Anda di halaman 1dari 8

LATAR BELAKANG

Obat didefinisikan sebagai suatu substansi atau bahan yang digunakan untuk mendiagnosa,
menyembuhkan, mengatasi, membebaskan, atau mencegah penyakit. Obattelah di gunakan manusia
sejak peradapan kuno. Misalnya orang-orang Mesir pada zamandahulu telah menggunakan magnesium,
soda, garam besi dan sulfur sebagai bahan obat.

Pengertian Pemberian Obat Secara IM


Pemberian obat secara intramuskular adalah pemberian obat/cairan dengan cara
dimasukkan langsung kedalam otot (muskulus). Pemberian obat dengan cara ini dilakukan
pada bagian tubuh yang berotot besar, agar tidak ada kemungkinan untuk menusuk saraf,
misalnya pada bokong dan kaki bagian atas atau pada lengan bagian atas. Pemberian obat
seperti ini memungkinkan obat akan dilepas secara berkala dalam bentuk depot obat.
Jaringan intramuskular terbentuk dari otot yang bergaris yang mempunyai banyak
vaskularisasi aliran darah tergantung dari posisi otot ditempat penyuntikan. Tujuan
pemberian obat secara intramuskular yaitu agar obat diabsrorbsi tubuh dengan cepat.
Indikasi dan Kontraindikasi Pemberian Obat Secara IM
Indikasi pemberian obat secara intramuskular biasa dilakukan pada pasien yang tidak
sadar dan tidak mau bekerja sama karena tidak memungkinkan untuk diberikan obat secara
oral. Kontra indikasi dalam pemberian obat secara intramuskular yaitu: infeksi, lesi kulit,
jaringan parut, benjolan tulang, otot atau saraf besar dibawahnya.
Macam-macam Obat IM
Berikut adalah macam-macam obat yang diberikan secara intramuskular:
a. MATOLAC
1) Untuk penggunaan jangka pendek untuk nyeri akut sedang sampai dengan berat.
2) DOSIS : 10-30 mg tiap 4-6 jam. maks: sehari 90 mg, lama terapi maksimal
(pemberian IM/IV) tidak boleh dari 5 hari. km : 5 amp 10 mg
b. FENTANYL
1) Untuk depresi pernafasan,cedera kepala,alkhoholisme akut, serangan asma akut,
intolerensihamil,laktasi.
2) DOSIS: pramedikasi, 100 mcg  scr IM 30-60 sblm op.
c. DOLGESIK
1) Untuk pengobatan nyeri akut dan kronik yang berat, nyeri paska op (oprasi).
2) DOSIS: dosis tunggal untuk dewasa  dan anak-anak >12 thn : 1 amp (100mg) IM
di suntikkan perlahan-lahan. Maksimal 4 amp . anak- anak :, 1 thn: 1-2 mg/kg.
d. DURALGIN.
1) Untuk analgesik seperti : nyeri setelah op, neuralgia.
2) DOSIS
 Dws 25-100 mg ,maksimal sehari 300 mg dalam dosis.
 Bagi, anak ,6 thn: sehari maks 100 mg i.m
 Dosis bagi anak-anak 6-12 thn : sehari maksimal 20000 mg.
e. BCG
1) Perlindungan Penyakit : TBC / Tuberkolosis
2) Penyebab : Bakteri Bacillus Calmette Guerrin
3) Kandungan : Bacillus Calmette-Guerrin yang dilemahkan
4) Waktu Pemberian :
Umur / usia 2 bulan
f. DPT/DT
1) Perlindungan Penyakit : Difteri (infeksi tenggorokan), Pertusis (batuk rejan)
dan Tetanus (kaku rahang).
2) Penyebab : Bakteri difteri, pertusis dan tetanus
3) Waktu Pemberian :
I. Umur / usia 3 bulan
II. Umur / usia 4 bulan
III. Umur / usia 5 bulan
IV. Umur / usia 1 tahun 6 bulan
V. Umur / usia 5 tahun
VI. Umur / usia 10 tahun
g. Hepatitis B
1) Perlindungan Penyakit : Infeksi Hati / Kanker Hati mematikan
2) Waktu Pemberian :
I. Ketika baru lahir atau tidak lama setelahnya
II. Tergantung situasi dan kondisi I
III. Tergantung situasi dan kondisi II
IV. Tergantung situasi dan kondisi II
h. Hepatitis A
1) Perlindungan Penyakit : Hepatitis A (Penyakit Hati)
2) Penyebab : Virus hepatitis A
3) Waktu Pemberian :
I. Tergantung situasi dan kondisi I
II. Tergantung situasi dan kondisi II

