Anda di halaman 1dari 23

LAPORAN PENDAHULUAN KEPERAWATAN DASAR

DI RUANG TULIP RSUD EMBUNG FATIMAH

BATAM

DISUSUN OLEH:

DELLA NOFLIZA PUTRI


202314903070

PRESEPTOR AKADEMIK PRESEPTOR KLINIK

(Ns. Sri Muharni, M.Kep) (Ns. Winda, S.Kep)

PRODI PROFESI NERS


UNIVERSITAS AWAL BROS
2023
PEMBERIAN OBAT

MELALUI INTRAVENA (IV)

1. Definisi

Merupakan suatu tindakan prosedur invasif dengan mempersiapkan dan

memberikan agen farmakologis yang di programkan melalui jarum steril yang

dimasukkan kedalam jaringan tubuh yaitu pembuluh darah vena. (SPO PPNI, 2021)

2. Anatomi Fisiologi

Pemberian obat melalui intravena biasanya dilakukan di pembuluh darah vena

yang terdapat pada lengan; (vena basilica dan vena sefalica), pada tungkai; (vena

saphenous), pada leher; (vena jugularis) pada kepala (vena frontalis atau vena

temporalis) dan pada pembuluh darah vena area metacarpal untuk melalui bolus.

(Hidayat, 2008)

 Punggung Tangan (Metacarpal)

 Vena Digitalis; terdapat pada punggung tangan yang mengalir di

sepanjang sisi lateral jari tangan dan terhubung ke vena dorsalis.

 Vena Dorsalis; berasal dari gabungan vena-vena digitalis. (Alimul, 2008)


 Lengan

 Vena Mediana Cubiti; vena yang berasal dari vena lengan bawah dan

terbagi dalam dua pembuluh darah, satu berhubungan dengan vena basilika

dan yang lainnya berhubungan dengan vena sefalika.

 Vena Sefalika; terletak di lengan bagian bawah pada posisi radial lengan

sejajar dengan ibu jari. Ukuran nya lebih kecil dan lebih melengkung dari

vena basilika.

 Vena Basilika; terdapat pada sisi ulnaris lengan bawah. Vena ini berjalan

ke atas pada bagian posterior atau belakang lengan dan kemudian

melengkung ke arah anterior. Vena ini kemudian berjalan lurus ke atas dan

memasuki jaringan yang lebih dalam. (Alimul, 2008)

 Leher

 Vena Jugularis; vena yang membawa aliran darah dari organ-organ di area

kepala dan leher kembali ke jantung.


 Tungkai

 Vena Saphenous; vena mulai dari kaki sampai ke fossa ovalis dan

mengalirkan darah dari bagian medial kaki serta kulit sisi medial tungkai.

 Mata Kaki

 Vena Dorsalis Pedis

3. Indikasi

a. Pada pasirn dengan penyakit berat

b. Pasien yang tidak dapat minum karena muntah atau memang tidak dapat menelan

obat

c. Pasien kejang

d. Obat yang memiliki bioavailabilitas oral yang terbatas

e. Penurunan kesadaran dan berisiko terjadi aspirasi

f. Kadar puncak obat dalam darah perlu segera dicapai, sehingga pemberian obat

diberikan melalui injeksi bolus. Misalnya pada pasien hipoglikemi berat dan pada

pasien dengan terapi antibiotik. Perlu di ingat bahwa banyak antibiotik memiliki
bioavailabilitas oral yang baik dan mampu mencapai kadar adekuat dalam darah.

(A Aziz, 2009)

4. Kontraindikasi

a. Reaksi Alergi

b. Infeksi

c. Flebitis

d. Ekstravasasi

e. Pirogen

5. Diagnosa Keperawatan

a. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisiologis yang dibuktikan

dengan tampak meringis

b. Nausea berhubungan dengan efek agen farmakologis yang dibuktikan dengan

merasa mual

c. Risiko alergi dibuktikan dengan terpapar zat alergen

d. Risiko infeksi dibuktikan dengan efek prosedur invasif

6. Tujuan Tindakan Keperawatan

a. Memberikan terapi pengobatan pada pasien yang mendapatkan obat dengan rute

intravena

b. Menghindari terjadinya kerusakan jaingan

c. Untuk memperoleh reaksi obat yang cepat diserap atau diabsorpsi oleh tubuh

daripada dengan injeksi parenteral lain. (A Aziz, 2009)


PEMBERIAN OBAT

MELALUI INTRACUTAN (IC)

1. Definisi

Merupakan suatu tindakan prosedur invasif dengan memberikan agen

farmakologis atau terapi berupa obat melalui jarum steril yang dimasukkan kedalam

jaringan kulit (intra cutan). (SPO PPNI, 2021). Pemberian obat rute intra cutan yang

mana di injeksikan langsung kedalam lapisan dermal kulit tepat dibawah epidermis.

