KATA PENGANTAR…………………………………………………………….. ii
PENDAHULUAN
1.3 Tujuan
1. Dapat mengetahui pengertian korteks adrenal.
2. Dapat mengetahui penyakit atau kelainan hormon korteks adrenal.
3. Dapat membedakan mineralokortikoid dan glukokortikoid.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Kelenjar adrenal dibagi menjadi dua bagian yaitu luar dan dalam.
2. Sedang bagian dalam kelenjar adrenal disebut sebagai medula adrenal yang
dikelilingi oleh korteks.
Glukokortikoid: Nama glukokortikoid terbentuk dari tiga kata yaitu glukosa, korteks
dan steroid.
Androgen: Kata androgen merupakan istilah umum yang digunakan untuk hormon
yang berbeda bertanggung jawab untuk pengembangan karakteristik laki-laki.
Hormon androgen yang berbeda dijelaskan di bawah ini.
Efek dari sekresi hormon hiper ini beberapa. Jika kortisol diproduksi secara
berlebihan, hasilnya adalah bahwa dari penurunan penggunaan glukosa oleh jaringan.
Perincian protein meningkat dan tingkat protein plasma juga meningkat. Untuk
mendapatkan informasi lebih lanjut tentang fungsi korteks adrenal.
3. Sindrom adrenogenital
Sebagian besar bayi dengan sindroma adrenogenital menderita
defisiensi sebagian atau total enzim 21 hidroksilase yang
diperlukan untuk sintesis kortisol. Karena penurunan kadar
kortisol, maka sekresi ACTH hipofisis menyebabkan
hiperplasia korteks adrenalis. Pada pasien defisiensi enzim
sebagian, peningkatan ACTH menghasilkan kadar kortisol
yang normal, tetapi kadar adrenostedion sangat meningkat
disekresikan oleh adrenalis hiperplastik. Kemudian dia
dimetabolis ke testosteron yang menyebabkan virilisasi dalam
wanita serta hipertrofi genetalia pada pria. Jika sama sekali
tidak ada enzim 21 hidroksilase, maka tidak ada produksi
kortisol, sehingga bayi yang lahir dengan masalah ini menderita
insufisiensi adrenalis maupun virilisasi (Sabiston, 1995).
Ini adalah keadaan yang sangat jarang yang timbul pada masa
bayi atau kanak-kanak akibat defek enzim kongenital (biasanya
enzim 21-hidroksilase) pada sinstesis kortisol. Penurunan kadar
kortisol di sirkulasi sebagai akibatnya menstimulasi produksi
ACTH berlebihan, yang pada gilirannya menstimulasi adrenal
untuk menghasilkan steroid androgenik berlebihan. Pada
wanita timbul virilisasi pada tahap awal kehidupan dan bisa
diobati dengan kortisol. Pada pria lebih jarang terdiagnosis dan
bisa meninggal dunia akibat insufisiensi adrenal akut namun
jika selamat semasa bayi, terjadi pertumbuhan berlebihan dan
menyebabkan pubertas prekoks dan tinggi badan akhir menjadi
pendek. (Rubenstein dkk, 2005:173-174)
PEMBAHASAN
3.1 Glukokortikoid
Hormon glukokortikoid adalah steroid yang memiliki 21 atom karbon dengan
fungsi utama meningkatkan glukoneogenesis. Glukokortikoid pada manusia biasa
disebut dengan kortisol yang dihasilkan pada zona fascikulata, dan zona
glomerulosa. Pada bagian berikut akan dibahas mekanisme dan pengaturan
hormon glukokortikoid pada manusia.
a. Biosintesis Glukokortikoid
Semua hormone steroid pada mamalia disintesis dari kolesterol via
pregnenolon melalui sederet reaksi yang terjadi di dalam mitokondria
maupun di dalam reticulum endoplasma sel korteks adrenal, dalam hal ini
diperlukan hidroksilase dan NADPH, dalam keadaan tertentu juga
diperlukan dehidrogenase, isomerase dan liase. Sintesis glukokortikoid
membutuhkan tiga hidroksilase yang beraksi secara beruntun pada posisi
C17, C21, dan C11. Dua reaksi hidroksilase yang pertama berlangsung
cepat, sedangkan hidroksilase pada C11 berlangsung lebih lambat.
