di daerah.
Kebijaksanaan PPDS tersebut memungkinkan RSUD Binjai memiliki empat
pelayanan spesialistik dasar yaitu pelayanan spesialistik penyakit dalam,
pelayanan spesialistik kandungan dan kebidanan, pelayanan spesialistik bedah
dan pelayanan spesialistik kesehatan anak.
23
Pada tanggal 04 Desember 2008-2009 Direktur Rumah Sakit Umum Daerah
Dr.R.M. Djoelham Kelas B Kota Binjai adalah Dra. Sri Sutarti, Apt.,MM.,
melanjutkan pengembangan yang sudah terbina atau terlaksana pada masa
periode Direktur sebelumnya, dan penataan Manajemen yang Kualitatif dan
Kualitas SDM rumah sakit.
24
Berdasarkan surat Departemen Kesehatan Republik Indonesia Direktorat
Jendral Bina Pelayanan Medik Nomor TU.07.01/III.3.2/407, ditetapkan
perubahan Status Kelas RSU Binjai dari RSUD kelas C menjadi RSU kelas B
Non Pendidikan. Tanggal 11 April 2008, RSUD Dr. R.M. Djoelham Kota Binjai
disebut sementara menjadi Rumah Sakit Umum Daerah Kelas B Kota Binjai.
Pada Desember 2019 sampai sekarang Direktur RSUD Dr. R. M.
Djoelham Binjai adalah dr. David Immanuel Tambun, Sp.B.
Berdasarkan surat Departemen Kesehatan Republik Indonesia Direktorat
Jendral Bina Pelayanan Medik Nomor : YM01.q0/3139/09 tanggal 13 Agustus
2009. RSUD Dr.R.M. Djoelham Binjai ditetapkan mendapat status penuh
Akireditas 5 POKJA. Dan dilanjutkan sedang berjalan 16 POKJA serta menuju
kepada Rumah Sakit yang BLU. Serta pembangunan gedung tiga lantai serta
bangunan yang berlanjut ke empat lantai yang lain yang akan dibangun pada
tahun 2010 ini juga.
25
12. Sp.OT ( Spesialis Bedah Orthopedi)
13. Sp.Rad ( Spesialis Radiologi)
14. Sp.PA (Spesialis Patalogi Anatomi)
15. Sp.PK (Spesialis patologi klinik)
4.4 Visi, Misi, Motto, Kebijakan Mutu RSUD Dr. R.M. Djoelham Kota
Binjai
VISI
Sesuai dengan Renstra RSUD Dr. R.M. Djoelham Kota Binjai
Tahun 2016-2020, visi RSUD Dr. R.M. Djoelham Kota Binjai adalah:
“MENJADI RUMAH SAKIT RUJUKAN YANG BERMUTU, BERDAYA
SAING, DAN BERWAWASAN LINGKUNGAN"
MISI
Misi RSUD Dr. R.M. Djoelham Kota Binjai adalah:
1. Meningkatkan pelayanan kesehatan sesuai standart akreditasi.
2. Mewujudkan sumber daya manusia yang profesional, sehat, produktif
dan sejahtera.
3. Mewujudkan sistem informasi manajemen rumah sakit yang
terintegrasi.
4. Mewujudkan rumah sakit yang bersih, nyaman dan aman.
5. Meningkatkan dan menetapkan sistem pengelolaan keuangan secara
akuntabel, transparan, efektif dan efisien.
MOTTO
Motto RSUD Dr. R.M. Djoelham Kota Binjai yaitu "SMART" yang
merupakan singkatan dari :
1. Selalu mengutamakan keselamatan pasien
2. Menjunjung tinggi nilai etika profesi
3. Akurat dalam menetapkan diagnosa
4. Ramah dan santun
5. Terpadu dan terbuka dalam melaksanakan tindakan
26
KEBIJAKAN MUTU
Kebijakan mutu RSUD Dr. R.M. Djoelham Kota Binjai adalah:
RSUD Dr. R.M. Djoelham Kota Binjai berkomitmen untuk meningkatkan
jumlah pasien dilayani melalui penerapan standart pelayanan minimal dan
peningkatan kualitas serta kuantitas layanan kesehatan dengan
mengutamakan keselamatan dan kepuasan pelanggan.
27
b) Sub Bagian Penelitian/Pengembangan dan Akreditasi.
Wakil Direktur Keuangan
Bagian Keuangan, membawahi:
a) Sub Bagian Keuangan dan Perbendaharaan;
b) Sub Bagian Penerimaan ;
c) Sub Bagian Verifikasi.
