Disusun Oleh :
Kelompok 8B
Delvina Ginting 1110102000058
Deisy Indayanti 1110102000080
Nirmala Kasih 1110102000042
sejumlah pelarut atau dengan mengisikan tidak tahan/rusak terhadap suhu tinggi,
sejumlah obat ke dalam wadah dosis antibiotik dan beberapa hormon
tunggal atau wadah dosis ganda (Anief, hal merupakan contoh sediaan dengan
190). perlakuan metode aseptik.
Syarat-syarat obat suntik : Cara aseptik pada prinsipnya adalah cara
1. Aman, tidak boleh memyebabkan kerja untuk memperoleh sediaan steril
iritasi jaringan atau efek toksik dengan cara mencegh kontaminasi jasad
2. Harus jernih, tidak terdapat partikel
renik/partikel asing kedalam sediaan.
padat kecuali berbentuk suspense
Proses cara aseptiknya adalah melakukan
3. Tidak berwarna kecuali bila obatnya
sterilisasi pada semua bahan sediaan (pada
berwarna
4. Sedapat mungkin isohidri awal sebelum pembuatan sediaan) sesuai
5. Sedapat mungkin isotonis
dengan sifat dari bahan yang digunakan.
6. Harus steril
7. Bebas pirogen kemudian dilanjutkan pada proses
pembuatan dan pengemasan dalam ruang
Metode pembuatan suatu sediaan steril ada
steril atau didalam laminar air flow untuk
dua jenis yaitu :
mencegah kontaminasi. Pada proses
1. Sterilisasi akhir
aseptik masih terdapat celah terjadinya
Metode sterilisasi akhir merupakan
kontaminasi, sehingga apabila metode
proses sterilisasi yang dilakukan setelah
sterilisasi akhir bisa dilakukan maka
sediaan selesai dikemas, untuk selanjutnya
metode aseptik tidak perlu dilakukan.
dilakukan sterilisasi, jenis metode
Sediaan Parenteral Volume Besar
sterilisasi yang sering digunakan adalah
Sediaan parenteral volume besar
metode sterilisasi panas lembab
(SPVB) dapat diartikan sebagai obat steril
menggunakan autoklaf, namun sterilisasi
yang dikemas dalam wadah dengan ukuran
akhir dapat dilakukan dengan berbagai
minimal 100 ml dan ditujukan untuk
metode (panas kering, filterisasi, EM,
manusia. untuk mendapatkan sediaan
pengion, gas, dsb), hal ini tergantung
parenteral yang baik maka perlu dilakukan
pertimbangan keefektifan, efisiensi, dan
praformulasi sehingga didapatkan :
ketepatan serta kesesuaian dengan zat-zat
1. Pembawa yang sesuai
dalam sediaan. 2. Zat eksipien yang dibutuhkan
3. Wadah dan jenis wadah yang sesuai
2. Cara aseptik
Untuk sediaan parenteran volume besar
Cara aseptik bukan termasuk
tidak termasuk intravena, larutan enguras,
metode sterilisasi. Cara aseptik hanya bisa
dialisat peritoneal, atau darah dengan
dilakukan khusus untuk zat aktif yang
penambahan anti koagulan.
Pembuatan Sediaan Infus Ringer
Pada sediaan SPVB ini tidak termasuk Dalam praktikum kali ini kami
obat-obatan yang ditujukan untuk akan membuat sediaan SPVB yaitu infus
pemakaian hewan. Keperluan untuk SPVB ringer atau yang biasa dikenal infus
meningkat karena: natrium klorida majemuk. Dengan recipe
1. Kebutuhan tubuh akan air,
sebagai berikut :
elektrolit dan karbohidrat yang
R/
kurang harus ceoat diganti
NaCl 2,15 gr
2. Obat banyak yang diberikan
KCl 75 mg
melalui infuse, mengingat beberpa
CaCl2 82,5 mg
keuntungan, misalnya tidak perlu
Api ad 250 mL
menyuntik pasien berkali-kali
3. Mudah mengatur keseimbangan Mf. Inf. Da in 250 mL no 1 S im.m
antara keasaman dan kebasaan obat Adapun proses sterilisasi yang kami
dalam darah gunakan yaitu sterilisasi akhir dengan
4. Sebagai penambah zat makanan
autoklaf dengan suhu 121 C selama kurang
bila pasien tidak dapat makan
lebih 15menit.
5. Larutan penambah zat parenteral
Jenis Cairan Infus
volume besar berfungsi sebagai
• Cairan hipotonik: osmolaritasnya
dialisa pada pasien gagal ginjal.
lebih rendah dibandingkan serum
Untuk infuse atau SPVB harus
(konsentrasi ion Na+ lebih rendah
dilakukan perhitungan isotonis. Karena
dibandingkan serum), sehingga larut
tekanan osmosa tersebut sangat penting
dalam serum, dan menurunkan
terhadap factor fisiologis yang
osmolaritas serum. Maka cairan
berpengaruh terhadap formulasi. Tekanan
“ditarik” dari dalam pembuluh darah
osmosa adalah perpindahan pelarut dari zat
keluar ke jaringan sekitarnya (prinsip
terlarut melalui membrane semipermeabel
cairan berpindah dari osmolaritas
yang memisahkan dua komponen. Satuan
rendah ke osmolaritas tinggi), sampai
tekanan osmosa adalah osmols per
akhirnya mengisi sel-sel yang dituju.
