Anda di halaman 1dari 7

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya
sehingga saya dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul pemberian obat
intramuscular ini tepat pada waktunya.

Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi tugas
Farmakologi. Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk menambah wawasan
tentang Pemberian obat Intramuskular bagi para pembaca dan juga bagi penulis.

Saya mengucapkan terima kasih kepada yang telah memberikan tugas ini sehingga
dapat menambah pengetahuan dan wawasan sesuai dengan bidang studi yang saya
tekuni.

Saya juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membagi
sebagian pengetahuannya sehingga saya dapat menyelesaikan makalah ini.

Saya menyadari, makalah yang saya tulis ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh
karena itu, kritik dan saran yang membangun akan saya nantikan demi kesempurnaan
makalah ini.

Samarinda, 23 Februari 2020

Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pemberian obat melalui injeksi merupakan prosedur medis yang sangat sering
dilakukan dalam mengatasi masalah pasien. Lebih dari 12 milyar per tahun prosedur
injeksi dilakukan terhadap pasien di seluruh dunia, sekitar 5% injeksi dilakukan untuk
imunisasi dan sekitar 95% injeksi untuk penyembuhan (Romano dan Cecca, 2005).
Terdapat banyak obat-obatan yang harus diberikan melalui injeksi intra muskuler
(Nicoll dan Hesby, 2004). Prosedur injeksi intra muskuler adalah salah satu teknik
injeksi yang sangat sering dilakukan oleh tenaga medis dengan cara menusukkan
jarum suntik melalui permukaan kulit sampai ke lapisan otot sehingga daya
efektivitas obat dapat bekerja dengan maksimal (Kozier et al., 2008). Beberapa
komplikasi dapat timbul akibat teknik menyuntik intra muskuler yang tidak tepat
adalah perdarahan, nyeri, kerusakan saraf skiatik, infeksi (Plotkin et al., 2008). Rasa
nyeri oleh injeksi intra muskuler menimbulkan masalah baik secara fisik maupun
psikologis. Ozdemir et al (2013) melaporkan akibat nyeri yang ditimbulkan oleh
injeksi intra muskuler, pasien mengalami takut yang berat terhadap tindakan medis
sehingga perawatan medis pasien tertunda. Hampir 10% dari total populasi dunia
menghindari perawatan medis oleh sebab kondisi medis fobia jarum suntik (Nir et al.,
2003). Penyebab rasa nyeri pada prosedur penyuntikan intra muskuler adalah: (1)
reseptor nyeri pada jaringan lapisan kulit yang terluka akibat tusukan jarum
menyampaikan rangsang nyeri ke otak Melzack dan Wall (1965); (2) lapisan kulit
subkutan tetap terbuka oleh bekas tusukan jarum setelah jarum ditarik, membuat zat
atau obat yang disuntikkan ke lapisan otot masuk melalui bekas tusukan ke lapisan
sub kutan (Pullen, 2005); (3) tidak adanya tekanan untuk mengunci obat agar tetap
berada di organ target otot. Ketiga hal tersebut membuat obat-obatan terutama yang
bersifat iritan atau berwarna gelap sangat berpotensi menyebabkan nyeri (Chan, et al.,
2003). Kondisi ini terjadi pada saat prosedur injeksi intra muskular dilakukan secara
tradisional seperti yang dilaporkan oleh Diggle dan Deeks (2000) dan Tortora dan
Derrickson (2008). Penelitian untuk mengurangi rasa nyeri telah banyak dilakukan.
Strategi injeksi menggunakan teknik z-track dilakukan dengan memberikan rangsang
tekanan dan menggeser kulit ke satu arah sebelum penusukan jarum ke lapisan otot
(Pullen, 2005). Metoda air lock diselidiki oleh Ban, Li dan Pillay (2006) dengan cara
menambahkan udara sekitar 0,2 cc pada saat mengisi obat ke alat suntik, untuk
memberikan efek mengunci obat yang disuntik sehingga tidak merembes ke lapisan
kulit sub kutan. Pada kedua teknik ini masih memberkan potensi rasa nyeri terjadi,
seperti dilaporkan Najafidolatabad (2010) bahwa intensitas nyeri lebih rendah pada
prosedur injeksi intra muskuler dengan teknik air lock dibandingkan dengan teknik
injeksi z-track.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Injeksi Intramuskular