Bagian Anggaran dan Program, membawahi :
a) Sub Bagian Program
b) Sub Bagian Penyusunan dan Anggaran
c) Sub Bagian Akuntansi dan Mobilisasi Dana
Bagian Perencanaan dan Rekam Medis, membawahi:
a) Sub Bagian Registrasi dan Logistik;
b) Sub bagian Pengolahan dan Pelaporan Data;
c) Sub Bagian Pemasaran dan Promkes.
Komite Medis/Jabatan Fungsional Medis (SMF).
4.7 Jumlah dan Jenis Pelayanan RSUD Dr. R.M. Djoelham Kota Binjai
28
Jenis pelayanan kesehatan yang disediakan di RSUD Dr. RM. Djoelham
kota Binjai meliputi:
29
c. Konsultasi Gizi dan Diabetes Melitus
Poliklinik penyakit dalam merupakan poli dengan jumlah
pasien terbanyak sehingga dibuka 2 ruang pemeriksaan yaitu
ruang periksa untuk perempuan dan ruang pemeriksaan
untuk laki-laki.
d. Poliklinik Gigi
Poliklinik gigi menyediakan pelayanan perawatan dan
pengobatan Gigi. Peralatan yang tersedia sesuai dengan
kebutuhan dokter gigi dalam memberikan pelayanan.
e. Poliklinik Ibu Hamil.
Poliklinik Ibu Hamil dilayani oleh Dokter Spesialis Opteric dan
Ginekologi. Poli ini khusus disediakan untuk menurunkan
angka kematian Ibu dan Bayi dengan upaya pemeriksaan
kehamilan secara rutin yang dilengkapi dengan USG 3
Dimensi.
f. Poliklinik Mata
Poliklinik mata dilayani oleh Dokter Spesialis Mata, yang
didukung oleh dengan peralatan kedokteran canggih
diantaranya Funduscopy, Cataract set, dan lain-lain. Hal ini
diupayakan untuk memberikan pelayanan dengan hasil
pemeriksaan yang akurat.
g. Poliklinik Telinga, Hidung dan Tenggorokan
Poliklinik THT dilayani oleh Dokter Spesialis THT,
pemeriksaan dilakukan baik dengan peralatan manual
maupun dengan peralatan canggih dengan sistem
computerisasi.
h. Poliklinik Paru
Poliklinik Paru dilayani oleh Dokter Spesialis Paru. Pada poli
ini, pemeriksaan dilakukan dengan menggunakan peralatan.
i. Poliklinik Bedah
Poliklinik Bedah dilayani oleh Dokter Spesialis Bedah. Saat ini
selain layanan Dokter Spesialis Orthopedic dan Poli Bedah
juga tersedia Poli Bedah Plastik. Secara umum, poli bedah
30
melayani konsultasi dan rawat jalan setelah tindakan operasi,
sedangkan tindakan operasi dilaksanakan di ruangan OK.
j. Poliklinik Jiwa
Poliklinik Jiwa dilayani oleh Dokter Spesialis Kejiwaan.
Karena keterbatasan ruang pada gedung Poliklinik Spesialis,
ruang periksa Poliklinik jiwa disediakan dilantai 3 gedung B
RSUD Dr. RM.Djoelham kota Binjai.
k. Poliklinik Kulit
Poliklinik kulit dilayani oleh Dokter Spesialis Kulit dan Kelamin
dengan peralatan.
l. Poliklinik Syaraf.
Poliklinik Syaraf dilayani oleh Dokter Spesialis saraf.
m. Poliklinik PKBRS
Poliklinik PKBRS dilayani oleh dokter Spesialis Obstetric dan
Ginekologi. Pada poli ini dilayani pemeriksaan USG yang
digunakan untuk mendeteksi masalah gangguan kesehatan
alat reproduksi wanita.
31
d) Pelayanan Spesialistik Bedah Kulit
e) Poli Geriatri
Pelayanan spesialis dasar yang disediakan di RSUD Dr. RM. Djoelham kota
Binjai yaitu :
32
Pelayanan Spesialis penunjang medik yang disediakan di RSUD Dr. RM
Djoelham kota Binjai yaitu :
1. Ruang IGD tersedia 6 tempat tidur
2. Ruang VK tersedia 1 tempat tidur
3. Ruang OK tersedia 4 tempat tidur .
Ruang VIP dilengkapi dengan fasilitas Tv, AC, kulkas, tempat tidur untuk
keluarga pasien, sofa dan kamar mandi .