Biasanya hanya sejumlah kecil larutan yang digunakan sekitar 0,1 ml dan

metode pemberian ini sering kali digunakan untuk uji alergi dan tes uji mantoux.

Secara umum dilakukan pada daerah lengan tangan bagian ventral. (Musrifatul, 2008)

Letak pemberian intrakutan yaitu:

a. Dilengan atas; tiga jari dibawah sendi bahu tepat di tengah daerah muskulus

deltoideus.

b. Dilengan bawah; bagian depan lengan bawah 1/3 dari lekukan siku atau 2/3 dari

pergelangan tangan pada kulit yang sehat, jauh dari peredaran darah.
2. Anatomi dan Fisiologi

Kulit adalah pembungkus yang melindungi tubuh. Kulit juga merupakan organ

tubuh terberat dan terluas dengan ukuran nya 15% dari berat tubuh manusia. Rata-rata

tebal kulit 1-2mm, kulit terbagi atas 3 lapisan pokok yaitu, epidermis, drmis dan

subkutan. Kulit berfungsi untuk menjaga jaringan internal dari trauma, bahaya radiasi,

temperature yang ekstrim, toksin dan bakteri. (Priharjo, 1995)

a. Epidermis; lapisan terluar kulit, di dalam lapisan epidermis terbagi menjadi

beberapa lapisan lagi, yaitu:

 Stratum Korneum; memiliki sel yang sudah mati, tidak mempunyai inti sel

dan mengandung keratin

 Stratum Lusidum; lapisan dibawah korneum, terdapat sel-sel gepeng tanpa

inti dengan protoplasma

 Stratum Granulosum; terdiri dari sel-sel pipih dan hanya terdapat 2-3 lapis

yang sejajar dengan permukaan kulit.

 Stratum Spinosum; merupakan lapisan yang paling tebal mencapai 0,2

mm terdiri dari 5-8 lapisan

 Stratum Basal / Germinativum; sel-sel nya terletak dibagian basal dan

merupakan sel-sel induk.

b. Dermis; lapisan dalam yang berupa jaringan ikat dan berasal dari mesoderm.

Terdiri atas 2 lapisan;

 Lapisan Papiler; lapisan tipis yang mengandung jaringan ikat jarang

 Lapisan Retikuler; lapisan tebal, terdiri dari jaringan ikat padat.

c. Subkutan; terdiri dari kumpulan sel lemak dan diantara gerombolan ini berjalan

serabut jaringan ikat dermis. Sel- sel lemak ini berbentuk bulat dengan inti yng
terdesak ke pinggir, sehingga membentuk cincin. Lapisan lemak ini disebut

penikulus adiposus.

3. Indikasi

a. Pasien yang membutuhkan tes alergi (mantoux tes)

b. Pasien yang akan melakukan vaksinasi

c. Menegakkan diagnosa penyakit

d. Sebelum memasukkan obat

e. Pasien yang tidak sadar

4. Kontraindikasi

a. Pasien yang mengalami infeksi pada kulit

b. Pasien dengan kulit terluka

c. Pasien yang sudah dilakukan skin test

d. Pasien yang alergi

5. Diagnosa Keperawatan

a. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisiologis yang dibuktikan

dengan tampak meringis

b. Risiko infeksi dibuktikan dengan efek prosedur invasif


c. Risiko alergi dibuktikan dengan terpapar zat alergen

6. Tujuan Tindakan Keperawatan

a. Pasien mendapatkan pengobatan sesuai program pengobatan dokter

b. Membantu menentukan diagnosa terhadap penyakit tertentu (misalnya tuberculin

tes)

c. Menghindarkan pasien dari efek alergi obat (dengan skin test)

d. Pemberian vaksinasi (vaksin BCG).

e. Memperlancar proses pengobatan dan menghindari kesalahan dalam pemberian

obat
PEMBERIAN OBAT

MELALUI INTRA MUSKULAR {IM)