injeksi Intramuskular (IM) Injeksi intramuskuler (IM) adalah pemberian obat/
cairan dengan cara dimasukkan langsung ke dalam otot (muskulus). Pada orang
dewasa tempat yang paling sering digunakan untuk suntikan intramuskular adalah
seperempat bagian atas luar otot gluteus maximus, sedangkan pada bayi, tempat
penyuntikan dibatasi sebaiknya paling banyak 5 ml bila disuntikkan ke daerah gluteal
dan 2 ml di daerah deltoid. Tujuanya adalah agar absorsi obat dapat lebih cepat. Rute
intramuscular (IM) memungkinkan absorbsi obat yang lebih cepat dari pada rute
subcutan (SC), karena pembuluh darah lebih banyak terdapat di otot. Bahaya
kerusakan jaringan berkurang ketika obat memasuki otot dalam, tetapi bila tidak hati-
hati, ada resiko menginjeksi obat langsung ke 11 pembuluh darah. Perawat
menggunakan jarum berukuran lebih panjang dan lebih besar untuk melewati jaringan
SC dan mempenetrasi jaringan otot dalam. Berat badan mempengaruhi pemilihan
ukuran jarum. Sudut insersi untuk injeksi IM ialah 90o (Perry, Potter, 2005). Perawat
harus mengkaji integritas otot sebelum memberikan injeksi. Otot harus bebas dari
nyeri tekan. Injeksi berulang di otot yang sama menyebabkan timbulnya rasa tidak
nyaman yang berat. Dengan meminta klien untuk rileks, perawat dapat mempalpasi
otot untuk menyingkirkan kemungkinan adanya lesi yang mengeras. Umumnya, otot
teraba lunak saat rileks dan padat saat kontraksi. Perawat dapat meminimalkan rasa
tidak nyaman selama injeksi dengan membantunya mengambil posisi yang dapat
mengurangi ketegangan otot (Sumijatun, 2010). Tempat Injeksi Intramuskular : a.
Otot Vastus Lateralis Otot vastus lateralis yang tebal dan berkembang baik adalah
tempat injeksi yang dipilih untuk dewasa, anak-anak dan bayi. Otot terletak dibagian
lateral anterior paha dan pada orang dewasa membentang sepanjang satu tangan di
atas lutut sampai sepanjang satu tangan di bawah trokanter femur. Sepertiga tengah
otot merupakan tempat terbaik injeksi. Lebar tempat injeksi membentang dari garis
tengah bagian atas paha sampai ke garis tengah sisi luar paha. b. Otot Ventrogluteal
Otot ventrogluteal meliputi gluteus medius dan minimus. 12 c. Otot Dorsogluteus
Otot orsogluteus merupakan tempat yang biasa digunakan untuk injeksi IM. Insersi
jarum yang tidak disengaja ke dalam saraf siatik dapat menyebabkan paralisis
permanen atau sebagian pada tungkai yang bersangkutan. Pembuluh darah utama dan
tulang juga dekat tempat injeksi. Pada klien yang jaringannya kendur, tempat injeksi
sulit ditemukan. d. Otot Deltoid Pada orang dewasa, bayi dan anak, otot deltoid
belum berkembang baik. Saraf radialis, ulnaris dan arteri brakialis terdapat di dalam
lengan atas di sepanjang humerus. Perawat jarang menggunakan daerah deltoideus,
kecuali tempat injeksi lain tidak dapat diakses karena ada balutan, gips, atau obstruksi
lain (Kozier, Barbara & Erb, Glenora dkk, 2009). Prosedur melakukan injeksi IM :
1. Kaji indikasi untuk menentukan rute pemberian obat yang tepat, kaji riwayat medis