Senyawa metirapon adalah penghambat efektif dari1 – hidroksilase dan
digunakan untuk tes diagnostic cadangan hipotalamus-hipopisa. Tes ini
berguna untuk mengetahui bahwa glukokortikoid merupakan hormone
yang menghambat secara umpan balik pelepasan ACTH. Bila sintesis
glukokortikoiddihambat dengan memberi orang normal dosis metipan
balik pelepasan ACTH , metirapon secara oral pada tengah malam,
keesoakan harinya terjadi pelepasan ACTH berlebihan, pembentukan
steroid dirangsang dan 11 deoksikortisol menumpuk karena tidak terjadi
pembentukan glukokortikoid.
Transport Plasma
- Kortisol beredar dalam plasma dalam bentuk terikat protein dan dalam
bentuk bebas.
- Protein pengikat utama dalam plasma disebut trans-kortin atau globulin
pengikatkortikosteroid (CBG=Cortocosteroid-binding globulin), CBG
diproduksi di hati.
- CBG mengikat sebagian besar hormon tersebut bila kadarnya dalam
plasma berada pada kisaran normal. Kortisol dalam jumlah yang lebih
kecil akan akan terikat ke albumin.
- Kekuatan pengikatan membantu menentukan usia paruh biologik (t ½)
hormone glukokortikoid. Kortisol terikat erat pada CBG dan memiliki t
½ 1,5-2 jam,sedangkan kortikosteron yang kurang terikat erat
mempunyai t ½ kurang dari 1 jam.
- CBG tidak hanya berikatan dengan glukokortikoid tapi juga dengan
deoksikortikosteron dan progesteron. Mereka bersaing dalam berikatan
dengan CBG.
- Dalam bentuk bebas kortisol ditemukan sekitar 8% dari jumlah kortisol
dalam plasma dan merupakan fraksi kortisol yang biologik aktif.
Laju Metabolisme
- Kortisol dan metabolitnya membentuk sekitar 80% jumlah 17
hidroksikortikoid dalam plasma (setengahnya beredar dalam plasma
dalam bentuk metabolit dihidrodantetrahidro-), 20% sisanya terdiri atas
kortison dan 11-deoksikortisol.
- Semua senyawa tersebut dimodifikasi melalui proses konjugasi dengan
glukuronida dan sebagian kecil dengan sulfat.
- Modifikasi ini terutama terjadi di hati dan membuat molekul steroid
yang bersifat lipofilik bisa larut air dan dapat diekskresikan.
- Pada manusia sebagian besar steroid terkonjugasi yang memasuki
intestinum lewat ekskresi bilier akan diabsorbsi kembali melalui
sirkulasi enterohepatik.
- Sekitar 70% steroid terkonjugasi akan diekskresikan ke dalam urine,
20% keluar dalam bentuk feses dan sisanya keluar melalui kulit.
3.2 Kortisol
Fisiologis Kortisol
Banyak senyawa telah dihasilkan oleh korteks adrenal ( lebih kurang
40 macam) akan tetapi hanya sebagian yang dijumpai dalam darah vena
adrenal. Kerja fisiologis utama dari hormon-hormon adrenal khususnya
glukokortikoid adalah sebagai berikut :
1. Mempengaruhi metabolisme karbohidrat, lemak dan protein,
yaitu memacu glikogeolisis, ketogenesis, dan katabolisme
protein.
2. Memiliki kerja anti insulin, dimana glukokortikoid menaikkan
glukosa, asam-asam lemak dan asam asam amino dalam
sirkulasi. Dalam jaringan perifer seperti otot, adipose dan
jaringan limfoid, steroid adalah katabolik dan cenderung
menghemat glukosa, pengambilan glukosa dan glikolisis ditekan.
3. Terhadap pembuluh darah meningkatkan respon terhadap
katekolamin.
4. Terhadap jantung memacu kekuatan kontraksi ( inotropik positif)
5. Terhadap saluran cerna meningkatkan sekresi asam lambung dan
absorbsi lemak, menyebabkan erosi selaput lendir.
6. Terhadap tulang menyebabkan terjadinya osteoporosis, oleh
karena menghambat aktifitas osteoblast dan absorbsi kalsium di
usus.
7. Meningkatkan aliran darah ginjal dan memacu eksresi air oleh
ginjal.
