Dibuat Oleh :
REGULER C18
KELOMPOK 2/2A
SRYFAJRIANI 18.112.AF
SUMARNI 18.113.AF
SUNARTI 18.114.AF
MAKASSAR
2020/2021
BAB I
PENDAHULUAN
1
wadah vial atau flacon (Depkes, 1979). Wadah dosis tunggal adalah
suatu wadah yang kedap udara yang mempertahankan jumlah obat steril yang
dimaksudkan untuk pemberian parenteral sebagai dosis tunggal, dan yang
bila dibuka tidak dapat ditutup rapat kembali dengan jaminan tetap steril (Ansel,
1989) sedangkan wadah dosis berganda adalah wadah kedap udara yang
memungkinkan pengambilan isinya secara berulang tanpa terjadi perubahan
kekuatan, kualitas atau kemurnian pada bagian yang tertinggal (Ansel, 1989).
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Sediaan steril
3
B. Sediaan parenteral
4
4. Sediaan berupa suspensi serbuk dalam medium cair yang sesuai dan
tidak disuntikkan secara intravena atau ke dalam saluran spinal
4. Harus steril
5. Bebas pirogen
5
karena sediaan yang menimpan dari isotonisnya dapat menimbulkan
rasa nyeri atau nekrosis dan absorpsi dari zat aktifnya tidak optimal.
6
5. Intracardial (i.ed), yaitu langsung kedalam jantung.
6. Intrasisternal (i.s), yaitu disuntikkan langsung masuk sumsum
tulang belakang, pada dasar otak.
Ada dua tipe utama wadah untuk injeksi yaitu dosis tunggal dan
dosis ganda. Wadah dosis tunggal yang paling sering digunakan adalah
ampul dimana kisaran ukurannya dari 1-100 ml. pada kasus tertentu, wadah
dosis ganda dan sebagainya berupa vial serum atau botol serum (Voight,
1995).
D. Vial
a. Definisi Vial
Vial adalah wadah dosis ganda yang kedap udara, disegel dengan
tutup karet atau plastik penutup yang kecil dengan diafragma pada
bagian tengahnya, yang dirancang untuk penarikan dosis berturut-
7
turut tanpa terjadi perubahan kekuatan, kualitas, atau kemurnian bagian
yang tertinggal (USP, 2014).
Vial merupakan kemasan obat yang terbuat dari kaca atau
plastik dengan tutup karet. Terdapat logam pada bagian atas untuk
melindungi tutup karet. Vial berisi obat yang berbentuk cair atau obat
kering. Jika obat tidak stabil dalam kondisi cair maka akan dikemas
dalam bentuk kering seperti dalam bentuk serbuk kering. Label pada
vial biasanya menunjukkan jumlah pelarut yang digunakan untuk
melarutkan serbuk tersebut sehingga memudahkan dalam hitungan
dosis pemberian obat. Berbeda dengan ampul, vial merupakan sistem
tertutup sehingga diperlukan menyuntikkan udara ke dalam vial untuk
memudahkan dalam mengaspirasi jumlah obat yang dibutuhkan (Agoes,
2009).
8
untuk menghasilkan penyegel, tetapi tidak begitu rapat sehingga sulit
untuk menempatkannya dalam wadah. Tutup bisa disisipkan dengan
tangan dengan menggunakan pinset steril. Cara tangan yang lebih cepat
meliputi pengambilan tutup dan menyisipkan ke dalam vial dengan
suatu alat yang dihubungkan pada sebuah pipa vakum (Lachman,
1986).
E. Ampul
a) Defenisi ampul
9
kadang juga 25 atau 30 ml. Ampul adalah wadah takaran
tunggal, oleh karena total jumlah cairannya ditentukan
pemakaian dalam satu kali pemakaiannya untuk satu kali
injeksi. Menurut peraturan ampul dibuat dari gelas tidak
berwarna, akan tetapi untuk bahan obat peka cahaya dapat
dibuat dari bahan gelas berwarna coklat tua. Ampul gelas
berleher dua ini sangat berkembang pesat sebagai ampul
minum untuk pemakaian peroralia (R. Voigt, 1995).
c) Pengisian ampul
Untuk pengisian ampul, jarum hipodermik panjan g
adalah penting karena lubangnya kecil. Jarum harus dimasu kk a n
ke dalam ampul sampai di bawah. Leher ampul, tetapi tidak
cukup jauh untuk masuk ke dalam larutan yang dimasukkan ke
dalam ampul. Jarum harus dikeluarkan dari ampul tanpa
menggunakan tetes larutan pada dinding primer dari leher
ampul. Metode ini digunakan untuk mencegah pengurangan dan
pengotoran jika ampul disegel (Jenkins, 1969).