1. Definisi

Tindakan memasukkan obat atau sediaan biofarmasi cair, seperti kontrasepsi

hormonal atau vaksin, menggunakan jarum suntik steril ke dalam otot. Lokasi otot

yang dipilih yakni otot yang memiliki vaskularisasi yang baik dan memungkinkan

obat diserap lebih cepat dan efisien daripada yang diberikan dengan rute lain. Otot

yang sering di gunakan adalah otot deltoid, otot ventrogluteal, dorsogluteal dan otot

vastus lateralis. Tusukan jarum membentuk sudut 90◦. (Mujahidatul, 2019)

2. Anatomi dan Fisiologi

 Daerah Paha (Vastus Lateralis); merupakan otot bagian luar paha, yang

menghubungkan tulang paha ke tempurung lutut (patela). Umumnya digunakan

untuk imunisasi pada anak-anak dari bayi hingga balita. Jumlah maksimum obat

untuk injeksi adalah 3 ml. Sebelum dilakukan penyuntikan minta ke pasien untuk

berbaring terlentang dengan lutut fleksi/ditekuk. Gunakan 1/3 tengah otot untuk

injeksi.
 Ventrogluteal; bebas dari pembuluh darah dan saraf, memiliki ketebalan otot

terbesar bila dibandingkan dengan tempat lain. Minta pasien untuk menekuk lutut,

sehingga lutut dan paha keadaan fleksi dan membantu pasien agar rileks. Posisi

pasien telentang menghadap kanan/kiri/telungkup. Jari telunjuk, jari tengah, dan

krista iliaka membentuk sudut berbentuk V, area penyuntikan terletak di tengah

segitiga.

 Pada Dorsogluteal: dengan meminta pasien untuk telungkup dengan lutut diputar

kearah dalam atau miring dengan lutut bagian atas dan pinggul fleksi dan

diletakkan didepan tungkai bawah. Terdapat saraf skiatik, jika jarum mengenai

saraf skiatik pasien dapat mengalami kelumpuhan kaki parsial atau permanen.
 Deltoid; gunakan area ini hanya untuk menyuntikkan obat dengan volume

sedikit.terdapat kemungkinan terjadinya trauma saat menyuntikka area ini karena

saraf dan arteri aksilaris, radialis, brakialis, dan ulnaris terletak dibagian atas

lengan. Minta pasien untuk merelaksasikan lengan atas samping, dan tekuk siku

pasien. Pasien bisa daam posisi duduk, berdiri atau terlentang. Terlebih dulu

palpasi bagian bawah tonjolan akromiom yang membentuk dasar segitiga dengan

titik tengah aspek lateral lengan atas. Area injeksi adalah titik tengah segitiga kira-

kira 3 cm dibawah tonjolan akromion.

3. Indikasi

a. Pasien yang tidak ada alergi obat

b. Administrasi obat yang tidak dapat diberikan melalui rute lain, misalnya

pemberian vaksin influenza.

c. Pasien tidak sadar

d. Pasien yang membutuhkan jumlah obat yang besar, sehingga tidak memungkinkan

melalui injeksi subcutan.

e. Pasien yang tidak patuh, tidak kooperatif, enggan menerima obat , misalnya pada

pasien schizophrenia atau gangguan mental dan kognitif lain.


4. Kontraindikasi

a. Adanya infeksi dan nyeri area yang akan disuntik

b. Pasien memiliki riwayat hipersensivitas terhadap obat yang disuntikkan atau

komponen dalam sediaan

c. Area kulit ada trauma, lesi, cedera otot, dan atrofi otot

d. Adanya jaringan parut

e. Adanya benjolan tulang/cedera tulang

f. Selulitis

g. Abses

h. Cidera saraf

5. Diagnosa Keperawatan

a. Nyeri Akut berhubungan dengan agen pencedera fisiologis yang dibuktikan

dengan tampak meringis

b. Resiko Alergi dibuktikan dengan terpapar zat alergen

c. Gangguan Integritas Kulit/Jaringan berhubungan dengan efek samping terapi yang

dibuktikan dengan adanya kemerehan

6. Tujuan Tindakan Keperawatan

a. Agar obat cepat diabsorbsi karena didalam otot terdapat banyak suplai darah

b. Karena kaya akan suplai darah rute IM dapat menyerap volume obat dalam jumlah

besar

c. Mencegah atau mengurangi iritasi


PEMBERIAN OBAT

MELALUI SUBCUTAN (SC)

