Anda di halaman 1dari 21

JURNAL PRAKTIKUM

TEKNOLOGI SEDIAAN STERIL


INJEKSI MENADION

DISUSUN OLEH KELOMPOK 3 GENAP


1. LARA KARLINA (PO.71.39.1.20.068)
2. ANNISA KURNIA SUCI (PO.71.39.1.20.070)
3. THALITA ADELLIA (PO.71.39.1.20.072)
4. ADELIA OVI MARSELI (PO.71.39.1.20.074)
5. NAFILA OKTAVIA (PO.71.39.1.20.076)
6. ILHAM SFRYADI (PO.71.39.1.20.078)

REGULER II B
DosenPembimbing:
Drs. Sadakata Sinulingga, Apt, M. Kes
NILAI PARAF

POLTEKKES KEMENKES PALEMBANG


JURUSAN FARMASI
TAHUN AKADEMIK 2021/2021
I. FORMULA

A. FORMULA TUGAS

R/ Menadion 2 mg / ml
Penicilin G 3000 UI / ml
m.f. Inj No. II
da.in.. Vial 10 ml

II. TUJUAN PRAKTIKUM


1. Mahasiswa mampu membuat sediaan steril yang berupa injeksi dengan menadion
sebagai zat berkhasiat serta melakukan teknik pembuatannya.
2. Mahasiswa mampu melakukan evaluasi sediaan injeksi menadion

III. TEORI

A. Teori Steril
Steril adalah suatu keadaan dimana suatu alat, bahan atau sediaan sama sekali
bebas dari mikroorganisme hidup yang patogen maupun tidak, baik dalam bentuk
vegetative maupun spora. Sterilisasi adalah penghancuran secara lengkap semua
mikroorganisme hidup dan spora-sporanya dari alat, bahan atau sediaan.
Steril adalah istilah yang mempunyai kondisi konotasi relatif, dan kemungkinan
menciptakan kondisi mutlak bebas dari mikroorganisme hanya dapat diduga atas dasar
proyeksi kinetis angka kematian mikroba. Produk steril adalah sediaan terapetis dalam
bentuk terbagi-bagi yang bebas dari mikroorganisme hidup. Semua komponen dan
proses yang terlibat dalam penyediaan produk ini harus dipilih dan dirancang untuk
menghilangkan semua jenis kontaminasi secara fisik, kimia atau mikrobiologi.
Sterilisasi adalah cara untuk mendapatkan suatu kondisi bebas mikroba atau setiap
proses yang dilakukan baik secara fisika ,kimia, dan mekanik untuk membunuh semua
bentuk kehidupan terutama mikroorganisme. Sterilisasi yang sering dilakukan untuk
alat-alat praktikum terbagi menjadi sterilisasi kering dan sterilisasi basah
(Hadioetomo,1993).

1. Panas kering
Cara ini untuk membunuh mikroba hanya memakai udara panas kering yang
tinggi. Sterilisasi panas kering dibedakan atas:
a) Panas membara
Dengan jalan menaruh benda yang akan disterilkan dalam nyala api
bunsen sampai merah membara. Alat yang disterilkan yaitu sengkelit, jarum,
ujung pinset dan ujung gunting.
b) Melidah-apikan
Dengan melewatkan benda dalam api bunsen, namun tidak sampai
menyala terbakar. Alat yang disterilkan yaitu scalpel, kaca benda, mulut
tabung dan mulut botol.
c) Udara kering
Oven merupakan ciri umum yang dimaksud. Alat ini terbuat dari kotak
logam, udara yang terdapat di dalamnya mendapat udara panas melalui panas
dari nyala listrik. Alat yang disterilkan yaitu tabung reaksi, cawan petri,
pipet, scalpel dari logam, gunting dan botol. Pemanasan satu jam dengan
temperatur 160oC dianggap cukup.

