DOSEN PENGAMPU :
1. Saidah 22164769A
2. Ayudia Cipta Khairani 23175262A
3. Septiani Devi Saraswati 23175271A
4. Lutvi Setia Prajindra 23175272A
5. Atika cahyani Pratiwi 23175273A
6. Eva Fitriana 23175274A
FAKULTAS FARMASI
PROGRAM STUDI S-1 FARMASI
UNIVERSITAS SETIA BUDI
SURAKARTA
2020
I. TUJUAN
Mengetahui dan menguasai pembuatan injeksi dengan pembawa air dan minyak secara
steril.
Larutan injeksi sebisa mungkin isotonis agar tidak terasa sakit. Isotonis artinya
tekanan osmosis sediaan sama dengan tekanan osmosis yang ada dalam darah/cairan
tubuh dimana tekanannya sama dengan tekanan osmosis larutan NaCl yaitu 0,9%
(Anief,M.,2005)
Mensterilkan minyak di oven pada suhu 150°C selama 60 menit dengan cara minyak
dimasukkan ke dalam cawan penguap
Mensterilkanmortirdengancaradibakarmenggunakanalkohol
Memasukkan Al. mono stearat ke dalam mortar dan dinginkan kemudian mengaduk
ad homogeny kemudian masukkan ke dalam flakon.
Al. Monostearat 20 mg
Ol.Cocos ad 10 ml
m.f.Injeksi
2. Data Pengamatan
Uji Sterilitas
No Tabung H-1 H-2 H-3 H-4 H-5 H-6 H-7 Kesimpulan
1 Tabung 1 - - - - - - - Steril
2 Tabung 2 - - - - - - - Steril
3 Tabung 3 - - - - - - - Steril
Keterangan:
- Tabung 1 : kontrol sterilitas media (thioglycolate)
- Tabung 2 : kontrol sterilitas ruangan (entkas)
- Tabung 3 : kontrol sterilitas sampel injeksi Procain-Penicillin G
Uji Kebocoran
VI. PEMBAHASAN
Pada praktikum kali ini kami melakukan percobaan pembuatan sediaan injeksi dan uji
sterilitas. Sediaan injeksi adalah sediaan steril berupa larutan, larutan emulsi atau suspense atau
serbuk yang dilarutkan atau disuspensikan terlebih dahulu sebelum digunakan yang mana
disuntikkan dengan cara merobek jaringan ke dalam kulit atau melalui kulit atau selaput lendir.
Injeksi diracik dengan melarutkan mengemulsikan atau mensuspensikan sejumlah obat ke dalam
wadah dosis tunggal atau wadah dosis ganda. Sediaan injeksi terbagi menjadi dua bagian yaitu
sediaan injeksi vial dan sediaan injeksi ampul. Sediaan yang kami buat adalah dalam bentuk
sediaan injeksi vial.
Sediaan injeksi dapat disuntikkan dengan berbagai macam cara diantaranya injeksi
intrakutan atau intradermal yang dimasukkan ke dalam kulit yang sebenarnya digunakan untuk
diagnose misalnya deteksi alergi terhadap suatu zat/obat. Untuk volume yang disuntikkan antara
0,1- 0,2 ml, injeksi subkutan atau hipodermik disuntikkan kedalam jaringan dibawah kulit ke
dalam alveola. Volume yang disuntikkan tidak lebih dari 1 ml, umumnya larutan bersifat isotonis
sedang pH netral bersifat depo (absorbs lambat) yang dapat diberikan dalam jumlah besar
apabila pasien dapat diberikan infuse intravena, injeksi intramuskuler disuntikkan ke dalam atau
di antara lapisan jaringan/otot.