1. Definisi

Pemberian obat subkutan adalah pemberian obat melalui suntikan ke area

bawah kulit yaitu pada jaringan konektif atau lemak di bawah dermis. Teknik ini

digunakan apabila kita ingin obat yang disuntikkan akan diabsorbsi oleh tubuh dengan

pelan dan berdurasi panjang (slow and sustained absorption). Volume obat yang

disuntikkan terbatas 1-2 ml per sekali suntik. Injeksi subkutan dilakukan dengan

menyuntikkan jarum menyudut 45 derajat dari permukaan kulit. Kulit sebaiknya

sedikit dicubit untuk menghindari jaringan subkutis dari jaringan otot.

Dari studi yang didapatkan bahwa teknik subkutan tidak lagi memerlukan

aspirasi. Apabila penyuntikan dengan teknik subkutan diawali dengan aspirasi, akan

meningkatkan resiko terjadinya hematom di area subkutan tersebut. (Mujahidatul,

2019)

2. Anatomi dan Fisiologi

Jaringan subkutan atau hipodermis merupakan lapisan kulit yang paling

dalam. Lapisan ini berupa jaringan adiposa yang memberikan bantalan antara lapisan

kulit dan struktur internalseperti otot dan tulang. Banyak mengandung pembuluh

darah, pembuluh limfe dan syaraf juga terdapat gulungan kelenjar keringat dari folikel

rambut.

Lokasi umum pemberian injeksi di perut bagian bawah, kecuali 5 cm di sekitar

pusat, di sisi depan atau luar paha, area atas bokong, area luar atas lengan. Tidak

boleh disuntikkan pada kulit cekung atau tebal. Suntikan subkutan biasanya

digunakan untuk insulin, vaksin tertentu dan obat lainyeng membutuhkan penyerapan

bertahap. Tingginya akumulasi sel lemak pada area hipodermis dapat menghambat
pergerakan molekul obat dari tempat suntikan ke dalam aliran darah. Obat yang

disuntikkan secara subkutan dapat terserap ke dalam sistem limfatik sebelum

memasuki aliran darah, menyebakan penundaan sistemiknya.

3. Fisiologi Kulit

a. Pelindung terhadap stres mekanis

Paparan mekanis seperti gesekan dan tekanan memicu respons seluler pada

epidermis maupun dermis yang akhirnya menyebabkan penebalan kulit. Misalnya

di area telapak tangan dan telapak kaki karena sering mengalami tekanan mekanis

berulang.

b. Pelindung terhadap mikroorganisme

Peptida antimikroba atau AMP adalah molekul alami yang memainkan peran

penting dalam kekebalan bawaan. Ada berbagai jenis AMP yang terdapat

ditemukan di berbagai jaringan, cairan tubuh dan kulit. Peptida ini membantu

melindungi kulit dari infeksi jamur, bakteri, virus.

c. Sintesis Vitamin D

Kulit berfungsi sebagai lokasi utama terjadinya sintesis vitamin D.

d. Pelindung terhadap sinar ultraviolet


Paparan sinar uv yang berlebihan dapat menyebabkan kerusakan DNA, stres

oksidatif, dan disfungsi seluler. Mekanisme kulit untuk paparan radiasi sinar uva,

uvb dan uvc dengan menghasilkan melanin dan menebalkan kulit yang terancam.

e. Pencegahan evaporasi

Mempertahankan suhu tubuh yang optimal sekaligus mencegah kehilangan cairan

yang berlebihan.

f. Termoregulator

Termoregulasi adalah proses fisiologis dalam memelihara suhu tubuh internal agar

selalu stabil. Mekanisme nya yaitu melalui produksi keringat. Cairan keringat

menyerap panas dari tubuh sehingga mendinginkan kulit. Mekanisme lain adalah

dengan bantuan pembuluh darah. Kulit mengatur aliran darah melalui proses

vasodilatasi (melebarkan pipa pembuluh darah) dan vasokontriksi (menyempitkan

pipa pembuluh darah). Saat suhu tubuh panas, pembuluh darah di kulit melebar

sehingga volume darah menjadi lebih besar mengalir ke arah permukaan tubuh

kemudian pelebaran pembuluh tersebut melepaskan panas, begitupun sebaliknya.