2. Panas Basah
Panas basah adalah pemansan menggunakan air atau uap air. Uap air adalah
media penyalur panas yang terbaik dan terkuat daya penetrasinya. Panas basah
mematikan mikroba. Oleh karena koagulasi dan denaturasi enzim dan protein
protoplasma mikroba. Untuk mematikan spora diperlukan panas basah selama 15
menit pada suhu 121oC. Sterilisasi panas basah dapat dibedakan atas tiga golongan
yaitu:
a) Panas basah < 100oC (Pasteurisasi)
Pasteurisasi yaitu pemanasan pada suhu 60oC selama 30 menit.
Pasteurisasi tidak dapat membunuh spora atau dipanaskan pada suhu 71,6-
80oC selama 15-30 detik kemudian cepat-cepat di dinginkan.
b) Panas basah pada suhu 100oC
Disini menggunakan air mendidih (suhu100oC) selama 10menit. Untuk
mematikan bentuk spora dilakukan pemansan 3 hari berturut-turut selama
15-45 menit sehingga spora yang tidak mati pada pemanasan pertama akan
beruah menjadi bentuk vegetatif pada hari kedua steleh inkubasi pada shu
37oC begitu pula spora yang tidak mati pada hari kedua, akan berubah
menjadi bentuk vegetatif pada hari ketiga.
c) Panas basah >100oC
Sterilisasi dengan cara ini hasilnya mutlak steril, sehingga biasa
dipergunakan di rumah sakit dan laboratorium besar. Cara ini menggunakan
tangki yang diisi dengan uap air yang disebut autoclave. Alat yang
disterilkan adalah alat dari kaca, kain kasa, media pembenihan, cairan
injeksi, dan bahan makanan.
B. Definisi Injeksi
Injeksi adalah sediaan steril berupa larutan, emulsi atau supensi atau serbuk
yang harus dilarutkan atau disuspensikan lebih dahulu sebelum digunakan, yang
disuntikkan dengan cara merobek jaringan ke dalam kulit atau melebihi kulit atau
selaput lendir (Farmakope Indonesia edisi III, hal 13).
Injeksi adalah Injeksi yang dikemas dalam wadah 100 ml atau kurang,
umumnya hanya larutan obat dalam air yang bisa diberikan secara intravena. Suspensi
tidak bisa diberikan karena berbahaya yang dapat menyebabkan penyumbatan pada
pembuluh darah kapiler. (Menurut Farmakope Indonesia Edisi IV)
Injeksi adalah sediaan steril yang disuntikkan dengan cara merobek jaringan
ke dalam kulit atau melalui kulit atau melalui selaput lendir. Injeksi dapat berupa
larutan, emulsi, suspense atau serbuk steril yang harus dilarutkan atau disuspensikan
lebih dahulu sebelum digunakan (Anief, 2007).
Injeksi diracik dengan melarutkan, mengemulsikan atau mensuspensikan sejumlah
obat ke dalam sejumlah pelarut atau dengan mengisikan sejumlah obat ke dalam
wadah dosis tunggal atau wadah dosis ganda. Injeksi volume kecil adalah injeksi yang
dikemas dalam wadah 100ml atau kurang.

C. Penggolongan Injeksi (menurut Lachman)


1 Intramuskular : Di bagian otot relaksasi
2. Intravena : Pada vena yg tampak jelas
3. Subkutan : jaringan longgar di bawah kulit (dermis) dan bagian tubuh
yang sedikit lemaknya.
4. Intraperitonial/ intra-abdominal : rongga peritonial atau langsung ke dalam organ-
organ abdominal seperti hati, ginjal, atau kandung kemih
5. Hipodermoklisis : Sama dgn SC, yaitu disuntikkan ke dalam jaringan yang
longgar di bawah kulit (dermis) dan pada bagian tubuh yang sedikit lemaknya.
6. Intrakardiak : bilik jantung
7. Intrasisternal : rongga sisternal sekeliling dasar otak
8. Intrakutan/intradermal : Injeksi dilakukan ke dalam kulit. Biasanya diberikan
dipermukaan anterior lengan depan.
9. Intratekal : kantung lumbar (rongga sum-sum tulang belakang) yang
terletak di ujung kaudal dari spinalis cordata
10. Intrauterin :Injeksi yang dilakukan ke dalam uterus pada keadaan hamil
11. Intraventrikular : Injeksi yang dilakukan ke dalam rongga-rongga sisi otak.
12. Intra-arterial : Langsung ke dalam arteri
13. Intra-artikular : Ke dalam cairan sinovial pada persendian
14. Intralesional : Langsung ke dalam atau di sekitar luka \\\\\098m
15. Intra-okular : Ke dalam mata
a. Subkonjungtiva : Di bawah kapsul Tenon, di dekat mata
b. Intrakameral/ intravitreal : Ke dalam vitreous humour
c. Retrobulbar : Di sekitar bagian posterior dari bola mata
d. Anterior chamber : Langsung pd arterior chamber
16. Intrapleural : Ke dalam rongga selaput dada