8. Pada dosis farmakologis menurunkan intensitas reaksi
peradangan, dimana pada konsentrasi tinggi glukokortikoid
menurunkan reaksi pertahanan seluler dan khususnya
memperlambat migrasi leukosit ke dalam daerah trauma.
9. Glukokortikoid menambah pembentukan surfaktan dalam paru-
paru dan telah digunakan untuk mencegah sindroma respiratory
distress pada bayi premature.
Biosintesis Kortisol
Sintesis steroid adrenal bermula dari asetat atau kolesterol dan bergerak
melalui beragam langkah-langkah enzimik ke pembentukan
glukokortikoid. Jalan reaksi menyangkut sintesis permulaan kolesterol
yang setelah terjadi pembelahan dan oksidasi serangkaian rantai samping,
5
diubah menjadi A -pregnenolon. Kortek adrenal mengandung relatif
banyak kolesterol, sebagian besar sebagai ester kolesteril yang berasal dari
sintesis de novo dan sumber-sumber ekstra adrenal. Perubahan
esterkolesteril menjadi kolesterol merupakan langkah yang perlu dalam
sintesis steroid dan diatur oleh ACTH, dalam hal ini ACTH melakukannya
dengan meningkatkan cAMP, yang mengaktifkan protein kinase,
selanjutnya mengaktifkan protein-protein melalui fosforilasi untuk
mengkatalisis hidrolisis kolesteril ester. Kinase ini awalnya juga
meningkatkan 20-hidroksilasi kolesterol. Hasil akhir reaksi ini adalah C-27
steroid 20α,22β-dihidroksikolesterol dan 17α,20α-dihidroksikolesterol.
Senyawa ini diubah langsung menjadi pregnenolon atau 17α-pregnenolon
dengan kehilangan bagian isokaproat aldehida yang terdapat pada rantai
samping.
Sekresi ACTH diatur secara umpan balik oleh steroid yang beredar, pada
manusia kortisol adalah regulator yang paling penting. Kortisol bebas di
dalam darah memiliki umpan balik negatif terhadap pelepasan hormon
pelepas kortikotropin ( corticotropin releasing hormone atau CRH) dari
hipotalamus dan terhadap kortikotrof hipofisis.
Transpor, Metabolisme Dan Eksresi Kortisol
A. Peredaran dan transpor kortisol
Kortisol dalam jumlah yang cukup besar lebih kurang 75% terikat
pada α - globulin yang disebut traskortin atau globulin pengikat
kortikostroid (corticosteroid binding globulin). Sebanyak 15% lainnya
terikat lebih lemah pada albumin, dan 10 % sisanya yang aktif secara
matabolik beredar dalam bentuk bebas. Kortisol yang terikat
tampaknya secara fisiologis tidak aktif. Karena terikat dengan protein,
maka dalam urin relatif sedikit terdapat kortisol bebas dan
kortikosteron. Kortisol yang terikat mungkin berfungsi sebagai
cadangan hormon dalam sirkulasi yang mempertahankan suplai
kortisol bebas ke jaringan.
B. Metabolisme dan eksresi kortisol
Kortisol dimetabolisme dalam hati yang merupakan tempat utama
katabolisme glukokortikoid, sebagian besar kortisol direduksi menjadi
dihidrokortisol yang selanjutnya menjadi tetrahidrokortisol yang
dikonjugasikan dengan asam glukuronat sehingga mudah larut, dan
karena glukuronida ini tidak terikat oleh protein maka senyawa
tersebut mudah dieksresi oleh ginjal bersama urin. Kira-kira 5-10 %
kortisol dipecah menjadi 11-hidroksi-17ketosteroid dan selanjutnya
menjadi 11-ketoetiokolanolon dan 11-beta-hidroksiandrosteron.
Eksresi kortisol bebas hanya sebesar 10% jumlahnya dalam darah,
dan hanya 10% jumlah yang difiltrasi lalu dikeluarkan bersama urin,
karena telah terlebih dahulu direabsorbsi di tubuli ginjal.
3.3 Mineralokortikoid
Mineralokortikoid adalah hormon steroid yang bertanggung jawab untuk
melestarikan natrium, dan menjaga keseimbangan garam dan air dalam tubuh.
Mineralokortikoid primer dikenal sebagai aldosteron, dan disekresikan oleh
zona glomerulosa (lapisan terluar) dari korteks adrenal.