Injeksi dalam bentuk larutan, suspense atau emulsi dapat diberikan dengan cara ini. Yang
berupa larutan dapat diserap dengan cepat, yang berupa emulsi atau suspense diserap lambat
dengan maksud untuk mendapatkan efek lama. Volume penyuntikan antara 4-20 ml, disuntikan
perlahan-lahan untuk mencegah rasa sakit; Injeksi intravenus (i.v) disuntikkan langsung ke
dalam pembuluh darah vena. Bentuknya berupa larutan, sedangkan bentuk suspense atau emulsi
tidak boleh, sebab akan menyumbat pembuluh darah vena. Dibuat isotonis, kalau terpaksa dapat
sedikit hipertonis maka disuntiknya lambat/ perlahan-lahan dan tidak memperngaruhi sel darah,
volume antara 1-10 mL. Jika dosis tunggal dan diberikan lebih dari 15 mL, tidak boleh
mengandung bakterisida, dan jika lebih dari 10 mL harus bebas pirogen. Pemberian lebih dari 10
mL umumnya disebut infuse intravena/infusi/infundabilia; injeksi intra arterium (i.a) disuntikkan
ke dalam pembuluh darah arteri/perifer/tepi, volume yang disuntikkan 1-10 mL . Tidak boleh
mengandung bakterisida; injeksi intrakor/ intrakardial (i.kd) disuntikkan langsung ke dalam otot
jantung atau ventrikulus, Tidak boleh mengandung bakterisida, disuntikkan hanya dalam
keadaan gawat; injeksi intratekal (it), intraspinal (i.s), intradural (i.d), subaraknoid disuntikkan
langsung ke dalam saluran sum-sum tulang belakang pada dasar otak (antara 3-4 atau 5-6 lumba
vertebra) yang berisi cairan cerebrospinal. Berupa larutan, harus isotonis, harus benar-benar
steril, bersih sebab jaringan syaraf di daerah ini sangat peka; Injeksi intratikulus disuntikkan ke
dalam cairan sendi dalam rongga sendi. Bentuk suspensi/larutan dalam air ;injeksi
subkonjungtiva disuntikkan ke dalam selaput lendir di mata bawah. Berupa suspensi/ emulsi
tidak lebih dari 1 mL; injeksi intrabursa disuntikkan ke dalam bursa subcromillis atau bursa
olecranon dalam bentuk larutan suspense dalam air; injeksi intraperitoneal (i.p) disuntikkan
langsung ke dalam rongga perut. Penyerapan cepat: bahaya infeksi besar; injeksi peridural (p.d),
ekstradural, epidural disuntikkan ke dalam ruang epidura, terletak di atas durameter, lapisan
penutup terluar dari otak dan sum-sum tulang belakang.
Pada praktikum ini sediaan injeksi yang kami buat yaitu injeksi procain penisilin G.
Procain penisilin G adalah antibiotic untuk mengobati infeksi yang disebabkan oleh Streptococci
(kecuali Enterococci), Pneumococci, Neisseria gonorrhoea, Corynebacterium dyphteria,
penicillin- susceptible Staphylococci, dan Treponema pallidum
Pada pembuatan sediaan injeksi digunakan larutan pembawa yang berbeda- beda.
Sediaan injeksi procain penisilin G menggunakan pembawa minyak yaitu oleumcocos. Pembawa
minyak diperlukan apabila bahan obatnya sukar larut dalam air, bahan obatnya tidak stabil atau
tidak terurai dalam air dan dikehendaki efek depo terapi. Sediaan injeksi yang dibuat harus
memenuhi syarat isotonis.
Pertama yang dilakukan sebelum proses pembuatan sediaan adalah menyiapkan alat dan
membersihkannya. Dimana melakukan sterilisasi alat pada autoklaf pada suhu 121 oC selama 15
menit. Selanjutnya dilakukan persiapan bahan yang akan digunakan kemudian dilakukan
penumbangan bahan di mana seluruh bahan akan digunakan harus dilebihkan sebanyak 20%. Hal
tersebut bertujuan untuk mencegah terjadinya hilangnya volume bahan pada saat pembuatan
sediaan tersebut. Setelah sediaa injeksi jadi injeksi procain penisilin G dimasukkan ke dalam vial
dan tidak disterilisasi akhir karena bahan obat bias rusak oleh karena itu pengerjaannya
dilakukan secara aseptis.
Hasil uji sterilitas pada ketiga tabung tersebut adalah steril karena jernih. Steril adalah
keadaan zat yang bebas dari mikroba hidup, baik yang pathogen maupun apotogen atau
nonpatogen baik dalam bentuk vegetative maupun dalam bentuk spora.
VII. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil dan pembahasan, dapat disimpulkan bahwa injeksi Procain Penisilin G
yang telah dibuat dapat dikatakan baik karena memenuhi evaluasi yang dilakukan pada uji
sterilitas yang menunjukkan bahwa sediaan injeksi Procain Penisilin G steril.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim, 1979, Farmakope Indonesia, Edisi III, Departemen Kesehatan Republik Indonesia,
Jakarta.
Ansel,H.,1989, Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi, Edisi IV, Universitas Indonesia, Jakarta
Anief M., 2007, Ilmu Meracik Obat, Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.