D. Syarat-syarat Sediaan Injeksi


Syarat-syarat sediaan injeksi, antara lain :
1. Aman. Tidak boleh menyebabkan iritasi jaringan atau efek toksis.
2. Harus jernih. Berarti tidak ada partikel padat, kecuali yang berbentuk suspensi.
3. Tidak berwarna. Kecuali bila obatnya memang berwarna.
4. Sedapat mungkin isohidris. Dimaksudkan agar bila diinjeksikan ke badan tidak terasa
sakit dan penyerapannya obat dapat optimal.
5. Sedapat mungkin isotonis. DIbuat isotonis agar tidak terasa sakit bila disuntikkan.
Arti isotonis adalah mempunyai tekanan osmosi yang sama dengan darah dan caran
tubuh yang lain.

E. Keuntungan dan Kerugian Sediaan Injeksi


1. Keuntungan Sediaan Injeksi
a) Kemurnian dan takaran zat khasiat lebih terjamin 
b) Dapat digunakan sebagai depo terapi
c) Dapat digunakan jika : obat rusak jika kena cairan lambung, merangsang jika ke cairan
lambung, tidak diabsorpsi secara baik oleh cairan lambung
d) Dapat dicapai efek fisiolgis segera, untuk kondisi penyakit tertentu (Jantung
berhenti)
e) untuk sediaan yang tidak efektif diberikan secara oral (tidak tahan asam
lambung)
f) Baik untuk penderita yang tidak memungkinkan mengkonsumsi oral (Sakit
jiwa atau tidak sadar)
g) Pemberian parenteral memberikan kemungkinan bagi dokter untuk
mengontrol obat, karena pasien harus kembali melakukan pengobatan
Pengobatan parenteral merupakan salah satu cara untuk mengoreksi ganggun
serius cairan dan keseimbangn elektrolit .

2. Kerugian Sediaan Injeksi


a) Karena bekerja cepat, jika terjadi kekeliruan sukar dilakukan pencegahan.
b) Cara pemberian lebih sukar, harus memakai tenaga khusus.
c) Kemungkinan terjadinya infeksi pada bekas suntikan.
d) Secara ekonomis lebih mahal dibanding dengan sediaan yang digunakan per oral.
e) harus dilakukan oleh personel yang terlatih dan waktu pemberian lebih lama
f) Pemberian obat secara parenteral sangat berkaitan dengan ketentuan prosedur
aseptik dengan rasa nyeri pada lokasi penyuntikan yang tidak selalu dapat
dihindari.
g) Bila obat telah diberikan secara parenteral, sukar sekali untuk
menghilangkan/merubah efek fisiologisnya karena obat telah berada dalam
sirkulasi sistemik.
h.) Masalah lain dapat timbul pada pemberian obat secara parenteral seperti
septisema, infeksi jamur, inkompatibilias karena pencampuran sediaan parenteral
dan interaksi obat.