dan riwayat alergi dan observasi respons verbal dan nonverbal.
2. Cuci tangan
3. Siapkan peralatan dan suplai yang diperlukan : Spuit, jarum berukuran sesuai,
swab antiseptik Betadin atau alkohol), sarung tangan, obat ampul atau vial, kartu,
format dan huruf cetak nama obat, kemudian cek program obat
4. Siapkan dosis obat yang tepat dari ampul atau vial. Periksa dengan teliti. Pastikan
semua udara dikeluarkan. Untuk injeksi IM, ganti jarum
5. Kenakan sarung tangan sekali pakai.
6. Identifikasi klien 13
7. Jelaskan prosedur kepada klien dan lakukan dengan sikap yang tenang dan percaya
diri.
8. Jaga privasi pasien
9. Pertahankan selimut atau gaun yang membungkus bagian tubuh yang tidak akan
dilakukan injeksi
10. Pilih tempat injeksi yang tepat. Inspeksi adanya memar, peradangan atau edema
dipermukaan kulit tempat injeksi IM. Perhatikan integritas dan ukuran otot serta
palpasi adanya nyeri tekan atau pengerasan. Apabila injeksi diberikan dengan sering,
rotasi tempat injeksi.
11. Bantu klien mendapatkan posisi yang nyaman. Minta klien berbaring datar,
miring atau tengkurap atau minta klien duduk, tergantung pada tempat injeksi yang
dipilih.
12. Berkomunikasi dengan klien.
13. Merelokasi tempat injeksi menggunakan penanda anatomi tubuh.
14. Bersihkan tempat injeksi dengan swab antiseptik. Usap bagian tengah tempat
injeksi dengan arah gerakan berputar ke luar sepanjang sekitar 5 cm.
15. Lepas tutup dari jarum dengan menariknya dengan arah lurus.
16. Pegang spuit dengan benar di antara ibu jari dan jari telunjuk tangan yang
dominan : pegang seperti memegang anak panah, telapak tangan di bawah.
17. Lakukan injeksi intramuscular: Tempatkan tangan yang tidak dominan pada
penanda anatomi yang tepat dan regangkan kulit untuk membuatnya tegang.
Injeksikan jarum dengan cepat ke dalam otot pada sudut 90 sederajat. Jika massa otot
kecil, cubit badan otot tubuh antara ibu jari dan jari lain. 14
18. Apabila obat mengiritasi, gunakan metode Z-track. Aspirasi: Pegang bagian ujung
bawah badan spuit sampai ujung pengisap dengan tangan tidak dominan. Hindari
menggerakan spuit ketika menarik pengisap secara perlahan ke belakang untuk
mengaspirasi obat. Apabila darah terlihat di spuit, lepas jarum, buang obat dan spuit,
kemudian ulangi prosedur. Pengecualian: jangan mengaspirasi obat saat menginjeksi
heparin.
19. Injeksi obat dengan perlahan.
20. Tarik jarum sambil mengusapkan swab alkohol dengan perlahan di atas atau di
tempat injeksi. Beri pijatan ringan pada kulit.
21. Bantu klien mendapatkan posisi yang nyaman.
22. Buang jarum yang tidak ditutup atau jarum yang dibungkus dalam kantong
pengaman dan tempatkan dalam wadah berlabel.
23. Lepas sarung tangan sekali pakai. Cuci tangan.
24. Catat dosis obat, rute pemberian, tempat injeksi dan waktu serta tanggal injeksi
pada catatan pengobatan. Tanda tangani dengan benar sesuai kebijakan institusi.
25. Kembali untuk mengevaluasi respons pasien terhadap pengobatan dalam 10-30
menit (Kozier, Barbara & Erb, Glenora dkk, 2009).

Anda mungkin juga menyukai