Anda di halaman 1dari 17

TENTANG INJEKSI

KELOMPOK :
SITI RAHMAH 201651173
RINA EKA P 201651177
ANDRE SAPUTRO 2016
ENGELIKA 201651112
FACHRIZAL AMRIE 201651323
Injeksi adalah sediaan steril berupa
larutan, emulsi atau suspensi atau serbuk
yang harus dilarutkan atau disuspensikan
lebih dahulu sebelum digunakan, yang
disuntikkan secara merobek jaringan ke
dalam kulit atau melalui kulit atau selaput
lendir.
Pada umumnya Injeksi dilakukan dengan
tujuan untuk mempercepat proses
penyerapan (absorbsi) obat untuk
mendapatkan efek obat yang cepat.
Injeksi biasanya dilakukan pada pasien
yang tidak sadar dan tidak mau bekerja
sama karena tidak memungkinkan untuk
diberikan obat secara oral. Apabila klien
tidak sadar atau bingung, sehingga klien
tidak mampu menelan atau
mempertahankan obat dibawah lidah.
Oleh karena itu, untuk memenuhi
kebutuhan obat klien dilakukan dengan
pemberian obat secara injeksi.
A. Spuit Spuit terdiri dari tabung (barrel)
berbentuk silinder dengan bagian ujung
(tip) di desain tepat berpasangan
dengan jarum hypodermis dan alat
pengisap (plunger) yang tepat
menempati rongga spuit. Spuit, secara
umum, diklasifikasikan sebagai Luer-lok
atau nonLuer-lok. Nomenklatur ini
didasarkan pada desain ujung spuit.
Adapun tipe-tipe spuit yaitu:
 Spuit Luer-lok yang ditandai dengan 0,1
persepuluh
 Spuit tuberkulin yang ditandai dengan
0,01 (seperseratus) untuk dosis kurang
dari 1 ml
 Spuit insulin yang ditandai dalam unit
(100)
 Spuit insulin yang ditandai dengan unit
(50)
B. Jarum Jarum memiliki tiga bagian: hub,
yang tepat terpasang pada ujung sebuah
spuit; batang jarum (shaft), yang
terhubung dengan bagian pusat; dan
bevel, yakni bagian ujung yang miring.
 Memberikan injeksi merupakan prosedur invasif
yang harus dilakukan dengan menggunakan
teknik steril. Setelah jarum menembus kulit,
muncul resiko infeksi. Petugas kesehatan
memberi obat secara parenteral melalui rute SC,
IM, ID, dan IV. Setiap tipe injeksi membutuhkan
keterampilan yang tertentu untuk menjamin obat
mencapai lokasi yang tepat. Efek obat yang
diberikan secara parenteral dapat berkembang
dengan cepat, bergantung pada kecepatan
absorbsi obat. Petugas kesehatan
mengobservasi respons klien dengan ketat.
 1. Subkutan/sc (hypodermal). Injeksi di bawah kulit dapat
dilakukan hanya dengan obat yang tidak merangsang dan melarut
baik dalam air atau minyak. Efeknya tidak secepat injeksi
intramuscular atau intravena. Mudah dilakukan sendiri, misalnya
insulin pada penyakit gula.
 2. Intrakutan/ic (=di dalam kulit) Perawat biasanya memberi
injeksi intrakutan untuk uji kulit. Karena keras, obat intradermal
disuntikkan ke dalam dermis. Karena suplai darah lebih sedikit,
absorbsi lambat.
 3. Intramuskuler (i.m), Rute IM memungkinkan absorbsi obat yang
lebih cepat daripada rute SC karena pembuluh darah lebih
banyak terdapat di otot. Bahaya kerusakan jaringan berkurang
ketika obat memasuki otot yang dalam tetapi bila tidak berhati-
hati ada resiko menginjeksi obat langsung ke pembuluh darah.
 4. Intravena (i.v), Injeksi dalam pembuluh darah
menghasilkan efek tercepat dalam waktu 18
detik, yaitu waktu satu peredaran darah, obat
sudah tersebar ke seluruh jaringan. Tetapi, lama
kerja obat biasanya hanya singkat.