F. Definisi Vial
Vial adalahsalahsatuwadahdaribentuksediaansteril yang umumnyadigunakan
pada dosis ganda dan memilikikapasitasatauvolume 0,5-100 ml. Vial dapat berupa
takaran tunggal atau ganda. Digunakan untuk mewadahi serbuk bahan obat, larutan
atau suspensi dengan volume sebanyak 5 mL atau lebih besar. Bila diperdagangan,
botol ini ditutup dengan sejenis logam yang dapat dirobek atau ditembus oleh jarum
injeksi untuk menghisap cairan injeksi. (R. Voight hal 464).
Hal yang perlu diperhatikan untuk sediaan injeksi dalam wadah vial (takaran
ganda):
1. Perlu pengawet karena digunakan berulang kali sehingga kemungkinan adanya
kontak dengan lingkungan luar yang ada mikroorganismenya.
2. Tidak perlu isotonis, kecuali untuk subkutan dan intravena harus dihitung isotonis
(0,6% – 0,2%) (FI IV hal. 13)
3. Perlu dapar sesuai pH stabilitasnya
4. Zat pengawet (FI IV hal 17) keculai dinyatakan lain, adalah zat pengawet yang
cocok yang dapat ditambahkan ke dalam injeksi yang diisikan dalam wadah
ganda/injeksi yang dibuat secara aseptik, dan untuk zat yang mepunyai bakterisida
tidak perlu ditambahkan pengawet.

IV. PREFORMULASI

1. Vitamin K (Farmakope Indonesia edisi Ill, halaman 357-358)

Rumus molekul : CllH802


Nama kimia : 2—metal—l ,4—naftokinon
Sinomm : Menadion, Menadionum
Pemerian : Serbuk hablur, kuning cerah, bau khas lemah, oleh pengaruh cahaya
warna menjadi coklat muda.
Kelarutan : Praktis tidak larut dalam air, sukar larut dalam kloroform
dan dalam etanol 95%, larut dalam benzene dan dalam minyak atsiri.
Khasiat : Antihemoragi
pH :. 3,5 – 7
Farmakokinetik vitamin K ialah Absorbsi vitamin K melalui usus sangat tergantung
dari kelarutannya. Menadion dan derivatnya yang larut dalam air dapat diabsorbsi
walaupun tidak ada garam — garam empedu dan dapat langsung masuk ke sirkulasi darah.
Vitamin K alam dan sintetik biabsorbsi dengan mudah setelah penyuntikan i.m. Bila
terdapat gangguan absorbsi vitamin K akan terjadi hipoprotrombinemia setelah beberapa
minggu, sebab persediaan vitamin K dalam tubuh tidak banyak diketahui. Pemakain
antibiotik sangat mengurangi jumlah vitamin K dalam tinja, yang terutama merupakan
hasil sintesis bakteri usus.
Famakodimik vitamin K untuk orang normal tidak memiliki aktivitasnya, tetapi pada
penderita defisensi vitamin K, vitamin ini berguna untuk meningkatkan biosintesis.
Beberapa factor pembekuan darah yaitu protombin, factor VII (prokonvertin), Faktor IX
(factor Christmas) dan factor X (factor Stuart) yang berlangsung dihati.
2. Oleum sesame (Farmakope Indonesia cdisi Ill, halaman 459-460)
Sinonim : Minyak wijen, sesamolie
Pemerian :Cairan, warna kuning pucat, bau lemah, rasa tawar, tidak membeku
pada suhu 00
Kelarutan : Suka larut dalam etanol 95%, mudah larut dalam kloroform,
dalam eter, dan dalam eter minyak tanah.
Khasiat : Sebagai pelarut dalam injeksi
Minyak lemak yang dimurnikan, yang diperoleh dengan pemerasan dari biji berbagai
jenis buah sesanum indicum, Iiin. Minyak wijen banyak digunakan sebagai besar injeksi
pembawa injeksi.

V. FARMAKOLOGI
A. Indikasi
Pencegahan dan pengobatan Hipoprotombinemia yang disebabkan oleh induksi
turunan kumarin atau Obat lain yang menginduksi desfisiensi vitamin K,
Hipoprotombinemia yang disebabkan oleh malabrobsi atau ketidak mampuan untuk
mengsintesis vitamin K, untuk pencegahan pada bayi.