g. Reseptor sensasi

Ketebalan kulit memengaruhhi kepadatan dan distribusi reseptor sensorik yang

bertanggung jawab untuk mendeteksi rangsangan. Kulit yang lebih tebal

umumnya lebih banyak menampung reseptor sensorik.

h. Alat identifikasi

Alur kulit (friction ridge skin) seperti pada telapak tangan dan kaki, pola setiap

individu berbeda-beda.
4. Indikasi

a. Pada pasien yang tidak sadar, tidak mau bekerja sama karena tidak

memungkinkan untuk diberikan obat secara oral,

b. Tidak alergi

c. Injeksi vaksin; vaksin campak, mumps dan rubella

d. Pasien dengan terapi insulin

e. Pasien dengan terapi obat antikoagulan

f. Pasien dengan terapi analgesik golongan opioid (morfin dan hidromorfon)

g. Pasien dengan terapi obat antialergi dan epinefrin

5. Kontraindikasi

a. Di area penyuntikan adanya tanda tanda inflamasi seperti edema, lesi kulit, atau

adanya luka

b. Risiko perdarahan pada area penyuntikan seperti koagulopati, trombositopenia,

dan pasien dengan penggunaan obat obatan antikoagulan

c. Tidak pada pasien syok atau hipoperfusi perifer karena dapat menurunkan

absorpsi produk biofarmasi yang diberikan secara subcutan.

d. Hindari melakukan injeksi subkutan berulang dilokasi yang sama. Unttuk

menghindari abnormalitas kulit

6. Diagnosa Keperawatan

a. Ketidakstabilan kadar glukosa darah berhubungan dengan gangguan toleransi

glukosa darah yang dibuktikan dengan kadar glukosa dalam darah tinggi

b. Risiko ketidakstabilan kadar glukosa darah yang dibuktikan dengan penambahan

berat badan

c. Risiko infeksi yang dibuktikan dengan efek prosedur invasif


7. Tujuan Tindakan Keperawatan

Agar obat dapat menyebar dan diserap secara perlahan lahan dan bertahap, hal

ini membuat obat-obat yang diberikan secara subkutan masuk ke dalam sirkulasi

dengan dosis yang rendah, contohnya; insulin.


PEMBERIAN OBAT

RUTE ORAL

1. Defenisi

Merupakan cara pemberian obat melalui mulut dan cara pemberian obat

melalui oral adalah cara yang paling umum digunakan tetapi memerlukan jalan yang

rumit untuk mencapai jaringan. (SPO PPNI, 2021)

2. Anatomi dan Fisiologi

Apabila obat masuk dengan cara oral atau diminum, obat tersebut akan masuk

dulu ke dalam sistem pencernaan, sebelum diserap di usus halus untuk di alirkan

menuju pembuluh darah. (Cleveland, 2022)

 Mulut

Tempat terjadinya pencernaan mekanik dan kimiawi. Gigi memotong makanan

menjadi potongan-potongan kecil. Lalu dibasahi oleh air lir sebelum lidah dan

otot-otot lain mendorong ke faring dan kerongkongan

 Kerongkongan

Adalah saluran yang menghubungkan mulut dengan lambung. Otot-otot

kerongkongan memindahkan makanan dengan gerakan peristaltik hingga ke

lambung. Pada ujung kerongkongan terdapat sfingter berbentuk cincin.

 Lambung

Berukuran sekitar dua kepalan tangan. Terletak diantara esofagus dan usus

halus.lambung akan mencampur obat dari kerongkongan dengan enzim dan asam.

 Usus halus

Saluran kecil selebar 2,5 cm dengan panjang sekitar 10 meter. Terdiri atas 3

bagian; duodenum (usus dua belas jari), jejunum (usus kosong), ileum (usus

penyerapan)
 Usus besar

Panjang ususu besar sekitar 5-6 meter dan terdiri dari 3 bagian, yaitu sekum,

kolon dan rektum. Fungsi utama dari usus besar yaitu membuang air dan mineral

elektrolit dari ampas makanan yang tidak tercerna, lalu membentuk limbah padat

yang dapat dikeluarkan.

 Anus

Sisa isi usus besar yang telah menjadi feses kemudian disalurkan ke bagian akhir

usus besar yaitu rekttum. Rektum sementara menampung feses sebelum

dikeluarkan dari tubuh. Saat rektum sudah mulai penuh, otot- otot di sekelilingnya

akan terangsang untuk mengeluarkan feses.