 5. Intra arteri. Injeksi ke pembuluh nadi


adakalanya dilakukan untuk membanjiri suatu
organ, misalnya hati, dengan obat yang sangat
cepat diinaktifkan atau terikat pada jaringan,
misalnya obat kanker nitrogenmustard
 Pemberian obat secara injeksi dapat
berfungsi sebagaimana mestinya, maka
kita harus memperhatikan beberapa hal
berikut ini : a. Jenis spuit dan jarum yang
digunakan b. Jenis dan dosis obat yang
diinjeksikan c. Tempat injeksi d. Infeksi
yang mungkin terjadi selama injeksi e.
Kondisi/penyakit klien
 Adapun cara-cara yang dilakukan
untuk mencegah terjadinya infeksi
selama injeksi dilakukan yaitu :
 a. Untuk mencegah kontaminasi larutan
 b. Untuk mencegah kontaminasi jarum
 c.Untuk mencegah spuit terkontaminasi
jangan sentuh badan pengisap (plunger) atau
bagian dalam karet (barrel).
 d. Untuk menyiapkan kulit
Dari Vial

 Lepaskan penutup metal pada bagian atas vial (dengan menggunakan


pinset) dan letakkan pada kidney basin.
 Bersihkan bagian atas vial dengan kapas dan alkohol, biarkan
mengering.
 Buang kapas alkohol kedalam instrumen basin.
 Ambil jarum suntik dan lepaskan penutup jarum dengan teknik satu
tangan. Letakkan penutup jarum pada instrumen basin.
 Campur dengan rata obat yang terdapat pada vial.
 Tusuk jarum pada vial.
 Ambil vial dengan tangan kiri (tangan yang tidak dominan) dan ambil
volume yang sesuai untuk pengobatan.
 Periksa ada tidaknya gelembung udara pada jarum suntik dan
dikeluarkan gelembung udara tersebut.
 Periksa ulang volume yang sesuai yang diperlukan untuk pengobatan
 Lepaskan jarum dari vial.
 Masukkan jarum pada penutupnya dengan teknik satu tangan.
 Ganti jarum dengan yang baru dan letakkan jarum yang telah
dipergunakan sebelumnya (untuk mengambil obat dari vial) pada
instrumen basin.
 Dari Ampul
 Pastikan bahwa isi cairan obat dalam ampul terletak di bagian bawah dari
leher ampul.
 Patahkan leher ampul dengan cara sbb :
• 1) Potong leher ampul dengan kassa steril dan patahkan dengan menekan jari
jempol.
• 2) Menggunakan pisau pemotong botol yang biasa dipergunakan oleh bagian
farmasi.
 a. Ambil jarum suntik dan lepaskan penutup jarum dengan teknik satu
tangan. Letakkan penutup jarum pada instrumen basin.
 b. Pegang ampul dengan tangan kiri (tangan yang tidak dominan) jika
memungkinkan.
 c. Masukkan jarum kedalam ampul dan ambil volume obat sesuai.
 d. Tarik kembali jarum dari dalam ampul.
 e. Arahkan jarum secara vertikal dan masukkan kedalam penutupnya.
 f. Keluarkan gelembung udara dalam syringe.
 g. Cek ulang secara tepat volume obat yang diberikan.
 h. Lepaskan jarum dari syringe dengan teknik satu tangan.
 i. Letakkan syringe dan jarumnya pada instrument basin.
 1. Periksa kembali vial atau ampul untuk mengecek label obat yang akan
diberikan (untuk ketiga kalinya) dan lakukan penghitungan kembali
dosis yang diperlukan.
 2. Jelaskan sekali lagi bahwa kita akan melakukan penyuntikan.
 3. Secara santun konfirmasi ulang kepada pasien/bantu pasien
menyingkirkan tempat yangg akan dilakukan penyuntikan.
 4. Tentukan daerah penyuntikan dengan tepat.
 5. Untuk penyuntikan intramuskular :
• Identifikasi daerah penyuntikan secara anatomis dengan tangan kiri (tangan yang tidak
dominan).
• Lakukan peregangan pada area tersebut dengan gentle.
• Bersihkan area tersebut dengan kapas dan alkohol.
• Biarkan mengering.
• Lepaskan penutup jarum, letakkan penutupnya pada instrument basin.
• Suntikkan jarum membentuk 90% pada daerah yang telah diidentifikasi untuk dilakukan
penyuntikan.
 1.Isi jarum suntik bekas pakai dengan lar. Chloride 0,5%
dan potong jarum, masukkan kedalam tempat jarum bekas.
 2. Masukkan peralatan lainnya (termasuk kapas, kassa steril)
kedalam lar. Chloride 0,5%.
 3. Rendam kedua tangan kedalam lar. Chloride 0,5% selama
beberapa menit, kemudian lepaskan kedua sarung tangan
dengan cara skin to skin, glove to glove.
 4. Cuci tangan.
 5. Keringkan dengan handuk.
 Persilahkan pasien kembali ke meja periksa, untuk
melengkapi data pada catatan medik pasien
• 1. Isi tanggal dan waktu pengobatan.
• 2. Dosis dan cara penyuntikan
• 3. Respons khusus yang mungkin timbul pada pasien setelah
dilakukan penyuntikan. 4.Nama dan tanda tangan perawat

Anda mungkin juga menyukai