B. Efek samping
Cyanosis, hipotensi, lesi sepeti scleroderma, hiperbilirubinemia, rasa tidak enak pada
perut, reaksi pada tempat penyuntikan(pada pemberian I V), dyspnea, reaksi
anafilaksis, diaphoresis dan rekasi hipersensitivitas.

C. Kontra indikasi
Hipersensitivitas.

D. Dosis
Intra muscular, sehari 1 ml (FORNAS edisi 11 1978, hal 183)
VI. METODE KERJA
A. Data Pendukung
a. Data zat aktif
NamaZatAktif BahanPembawa Cara pH Cara
Suntik Stabilitas Sterilisasi
Menadionum Oleum sesame Intra 3,5 – 5 Sterilisasi
Muscular D

B. Usul Penyempurnaan Sediaan

(handbook of pharmaceutical manufacturing formulation sterile product


volume six edisi 2 sarfara k. Niazi hal 325)
Menadioni Injectio

Bill Of materials ( Batch size 1L


Scale/ml Item Material Qty UOM
25.00 Mg 1 Menadione 25.00 g
30.00 Mg 2 Benzyl Alkohol 30.00 g
Qs ml 3 Ol. Sesami Qs L

 Penyimpanan : Dalam wadah dosis tunggal atau dosis ganda.


 Dosis : Im, sehari 1 ml
 Catatan:
Disterilkan dengan cara sterilisasi D
Sediaan berkekuatan lain: 5 mg

C. Formula Usulan

MENADIONE INJECTION

Tiap ml mengandung :
Menadion 2 mg
Benzyl Alkohol 0,3 %
Ol. Sesami ad 1 ml

m.f injection No. II da in vial 10 ml

V. PERHITUNGAN DAN PENIMBANGAN BAHAN


1. Perhitungan
Volume vial = (n.v) + 6
= ( 2 . 10,7 ) + 6
= 27,4 ml ~ 50 ml

Menadion = 2 mg
Zat untuk 50 ml = 2 mg x 50 ml= 100 mg

Dilebihkan 5 % = 5 / 100 x 50 ml
= 2,5 mg
= 100 mg + 2,5 mg = 102,5 mg
Benzyl Alkohol =3 x 50 ml
= 150 mg
Oleum sesame ad 50 ml

2. Penimbangan bahan
 Menadionum =102,5 mg
 Benzyl Alkohol = 150 mg
 Oleum sesami = ad 50 ml

D. Data Tambahan

No Nama Zat pH Fungsi


Stabilitas

1 Menadion 3,5 – 7 Zat Aktif

2 Benzyl Alkohol Pengawet

3 Ol. Sesami Pelarut

Alasan pemakaian ol. Sesame sebagai pelarut.


Karena ol. Sesame telah memenuhi standar untuk menjadi pelarut injeksi
Syarat minyaksebagai pelarut injeksi:
1. Harus jernih pada suhu 10 derajat celcius
2. Tidak berbau asing atau tengik
3. Bilangan asam 0,2-0,9, Bilangan iodium 79-128, Bilangan penyabun 185-200
4. Harus bebas minyak mineral
5. Tingkat kemurnian yang tinggi
Contoh minyak lain yang dapat digunakan; Ol. Arachidis; minyak kacang,ol.
Olivarum;minyak zaitun.

E. Tabel Sterilisasi alat


Waktu

Cara Awal
No Bahan / Alat Akhir
Sterilisasi
Par
Jam Paraf Jam
af
o
1 Beaker Glass Oven 150 C (1 jam)