Daerah Pemberian Obat Secara IM


1. Paha (vastus lateralis)
Posisi klien terlentang dengan lutut agak fleksi.
Area ini terletak antar sisi median anterior dan sisi
midlateral paha. Otot vastus lateralis biasanya tebal dan
tumbuh secara baik  pada orang deawasa dan anak-
anak. Bila melakukan injeksi pada bayi disarankan
menggunakan area ini karena pada area ini tidak
terdapat serabut saraf dan pemubuluh darah besar. Area
injeksi disarankan pada 1/3 bagian yang tengah. Area
ini ditentukan dengan cara membagi area antara
trokanter mayor sampai dengan kondila femur lateral
menjadi 3 bagian, lalu pilih area tengah untuk lokasi injeksi. Untuk melakukan injeksi
ini pasian dapat diatur miring atau duduk.
2. Ventrogluteal
Posisi klien berbaring miring, telentang,
atau telentang dengan lutut atau panggul miring
dengan tempat yang diinjeksi fleksi. Area ini juga disebut area von hoehstetter. Area
ini paling banyak dipilih untuk injeksi muscular karena pada area ini tidak terdapat
pembuluh darah dan saraf besar. Area ini ini jauh dari anus sehingga tidak atau kurang
terkontaminasi. 
3. Dorsogluteal
Dalam melakukan injeksi dorsogluteal,
perawat harus teliti dan hati- hati sehingga
injeksi tidak mengenai saraf skiatik dan
pembuluh darah. Lokasi ini dapat digunakan
pada orang dewasa dan anak-anak diatas usia
3 tahun, lokasi ini tidak boleh digunakan
pada anak dibawah 3 tahun karena kelompok usia ini otot dorsogluteal belum
berkembang. Salah satu cara menentukan lokasi dorsogluteal adalah membagi area
glutael menjadi kuadran-kuadran. Area glutael tidak terbatas hanya pada bokong saja
tetapi memanjang kearah Kristal iliaka. Area injeksi dipilih pada kuadran area luar
atas.
4. Otot Deltoid di lengan atas
Posisi klien duduk atau berbaring datar dengan lengan bawah
fleksi tetapi rileks menyilangi abdomen atau pangkuan. Area
ini dapat ditemukan pada lengan atas bagian luar. Area ini
jarang digunakan untuk injeksi intramuscular karena
mempunyai resiko besar terhadap bahaya tertusuknya
pembuluh darah, mengenai tulang atau serabut saraf. Cara
sederhana untuk menentukan lokasi pada deltoid adalah
meletakkan dua jari secara vertical dibawah akromion
dengan jari yang atas diatas akromion. Lokasi injekssi adalah 3
jari dibawah akromion.

Prosedur Pemberian Obat Secara IM


1. Alat dan Bahan
a. Spuid steril dengan isi dari 2 hingga 10 cc (untuk maksud tertentu hingga 20 cc).
b. Jarum suntik steril dengan panjang yang cukup untuk dapat menusuk otot
dengan baik ( ± 6,5 cm).
c. Bak injeksi.
d. Bengkok.
e. Kassa.
f. Obat yang akan digunakan.
g. Gergaji kecil untuk memotong ampul (bila perlu).
h. Handscone.
i. Kapas alkohol.
j. Cairan pelarut atau cairan steril.
k. Daftar buku obat/catatan, jadwal pemberian obat.

2. Prosedur
a. Persiapkan alat terlebih dahulu.
b. Letakkan alat didekat pasien agar lebih mudah.
c. Pastikan apakah obat yang akan diberikan kepada pasien dan pasiennya tepat
dengan cara melihat label obat dan buku catatan.
d. Jelakan kepada pasien tindakan yang akan dilakukan.
e. Cuci tangan sebelum melakukan tindakan.
f. Pakai handscoen.
g. Ambil spuit, kemudian lepaskan penutupnya.
h. Ambil obat kemudian masukkan kedalam spuit sesuai dengan dosis, setelah itu
letakkan kedalam bak injeksi. Sebelum itu pastikan lagi apakah obat yang akan
diberikan sudah benar.
i. Periksa tempat yang akan dilakukan tindakan penyuntikan.
j. Desinfeksi dengan kapas alkohol daerah yang akan dilakukan tindakan
penyuntikan.
k. Lakukan penusukan dengan posisi jarum tegak lurus.
l. Setelah jarum masuk, lakukan aspirasi spuit. Bila tidak ada darah, masukkan obat
secara perlahan hingga habis.
m. Setelah selesai ambil spuit dengan menarik spuit dan tekan daerah penyuntikan
dengan kapas alkohol, tutup spuit kembali dan kemudian letakkan spuit yang telah
digunakan kedalam bengkok.
n. Lihat kembali obat yang telah diberikan kepada pasien.
o. Catat reaksi, jumlah dosis, dan waktu pemberian.
p. Lepaskan handscoen dan bersihkan peralatan yang telah digunakan.
q. Cuci tangan.

PENGERTIAN PEMBERIAN OBAT MELALUI INTRAVENA

Pemberian obat dengan cara memasukkan obat ke dalam pembuluh darah vena dengan menggunakan
spuit. Sedangkan pembuluh darah vena adalah pembuluh darah yang menghantarkan darah ke jantung.
( Joyce, K & Everlyn, R.H. 1996 ).