10
d) Penyegelan ampul
11
a. Pengelolaan sediaan farmasi, alat Kesehatan, dan bahan medis habis
pakai; dan
12
BAB III
METODE KERJA
1. Penyiapan
Sebelum menjalankan proses pencampuran obat suntik, perlu
dilakukan langkah langkah sebagai berikut:
1) Memeriksa kelengkapan dokumen (formulir) permintaan dengan
prinsip 5 BENAR (benar pasien, obat, dosis, rute dan waktu
pemberian)
2) Memeriksa kondisi obat-obatan yang diterima (nama obat,
jumlah, nomer batch, tgl kadaluarsa), serta melengkapi form
permintaan.
3) Melakukan konfirmasi ulang kepada pengguna jika ada yang
tidak jelas/tidak lengkap.
4) Menghitung kesesuaian dosis.
5) Memilih jenis pelarut yang sesuai.
6) Menghitung volume pelarut yang digunakan.
7) Membuat label obat berdasarkan: nama pasien, nomer rekam
medis, ruang perawatan, dosis, cara pemberian, kondisi
penyimpanan, tanggal pembuatan, dan tanggal kadaluarsa
campuran. (contoh label obat, Gambar. 1 )
13
Gambar. 1
8) Membuat label pengiriman terdiri dari : nama pasien, nomer
rekam medis, ruang perawatan, jumlah paket. (contoh label
pengiriman, Gambar. 2)
Gambar. 2
9) Melengkapi dokumen pencampuran (contoh form
pencampuran dibuku 1: Pedoman Dasar Dispensing Sediaan
Steril)
10) Memasukkan alat kesehatan, label, dan obat-obatan yang akan
dilakukan pencampuran kedalam ruang steril melalui pass box.
2. Pencampuran
Proses pencampuran obat suntik secara aseptis, mengikuti langkah
– langkah sebagai berikut:
a) Menggunakan Alat Pelindung Diri (APD).
b) Melakukan dekontaminasi dan desinfeksi sesuai prosedur tetap
Protap desinfeksi dan dekontaminasi.
1. Persiapan bahan dan alat
a. Mempersiapkan bahan yang terdiri dari
(a) Alkohol swab
(b) Alkohol 70 % dalam botol spray
(c) Mendesinfeksi bagian luar kemasan bahan obat sitostatika dan
pelarut dengan menyemprotkan alcohol 70 %
14
b. Mempersiapkan alat yang terdiri dari
(a) Mensterilkan alas untuk sitostatika
(b) Mensterilkan bahan untuk sealing (parafin)
(c) Mensterilkan sarung tangan , masker, baju, topi, sarung kaki
(d) Spuit inj. Ukuran 2 X vol yang dibutuhkan.
(e) Jarum
(f) Mendesinfektan etiket, label, klip plastik, kantong plastik u/
disposal dengan menyemprotkan alkohol 70 %.
c) Menghidupkan Laminar Air Flow (LAF) sesuai prosedur tetap
d) Menyiapkan meja kerja LAF dengan memberi alas penyerap cairan
dalam LAF.
e) Menyiapkan kantong buangan sampah dalam LAF untuk bekas obat.
f) Melakukan desinfeksi sarung tangan dengan alkohol 70 %. 5
g) Mengambil alat kesehatan dan obat-obatan dari pass box.
h) Melakukan pencampuran secara aseptis
3. pencampuran serbuk vial cefotaxime kedalam larutan NaCl
1) Membuka vial dengan larutan obat
a) Buka penutup vial
b) Seka bagian karet vial dengan alcohol 70% , biarkan mengering
c) Berdirikan vial
d) Bungkus penutup vial dengan kasa / tissue dan buang kedalam
kantong buangan tertutup
2) Pegang vial dengan posisi 45o masukkan spoit kedalam vial
3) Masukkan pelarut yang sesuai kedalam vial gerakkan secara perlahan
untuk melarutkan obat
4) Ganti needle dengan needle baru
5) Beri tekanan negative dengan cara menarik udara ke dalam spoit
kosong sesuai volume yang diinginkan
6) Pegang vial dengan posisi 45o Tarik kedalam spoit tsb.
15
7) Untuk permintaan infus intra vena (IV), suntikkan larutan obat ke
dalam botol infus dengan posisi 45o perlahan-lahan melalui dinding
agar tidak berbuih dan tercampur sempurna.
8) Untuk permintaan intra vena bolus ganti needle dengan ukuran yang
sesuai untuk penyuntikan.