2 Kaca Arloji Flambeer 20 detik

3 Corong gelas & Autoklaf 30 menit


Kertas Saring
4 Sendok spatula Flambeer 20 detik

5 Batang Pengaduk Flambeer 20 detik

6 Pipet tetes Autoklaf 30 menit

7 Kapas Autoklaf 30 menit

8 Pinset Flambeer 20 detik

9 Erlenmeyer Oven 150ºC (1 jam)

10 Karet Pipet, Direbus 30 Menit

11 Gelas Ukur Autoklaf 30 menit

12 Perkamen Autoklaf 30 menit


13 Vial Oven 150 oC (1 jam)

14 Tutup Vial Direbus 30 menit

15 Aquadest Dididihkan air


dihitung 30 menit
setelah mendidih
16 Syringe / Spuit
Dianggap telah steril
Injeksi

VII. PROSEDUR KERJA


a. Siapkan alat dan bahan yang akan digunakan.
b. Sterilkan semua alat yang akan digunakan dengan menggunakan oven dan autoklaf
(sesuai petunjuk sterilisasi).
c. Oleum sesami di panaskan dalam oven 1 jam
d. Sterilkan mortir dan stemper dengan cara memasukkan etanol 96% dalam
lumpang, bakar dengan api sampai homogen.
e. Gerus menadion dan larutkan dengan sebagian oleum sesame didalam lumpang
sampai homogen.
f. Tambah benzyl alcohol gerus homogen.
g. Cek ph menggunakan kertas pH
h. Masukkan sediaan dalam gelas ukur tambah sisa ol. Sesame.
i. Ambil larutan sebanyak 10,7 ml masukkan kedalam vial, lalu di tutup
j. Evaluasi
k. Beri etiket dan masukkan ke dalam kemasan sekunder.

BAGAN

Bahan
timbang

Kaca arloji
dimasukkan

Mortir

larutkan

Ol.Sesame

diatur

pH

penambahan
NaOH/ HCl
Kemasan
disaring
Dimasukkan
Kertas saring
Etiket

ad kan dengan Diberi

Ol. Sesame ad Evaluasi


100 ml
di spuit Dinginkan
ditutup
Masukkan ke Tutup karet
dalam vial

Tabel Sterilisasi Akhir


Bahan/Alat Cara Sterilisasi Awal Akhir
Jam Paraf Jam Paraf
Vial Oven 1 jam

EVALUASI
Adapun evaluasi yang akan dilakukan berupa .
a) Kejernihan
Caranya : vial diputar-putar secara vertical berulang-ulang di depan suatu latar yang
gelap dan sisinya diberi cahaya. Bahan melayang akan berkilauan bilaterkena cahaya.
Pencahayaan menggunakan lampu yang ada di lemari pengering tablet.

b) Volume terpindahkan
Bertujuan untuk mengetahui apakah volume sediaan sama dengan volume awal.
Cara : sedot kembali cairan dengan dispossible syringe.

c) Uji keseragaman volume ( FI Edisi IV hal. 1044)


Diletakkan pada permukaan yang rata secara sejajar lalu dilihat keseragaman volume
secara visual.

d) PH
pengujian dilakukan menggunakan kertas pH dan alat pH meter

 Hasil Evaluasi

No. Ampul Kejernihan pH Kebocoran Keseragaman


Volume
1.
2.

Nb : (√) memenuhi standar


(x) tidak mmenuhi standar

DAFTAR PUSTAKA
Anief, Moh. 1997. Ilmu Meracik Obat.Yogyakarta : Gadjah Mada Universitas Press.
Departemen Kesehatan Republik Indonesia.1979. Farmakope Indonesia Edisi III.Jakarta :
Depkes RI
Departemen Kesehatan Republik Indonesia.1995. Farmakope Indonesia Edisi IV.Jakarta :
Depkes RI
Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 1978. Formularium Nasional Edisi II.Jakarta :
Depkes RI
Niazi K. Sarfaraz. 2009. Handbook of Pharmaceutical Manaufacturing Formulations. New
York : Informa Healthcare USA
Tjay,Hoan,Tan dkk 2007.Obat-Obat Penting Khasiat,Penggunaan,Dan Efek-Efek
Sampingnya.Jakarta : PT Elex Media Komputindo