Memasukkan cairan obat langsung kedalam pembuluh darah vena sehingga obat langsung masuk ke
dalam sistem sirkulasi darah. Injeksi dalam pembuluh darah menghasilkan efek tercepat dalam waktu 18
detik, yaitu waktu satu peredaran darah, obat sudah tersebar ke seluruh jaringan. Tetapi, lama kerja
obat biasanya hanya singkat. Cara ini digunakan untuk mencapai penakaran yang tepat dan dapat
dipercaya, atau efek yang sangat cepat dan kuat. Tidak untuk obat yang tak larut dalam air atau
menimbulkan endapan dengan protein atau butiran darah. ( Smeltzer, Suzanne C. 2001 ).

Bahaya injeksi intravena adalah dapat mengakibatkan terganggunya zat-zat koloid darah dengan reaksi
hebat, karena dengan cara ini “benda asing” langsung dimasukkan ke dalam sirkulasi, misalnya tekanan
darah mendadak turun dan timbulnya shock. Bahaya ini lebih besar bila injeksi dilakukan terlalu cepat,
sehingga kadar obat setempat dalam darah meningkat terlalu pesat. Oleh karena itu, setiap injeksi
intravena sebaiknya dilakukan amat perlahan, antara 50-70 detik lamanya. ( Potter, Perry. 2006 ).

LOKASI INJEKSI INTRAVENA

Pada lengan (vena basilika dan vena sefalika )

Pada tungkai ( vena safena )

Pada leher ( vena jugularis )

Pada kepala ( vena frontalis atau vena temporalis)

2.3. INDIKASI PEMBERIAN OBAT MELALUI  INTRAVENA

Indikasi pemberian obat melalui intravena:

Pada seseorang dengan penyakit berat ,pemberian obat melalui intravena langsung masuk ke dalam
jalur peredaran darah.
Pasien tidak dapat minum obat karena muntah, atau memang tidak dapat menelan obat ( ada sumbatan
disaluran cerna atas).

Kesadaran menurun dan beresiko terjadi aspirasi (tersedak-obat masuk ke pernapasan ), sehingga
pemberian melalui jalur lain dipertimbangkan.

Kadar puncak obat dalam darah perlu segera dicapai, sehingga diberikan melalui injeksi bolus(suntikan
langsung pembuluh balik/vena). Peningkatan cepat konsentrasi obat dalam darah tercapai.

2.4. MACAM-MACAM PEMBERIAN OBAT MELALUI INTRAVENA

1. Pemberian Obat melalui intravena (Secara Langsung)

Cara Pemberian obat melalui vena secara langsung, diantaranya vena mediana cubiti / cephalika
( lengan ), vena saphenosus ( tungkai ), vena jugularis ( leher ), vena frontalis / temporalis ( kepala ),
yang bertujuan agar reaksi cepat dan langsung masuk pada pembuluh darah.

2. Pemberian Obat melalui intravena (Secara Tidak Langsung)

Merupakan cara pemberian obat dengan menambahkan atau memasukkan obat kedalam media (wadah
atau selang), yang bertujuan untuk meminimalkan efek samping dan mempertahankan kadar terapetik
dalam darah.

Contoh obat :

Ranitidin : Mengurangi keasaman lambung pada persalinan beresiko tinggi.

Petidin Hidroklorida : Untuk nyeri sedang sampai berat, analgesia obstetri.

Eritromisin : Digunakan pada klien yang sensitif terhadap penisilin, organismeyang resistan terhadap
penisilin, sifilis, klamidia, gonorea, infeksi pernapasan, pengobatan infeksi yang  sensitif terhadap
eritromisin, profilaksis dalam penatalaksanaan pecah ketuban saat kurang bulan. Juga untuk pasien yang
sensitif terhadap penisilin yang membutuhkan antibiotik guna mengobati penyakit jantung dan katup
jantung.

ProtaminSulfat : Untukmelawankerja heparin.

Fitomenadion (Vitamin K ) : Mencegahdanmengobatihemoragi.

2.5. KELEBIHAN DAN KEKURANGAN INJEKSI INTRAVENA

1. Kelebihan

Obat yang diberikan melalui jalur intravena sangat cepat bereaksi karena obat tersebut     langsung
masuk ke dalam sirkulasi darah pasien.

2. Kekurangan

Inflamasi ( bengkak ,nyeri, demam ) dan infeksi di lokasi pemasangan   infuse


Daerah lengan bawah pada pasien gagal ginjal, karena lokasi ini akan digunakan untuk         pemasangan
fistula arteri-vena ( A-V shunt ) pada tindakan hemodialisis ( cuci darah ).

Obat-obatan yang berpotensi iritan terhadap pembuluh vena kecil yang aliran darahnya             lambat
misalnya pembuluh darah vena di tungkai dan kaki

Anda mungkin juga menyukai