kilogram atau osmolaritas :
Digunakan pada keadaan sel
M osmole/ liter =
“mengalami” dehidrasi, misalnya pada
Pada praktikum kali ini, akan dapat terjadi hemolisis yaitu eritrosit akan
dibuat sediaan parenteral volume besar, pecah.
yaitu infus ringer. Infus Ringer Pengecekan isotonis larutan
mengandung berbagai macam elektrolit, dilakukan dengan perhitungan
sehingga digunakan untuk memenuhi menggunakan rumus sebagai berikut :
kebutuhan elektrolit ataupun cairan tubuh M osmole/liter =
secara fisiologis. Infus Ringer adalah gram
x 1000 x jumla h ion
larutan steril Natrium klorida, Kalium liter
BM
klorida, dan Kalsium klorida dalam air
untuk obat suntik yang diberikan melalui Sehingga didapat bahwa larutan infus
intravena tetes demi tetes dengan bantuan ringer yang akan dibuat bersifat isotonis
peralatan yang cocok. Larutan Ringer yang bernilai 311.281 M osmole/liter.
sering digunakan untuk mengisi cairan Pada sediaan Infus, tidak perlu
yang hilang setelah kehilangan darah pengawet karena volume sediaan besar.
akibat trauma, operasi, atau cedera Jika ditambahkan pengawet maka jumlah
kebakaran. pengawet yang dibutuhkan besar sehingga
Hal yang pertama dilakukan dalam dapat memberikan efek toksik yang
membuat sediaan ini adalah mengecek mungkin disebabkan oleh pengawet itu
apakah larutan ini isotonis atau tidak. Pada sendiri. Sediaan infus diberikan secara
pemberian intravenus dalam volume kecil, intravena untuk segera dapat memberikan
isotonis bukanlah suatu syarat yang efek. Pelarut yang digunakan adalah Air
mutlak. Hal ini karena jumlah cairan tubuh Pro Injection bebas pirogen. Sediaan infus
jauh lebih besar dibandingkan jumlah yang kami buat sebanyak 250 ml dengan
cairan yang dimasukkan sehingga terjadi penambahan volume pada saat pembuatan
pengenceran yang cepat. Tetapi tidak sediaan sebanyak 10% sehingga menjadi
demikian jika larutan intravenus volume 275 ml. Sedangkan untuk sediaannya
besar yang diberikan tidak isotonis. Jika volume ditambahkan sebangak 2%
larutan hipertonis (tekanan osmotiknya sehingga volume yang akan dimasukkan
lebih besar daripada darah) maka dapat ke wadah menjadi 255 ml.
terjadi plasmolisis yaitu hilangnya air dari Selanjutnya, bahan-bahan yang ada
sel darah sehingga sel darah akan dalam formula dilarutkan didalam
mengkerut. Jika larutan hipotonis (tekanan aquadest bebas pirogen. Ion natrium (Na+)
osmotik lebih kecil daripada darah) maka dalam infus berupa natrium klorida dapat
Pembuatan Sediaan Infus Ringer
Sterilisasi larutan ringer dilakukan dengan melalui intravena tetes demi tetes
autoclave pada suhu 121oC selama 15 dengan bantuan peralatan yang
menit. cocok.
2. Sediaan infus ringer yang dibuat
Penandaan obat sediaan infus
bersifat isotonis.
ringer yang digunakan adalah label obat
3. Pada sediaan Infus, tidak perlu
keras, karena pada umumnya pemberian
pengawet karena volume sediaan
sediaan infus perlu dilakukan oleh tenaga
besar.
ahli medis dan harus dengan resep dokter 4. pH sediaan sesuai pada rentang pH
untuk menghindari penyalahgunaan stabilitas obat.
5. Infus harus bebas pirogen karena
sediaan. Pada etiket, selain dituliskan
pirogen menyebabkan kenaikan
lambang obat keras, juga dicantumkan
suhu tubuh yang nyata, demam,
jumlah isi atau volume sediaan. Pemberian
sakit badan, kenaikan tekanan
etiket pada wadah sedemikian rupa
darah arteri, kira-kira 1 jam setelah
sehingga sebagian wadah tidak tertutup
injeksi.
oleh etiket, hal ini dilakukan untuk
6. Untuk menghilangkan pirogen
mempermudah pemeriksaan isi secara
larutan dilakukan dengan
visual.
penambahan 0,1% karbon aktif
dihitung terhadap volume total
KESIMPULAN
larutan.
Dari hasil praktikum kali ini dapat 7. Sterilisasi yang dilakukan untuk
disimpulkan bahwa : larutan Ringer laktat adalah
1. Infus Ringer adalah larutan steril termasuk sterilisai akhir.
8. Sterilisasi larutan ringer dilakukan
Natrium klorida, Kalium klorida,
dengan autoclave pada suhu 121oC
dan Kalsium klorida dalam air
selama 15 menit.
untuk obat suntik yang diberikan
DAFTAR PUSTAKA
Departement of pharmaceutical Science. 1982. Martindale the Extra Pharmacoeia 28th
edition. London: The Pharmaceutical Press.
Farmakope Indonesia Edisi ketiga. 1979. Departemen Kesehatan Republik Indonesia.
Formularium Nasional Edisi Kedua. 1978. Departemen Kesehatan Repiblik Indonesia.
Lukas, Stefanus. 2006. Formulasi Steril. Yogyakarta : Andi.
Wade, Ainley and Paul J.Weller. 1994. Handbook of Pharmaceutical Excipients, second
edition. London : The Pharmaceutical Press.
Pembuatan Sediaan Infus Ringer