FORMULA INDUK
INJEKSI MENADION
NO. NAMA PRODUK
JUMLAH
REGISTRASI FILAMIN
PRODUKSI
PRODUKSI
2 Vial
NO. BETS PT. CARMILA MEDIKA
@2,5mg
PALEMBANG – INDONESIA
TANGGAL
TANGGAL PRODUKSI
FORMULA ..............................................
............................................
2021

KODE BAHAN NAMA BAHAN FUNGSI % JUMLAH PER AMPUL

 Menadione   Zat Aktif 2,5mg   2,5mg

Benzyl Alkohol Pengawet 2%  

Ol. Sesame Pelarut Ad 10 ml

METODE PEMBUATAN KARAKTERISTIK INJEKSI


1.Bobot /Volume =
2.Sterilitas =
    3.Kebocoran =
4.Kejernihan =
5.Warna =
   

   

     

     

     

   

a. Tabel Sikap dan Perilaku Praktikan di Lab Steilisasi


Nama Pratikan Kelengkapan APD Ada Tidak
Jas Lab
Topi Lab
Masker wajah
LARA KARLINA
Sarung tangan atau
handscoon
Sepatu Lab
Jas Lab
Topi Lab
Masker Wajah
ANNISA KURNIA SUCI
Sarung tangan atau
handscoon
Sepatu Lab
Jas Lab
Topi Lab
Masker Wajah
THALITA ADELLIA
Sarung tangan atau
handscoon
Sepatu Lab
Jas Lab
CARMEDION Topi Lab
ADELLIA OVIInjeksi Menadion Masker2mgWajah
MARSELI Sarung tangan atau
injeksi Menadion handscoon
tiap ml mengandung Sepatu Lab
Menadion 2 mg Jas Lab
Indikasi :
Topi Lab
mencegah atau mengatasi perdarahan Masker Wajah vitamin
akibat defisiensi
NAFILA OKTAVIA
K. Definisi vitamin K dapat terjadiSarung tangan
akibat gangguan absorbs atau
vitamin K, kurangnya bakteri yanghandscoon
mensitesis vitamin K pada
usus dan pemakaian antikoagulan tertentu yang dapat
Sepatu Lab
mempengaruhi aktivitas vitamin K.
Jas Lab
efek samping : Topi Lab
Iritasi pada kulit dan saluran napas Masker Wajah
ILHAM SEFRYADI
Sarung tangan atau
Kontraindikasi :
Hipersensitivitas
handscoon
Sepatu Lab
Dosis :
Secara IM, sehari 1ml

penyimpanan :
simpan pada wadah tertutup baik pada suhu 25 derajat Celcius
terlindung dari cahaya.

nomor Batch : 1211021


A.Browsurnomor reg :DKL2114282143A1
mfp date : Oktober 2021
exp date : Oktober 2023

diproduksi oleh
PT.Carmila Medica
Palembang Indonesia
B. Etiket
CARMEDION
Injeksi Menadion 2mg
Injeksi
IM
nomor Batch : 1211021
nomor reg :DKL2114282143A1
mfp date : Oktober 2021
exp date : Oktober 2023

C. Kotak Obat
CARMEDION
Injeksi Menadion 2mg

injeksi Menadion
tiap ml mengandung
Menadion 2 mg

Indikasi :
mencegah atau mengatasi perdarahan akibat defisiensi vitamin K.
Definisi vitamin K dapat terjadi akibat gangguan absorbs vitamin
K, kurangnya bakteri yang mensitesis vitamin K pada usus dan
pemakaian antikoagulan tertentu yang dapat mempengaruhi
aktivitas vitamin K.

efek samping :
Iritasi pada kulit dan saluran napas

Kontraindikasi :
Hipersensitivitas

Dosis :
Secara IM, sehari 1ml

penyimpanan :
simpan pada wadah tertutup baik pada suhu 25 derajat Celcius
terlindung dari cahaya.

nomor Batch : 1211021


nomor reg :DKL2114282143A1
mfp date : Oktober 2021
exp date : Oktober 2023

diproduksi oleh
PT.Carmila Medica
Palembang Indonesia

Anda mungkin juga menyukai