33
BAB V
TINJAUAN KHUSUS INSTALASI FARMASI RSUD
DR. R.M. DJOELHAM BINJAI
5.1 Tugas dan Fungsi Instalasi Farmasi RSUD DR. R.M. DJOELHAM
Binjai
Tugas dan fungsi Instalasi Farmasi Rumah Sakit Umum Daerah
Dr. R.M Djoelham Binjai dalam menunjang layanan rumah sakit kepada
pasien meliputi bidang antara lain:
a. Mengelola unit organisasi secara efektif dan efisien.
b. Mengelola persediaan, pengadaan dan perbekalan yang efektif dan
efisien.
c. Pelayanan yang berorientasi kepada seluruh pasiern.
d. Menyediakan informasi obat yang lengkap dan akurat kepada, pihak-
pihak yang berkepentingan di rumah sakit maupun dilingkungan di
rumah sakit. Kegiatan pelatihan dan pembinaan sumber daya
manusia.
e. Kegiatan pelatihan dan pembinaan sumber daya manusia.
34
5.3 Pengadaan Perbekalaan Farmasi
Pengadaan perbekalan farmasi di RSUD Dr. R.M. Djoelham Binjai
ada 2 sumber yaitu:
1. Pengadaan E-catalogue
2. Pengadaan Melalui Tender
5.4 Penyimpanan
Penyimpanan adalah suatu kegiataan pengamanan dengan
dengan cara penempatan perbekalan farmasi pada tempat yang dinilai
aman. Fasilitas penyimpanan dan pengiriman merupakan salah satu
bagian dari sistem suplai persediaan di rumah sakit, gudang merupakan
tempat pemberhentian sementara barang – barang sebelum dialihkan
dan berfungsi mendekatkan barang kepada pemakai hingga dapat
menjamin pelancaran permintaan dan penyimpanan persediaan farmasi.
Tujuan dari penyimpanan pelayanan farmasi
1. Memelihara mutu obat tetap baik.
2. Pelayanan yang cepat dan tepat.
3. Memudahkan pengawasaan persediaan/ stok barang untuk
keamanan baik faktor internal maupun eksternal.
Penyimpanan perbekalan Farmasi di RSUD Dr. R.M Djoelham Binjai
dilakukan dengan FIFO (First in First Out) dan FEFO (First Expire First
Out) berdasarkan sediaan, efek farmakologi dan alfabetis.
35
5.5.1 Pelayanaan Pasien Rawat Jalan
Prosedur pengambilan obat pasien rawat jalan di RSUD
Dr. R.M. Djoelham Binjai, khususnya Pasien BPJS yaitu:
1. Pasien yang datang di RSUD Dr. R.M. Djoelham Binjai harus
ada surat rujukan ke RSUD Dr. R.M. Djoelham Binjai.
2. Pasien mendaftar ke loket pendaftaran.
3. Setelah pasien mendaftar, pasien akan mendapatkan kartu
loket.
4. Kemudian ke loket BPJS dan akan mendapatkan SEP (Surat
Eligibilitas Peserta) sebagai bukti anggota pasien BPJS.
5. Kemudian pasien berobat dan melakukan pemerikasaan di
poli-poli tertentu.
6. Pasien akan mengantar resep ke Instalasi Farmasi Rumah
Sakit, dimana pada resep sudah terlampir SEP (Surat
Eligibilitas Peserta) sebagai bukti pasien BPJS.
7. Tenaga farmasi akan memberi nomor antrian
8. Resep di verifikasi oleh apoteker
9. Sebelum resep dientry, akan diperiksa kembali oleh pihak
entry
10. Setelah resep dientry, kemudian tenaga farmasi akan
mengambil obat dan mencatat di kartu stok obat
11. Obat diserahkan oleh Apoteker kepada pasien sekaligus
pemberian informasi obat sesuai antrian.
36
5.5.2 Pelayanan Resep Pasien Rawat Inap
Prosedur pelayanan resep inap di RSUD Dr. R.M. Djoelham
Binjai yaitu:
1. Pasien akan langsung ke IGD.
2. Setelah pasien diperiksa, maka keluarga akan masuk ke ruangan untuk
inap sesuai dengan kelas BPJS yang pasien miliki.
3. Perawat akan mengambil obat di Instalasi Farmasi Rumah Sakit dan
kemudian akan menyerahkan KOP (Kartu Obat Pasien) yang terlampir
SEP sebagai bukti pasien BPJS.
4. Resep di verifikasi oleh apoteker
5. Sebelum resep dientry, akan diperiksa kembali oleh pihak entry
6. Setelah resep dientry, kemudian tenaga farmasi akan mengambil obat
dan mencatat pengeluaran obat dikartu stok kemudian menyerahkan obat
kepada perawat yang membawa KOP (Kartu Obat Pasien).
7. Setiap obat yang dipakai oleh pasien rawat inap akan dicatat di KOP
(Kartu Obat Pasien) masing-masing pasien.