Kerja utama hormon ini adalah untuk meningkatkan retensi Na+ dan ekskresi
K+ serta H+ khususnya dalam ginjal.
Mekanisme Renin-Angiotensin-Aldosteron
Beban natrium di tubuh tercermin oleh volume CES. Natriun dan anion
pendampingnya, Cl, menentukan lebih dari 90% aktivitas osmotik CES.
Ingatlah bahwa tekanan osmotik dapat secara longgar dianggap sebagai
gaya yang menarik dan menahan air. Apabila beban natrium di atas
normal, dan dengan demikian aktivitas osmotik CES meningkat, Natrium
ekstra tersebut menahan air ekstra sehingga volume CES bertambah.
Sebaliknya, jika beban natrium di bawah normal, sehingga menurunkan
aktivitas osmotik CES, lebih sedikit air yang dapat dipertahankan dalam
CES dibandingkan dalam keadaan normal, akibatnya volume CES
berkurang. Karena plasma adalah komponen CES, konsekuensi terpenting
dari perubahan volume CES adalah perubahan tekanan darah yang
menyertai ekspansi (tekanan darah meningkat) atau reduksi (tekanan darah
menurun ) volume plasma (Fox, 1993 dan Sherwood, 2001).
Sintesis Androgen
- Prekursor androgen yang dihasilkan oleh korteks adrenal adalah
dehidroepiandrosteron (DHEA).
- Produksi androgen adrenal mengalami peningkatan yang mencolok
bila biosintesis glukokortikoid terhambat oleh defisiensi salah satu
enzim hidroksilase.
- Sebagian besar DHEA akan dimodifikasi secara cepat lewat
penambahan sulfat dan sekitar separuh dari modifikasi ini terjadi di
dalam adrenal sedangkan sisanya di hati.
- DHEA sulfat merupakan unsur inaktif tetapi pengeluaran gugus sulfat
akan mengakibatkan pengaktifan kembali.
- 3b-OHSD dan D5,4 isomerase akan mengubah DHEA androgen yang
lemah menjadi androstenedion yang lebih poten.
- Reduksi androstenedion pada posisi C17 menghasilkan terbentuknya
testosterone (hanya sejumlah kecil).
Patofisiologi :
Insufisiensi adrenal kronis terjadi ketika kelenjar adrenal gagal untuk
mengeluarkan hormon dalam jumlah yang adekwat, untuk memenuhi
kebutuhan fisiologis, walaupun ACTH keluar dari kelenjar pituitari.
Etiologi
1. Autoimun ( kurang lebih 70-90 kasus)
2. Infeksi ( TBC, Histoplasmosis, HIV, Syphilis)
3. Keganasan ( metastase dari paru paru, mamae, carcinoma colon,
melanoma, lymphoma).
Gejala dan tanda
1. Gejala yang berhubungan dengan kekurangan kortisol lemah badan,
cepat lelah, anoreksia, mual mual, muntah, diare, hipoglikemi,
hipertensi ortostatik ringan, hiponatremi, eosinophilia.
2. Gejala yang berhubungan dengan kekurangan aldosterone Hipertensi
ortostatik, hiperkalemia, hiponatremia.
3. Gejala yang berhubungan dengan kekurangan androgen kehilangan
bulu bulu axilla dan pubis.
4. Gejala yang berhubungan dengan kelebihan ACTH Hiperpigmentasi
kulit dan permukaan mukosa.
Diagnosis
Periksa kadar kortisol baseline pada pagi hari dan ACTH, lalu
dilakukan cosyntropin (ACTH) stimulation test. Kadar kortisol biasanya
rendah dan kadar ACTH tinggi dan eksogen ACTH tidak meningkatkan
kortisol karena kelenjar adrenal tidak berfungsi. Pemeriksaan lebih lanjut
tergantung dari kemungkinan penyebab penyakit yaitu autoimun, infeksi
dan keganasan.
Terapi Penyakit
Terapi penyakit Addison yaitu penggantian atau subtitusi hormon
kortisol memperbaiki defisiensi glukokortikoid dan terapi standar pada
keadaan krisis Addison. Diagnosis dini dan terapi yang tepat diperlukan
untuk memberikan prognosisyang baik bagi pasien Addison's disease.
BAB IV
KESIMPULAN