9) Bila spuit dikirim tanpa needle,pengan spuit dengan posisi jarum
keatas angkat jarum dan buang ke tantong Buangan tertutup
10) Pegang spuit dengan bagian tertutup ke atas, tutup dengan “luer lock
cap”
11) Seka cap dan syringe dengan alcohol
12) Setelah selesai, buang seluruhbahan yang telah terkontaminasi ke
dalam kantong buangan tertutup.
4. Teknik memindahkan obat dari ampul
1) Membuka ampul larutan obat
16
(gambar 3)
(a) Pindahkan semua larutan obat dari leher ampul dengan mengetuk-
ngetuk bagian atas ampul atau dengan melakukan gerakan J-motion.
(b) Seka bagian leher ampul dengan alkohol 70 %, biarkan mengering.
(c) Lilitkan kassa sekitar ampul.
(d) Pegang ampul dengan posisi 45º, patahkan bagian atas ampul dengan
arah menjauhi petugas. Pegang ampul dengan posisi ini sekitar 5
detik.
(e) Berdirikan ampul.
(f) Bungkus patahan ampul dengan kassa dan buang ke dalam kantong
buangan.
2) Pegang ampul dengan posisi 45º, masukkan spuit ke dalam ampul, tarik
seluruh larutan dari ampul, tutup needle.
17
3) Pegang ampul dengan posisi 45º, sesuaikan volume larutan dalam
syringe sesuai yang diinginkan dengan menyuntikkan kembali larutan
obat yang berlebih kembali ke ampul.
4) Tutup kembali needle.
5) Untuk permintaan infus Intra Vena , suntikkan larutan obat ke dalam
botol infus dengan posisi 45º perlahan-lahan melalui dinding agar tidak
berbuih dan tercampur sempurna.
6) Untuk permintaan Intra Vena bolus ganti needle dengan ukuran yang
sesuai untuk penyuntikan.
7) Setelah selesai, buang seluruh bahan yang telah terkontaminasi ke
dalam kantong buangan tertutup.
R/ Cefotaxime 300 mg
3x1
18
BAB IV
Gambar Keterangan
Alat dan bahan yang
dingunakan
19
Larutan Cefotaxime
dimasukkan kedalam infus
IV. 2 Pembahasan
20
vitamin B12 penting untuk sistem saraf dan produksi DNA. Jika terjadi
defisiensi vitamin B12 maka bisa mengalami kulit pucat, badan lemah, pusing,
dan lain-lain.
Beyond use date (BUD) adalah tanggal yang ditetapkan pada produk
steril yang telah dibuka dimana kondisi produk tersebut masih dalam rentang
stabil dan dapat diberikan kepada pasien. Pada saat produk steril dibuka
terjadi paparan dengan lingkungan di sekitarnya. Udara, uap air dan
mikroorganisme dapat masuk dan menyebabkan perubahan fisika dan kimia,
serta kontaminasi mikro-organisme. Perubahan fisika dan kimia dipercepat
oleh meningkatnya suhu, sedangkan kontaminasi mikro-organisme dapat
menyebabkan penularan penyakit infeksi. Produk steril biasanya tidak
mengandung pengawet, oleh karena itu dapat terkontaminasi oleh bakteri
dan menjadi sumber penularan penyakit infeksi, sebagai contoh: waktu
kedaluwarsa (expiration date) serbuk injeksi seftriakson 1g dalam vial yang
belum dibuka adalah 3 (tiga) tahun; sedangkan setelah direkonstitusi (beyond
use date) sifat fisika dan kimia stabil selama 24 jam pada suhu 25°C dan
selama 4 hari pada suhu 2-8°C. Single use vial seftriakson yang telah
direkonstitusi harus segera digunakan. Expiration date larutan deksametason
fosfat dalam singleuse vial yang belum dibuka adalah 2 (dua) tahun;
sedangkan setelah diencerkan, beyond use date pada suhu 2-8°C adalah 24
jam.
21
menyebabkan penularan penyakit infeksi.
2. Rendah
4. Sedang
5. Tinggi
Penyiapan sediaan injeksi dengan bahan obat yang tidak steril; atau
penyiapan sediaan steril dengan bahan obat steril namun tidak dilakukan di
22
Ruang ISO Class 5; atau waktu/saat sterilisasi sediaan injeksi dilakukan >6
jam waktu penyiapan/pencampuran.
23
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
V.2 Kesimpulan
V.2 Saran
24
DAFTAR PUSTAKA
Yogyakarta.
R. Voight, 1995. Buku Pelajaran Teknologi Farmasi. Gadjah Mada University
Press. Yogyakarta.
25
Sprowls. 1966. American Pharmacy 6t h Edition. Lipincott Company.
Philadelphia.
26