37
5.6 Gudang Instalasi Farmasi RSUD Dr. R.M. Djoelham Binjai
Di Instalasi Farmasi RSUD Dr. R.M. Djoelham Binjai memiliki dua
jenis gudang penyimpanan yaitu :
a. Gudang Penyimpanan Obat
Obat disimpan digudang penyimpanan obat dengan penyimpanan
secara alfabetis, FEFO (First Expire First Out), FIFO (First in First
Out). Gudang penyimpanan obat merupakan tanggung jawab seorang
Apoteker.Pendistribusian obat ke apotik dengan prosedur
pengamprahan ke gudang.
b. Gudang Bahan Habis Pakai (BHP)
Gudang Bahan Habis Pakai di berikan tanggung jawab kepada
Apoteker dan amprahan dilakukan oleh perawat melalui Instalasi
Farmasi Rumah Sakit contoh bahan habis pakai yaitu cateter, infuse
set, spuit, kapas, abocath, dan lain sebagainya.
38
BAB VI
PERMASALAHAN DAN PEMBAHASAN
6.1 Permasalahan
Praktek Belajar Lapangan (PBL) merupakan salah satu syarat bagi
mahasiswa yang akan menyelesaikan pendidikan di POLITEKNIK KESEHATAN
KEMENKES MEDAN JURUSAN FARMASI. Selama mengikuti Praktek Belajar
Lapangan (PBL) di RSUD Dr. R.M. Djoelham Binjai terdapat beberapa
permasalahan, antara lain :
6.2 Pembahasan
6.2.1 Keterbatasan tenaga keshatan di Instalasi Farmasi Rumah
Sakit (IFRS) RSUD Dr. R.M. Djoelham
Pelayanan resep untuk pasien di Instalasi Farmasi tidak terlayani
dengan cepat oleh bagian Instalasi Farmasi, karena terbatasnya tenaga
kesehatan.
6.2.2 Terdapat Beberapa Obat Yang Kosong di IFRS RSUD Dr. R.M.
Djoelham Binjai
Pelayanan resep untuk pasien rawat jalan maupun rawat inap di
Instalasi Farmasi tidak terlayani sepenuhnya oleh bagian Instalasi
Farmasi, karena terdapat beberapa obat dan alat kesehatan habis pakai
yang kosong di gudang IFRS, akan tetapi Instalasi Farmasi membeli obat
kepada pihak ketiga untuk pengadaan obat dan alat kesehatan habis
pakai yang tidak ada di IFRS.
39
BAB VII
PENUTUP
7.1 Kesimpulan
1. Pelaksanaan kegiatan pelayanan kefarmasian di RSUD Dr. R.M.
Djoelham Binjai, khususnya di instalasi farmasi sudah berjalan sangat
baik.
2. Secara umum Instalasi Farmasi Rumah Sakit Umum Daerah Dr. R.M.
Djoelham Binjai telah di kelola dengan baik tetapi masih terdapat
penumpukan barang karena kurang luasnya ruangan gudang dan kurang
luasnya Instalasi Farmasi Rumah Sakit
3. Pengadaan, penyimpanan dan pendistribusian obat di insatalasi farmasi
serta gudang RSUD Dr. R.M. Djoelham Binjai telah dilakuan sesuai
dengan ketentuan di rumah sakit pada umumnya. Walaupun terkadang
terjadi kekosongan barang akibat keterlambatan pengiriman obat/alat
kesehatan dari PBF.
4. Pencatatan dan pelaporan perbekalan kefarmasian di RSUD Dr. R.M.
Djoelham Binjai dilakukan sangat rutin yang dilakukan oleh tenaga
kefarmasian.
7.2 Saran
1. Perlunya perluasan gudang Instalasi Farmasi sebagai tempat
penyimpanan stock obat atau alat kesehatan.
2. Perlunya penambahan tenaga kesehatan di Instalasi Farmasi agar
pelayanan pasien rawat inap untuk pengambilan obatnya bisa dilakukan
secara unit dose, guna memperkecil kesalahan dalam pelayanan obat.
40
DAFTAR PUSTAKA
41
LAMPIRAN
42
Lampiran 2 : Etiket
43
Lampiran 3 : Kartu Stock
44
Lampiran 4 : Label High Alert & Label LASA
HIGH
ALERT
Label LASA
LASA
45
Lampiran 5 : Pesanan Obat
46
Lampiran 6 : Surat Elegibilitas Peserta RSUD Dr. R.M. DJOELHAM
BINJAI
47
Lampiran 7 : Surat Pesanan Narkotika
48
Lampiran 8 : Surat Pesanan Obat Mengandung Prekursor Farmasi
49
Lampiran 9 : Surat Pesanan Obat-obat Tertentu
50
Lampiran 10 : Surat Pesanan Psikotropika
51
Lampiran 11 : Daftar Obat Troley Emergenci
52