Bagaimana proses metabolisme obat dalam tubuh ?

Proses ini memiliki 4 tahapan yang disebut dengan ADME, yaitu absorption,

distribution, metabolism, dan excretion.

 Absorption atau penyerapan obat

obat yang masuk dengan cara oral atau diminum akan masuk dulu ke dalam

sistem pencernaan, kemudian di serap di usus halus untuk di alirkan menuju

pembuluh darah.

 Distribusi Obat

Sesaat obat di konsumsi dan diserap oleh tubuh, obat tersebut akan disalurkan

lewat sirkulasi darah. Selama di sirkulasi darah obat akan masuk ke dalam

jaringan-jaringan tubuh.

 Metabolisme Obat

Proses kinetika selanjutnya adalah proses metabolisme obat yang akan mengubah

struktur kimia obat agar lebih mudah diserap tubuh. Hati akan mengubah zat sisa

obat menjadi larut air agar mudah dikeluarkan lewat urine. Menurut buku Drug
Metabolism (2022), metabolisme setiap obat dapat berbeda-beda karena

dipengaruhi oleh: kerja enzim, interaksi obat, dosis, dan jenis obat.

 Excretion

Ekresi adalah tahap kinetika obat yang terakhir, yaitu proses pembuangan sisa

metabolisme secara alami. Proses pengeluaran zat kimia ini dilakukan oleh dua

cara utama, yaitu oleh ginjal melalui urine dan kelenjar empedu melalui usus

halus. Proses ekresi obat bisa terganggu apabila fungsi ginjal menurun. Selain itu

zat kimia yang dihasilkan oleh obat tersebut akan dikeluarkan juga dalam jumlah

kecil melalui air liur, keringat udara yang dihembuskan serta asi.

3. Indikasi

a. Pasien harus dapat menelan

b. Obat harus dapat bertahan di dalam lambung

4. Kontraindikasi

a. Muntah-muntah berlebihan yang menyebabkan tidak bisa mengkonsumsi secara

oral

b. Pasien bilas lambung atau usus

c. Pasien tidak sadarkan diri

5. Diagnosa Keperawatan

a. Nausea berhubungan dengan efek agen farmakologis yang dibuktikan dengan

merasa ingin muntah

b. Gangguan Menelan berhubungan dengan defek laring yang dibuktikan dengan

mengeluh sulit menelan

c. Risiko Infeksi yang dibuktikan dengan penyakit kronis


6. Tujuan tindakan Keperawatan

a. Memeprmudah dalam proses pemberian obat

b. Proses absorpsi yang lambat sehingga apabila terjadi efek samping dapat segera

teratasi

c. Menghindari pemberian obat yang terasa nyeri

d. Menghindari pemberian obat yang bisa memberikan efek pada jaringan


DAFTAR ISI

Bouwhizen, M. 1991. Ilmu Keperawatan. Jakarta: EGC

Cleveland Clinic. Diakses pada 2022. Digestive System. NIH. Diakses pada 2022. Your

Digestive System & How it Works

Hidayat, A. Aziz Alimul. Uliyah, Musrifatul. 2008. Keterampilan dasar Praktik Klinik.

Jakarta: Salemba Medika

Priharjo, Robert. 1995. Teknik Dasar Pemberian Obat Bagi Perawat. Jakarta: EGC

Polania Guterrez JJ, Munakomi S. Intramuscular Injection. [Update 2022 Feb9], In:

StatPearls. Treasure Island (FL): StatPearls Publishing; 2022

Jan-.https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK556121/

PPNI (2021). Pedoman Standar Prosedur Operasional Keperawatan, Edisi 1. Jakarta: DPP

PPNI

PPNI (2016). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia: Definisi dan Indikator Diagnostik,

Edisi 1. Jakarta: DPP PPNi

Usach I, Martinez R, Festini T, Peris JE. Subcutaneous Injection of Drugs: Literature Review

of Factors Influencing Pain Sensation at the Injection Site. Adv Ther. 2019;36(11):2986-

2996. doi:10.1007/s12325-019-01101-6

https://id.wikibooks.org/wiki/Farmakologi/Rute_Pemberian_Obat

Anda mungkin juga menyukai